Chapter 5
Beberapa saat yang lalu, aku merasa
khawatir kalau suasananya bakalan jadi heboh jika semua orang tahu kalau aku
berpacaran dengan Shirakawa-san. Misalnya seperti, dipelototi dengan mata
penasaran, ditunjuk-tunjuk sambil ditertawakan…. Aku bahkan sempat membayangkan
kalau aku akan dimaki setiap kali aku melewati seseorang.
Itulah sebabnya, aku sedikit
terkejut saat tiba di sekolah keesokan harinya dan melihat kalau suasana di
ruang kelas ternyata masih sama seperti biasanya.
Jika ada yang sedikit berubah,
itu sih…...
“““Selamat pagi, Kashima-kun.”””
Beberapa gadis yang belum
pernah aku ajak bicara, menyambutku saat aku berjalan melewati mereka.
“Se-Selamat pagi juga….”
“Aku tidak menyadarinya karena
Ia tidak menonjol, tapi kalau dilihat-lihat dari dekat, Kashima-kun tidak
terlalu buruk juga, bukan”
“Ia sepertinya cowok baik juga.
Dan tidak jelek.”
“Ya, pastinya cowok yang baik.
Maksudku, karena Shirakawa-san yang memilihnya!”
Dari apa yang aku dengar di
sana-sini, sepertinya mereka tidak sedang menjelek-jelekkanku.
Saat sampai di tempat dudukku,
Kurose-san, yang duduk di sebelahku, menatapku.
“Selamat… .. Selamat pagi”
Suasanya jadi canggung karena
kemarin, tapi tatapan mata kami bertemu jadi aku menyapanya.
“… .Se-selamat pagi juga.”
Kupikir dia akan mengabaikanku,
tapi Kurose-san membalas sapaanku dengan suara kecil seperti gumaman. Pipinya
memerah, dan matanya melirik kesana-kemari seolah-olah sedang merasa malu.
“….?”
Kupikir Kurose-san pasti juga
merasa canggung, jadi aku mencoba untuk tidak berbicara dengannya lebih jauh.
Namun, selama jam wali kelas
sebelum pulang.
Saat membagikan kertas dari
belakang ke depan karena mereka harus mengumpulkan lembaran di meja guru, aku
melihat Kurose-san masih menunggu kertas dari belakangnya sementara aku sudah
mendapatkan semua kertas dari barisku .
“Kurose-san.”
Ketika aku memanggilnya dan mencoba
memberinya porsi dari barisku, bahu Kurose-san tersentak. Namun, dia sepertinya
tidak ingin menoleh ke arahku .
Karena mengira kalau dia tidak
mendengarku, aku menepuk pundaknya dengan ringan.
“Hyaa!”
Kurose-san kemudian menjerit
kecil dan menoleh ke arahku.
Wajahnya merah padam, dan dia
menatapku dengan wajah acak-acakan seolah-olah dia telah dianiaya.
“Ap-, ja-jangan mendadak
menyentuhku!”
“Eh, maafkan aku.”
“Aku membencimu!”
“….”
Sepertinya
aku benar-benar dibenci.
Yah,
kurasa itu masuk akal…. Kemarin, aku menceramahinya seperti itu juga…. Itulah
yang kupikirkan sambil merenungkan diri.
Di tengah kesibukan kelas, setelah
lembaran kertas diserahkan dan guru mulai membagikan printout notifikasi.
“….Hei.”
Kali ini, aku terkejut saat
Kurose-san mulai berbicara denganku.
“Ya?”
Aku
ingin tahu apa yang dia butuhkan…. dan saat aku melihatnya,
Kurose-san melirikku dan telinganya memerah.
“…. Kupikir .. Aku memang salah.
Jadi tadi malam…. Aku meneleponnya, dan meminta maaf.”
“Eh?”
apa
yang sedang dia bicarakan? Jadi aku memikirkannya sejenak.
“....Jangan-jangan, ke
Shirakawa-san?”
Saat aku bertanya, Kurose-san
menganggukkan kepalanya
“Itu sebabnya….”
Kurose-san melanjutkan dengan
suara kecil.
“Bisakah kamu tidak
membenciku….?”
Ujarnya dengan malu-malu serta
wajah yang merah dan tertunduk.
“Eh….?”
Hanya sesaat, kupikir dia
terlihat imut.
“… ..”
Kenapa
dia menanyakan itu padaku? Padahal sebelumnya dia bilang kalau dia “membenciku"…. Aku
bingung dan kepikiran sesuatu.
Gadis
ini adalah gadis yang berusaha keras supaya bisa disukai oleh orang lain. Dia
mungkin tak tahan memikirkan kemungkinan dibenci olehku setelah apa yang
terjadi kemarin.
Itulah yang aku pahami, dan kuyakini.
“Jangan khawatir, aku tidak
membencimu, kok.”
Saat aku membalasnya,
Kurose-san melihat ke sini sejenak dan sepertinya dia akan menangis.
Dan dengan itu, dia memalingkan
wajahnya dariku tanpa mengatakan apapun, membalikkan tubuhnya ke depan dan menunduk
ke bawah.
“… .Eh….?”
Jawabanku,
tidak salah, ‘kan?
Namun,
tidak ada lagi yang bisa aku katakan.
Mending
diam-diam mengabaikan Kurose-san untuk sementara waktu.
Mungkin
seiring berjalannya waktu, kecanggungan tersebut akan hilang dan kita bisa
berinteraksi sebagai teman sekelas yang normal.
Sembari mengharapkan itu, aku
memasukkan lembaran kertas yang dibagikan ke dalam tasku dan mulai bersiap
untuk pulang.
◇◇◇◇
Setelah itu, kehidupan sekolahku
terus berlalu dengan damai. Dari yang aku pahami, tidak semua orang terlalu
peduli dengan orang lain seperti yang aku kira.
Suatu hari tertentu.
Shirakawa-san dengan santai
berjalan ke tempat dudukku pada jam istirahat.
“Pagi, Ryuuto!”
“Se-Selamat pagi….”
Karena
semua sudah mengetahuinya jadi kurasa tidak apa-apa, huh. Sampai sekarang, aku
hampir tidak pernah berbicara dengannya di sekolah jadi aku khawatir dengan
pandangan orang lain terhadapku dan aku menjadi gugup.
“Lihat, lihat, lihat kuku ini. Aku
melakukannya sendiri kemarin.”
Aku melihat kuku berkilau Shirakawa-san,
yang sudah masuk pelanggaran peraturan sekolah, tapi aku tidak bisa menahan pandangan
dari sekelilingku.
Namun, reaksi semua orang tak
disangka biasa-biasa saja.
Tentu saja, ada beberapa orang
yang dengan rasa penasaran menoleh ke arah sini dari kejauhan. Namun, mayoritas
teman sekelasku sibuk dengan urusan mereka sendiri.
“.... Yah, kurasa begitu.”
Aku
ingin tahu apa yang aku takutkan. Padahal mereka orang yang tidak terkait.
“Hei, lihat dengan benar, dong.”
Bagiku, yang sebelumnya
teralihkan di depannya, Shirakawa-san dengan terus menerus mengulurkan
tangannya.
“Ah, ya, maaf”
Jadi aku menatapnya lagi.
“Ini imut, bukan? Lihat?”
Tangan Shirakawa-san tampak ramping
dan jari serta kukunya panjang dan indah.
Jika
aku seorang playboy veteran, pada saat-saat seperti ini aku akan dapat memegang
tangannya dengan terampil, dan berkata “Ya, itu sangat lucu”. Melakukan
skinship juga takkan menjadi masalah.
Namun,
itu bukanlah karakterku tidak peduli apa yang aku pikirkan. Aku merasa tidak
bisa, dan tidak merasa akan mampu melakukannya.
“….Apa ada yang salah? Apa kamu
benci .. cat kuku semacam ini? ”
Karena aku menatap tangan
Shirakawa-san dengan wajah yang sangat tegas, wajah Shirakawa-san juga berubah
menjadi ragu.
“Ah, tidak. Aku pikir itu terlihat
bagus. Ini terlihat cocok untukmu.”
Saat aku buru-buru menjawabnya,
Shirakawa-san tersenyum seperti bunga yang sedang mekar.
“Aku senang! Aku melakukannya
dengan cukup baik, bukan? Nikoru bahkan memujiku untuk itu.”
Shirakawa-san membicarakannya
dengan bangga, dan mungkin puas dengan itu, dia kembali ke grupnya sendiri.
Pada saat yang sama, beberapa
teman sekelasku, yang tadi melirik kami, membuang muka seolah-olah mereka sudah
kehilangan minat.
Jadi, gosip dari sekitarku
tidak perlu ditakuti.
Padahal, masalah skinship belum
terselesaikan dan meninggalkan perasaan tidak jelas dalam diriku.
Keinginanku
untuk menghargai Shirakawa-san masih tidak berubah. Itu sebabnya, aku tidak
memikirkan hal yang keterlaluan seperti tiba-tiba ingin berhubungan seks
dengannya. Yah…. bukan berarti aku tidak ingin melakukannya.
Hanya
saja, jika Shirakawa-san lebih menyukaiku daripada sebelumnya, aku ingin
memiliki kontak fisik yang sesuai dengan itu.
Ini
cara yang bertele-tele untuk mengatakannya, namun… ..
Terus
terang saja, aku ingin menciumnya!
Cuma
membayangkan berciuman dengan Shirakawa-san…. Aku merasa hidungku akan
berdarah.
Aku
mau…. Aku ingin menciumnya!
Namun,
aku sama sekali tidak tahu bagaimana cara melakukan itu!
Aku
ingin tahu teknik apa yang harus aku gunakan untuk mewujudkannya…. Dalam drama
romantis, saat tatapan dua orang tiba-tiba bertemu, bibir mereka akan saling
menempel di atas bibir yang lain seperti disedot, tapi menurutku momen seperti
itu tidak akan pernah tiba jika aku menunggunya.
Aku
tidak memikirkan apa-apa selain hal semacam itu beberapa hari terakhir ini,
jadi aku tidak bisa tidur nyenyak di malam hari, dan sangat menderita sehingga
aku merasa seperti akan jatuh tersungkur.
Aku
tidak bisa langsung meminta Shirakawa-san dengan keinginan seperti ini.
Aku
pernah berkata "Aku ingin menghargai Shirakawa-san" dengan keren
padanya, dan aku tidak ingin dianggap hanya mengincar tubuhnya.
Aku
penasaran, bagaimana para pasangan di dunia bisa melakukan skinships dengan
begitu alami? Apa pemicunya? Dan dengan cara apa?
Aku
bingung, harus berkonsultasi kepada siapa pada waktu seperti ini.
Saat memikirkan itu, cuma
mereka satu-satunya yang bisa aku temui.
◇◇◇◇
Saat istirahat makan siang, kami
bertiga makan siang bersama seperti biasa.
“… .Kashi.”
Ichi tiba-tiba meletakkan
sumpitnya.
“Eh, apa?”
Ichi
yang tidak mau melepaskan mangkuknya sampai kosong begitu sudah mulai makan,
Ichi yang suka makan lebih dari tiga kali sehari, Aku tidak percaya Ichi menunda
makannya ketika isi kotak bekalnya masih banyak.
Saat aku melihatnya sambil
memikirkan itu, Ichi tiba-tiba menundukkan kepalanya.
“Aku minta maaf! Aku tidak
mempercayaimu saat kamu bilang berpacaran dengan Shirakawa-san.”
Ia mengatakannya dengan tulus,
dan menundukkan kepalanya.
“Aku sangat frustrasi karena
tidak mempercayaimu. Tapi, saat aku melihatmu dan Shirakawa-san kemarin, aku
tahu aku harus mempercayaimu. Kita ini….. teman, ‘kan. Dan kalian beneran
pacaran. Itu keren. Padahal, awalnya akulah yang memaksamu untuk menembaknya.”
“Ichi….”
Jadi
selama beberapa hari sejak hari itu, Kamu selalu memikirkannya, ya.
Saat aku mulai merasa
tersentuh, Nishi melipat tangannya di sampingku.
“Aku tidak meminta maaf.”
Dia berbicara seperti ayah yang
keras kepala, dan menatap tajam ke arahku.
“Tidak peduli seberapa keras
kami memperlakukanmu, kamu masih bisa bermesra-mesraan dengan Shirakawa-san di
hari liburmu, ‘kan. Aku berharap kamu akan meledak!”
“Nishi….”
Tapi,
jika aku dalam posisi Nishi, aku mungkin akan mengatakan hal yang sama. Ichi
adalah orang yang terlalu baik.
Namun, Ichi yang begitu, Ia
tiba-tiba mendekatiku.
“Jadi, apa kamu sudah ngewe?
Tentu saja sudah iya, ‘kan? Cepat katakan padaku!”
“Eh, apa-apaan ini !?”
Matamu
merah, hei! Aku pikir kamu itu orang baik, tahu!?
“Nah, tentang itu….”
Jadi, aku memberi tahu mereka
tentang masalah yang sedang aku hadapi saat ini.
“….Begitu rupanya. Jadi, kamu
ingin mencium Shirakawa-san, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Jadi
pertama-tama, kamu ingin memulai dengan berpegangan tangan dan membutuhkan
beberapa ide, ya.”
Ichi dengan lesu dan kelelahan
bergumam begitu.
“Dari semua orang, aku
bertanya-tanya mengapa kamu malah curhat ke kita….”
Nishi juga tampak seperti
petinju yang baru saja menyelesaikan pertandingan dan tubuhnya menjadi pucat
pasi.
“Ma-Maaf. Aku tidak punya orang
lain lagi yang dapat aku ajak curhat…. ”
Ketika aku buru-buru meminta
maaf, mereka berdua bertukar pandang dan menghela nafas. Kemudian menatapku
dengan wajah penuh tekad.
“…. Mau bagaimana lagi. Ayo
gunakan otak kita untuk membantu Kashi.”
“Hm-hmm. Mari kita buat rencana
tidak hanya untuk berpegangan tangan dengan Shirakawa-san, tapi juga
berhubungan dengan hatinya.”
Kalian….!
“Terima kasih banyak! Kalian
benar-benar menyelamatkanku.”
Meskipun
demikian, mereka sama-sama tidak punya pengalaman seperti aku. Pertemuan tiga
perjaka takkan membuahkan hasil kebijaksanaan seorang cowok f*ckboy.
“Bagaimana dengan 'Kamu tahu, aku sebenarnya bisa meramal
lewat garis telapak tangan'?”
“Bukannya itu cuma menipu.
Bahkan dengan itu, aku tidak tahu apakah dia mau menunjukkan tangannya padaku
atau tidak.”
“Kamu tidak bisa begitu saja mengatakannya
tanpa mencobanya dulu, ‘kan”
“Aku tidak ingin berbohong pada
Shirakawa-san, oke.”
“Lalu bagaimana dengan, 'Oh tidak, ini sangat dingin! Tanganku
terasa sangat dingin sampai membeku ', dan lihat apa cara ini akan
berhasil?”
“Terlalu bertele-tele! Yang itu
akan terlihat seperti aku ini sangat sensitif terhadap dingin!”
“Astaga, lalu bagaimana dengan
cara blak-blakan 'Ayo berpegangan tangan'
begitu?”
“Jika aku bisa mengatakan itu, aku
takkan curhat dengan kalian….”
“Yang ini bukan, yang itu juga
bukan, kamu ini benar-benar bajingan pemilih.”
Setelah berdiskusi sebentar,
kami semua tidak dapat menemukan ide yang bagus.
“Ah ya ampun, lupakan saja! aku
tidak tahu!”
Nishi yang pertama menyerah,
dan Ichi juga mengangkat kedua tangannya dan melihat ke langit-langit.
“Serius, aku sudah tidak tahu
lagi! Bukannya aku bisa berpegangan tangan dengan seorang gadis, tau.”
Ia mengeluh dengan wajah
cemberut dan menghela nafas.
“Entah bagaimana, tolong bantu aku
melakukan itu….”
“Sungguh, aku tidak bisa lagi.
Setidaknya cemaskan tentang itu sendirian.”
“Sebelumnya aku ingin mencoba
untuk terlihat keren sekali, tapi sepanjang waktu ini, aku berada di ambang
kematian karena iri hati dan merasa ingin kencing darah.”
Keduanya berkata dengan
ekspresi lelah, dan mencoba menarik kursinya dariku.
“Mari kita tinggalkan orang
normie ini sendirian dan tonton video baru KEN, ya”
Saat itulah aku mendengar
kata-kata Nishi.
“Video KEN….”
Aku merasa ada semacam bola
lampu menyala di dalam kepalaku.
“Itu benar, KEN.”
Jika
begini, aku rasa aku bisa melakukannya.
“Kalian berdua, terima kasih
banyak!”
Aku mengucapkan terima kasih
kepada mereka berdua yang kebingungan dan bangkit dari tempat dudukku. Aku
ingin tempat yang tenang untuk merenungkan pikiranku.
Aku tidak punya tempat tujuan,
jadi aku menuju toilet dan memikirkannya.
Aku mendapatkan petunjuk dari
permainan KEN.
Dalam sebuah game
tembak-menembak battle royale, KEN
sering kali memancing musuhnya ke tempat yang Ia ingin mereka ambil dan
menyerang mereka di sana. Sebagai mantan gamer pro, bidikannya sangat akurat
sehingga jika Ia bisa memancing musuhnya ke tempat di mana tidak ada halangan,
Ia bisa menembak mereka dengan akurasi yang tepat.
Jadi
mengapa aku tidak melakukan hal yang sama? Dengan kata lain, daripada menjadi
orang yang mencoba berpegangan tangan, ciptakan situasi di mana Shirakawa-san
akan mengulurkan tangannya padaku.
Tapi,
bagaimana caranya?
Hal
pertama yang aku pikirkan adalah rumah hantu, tapi aku segera menggelengkan
kepala dan menolaknya.
Shirakawa-san
sepertinya tipe orang yang tidak takut dengan hal-hal ghoib dan hantu. Dia
bahkan memberitahuku di LINE kalau dia menonton film horor tadi malam.
Jika
begitu, aku tidak punya pilihan selain menyerang dengan cara fisik. Dengan kata
lain, “Membawanya ke tempat yang pijakannya tidak stabil”.
Jembatan
gantung atau semacamnya mungkin pilihan yang terbaik, namun menurutku tidak ada
jembatan gantung di sekitar sini dan itu bukan lokasi yang layak untuk
berkencan.
Bisa
jadi genangan air besar yang menghalangi jalan, tapi aku tidak tahu di mana
tempat yang lebih baik dari jembatan tali, dan bahkan lebih tidak berarti untuk
mencarinya.
Setelah memikirkan semua itu,
akhirnya aku menemukan sesuatu.
“Kolam”
Kita
bisa naik perahu di atas kolam. Pada saat keluar masuk perahu, kesempatan
sempurna untuk memiliki pijakan yang tidak stabil akan tiba.
Dan
lebih penting lagi, naik perahu bisa menjadi pilihan yang pas untuk kencan.
Ini
sempurna.
“Baiklah────!”
Aku tanpa sadar berteriak di
dalam satu bilik di toilet cowok dan segera menyadari aku sedang ada di mana
dan merasa malu, jadi aku tidak bisa keluar selama beberapa menit berikutnya.
◇◇◇◇
“Hei, Ryuuto! Ayo pulang bareng
~! ”
Saat sepulang sekolah,
Shirakawa-san datang menghampiriku.
“Eh….!?”
Shirakawa-san menatapku yang sedang
terkejut dengan mata yang menengadah.
“Enggak boleh ~? Sekarang semua
orang sudah tahu kalau kita berdua pacaran, bukannya lebih menyenangkan bisa pulang
bersama? ”
“Ya-ya, tentu….”
“Kalau begitu, sudah diputuskan!”
Ujar Shirakawa-san dalam
suasana hati yang baik, dan kami meninggalkan sekolah bersama-sama.
“Bagaimana dengan Yamana-san?
Apa kamu tidak pulang bersamanya? ”
“Saat ini, Nikoru ada kerja
sambilan. Malam nanti kita bisa teleponan, jadi tidak apa-apa.”
“Dia kerja sambilan? Memangnya
kerja sambilan dimana?”
“Di Izakaya.”
“Fuun. Kedengarannya seperti
dia.”
“Awalnya, dia pergi untuk
wawancara kerja di restoran keluarga, tapi kuku dan warna rambutnya terlalu
mencolok jadi dia ditolak.”
“Begitu ya.”
“Di hari Nikoru ada kerjaan
sambilan, dia cenderung pulang sampai larut malam, jadi kami selalu bertelepon
larut malam.”
Begitu,
jadi itulah yang dimaksud dengan panggilan telepon larut malam pada hari
sebelum hari libur, ya
“Apa Shirakawa-san .. tidak
punya pekerjaan sambilan atau semacamnya?”
“Aku sih tidak ada~. Saat
mendengarkan cerita Nikoru, aku merasa seperti akan stres karena harus
menghadapi pelanggan yang buruk. Kadang-kadang nenek memberiku uang saku, dan
entah bagaimana aku bisa bertahan dengan itu.”
“Begitu ya.”
Lalu, Shirakawa-san tiba-tiba
menatap wajahku.
“… .Eh, mungkin, lebih baik aku
mendapatkan pekerjaan sambilan juga?”
“Tidak, aku tidak bermaksud
begitu, tapi….”
Di
kepalaku, aku sempat membayangkan penampilan Shirakawa-san melakukan pekerjaan
sambilan.
“Aku cuma berpikir kalau
seragam toko kue akan terlihat bagus untukmu, Shirakawa-san.”
Setelah mendengar ini,
Shirakawa-san membuka lebar matanya.
“Aah ~ maksudmu itu? Maksudku,
toko kue! Kamu suka hal-hal imut, ‘kan~ Ryuuto.”
“Eh, tunggu, tidak!”
Karena digoda begitu, aku
tiba-tiba menjadi sangat malu sampai-sampai merasa panik.
“In-ini bukannya aku
menyukainya atau semacamnya, oke!”
“Mungkin kamu menyukai celemek
berenda? Seperti maid? Kamu gampang sekali dimengerti!”
“Tidak, itu sih….!”
“Aku mengerti sekarang ~! Jadi
itu sebabnya kamu tidak tertarik dengan model baju gyaru.”
Shirakawa-san tampak sangat
menikmatinya saat menggodaku.
“Bukan begitu….!”
“Tidak apa-apa, tidak apa-apa,
tidak usah malu-malu segala~”
“In-ini bukan hanya aku! Itu adalah
impian semua cowok….! ”
“Oh, akhirnya mengakui juga!”
Mengatakan dengan reaksi
berlebihan, Shirakawa-san terkikik dengan senyum puas.
“Begitu rupanya, fufufufufu.”
Aku memalingkan wajah panasku
darinya saat dia bergumam seperti telah menangkap titik lemahku, dan aku
terdiam karena malu.
Aku
merasa malu saat Shirakawa-san mengetahui tentang kesukaanku.
Tapi,
bisa melakukan pembicaraan konyol dengan Shirakawa-san seperti ini…. Di
saat-saat seperti ini aku merasa senang karena rasanya seperti kita benar-beanr
berpacaran.
Akhir-akhir
ini, aku merasa sudah tidak gugup lagi dibandingkan dulu saat aku bersama
Shirakawa-san.
Pada
awalnya, aku berpikir mana mungkin aku memiliki kesamaan dengan Shirakawa-san
yang populer. Jadi rasanya seperti sebuah misteri kita bisa mengobrol santai seperti ini
sekarang.
Namun,
aku tidak ingin digoda secara spektakuler seperti ini…. Jadi,
aku mencari topik yang dapat mengubah aliran percakapan.
Lalu, aku teringat tentang
Kurose-san pagi ini.
“Ngomong-ngomong …. Aku dengar
Kuose-san meneleponmu, ‘kan?”
Ekspresi Shirakawa-san menegang
sedikit setelah mendengar kata-kataku.
“Ya…. dia meminta maaf kepadaku.
Aku sudah memaafkannya. Selain itu, aku pikir akan menyenangkan jika aku bisa
dekat dengan Maria lagi…. ”
“Aku berharap begitu….”
Tapi
aku pikir, hal itu akan memakan waktu….
“Aku berharap hari itu akan
segera datang.”
Aku benar-benar merasa seperti
itu dari lubuk hatiku.
Kami akhirnya tiba di stasiun,
naik kereta yang sama, dan turun di stasiun yang paling dekat dengan Shirakawa-san
bersama-sama seolah-olah itu hal yang biasa.
“Ryuuto, apa kamu masih punya
waktu hari ini?”
Saat Shirakawa-san bertanya
padaku, aku mengangguk.
“Ya.”
Itu
sebabnya aku akan mengantarmu sampai rumah, dan saat aku hendak
mengatakan itu, Shirakawa-san menarik lenganku.
“Eh….”
Aku kaget, lalu Shirakawa-san
menyeringai padaku dengan wajah imutnya.
“Kalau begitu, kita akan
mengambil jalan memutar sedikit!”
Dia menyentuh lenganku hanya
sesaat, apalagi hanya menutupi baju seragamku.
Shirakawa-san
menyentuhku… ..
Saat aku memikirkannya, pipiku
terasa panas dan lenganku menjadi ikutan panas.
Jantungku berdegup kencang
beberapa saat setelah itu.
Shirakawa-san membawaku ke
tempat yang terlihat seperti sebuah kompleks pertokoan di dekat stasiun.
Kompleks perbelanjaan di mana terdapat serangkaian restoran ritel di lantai
pertama, dan toko barang kebutuhan sehari-hari dan pakaian di lantai atas.
Shirakawa-san membawaku ke
sudut di lantai lima, lantai atas kompleks, dan berhenti berjalan di sana.
“Lihat, kita sudah sampai!”
Dia menunjuk ke salah satu
dinding kaca yang tampak seperti etalase. Di dalamnya, ruang dibagi menjadi
beberapa bilik, baik secara horizontal maupun vertikal yang masing-masing
berisi satu atau dua ekor hewan.
“Toko hewan peliharaan, ya.”
“Ya!”
Dengan mata berbinar,
Shirakawa-san berlari ke bilik dengan seekor kucing.
“Dia sangat imut, bukan ~!Benar-benar
menenangkan ~! Jika nenek tidak punya alergi, aku akan merawatnya juga~”
Ada juga seekor anjing yang
dipamerkan tetapi Shirakawa-san menolak untuk beranjak dari depan kucing itu.
“Shirakawa-san, apa kamu lebih
suka kucing daripada anjing?”
“Ya! Tapi menurutku anjing juga
lucu ~! ”
Setelah menjawab pertanyaanku,
Shirakawa-san menempel di kaca lagi.
“Lihat, lihat, bukannya anak
ini imut banget? Anak ini akan segera pergi, jadi akhir-akhir ini aku sering
mampir kemari, tau~”
Hewan yang Shirakawa-san tunjuk
adalah seekor anak kucing munchkin abu-abu di depannya. Ada papan nama di label
harga yang bertuliskan “Aku telah menemukan keluarga baru.”
“Apa kamu sering kesini?”
“Ya, ini tempat favoritku!
Kurasa sudah jadi rutinitasku?? Itu sebabnya aku ingin datang ke sini bersama
Ryuuto.”
Dia menatapku dengan kedua
tangannya menempel di atas kaca.
“Ryuuto, kamu pernah
memberitahuku, ‘kan? Kamu mengatakan 'Aku
juga ingin menyukai hal-hal yang disukai Shirakawa-san'. Perkataanmu itu
membuatku sedikit bahagia, tau~ ”
“Eh….”
Aku
cukup yakin kalau itu…. kalimat yang aku ucapkan saat kencan ulang tahunnya
dimana aku meneliti banyak toko minuman boba.
Jadi
dia mengingatnya, ya.
“Karena itulah, entah
bagaimana…. Aku ingin berbagi banyak hal yang aku suka dengan Ryuuto.”
Setelah mengatakan itu,
Shirakawa-san tersenyum dengan sedikit malu-malu.
Meski
aku sudah merasa senang karena kamu benar-benar ingat apa yang aku katakan, aku
tidak percaya kalau kamu juga akan mengatakannya.
Aku
sangat terharu, dadaku semakin panas.
“Lihat, lihat ~ anak yang baik
~”
Shirakawa-san, yang sedang
bermain dengan kucing dengan memutar jarinya dengan kuku yang mencolok seperti
mainan kucing melalui kaca, terlihat lebih manis dari biasanya.
Entah bagaimana, aku
berprasangka bahwa "cewek
gyaru" dan "binatang"
adalah dua keberadaan yang tidak memiliki kedekatan satu sama lain, jadi
rasanya sedikit tidak terduga saat melihat Shirakawa-san bermain-main dengan
riang bersama kucing.
“… ..Shirakawa-san, apa mungkin
kamu menyukai binatang?”
Saat aku bertanya tentang hal
itu, Shirakawa-san melihat ke sini dan mengangguk.
“Ya. Tapi, aku sangat suka
kucing! Tetapi jika kamu bertanya kepadaku tentang itu, aku pikir aku suka
semua hewan ~? Singa itu seperti kucing, bukan? Hah, atau apa itu harimau? ”
“Kalau begitu….”
Aku berbicara dengannya sambil
merasa senang bahwa aku dapat membuat percakapan berjalan sesuai dengan yang aku
pikirkan.
“Lain kali, apa kamu ingin
pergi ke kebun binatang?”
“Eh?”
Shirakawa-san tampak terkejut
sesaat tapi.
“Aku mau pergi ke sana!”
Dia menjawab dengan sangat
antusias.
“Eh, pergi ke kebun binatang
rasanya super nostalgia. Aku pikir sejak piknik di kelas 1 SMP? Entah bagaimana
aku merasa bersemangat!”
Saat aku melihatnya tampak
bahagia dengan mata berbinar, aku membuat pose penuh kemenangan di hatiku kalau
sesuatu secara tak terduga mulai bergerak seperti yang aku inginkan.
Aku punya motif tersembunyi di
benakku saat mengajak Shirakawa-san ke kebun binatang.
Pada
kencan berikutnya, aku akan berpegangan tangan dengan Shirakawa-san. Aku merasa
sudah waktunya kita melakukan itu.
Dan
untuk alasan itu, kami akan menaiki perahu seperti yang sudah aku rencanakan.
Langsung
mengajaknya naik perahu juga tidak masalah, tapi rencana begitu terlalu biasa
untuk acara utama kencan jadi kemungkinan dia bertanya "Mengapa naik
perahu?" masih sangat tinggi dan bahkan jika aku mencoba mengundangnya ke
taman sebagai permulaan, aku bahkan tidak tahu apakah Shirakawa-san akan
tertarik dengan tempat kencan yang alami. Dan saat aku mencoba mencari cara
terbaik untuk mengajaknya keluar, aku bisa mengundangnya ke kebun binatang
melalui rangkaian acara.
Ngomong-ngomong
tentang kebun binatang di sekitar kawasan ini, yang pertama terlintas di
pikiranku adalah Kebun Binatang Ueno.
Ada
sebuah kolam besar di kawasan Taman Ueno, dan semua orang bisa naik perahu di
sana selama mereka membayarnya. Kemungkinan berhasil untuk mengajaknya naik
perahu setelah mengunjungi kebun binatang sangatlah besar.
Ini
sempurna.
Pada
hari itu, yang perlu aku lakukan adalah memegang tangannya dengan lembut ketika
pijakan Shirakawa-san goyah dan mencoba untuk memegangiku pada saat dia akan
naik ke atas perahu.
Itulah yang kupikirkan saat
melamun di dekat Shirakawa-san.
“Katakan, Ryuuto. Hal apa yang
kamu suka? ”
Shirakawa-san, yang terlihat
puas setelah melihat kucing itu, bertanya padaku dengan wajah yang lebih
menggemaskan daripada wajah kucing.
“Eh?”
Saat aku menatap balik padanya,
bertanya-tanya apa yang sedang dia bicarakan, Shirakawa-san memalingkan muka
dariku dan terlihat sedikit malu.
“Aku juga, aku juga ingin tahu.
Hal-hal yang disukai Ryuuto…. Bisakah kamu memberitahuku tentang itu?”
Dia berbicara sambil tersenyum
malu-malu.
“Hal-hal yang disukai Ryuuto,
aku juga ingin menyukainya.”
Eh….?
“Shirakawa-san….”
Dadaku berangsur-angsur menjadi
panas, dan perasaan cintaku padanya semakin kuat.
Pada saat yang sama, aku merasa
sangat malu karena tidak mempunyai hal-hal yang aku sukai yang dapat aku
ceritakan dengan bangga kepada orang-orang.
“Jadi, apa hal-hal yang disukai
Ryuuto?”
“Eh…. Umm…. ”
Saat aku ragu-ragu untuk
mengatakannya, Shirakawa-san bertanya dengan rasa ingin tahu.
“Kamu tahu, Ryuuto. kamu pernah
bilang kalau kamu tidak mempunyai sesuatu yang ingin kamu lakukan di kota,
bukan? Jadi, apa yang kamu lakukan di hari liburmu?”
“Baik…. Aku tidak punya sesuatu
yang bisa aku ceritakan kepada orang-orang tentang…. ”
Memiliki
hobi menonton video Let’s Play Games adalah hal yang sangat suram bagi pria,
itu memalukan. Saat aku memikirkan ini, Shirakawa-san
mengerutkan alisnya.
“Jadi, apa kamu melakukan
sesuatu yang tidak dapat kamu katakan? Ini bukan seperti kamu melakukan sesuatu
yang buruk, ‘kan? ”
“Eh, te-tentu saja”
Aku buru-buru menjawab, dan
Shirakawa-san menatap wajahku seolah ingin menyelidiki.
“Jadi, tidak masalah, kan?”
“Tapi….”
“Aku tahu! Apa itu hal yang
mesum? ”
“Ka-Kamu salah!”
Aku merasa panik, jadi aku menyerah
dan mengaku padanya.
“… .Aku suka menonton video Let's Play Games.”
Setelah mendengar ini,
Shirakawa-san menatap dengan heran.
“Video Let's Play Games? Apa ini berbeda dengan bermain game? ”
“Ini tentang video orang lain yang
bermain game.”
“Apa kamu .. menikmatinya?”
Shirakawa-san bertanya dengan
wajah bingung. Ketimbang mengejekku, dia benar-benar sepertinya tidak
memahaminya.
“I-Iya. Cuma menontonnya saja
sudah sangat menyenangkan, seperti, seseorang yang lebih jago darimu, atau
menonton seseorang yang bermain sambil membuat bincang-bincang yang menghibur.”
“Aah, kurasa aku sedikit
memahaminya! Saat berada di sebuah game arcade, aku juga menyaksikan
orang-orang luar biasa bermain. Itu menyenangkan, bukan.”
Seperti
yang diharapkan dari kemampuan komunikasi Shirakawa-san. Meski ini adalah topik
yang sama sekali bukan bidangnya, dia bisa menyambungkannya begitu saja. Aku
seorang cowok yang sederhana, dan hal itu sudah membuatku bahagia.
“It-Itulah yang aku rasakan.
Jika orang itu sangat ahli dan pembicara yang baik, rasanya jadi sangat menarik
untuk menontonya.”
“Heeh ~ Let's Play ya? Jadi,
apa ada orang yang kamu sukai secara khusus?”
“Ya, seorang pria bernama KEN.
Dia mantan pemain game profesional dan sangat jago, tau.”
“Mm-hmm.”
Karena Shirakawa-san
mendengarkanku dengan sungguh-sungguh, omonganku jadi lebih lancar seperti ada
semacam tombol yang ditekan.
“Yang luar biasa dari KEN
adalah Ia itu ahli dalam banyak permainan dari genre yang berbeda. Meski Ia
mantan gamer pro dalam game menembak, Ia juga jago membuat game, dan bahkan
juga jago dalam game seperti game berjenis werewolf ”
“Werewolf….?”
Karena Shirakawa-san tampak kebingungan,
aku segera menjelaskan padanya.
“Yang disebut game werewolf
adalah game tentang manusia serigala yang berpura-pura menjadi manusia, dan
bersembunyi di antara kerumunan manusia…. Sebuah game tentang menemukan para
pembohong. Awalnya, game ini adalah permainan papan di mana pada awalnya, para
pemain diberi kartu secara acak. Tertulis di kartu adalah posisi resmi yang
akan mereka ambil…. misalnya werewolf, atau peramal yang bisa menemukan
werewolf, atau hanya penduduk desa biasa. Jika kamu menjadi manusia serigala, kamu
tidak boleh memberitahu orang lain tentang hal itu, dan harus bertindak seperti
penduduk desa biasa. Jika identitas werewolf-mu terbongkar, mereka akan
memilihmu dan mengeksekusimu, tahu. Jadi, hal yang luar biasa tentang KEN
adalah Ia tidak bergantung pada sesuatu seperti teori permainan atau strategi
arus utama, dan tentu saja dia mengikuti aturan sistem, tetapi selain itu, dia
benar-benar pemikir bebas, dan memikirkan cara terbaik untuk melakukannya
dengan kepalanya sendiri, dan meyakinkan orang lain untuk bermain bersamanya.
Dan itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tahu. Kamu akan memahaminya
saat memainkannya sendiri, tetapi kepalamu akan dipenuhi dengan hal-hal yang
harus kamu lakukan, sehingga kamu tidak memperhatikan strateginya, menurutku.
Ah, hal yang harus kamu lakukan adalah berbohong jika Kamu seorang werewolf,
bagaimanapun juga masih ada perasaan bersalah, jadi itu cukup…. ”
Di sana, aku tiba-tiba tersadar. Aku terlalu banyak mengoceh sendiri. Ini sama
seperti di toko minuman boba. Mengingat apa yang aku pikirkan saat itu,
setidaknya aku bisa menghentikannya lebih awal.
“Ah maaf…. Kamu tidak begitu
memahaminya, ‘kan?”
“Nnnn.”
Shirakawa-san menunjukkan
senyuman yang kaku.
“Aku ingin benar-benar
melihatnya, video Let's Play yang ditonton Ryuuto. Lalu mungkin aku akan
memahaminya. Bisakah kau memperlihatkanku?”
“Te…. Tentu saja!”
Kami lalu meninggalkan toko
hewan peliharaan, duduk di bangku untuk istirahat di dalam gedung, dan mulai
menonton video KEN.
“Wah, Wow luar biasa! Orang
ini, apa orang yang menembak sambil berbincang-bincang?”
“Ya itu benar.”
“Bukannya Ia sangat jago dalam
hal ini! Game ini juga terlihat menyenangkan.”
“Sebenarnya, ketika aku mencoba
melakukannya sendiri, aku tidak dapat melakukannya dengan baik, tahu.”
“Masa? Tapi orang ini membuatnya
terlihat sangat mudah,”
“Itulah alasan kenapa KEN
sangat menakjubkan.”
“Jadi begitu ya!”
Saat kami membicarakannya, aku
banyak memikirkannya, dan memilih video KEN yang akan menarik bahkan untuk
pemirsa yang baru pertama kali melihatnya dan menontonnya bersama
Shirakawa-san.
Dan kemudian, setelah itu aku
mengantar Shirakawa-san sampai ke rumahnya.
“Ryuuto tahu banyak, ya~”
Di tengah perjalanan,
Shirakawa-san tiba-tiba berbicara.
“Orang dari video tadi, Ia
mengatakan banyak istilah, kan? Dan kamu ingat semua itu, iya ‘kan?”
“Iya sih…. Tapi, istilah-istilah
itu tidak sesulit itu, lho. 'Cheater'
adalah penipu…. Jadi itu berarti pemain yang bermain curang, dan 'ghosting' adalah tipe yang curang ”
“Fuun….? Tapi, itu masih sulit
bagiku. Ryuuto sungguh menakjubkan. ”
“Terima kasih. Tetapi, karena
itu adalah sesuatu yang aku minati, jadi aku dapat mengingatnya. Maksuaku,
Shirakawa-san, Kamu tahu banyak istilah mode, ‘kan. Misalnya, seperti mode baju
berbahu terbuka yang selalu kamu pakai….”
“Ah, 'off shoulder'?”
“Dan kamu juga tahu, lipstik
lengket seperti selai itu….”
“Maksudmu 'lip stain'?”
“Ya, yang itu. Kamu menjelaskan
semuanya kepadaku saat kita berbelanja, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Aku
pikir itu karena aku tidak tertarik dengan mode wanita…. Jadi, tidak peduli
berapa lama kita pacaran, aku rasa tidak masalah untuk memiliki hobi
masing-masing yang tidak menarik bagi satu sama lain.”
“Eh?”
Namun, Shirakawa-san memprotes
dengan suara yang terdengar enggan.
“Tapi, Ryuuto pernah mencoba
memahamiku, ‘kan? Misalnya saja toko minuman boba, kamu juga mencarinya lebih
sering daripada aku. ”
“Itu sih, karena minuman boba
rasanya enak, oke. Jika aku pikir rasanya tidak enak, aku takkan cukup peduli
untuk mencarinya sejauh itu.”
“Tapi, itulah sebabnya, meski
cuma sedikit, aku juga ingin mencoba memahamimu. Hal-hal yang disukai Ryuuto,
aku juga ingin memahaminya.”
Ketika Shirakawa-san mengatakan
itu sambil menggembungkan pipinya, hatiku berdebar kencang.
“Terima kasih.”
Tak
disangka aku bisa mendengar Shirakawa-san mengatakan itu kepadaku, aku adalah
orang paling beruntung sedunia.
“Perasaan itu saja sudah lebih
dari cukup bagiku. Bisa menonton video yang aku suka bersama dengan
Shirakawa-san sudah membuatku sangat bahagia ”
Saat pandangan mata kami
bertemu, meskipun dia tersenyum, seolah-olah dia tertangkap oleh senyumku.
“Nn….”
Bahkan setelah kami tiba di
rumahnya, entah bagaimana wajahnya tampak terlihat sedih.
◇◇◇◇
Dan keesokan harinya.
“Ryuutoo!”
Di pagi hari, saat aku memasuki
ruang kelas, Shirakawa-san yang sudah berangkat duluan datang menghampiriku.
“Ada apa?”
“Tau enggak, video KEN yang ‘serial Selingkuh ', apa kamu sudah menontonnya?
Itu sangat menyenangkan untuk ditonton! Aku jadi penasaran apa yang akan
terjadi selanjutnya, aku akhirnya menontonnya sampai lewat jam tiga pagi ~! ”
“Eh….”
KEN adalah seorang YouTuber
profesional yang mencari nafkah hanya dari videonya, jadi untuk mengimbangi
risikonya, Ia membuat berbagai jenis video. ‘Serial Selingkuh' yang Shirakawa-san sebutkan tadi adalah video Let's Play dari visual novel percintaan
tentang menghadapi pacar dari tindakannya yang mencurigakan dengan bukti
perselingkuhan.
“Video-video itu sudah lama
diposting, lho. Kamu hebat sekali bisa menemukannya.”
Saat aku mengatakan ini padanya
dengan terkejut, Shirakawa-san tersenyum bangga.
“Aku mencar-cari permainan yang
bahkan bisa kumengerti. Dan itu sangat sulit ~! KEN membuat terlalu banyak
video! ”
“Ya, Ia mengunggah empat atau
lima video sehari.”
“Waah ~ Itu bahkan lebih sulit
lagi!”
“Bagaimanapun juga, itu adalah
pekerjaannya.”
Aku mengatakan itu sambil
tersenyum, dan Shirakawa-san juga tersenyum sambil berkata “Begitu ya~”.
“Kedengarannya bagus ~!
Benar-benar hidup yang menyenangkan. Aku juga ingin menjadi YouTuber yang bisa berbicara
tentang kosmetik yang kusukai.”
“Jika itu Shirakawa-san, aku
pikir kamu benar-benar bisa melakukannya.”
“Tapi, aku yakin tidak ada yang
mau menontonnya ~”
“Jangan khawatir, karena aku
akan menontonnya sekitar seribu kali.”
“Eh, itu artinya kamu akan
sering menontonnya, Ryuuto.”
Saat aku melihat Shirakawa-san
yang tersenyum sambil berkata "Aku
senang!", Aku juga ikutan senang. Aku diliputi emosi membahagiakan
sampai-sampai aku merasa hampir menangis.
Shirakawa-san
menemukan video itu di antara banyak video yang dibuat KEN, video Let's Play
Game yang dia sukai dan yang membuatnya tertarik. "Serial Selingkuh"
tidak lagi dibuat sehingga KEN Craze Shirakawa-san mungkin akan berakhir dalam
beberapa hari.
Namun,
bisa berbicara dengan Shirakawa-san tentang KEN seperti ini saja sudah
membuatku sangat bahagia sampai-sampai ini terasa seperti mimpi.
Apa
yang harus aku lakukan.
Hari
demi hari, aku semakin jatuh cinta pada Shirakawa-san.
Pada saat yang sama, aku
didorong oleh perasaan ingin menyentuhnya, dan itu membuat dadaku terenyuh.
Aku benar-benar merasa tidak
sabar menunggu kencan kita di akhir pekan.
◇◇◇◇
Jadi, pada hari Minggu
berikutnya, aku pergi ke kebun binatang bersama Shirakawa-san.
“Ya ampun! Leher burung hantu itu
aneh! Bukannya itu akan patah!? ”
Shirakawa-san tiba-tiba menjadi
sangat bersemangat saat melihat seekor burung hantu memutar lehernya 180
derajat di dekat pintu masuk.
“Ayo lihat panda, Ryuuto! Panda!
Uwaah ~! Sepertinya mereka sangat populer! ”
Dia membuat keributan mengenai
hewan panda.
“.... Panda, mereka agak kotor,
bukan ~. Dan bukannya tubuh mereka terlalu besar? Aku pikir itu bukan bayi…. ”
Panda yang kami lihat berbeda
dari yang diharapkan, jadi kegembiraannya sedikit berkurang.
“Waa ~ harimaunya sangat imut!
Hei, bukannya mereka terlihat seperti kucing !? Malahan, pola itu terlihat
sangat cantik! Aku pikir aku ingin memakai gaun yang punya pola seperti itu!”
Dia memberi kesan uniknya saat
menempel di kandang harimau bengal.
“Aku tahu aku seharusnya
mengenakan sesuatu dengan pola binatang hari ini! Mereka mungkin mengira aku
salah satu dari kawanannya dan kita akan akrab! Aku akan memakainya jika ini
musim gugur ~”
Dia melirik pakaiannya sendiri
seolah benar-benar menyesalinya.
Busana Shirakawa-san hari ini masih
sama seperti biasanya, gaya gyaru mode penuh. Dia mengenakan atasan dengan bahu
terbuka yang biasa, dengan celana pendek denim sobek-sobek, dan ransel kulit
sintetis dengan tali bahu panjang. Sepatunya masih yang pakai hak, namun berkat
denim dan ransel, penampilannya mengeluarkan kesan kasual, jadi dia mungkin
memikirkan TPO kebun binatang dengan
caranya sendiri. (TN
: Time, Place, and Occasion [waktu, tempat, dan situasi])
Sambil bersemangat begitu, kami
berkeliling melihat-lihat hewan selama lebih dari satu jam. Dan akhirnya, aku
mulai lapar.
Hari ini, kami bertemu di
stasiun A pada pukul sebelas, dan sekarang sudah lewat pukul satu siang. Karena
sekarang adalah akhir pekan dan ada banyak orang, jadi tempat makan siang masih
ramai dikunjungi pengunjung yang sedang makan siang.
“Kamu mau makan apa,
Shirakawa-san? Sepertinya makanan yang mereka jual di menu berbeda tergantung
tempatnya…. ”
Saat aku bertanya padanya,
Shrakawa-san cuma membalas “Eh?”, Dan mengalihkan pandangannya.
“Hmm?”
Shirakawa-san menatapku lagi,
dan menunduk.
“Apa ada yang salah? Apa kamu
masih belum lapar? ”
“Yah itu sih…."
Shirakawa-san tidak menjawab
dengan jelas dan membuat tubuhnya menggeliat gelisah dalam diam. Ini bukan reaksinya
yang biasa, jadi ada tanda tanya terus menumpuk di kepalaku.
“Errr…. Jadi, apa kamu masih ingin
melihat-lihat binatang? Kita sudah melihat sebagian besar wilayah timur, jadi
wilayah barat…. ”
“Anu…. Umm, Ryuuto!”
Kemudian, Shirakawa-san
akhirnya angkat bicara. Wajahnya agak memerah.
“Hmm? Ada apa?”
Saat aku bertanya, muka Shirakawa-san
semakin memerah dan dengan gugup mulai berbicara.
“Umm…. Aku sangaaaaaatttt ragu
apakah aku harus memberikannya kepadamu atau tidak, tapi karena aku sudah
bangun pagi-pagi dan melakukan yang terbaik, meski hanya sedikit…. Aku harap Ryuuto
mau menerimanya.”
“Eh?”
“Oleh karena itu!”
Saat dia mengatakan ini,
Shirakawa-san dengan panik menjatuhkan ransel yang dia bawa, dan mengeluarkan
sesuatu dari dalam.
“Ini! Makan siang yang kubuat
sendiri!”
“Eh…. Eeehh !? ”
Aku
tidak tahu apa yang terjadi.
Tapi,
ada makan siang!?
Apalagi
itu buatan Shirakawa-san !?
Aku melihat apa yang disajikan
dan pastinya itu kotak makan siang. Kotak plastik putih anorganik itu terlihat sederhana
dan tidak terlalu menggambarkan Shirakawa-san. Dia mungkin meminjam dari dapur keluarganya.
“Shirakawa-san yang membuat ini
!? Makan siang ini !? ”
Karena terlalu kaget, tanpa
sadar aku bertanya balik dengan suara keras.
“Ya….”
Shirakawa-san menjawab dengan
suara yang memudar, pipinya memerah dan menunduk malu.
“Ryuuto, kamu pernah bilang
sesuatu seperti aku yang bekerja sambilan di toko kue, dan kamu juga sepertinya
menyukai hal semacam itu, jadi…. Aku tidak pernah memasak atau semacamnya, aku
juga berpikir untuk berhenti tapi…. ketika aku membayangkan Ryuuto akan dengan
senang hati menerimanya, aku jadi…. merasa ingin membuatnya.”
“Shirakawa-san….”
Aku menatap wajah Shirakawa-san
lagi.
Rambut
ikal panjang berwarna terang dan kukunya yang panjang serta berkilau merupakan
kebalikan dari citranya yang sederhana. Dari kelihatannya, dia mungkin tidak
terlalu pandai memasak.
Dan
tak kusangka kalau Shirakawa-san membuatkan makan siang untukku….
Aku
merasa sangat bahagia.
“Ka-Kalau kamu enggak mau juga
enggak apa-apa, oke !? Aku akan memakan semuanya sendiri!”
Saat sedang kesulitan menerima
kotak makan siang yang ditawarkan kepadaku, wajah Shirakawa-san berkerut dan
hampir menangis. Dengan wajah memerah, dia mengerutkan alisnya dalam-dalam dan
mencoba menurunkan kotak makan siang
“Tidak, aku akan menerimanya! Terima
kasih banyak, Shirakawa-san.”
Aku dengan panik
memberitahunya, dan menerima kotak makan siang.
Karena tidak perlu membeli
makan siang lagi, kami lalu pergi ke tempat beristirahat terdekat dan menyantap
makan siang di sana. Tempatnya di luar ruangan, tapi ada atap kecil dan banyak
kursi dan meja sederhana.
“Jangan terlalu berharap,
oke….? Aku belum pernah membuat makan siang sendiri selama hidupku.”
Shirakawa-san dengan malu-malu
memberitahu hal itu, tapi semakin dia mengatakannya, semakin tinggi
ekspektasiku dan itu memiliki efek sebaliknya. Sebaliknya, apa pun jenis makan siangnya, aku tidak peduli.
Makan
siang buatan Shirakawa-san yang pertama kali…. Makan siang yang cuma aku yang
bisa menikmatinya, makan siang yang tidak bisa dimakan oleh mantan pacarnya.
Aku sangat senang sampai tanganku
gemetaran saat membuka tutup kotaknya.
“Ayo lihat….”
Dengan pikiran yang serius, aku
membuka tutupnya dan inilah waktunya untuk melihat hasil usahanya.
Makan siang tersebut muncul di
hadapanku, dan bentuk lengkap dari makan siang itu ternyata…..
“Oooh….?”
Omurice.
Seluruh permukaannya ditutupi dengan telur tipis berwarna kuning, jadi tidak
diragukan lagi.
Namun, warna kuningnya
berantakan di beberapa tempat, nasi ayam bewarna merah terlihat di bagian bawah
dan di beberapa tempat ada warna gosong. Brokoli dan tomat ceri sebagai hiasan
menerima tekanan dari omurice yang tidak seimbang, dan dihancurkan dengan
menyakitkan di bagian sudutnya.
Makan siang ini bukanlah
masakan yang jelas-jelas buruk, sesuatu seperti hitam gosong kayak aran, tapi
makan siang yang realistis, dan dibuat sedikit buruk oleh seseorang yang tidak
terbiasa tetapi melakukan yang terbaik dengan tergesa-gesa.
Perasaan cintaku pada Shirakawa-san
hampir menembus ke atas langit karena keberaniannya.
“Eh, mana mungkin !? Ini sangat
tidak seimbang! Eh ~…. Saat aku membuatnya, itu sedikit lebih baik dari itu,
oke !? ”
Saat dia melihat isi bekal di
dalamnya, Shirakawa-san menjadi tersipu.
“Ini enggak apa-apa, sungguh.
Kalau begitu, selamat makan.”
Kemudian, pada waktu yang
bersamaan saat aku hendak memasukkan sendok ke dalam omurice.
Ponselku bergetar dua kali, dan
karena penasaran, aku mengeluarkannya dari kantong dan melihat ke layar.
________________________________________
Nikoru
Apa
kamu memakan semua makanannya?
Jika
kamu menyisakan sesuatu, aku akan memukulmu, awas saja nanti
________________________________________
“Eeek….!”
Ternyata ada pesan LINE dari
Yamana-san.
“Apa ada yang salah?”
Melihat ekspresiku yang kaku,
Shirakawa-san dengan polos mengintip ke layar.
“Ah! Ini dari Nikoru.”
Aku membuka mataku lebar-lebar
dan menatap pop-up yang ditampilkan.
“Apa kamu membicarakan masalah
makan siang dengan Yamana-san?”
“Bagaimana bilangnya yah ..
pagi ini, dia meneleponku berkali-kali untuk membangunkanku. Aku akan membuat
makan siang, jadi aku pasti ingin bangun lebih pagi…. Orang tuaku, selalu tidur
di akhir pekan, dan nenek sedang dalam perjalanan dengan teman-teman grup menari
hula, jadi itu sebabnya.”
“Eh, bagaimana dengan alarm jam
untuk membangunkanmu?”
“Bukannya mustahil bisa bangun
dari itu? Aku akan menghentikannya dalam sekejap, dan kembali tidur. Jika itu
Nikoru, dia akan terus berbicara denganku sampai aku beneran bangun.”
“….”
Shirakawa-san
benar-benar luar biasa. Jika itu aku, daripada merepotkan orang lain ke masalah
yang sangat pribadi seperti membangunkanku, aku akan memilih untuk tidur dengan
jam alarm yang dibungkus di perut seperti dinamit.
“Apa Yamana-san selalu bangun
pagi?”
“Nnnnn. Dia bekerja sampai
larut kemarin, jadi dia seperti 'Itu
menyebalkan! Aku tidak peduli lagi!'Dan menjadi sangat marah.”
Begitu
...... Kemarahan itu, mengarah ke pesan LINE ini, ya
“Sebaliknya, kamu mengirim pesan
LINE ke Nikoru, ya.”
Shirakawa-san berbicara sambil
mengedipkan matanya.
Ah,
sama seperti terakhir kali, pikirku.
Ekspresinya
sama seperti yang pernah dia tunjukkan
saat bertanya mengenai aku yang bertemu dengan Yamana-san di restoran cepat
saji.
“Ya…. Umm, saat aku mendengar
tentang ulang tahunmu, Yamana-san yang memberitahukannya padaku. Jika aku ingin
bertanya tentang Shirakawa-san, dia bilang tinggal kirim pesan saja lewat LINE.
Aku benar-benar tidak mendapat pesan darinya sejak saat itu.”
Rasanya seperti membuat alasan,
tapi karena Shirakawa-san sepertinya tidak cemburu, aku mengatakannya dengan
nada setengah-setengah.
“Fuun, begitu!”
Benar saja, Shirakawa-san
segera kembali ke suasana hatinya yang biasa.
Segera setelah itu, dia
menunduk ke bawah dan bergumam dengan nada berbisik.
“Kurasa .. Aku mungkin menyukai
Ryuuto lebih dari yang kupikirkan….”
“Hmm, ada apa?”
“Bukan apa-apa, kok!”
Jadi, aku akhirnya mulai
menyantap makan siang.
Yang penting adalah rasanya,
dan itu tidak seberbahaya yang aku cemaskan.
“Yeah, ini enak!”
Aku mengatakan itu dengan jujur
dan rasanya seperti omurice biasa yang dibuat di rumah.
Sebaliknya, meski itu adalah
makan siang yang sangat buruk pada tingkat di mana gula dan garam bercampur,
tapi bagiku, rasanya tidak kalah dengan masakan restoran bintang tiga.
Ini kotak makan siang buatan
sendiri yang dibuat oleh Shirakawa-san yang sangat aku cintai.
“Benarkah!? Hore! ”
Shirakawa-san menjawab polos
dan tampak bahagia seperti anak kecil.
“Dan ini pertama kalinya aku
membuatnya, aku mungkin jenius! Mungkin aku akan menjadi koki di masa depan~”
“Tentang itu, bukannya kamu
ingin menjadi YouTuber?”
“Nnnn, ada begitu banyak hal
yang kuinginkan, aku jadi bingung!”
Hari ini, Shirakawa-san lebih
sering tersenyum. Dari awal, dia adalah gadis yang periang, jumlah waktu dia
tersenyum saat kami bersama lebih banyak daripada saat kami baru jadian.
Aku
penasaran, apa .. dia lebih menyukaiku dari sebelumnya?
Jika
itu masalahnya, sedikit skinship harusnya o-oke ‘kan….?
Setiap
kali aku menganggap Shirakawa-san imut dan manis, aku ingin menyentuhnya. Pada
awalnya, bisa bersama dengannya saja sudah membuatku senang, tapi sepertinya
aku sudah menjadi serakah tanpa aku sadari.
◇◇◇◇
Setelah makan siang, kami
mengelilingi kebun binatang lagi untuk melihat binatang selama satu jam atau
lebih, selesai mengelilingi kebun binatang, dan kemudian kami pergi.
Kurasa
sudah waktunya.
Tujuan
utama hari ini, "Ketika aku pergi naik perahu dengan Shirakawa-san, pada
saat kakinya goyah saat naik atau turun, aku akan memegang tangannya secara
naluriah", dan dengan itu, biarkan misi dimulai.
Demi
mencapai hal itu, aku harus berhasil mengajak Shirakawa-san untuk naik perahu.
Sambil menyembunyikan
kegembiraan batinku, aku berjalan berdampingan dengan Shirakawa-san di jalan di
luar kebun binatang.
Sisi barat kebun binatang
berbatasan dengan Kolam Shinobazu Taman Ueno, dan saat meninggalkan gerbang
dari sana, kamu pasti akan berjalan di sepanjang kolam.
“Ini benar-benar kolam yang
besar ~!”
Shirakawa-san menyuarakan
kesannya saat melihat ke arah kolam.
“Memang, ini kolam yang sangat
besar.”
Cuaca hari ini sangat bagus,
jadi meski sudah menjelang jam tiga sore, masih ada banyak perahu yang
berlayar. Banyak dari perahu yang kami lihat adalah perahu berbentuk angsa, tapi
aku sudah memastikan sebelumnya bahwa ada juga perahu biasa.
“Ah!”
Shirakawa-san lalu menunjuk ke
arah kolam.
“Jadi ada juga perahu!
Sepertinya seru juga naik itu!”
“…. Mau coba menaikinya?”
Kesempatan yang datang terlalu
mulus sampai-sampai membuatkuu gugup, dan nada suaraku terdengar agak bernada
tinggi.
“Ya, aku mau!”
Shirakawa-san menjawab dengan
semangat tinggi. Dan matanya berbinar bahagia.
“Kupikir aku belum pernah naik
perahu sejak SD! Apa kita harus mendayung !? ”
“Tidak, biar aku saja yang mendayung.”
“Eh, tapi semua orang di perahu
harus mendayung, ‘kan?”
“Kalau itu sih dalam perahu
kayak!”
“Eeh ~ !?”
Sambil menertawakan ucapan
Shirakawa-san yang polos, kami berdua menuju ke dermaga tempat kapal
ditambatkan.
Rupanya, ada sistem di mana kamu
harus membeli tiket dari mesin tiket dan menuju area boarding di ujung dermaga.
“Ah, tapi bukannya naik perahu
terasa panas?”
Karena Shirakwa-san mengatakan
itu, aku berhenti mencoba naik perahu biasa, dan membeli tiket perahu sepeda
beratap. Ini adalah jenis perahu yang bergerak saat kamu mengayuh pedal dengan
kaki seperti sedang mengayuh sepeda, dan bisa disebut perahu angsa tapi bagian
kepala angsanya dilepas.
“Kita bisa naik perahu selama
30 menit? Kedengarannya menyenangkan!”
Suara Shirakawa-san melambung
saat dia menuju ke perahu dimana petugas tempat ini membimbingnya.
“Perhatikan langkah anda….”
Dengan alas kaki dengan hak 10
sentimeter, dia mencoba naik ke atas perahu.
“Waah….!”
Pada saat itulah aku mencoba
memberikan uluran tangan ketika kakinya goyah.
“Wah! Benar-benar pemandangan
yang bagus!”
Shirakawa-san segera
mendapatkan kembali keseimbangannya dan hal berikutnya yang aku tahu, dia
berhasil dengan selamat ke kapal.
“….Ya kamu benar….”
Mungkin,
alasan kekalahan barusan ialah karena aku membiarkan Shirakawa-san naik perahu
duluan. Seseorang, ketika kakinya goyah, biasanya menggerakkan tangannya ke
depan tubuhnya, jadi jika aku naik perahu dulu, aku mungkin bisa membantunya
dengan cara yang alami.
“….”
Tenanglah,
masih ada kesempatan lain saat kita turun dari perahu.
Aku mengingatkan diriku akan
hal itu dan berusaha untuk tetap tenang.
“Apa ada yang salah, Ryuuto?”
Shirakawa-san berbicara
kepadaku setelah aku mulai mengayuh. Aku hanya membalas “Eh?”, Dan melihat ke
sampingku.
“Apanya?”
Bagian dalam perahu itu sangat
terbatas. Ketika aku melihat wajahnya yang terlalu cantik dari kejauhan di mana
bahu kami bersentuhan, aku semakin gugup dan mulai berkeringat.
Aku,
mencoba untuk memegang tangan gadis secantik ini, kan.
…
.Apa aku bisa melakukannya?
Tapi,
jika dia menolak untuk berpegangan tangan, keinginanku untuk membuatnya
mengatakan "Aku ingin berhubungan seks" kepadaku di masa depan cukup
tipis.
Memikirkan
hal ini saja sudah membuatku semakin gugup.
“Karena kamu agak linglung
tadi. Apa kamu capek?”
“Eh, tidak….”
Dia
akan menganggapku aneh, jadi mending jujur saja. Masalah mengenai aku yang berencana
untuk memegang tangannya setelah ini lebih baik dirahasiakan dulu.
“… .Ketika aku melihat Shirakawa-san,
aku sedikit nge-blank karena kamu terlalu manis….”
Shirakawa-san menanggapi dengan
“eh”, dan menatapku saat aku mengatakan kalimat itu sambil menahan rasa maluku.
Pipinya langsung memerah.
“Baka.”
Ekspresi menyipitkan matanya
dan tersipu malu-malu masih terlihat manis, aku berharap aku bisa mengambil
fotonya.
“Ah!”
Saat itulah Shirakwa-san
mengeluarkan ponsel dari kantong ranselnya.
“Aku mau mengambil foto!”
“Eh !? O-oke. ”
Aku dibuat terkejut dan sempat berpikir
kalau dia membaca pikiranku.
Ngomong-ngomong tentang gadis
gyaru, aku membayangkan kalau mereka sering mengambil banyak foto narsis, tapi
Shirakawa-san bukanlah tipe yang suka selfie. Saat kami bersama, dia praktis
tidak pernah berfoto selfie, jadi sampai sekarang kami belum pernah berfoto
bersama selama kencan kami sebelumnya.
“Ah, yang ini kelihatannya
bagus.”
Shirakawa-san memulai aplikasi
kamera dan memeriksa sudutnya.
“Ayo sedikit lebih dekat.”
Saat dia mengatakan ini,
Shirakawa-san mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arahku. Dari rambut semi
ikalnya yang panjang, aroma wangi yang mirip seperti tumbuhan atau buah mulai
melayang dan menggelitik hidungku. Ini merupakan campuran dari parfum dewasa
yang selalu dia gunakan dengan aroma feminin yang tak terlukiskan.
“Ayo, lihat ke arah kamera!”
Shirakawa-san tertawa dan memberitahuku
saat aku masih dalam ke adaan gugup dan benar-benar melihat ke arah yang
berbeda.
“Woke, ini dia.”
Pada saat itu, Shirakawa-san
sedikit menyandarkan kepalanya di bahuku.
“….!?”
Selanjutnya, tombol fotonya
ditekan.
“Ah, kelihatannya bagus!”
Di layar yang Shirakawa-san
tunjukkan padaku adalah wajahku yang difoto di ambang menjadi kaku karena saking
terkejutnya.
“Foto ini, mau dijadikan
sebagai wallpaper layar kunci?”
Shirakawa-san menatapku dengan
mata menengadah dan tersenyum nakal.
“Eeh…. seperti yang kuduga…. Itu
cukup memalukan…. ”
Aku memberitahunya ragu-ragu
dengan wajah memerah, dan Shirakawa-san menanggapi “Aku tahu, iya ‘kan ~” lalu
tersenyum.
“Kalau begitu, kurasa aku akan
menjadikannya sebagai wallpaper layar utama aja.”
Dia menekan “Pengaturan” sambil
mengatakan ini, dan menavigasi dengan cepat.
“Ah, ini keliatan bagus, ‘kan?”
Aku sekali lagi diserang oleh
rasa malu saat dia menunjukkan layar beranda smartphone-nya dengan ikon
aplikasi berbaris di atas foto kami.
“Bagaimana kalau Ryuuto juga?”
Dia bertanya padaku dengan
sikap manja, lalu aku menjawab “Baiklah” dengan jantung yang berdebar-debar.
Shirakawa-san tersenyum senang saat aku menunjukkan padanya gambar yang dia
kirimkan melalui LINE sebagai wallpaper.
“Fufu, sepertinya kita punya
hal lain yang sepasang.”
Senyumannya itu begitu
mempesona, dan itu bukan hanya karena pantulan sinar matahari sore dari
permukaan air.
Di
dalam perahu sempit ini, aku merasa lebih dekat dengan Shirakawa-san dari
biasanya…. Aku berharap kita bisa tetap seperti ini selamanya, itulah yang aku
pikirkan.
◇◇◇◇
Namun, waktu terus mengalir
tanpa ampun dan tiga puluh menit berlalu dalam sekejap.
Aku kembali ke dermaga sembari
memendam perasaan menyesal dan memarkir perahu. Aku turun terlebih dahulu dan
menunggu Shirakawa-san berdiri dan turun dari perahu.
Benar.
Kali
ini, untuk menggenggam tangannya.
“Uups!”
Namun, Shirakawa-san dengan
gesit berdiri, dan mendarat tanpa ada tanda-tanda hilang keseimbangan.
“….”
Berlawanan dengan waktu saat
memulai, turun dari perahu merupakan tindakan berpindah dari tempat yang tidak
stabil ke tempat yang stabil. Jika Kamu memiliki keseimbangan yang baik, kamu
tidak memerlukan bantuan sama sekali.
Misi
gagal.
“Naik perahu sangat menyenangkan!
Rasanya sangat nikmat ~ ”
“Kamu benar….”
Shirakwa-san sedang dalam mood
yang baik, namun aku merasakan kesedihan layaknya tentara yang kalah dari
peperangan.
“Apa yang kita lakukan
sekarang?”
“Hmmm….”
“Mau langsung pulang?”
“Nnnn…. Yah.”
Waktu masih belum pukul empat
sore. Karena masih belum mau menyerah, aku menggelengkan kepala.
Aku ingin naik perahu lagi dan
memulai lagi dari awal, tapi aku ingin dianggap aneh karena mengatakan itu.
“Apa kamu ingin berjalan-jalan
sebentar?”
Cuma itu saja yang bisa aku
ucapkan setelah banyak pertimbangan.
Aku
ingin tahu apakah wajahku terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
Saat itu, ekspresi di wajah Shrakawa-san sedikit berubah.
“….Oke.”
Senyuman manisnya menghilang dari
wajahnya yang cantik, dan menjadi sedikit gugup.
Untuk beberapa saat setelah itu,
kami berjalan menyusuri jalan setapak di tepi kolam dalam keheningan.
Aku
menyukaimu, Shirakawa-san.
Menurutku
.. dia juga menyukaiku. Maksudku, dia sangat baik padaku dan terus berkencan
denganku.
Tapi,
dia masih belum mengatakan "Aku ingin berhubungan seks" padaku.
Ketika
aku memikirkannya, hal itu membuat aku takut. Dan sesuatu seperti mengatakan
"ayo berpegangan tangan" secara langsung, aku tidak bisa mengucapkannya
sama sekali.
Namun,
aku ingin menyentuhnya.
Bagiku,
"menyukai" seorang gadis sama dengan ingin menyentuhnya.
Tapi,
"suka" untuk Shirakawa-san tidak selalu berarti sama. Itulah yang tidak
aku pahami dan rasanya menyakitkan.
Aku
tidak ingin menyakitinya, tapi hal ini semakin lama semakin sulit. Itu karena
perasaan cintaku padanya semakin besar.
Meski
begitu, aku tidak ingin disamakan seperti mantan pacarnya dan membuatnya
menganggap seks sebagai "kewajiban" untuk pacarnya. Itu sebabnya aku
juga berhati-hati dalam hal skinship.
Bagaimanapun
juga, Shirakawa-san adalah gadis yang sangat baik. Karena jika dia
memperhatikan keinginanku, dia akan mengesampingkan perasaannya dan membiarkan
aku melakukan apapun yang aku inginkan.
“… .Hei, Ryuuto.”
Saat aku memikirkan hal ini,
Shirakawa-san yang ada di sampingku tiba-tiba berhenti.
“Hmmm?”
Saat aku kembali tersadar ke
realitas, Shirakawa-san menatapku dengan serius.
“Jika ada yang ingin kamu
katakan padaku, katakan saja.”
“Eh….”
Aku
ingin tahu apakah dia menyadarinya. Motif tersembunyiku.
Tapi,
untuk memberitahunya hal itu…. Saat sedang memikirkan ini,
Shirakawa-san mulai berbicara dengan wajah muram.
“Aku .. mengerti, hal semacam
itu. … .mereka, karena mereka semua mulai membahas hal semacam itu pada kencan
normal seperti ini.”
“Eh?”
Aku mengerutkan alis karena
tidak memahami apa yang dia bicarakan. Kemudian, ekspresi Shirakawa-san mulai
tampak sedih.
“Sebenarnya, aku tidak ingin
putus. Aku juga ingin mengenal Ryuuto lebih baik…. dan aku menyukaimu. Karena aku
bodoh, mungkin perasaanku tidak tersampaikan kepadamu tetapi…. Lama kelamaan aku
semakin menyukaimu, tahu?”
“Eh, tunggu sebentar, apa yang sedang
kita bicarakan?”
Ternyata,
apa yang kupikirkan dan Shirakawa-san pikirkan sangat berbeda. Karena
menyadari hal ini, aku menghentikannya untuk berbicara.
“Eh?”
Shirakawa-san tampak kebingungan.
“Bukannya kita tidak sedang
membicarakan tentang bagaimana kamu ingin putus denganku?”
“Eeeh !? Itu benar-benar
berbeda!”
Dia mengatakan sesuatu yang
tidak pernah aku pikirkan sekalipun, jadi aku panik sekali.
“Ke-kenapa kamu memikirkan
tentang itu….!?”
“Karena, kamu membuat wajah
yang sulit, dan kami hanya berjalan tanpa tujuan.”
“Eh !? Tidak, itu sih…. ”
Kemudian, aku teringat
kata-kata yang dia ucapkan sebelumnya.
── Aku .. mengerti, hal semacam itu. …
.mereka, karena mereka semua mulai membahas hal semacam itu pada kencan normal
seperti ini
Jadi
begitu rupanya, ya.
Hingga
saat ini, mantan pacarnya mulai membicarakan masalah putus dengan cara begini,
ya.
Memutuskan
hubungan dengan seseorang memang terasa menyakitkan. Dan aku terluka sampai
menjadi trauma hanya karena aku menembak Kurose-san dan ditolak. Hanya saja dia
tidak membalas pengakuanku, tapi rasanya seluruh diriku ditolak.
Dan
sebuah pengalaman yang lebih menyakitkan dari itu…. pengalaman tiba-tiba
didorong oleh keberadaan yang menerimamu sekali dan yang bisa kamu percayai,
Shirakawa-san sudah mengalaminya berkali-kali.
Alasan
mengapa dia mendesakku untuk berbicara lebih dulu adalah, untuk membuat lukanya
sekecil mungkin…. Itu mungkin naluri defensifnya yang membuatnya melakukannya,
tidak ingin terluka lagi.
“Aku .. sama sekali tidak
berniat putus dengan Shirakawa-san.”
Aku
tidak seperti mantan pacarnya.
Hal
semacam itu, aku tidak ingin memikirkannya sekarang…. Aku bahkan tidak ingin
memikirkan kejadian yang tidak mungkin terjadi.
Jika,
suatu hari, bahkan jika cinta ini akan berakhir suatu hari nanti.
Itu
pasti, takkan berasal dariku.
“Apa yang aku pikirkan barusan
adalah….”
Apa yang telah aku renungkan
sejak tadi terliha seperti masalah yang sepele dan tidak penting ketika aku
memikirkan luka-luka yang dialami Shirakawa-san.
“Tentang ingin naik perahu
lagi… .. cuma itu saja.”
Shirakawa-san tampak tercengang
saat mendengar ucapanku.
“… .Eh, naik perahu? Cuma itu
saja?”
“Ya. Karena kita baru saja naik,
jadi aku pikir kalau permintaanku itu akan aneh.”
Saat aku menganggukkan
kepalaku, senyuman kembali menghias wajah Shirakwa-san.
“Apa kamu sangat menyukai naik
perahu? Kamu benar-benar putus asa ~, ayo kita naik lagi! Pasti terasa enak, ‘kan
~! ”
Melihat senyum riang itu
membuatku dipenuhi dengan perasaan cinta padanya sekali lagi.
…
..Sudah kuputuskan.
Ada
perubahan rencana.
Lebih
baik jangan menunggu Shirakawa-san mengulurkan tangannya.
Aku
akan mengumpulkan keberanianku dan mengulurkan tanganku duluan.
Aku
ingin menyentuhnya. Jika dia memasang ekspresi yang sulit, aku akan dengan
tulus meminta maaf dan menunggu saat yang tepat.
Tidak
masalah dengan itu.
Jadi, kami kembali ke area
boarding untuk naik perahu. Kemudian Shirakawa-san berbicara kepadaku di depan
mesin tiket.
“Jika kita akan naik lagi, mau
naik perahu yang biasa kali ini?”
“Tentu, tapi apa kamu baik-baik
saja dengan sinar matahari?”
“Ya, karena tidak sepanas
ketimbang tadi.”
Jadi aku membeli tiket untuk
perahu dayung, dan kami menuju ke dermaga.
Perahu dayung itu secara
struktural lebih tidak stabil dan goyah dari pada perahu pedal sebelumnya.
Aku naik perahu dulu,an lalu
mengulurkan tanganku ke arah Shirakawa-san yang berdiri di dermaga.
“Jika kamu mau, kamu bisa
memengangiku.”
Aku tidak berani menatap
matanya karena aku berusaha terlalu keras untuk mengumpulkan sedikit keberanian
yang tersisa.
“….”
Ada jeda sesaat, lalu aku
mendongak dengan cemas.
Di sana ada Shirakawa-san yang
wajahnya mencerminkan keterkejutan dan rasa malu.
“Umm, makasih….”
Shirakawa-san dengan malu-malu mengulurkan
tangan rampingnya. Perasaan kelembutan dan kelembapan kulit hangatnya menyentuh
tanganku.
Dadaku berangsur-angsur menjadi
panas saat aku menggenggamnya dengan lembut.
Setelah menggenggam tanganku,
Shirakawa-san naik ke kapal.
“.... Kamu baik banget ya,
Ryuuto.”
Saat dia mengatakan itu dengan
suara kecil, mata Shirakawa-san tampak agak lembab.
Tapi, kami berpegangan tangan
cuma sesaat.
Kami segera melepaskan tangan
satu sama lain dan duduk saling berhadapan di atas perahu.
Sebelum aku sempat terlena di
sisa-sisa skinship pertama kami, aku harus memegang rongkat dayung yang kasar,
tapi mau bagaimana lagi karena kami takkan meninggalkan dermaga jika aku tidak
mendayung
Setelah aku mulai mendayung,
kami terdiam beberapa saat.
Itu adalah keheningan yang
nyaman.
Pemandangan hijau tanaman yang
tumbuh di sepanjang sisi kolam, dan gedung-gedung bertingkat tinggi dapat dilihat
di baliknya. Airnya agak keruh jadi kami tidak bisa melihat ikan, tapi ada
kawanan bebek yang berenang di kejauhan.
Saat aku melihat-lihat pemandangan
sekitar, aku mendayung dengan perasaan puas.
“.... Mungkin, ada baiknya kami
memilih perahu ini.”
Setelah beberapa saat,
Shirakawa-san menggumamkan beberapa kata.
“Hmmm?”
Aku menatapnya dengan bermaksud
menanyakan apa maksudnya, dan kemudian Shirakawa-san menyeringai padaku.
“Karena aku bisa bergandengan
tangan dengan Ryuuto.”
Pipinya terlihat sedikit memerah.
“Eh….”
“Belakangan ini, aku sangat
ingin berpegangan tangan dengan Ryuuto. Itulah sebabnya aku, seperti, berusaha
lebih dekat dari biasanya, tetapi apa kamu tidak menyadarinya? "
Sekarang
setelah dia menyebutkannya, aku jadi ingat. Ada kalanya dia tiba-tiba menarik
lenganku saat kami pulang bersama. Atau saat dia menyenderkan kepalanya di
pundakku ketika kami berselfie di dalam perahu kayuh.
Jadi
itu sebenarnya kode darinya, ya.
“Kupikir itu buruk, jadi aku
tidak bisa memberitahumu dengan jelas. Mau berpegangan tangan saat aku masih
belum yakin mau bercinta denganmu, itu sangat egois, ‘kan. Maksudku, sekali
menyentuh, cowok pasti ingin melakukannya, bukan?”
“Eh, tidak, hal seperti itu….”
Tidak
peduli seberapa perjakanya aku, aku tidak punya hasrat seksual yang begitu
besar sampai-sampai tidak dapat menahan diri setelah hanya berpegangan tangan.
Kombinasi Shirakawa-san antara pemahaman dan kesalahpahaman tentang cowok itu
agak lucu tapi juga berbahaya.
“… .Aku juga, aku selalu ingin
berpegangan tangan dengan Shirakawa-san.”
Saat aku dengan jujur mengakuinya,
Shirakawa-san mengangkat dagunya dan menatap wajahku.
“Serius?”
“Ya.”
Aku mengangguk, dan wajahnya
dipenuhi senyuman.
“Hmmmm~, begitu ya….”
Sebuah senyuman yang
seolah-olah sedang merencanakan sesuatu.
Lalu, dia tiba-tiba berdiri.
“Shirakawa-san? Itu baha— …. ”
Ketika aku hendak memperingatinya,
dia meletakkan tangannya di lambung kapal dan dia menggoyangkan perahu dengan
kuat dari sisi ke sisi.
“Eh !?”
Perahu jadi terombang-ambing,
dan percikan air dari permukaan kolam masuk ke dalam perahu.
“Ad-Ada apa !? Itu berbahaya
jadi berhentilah sebelum…. ”
Saat itulah itu terjadi.
Shirakawa-san tiba-tiba
membungkuk lebih dekat ke arahku, wajah imutnya semakin dekat.
Tanpa waktu untuk mempersiapkan
diri, sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh bibirku.
Kami
berciuman
Pada saat aku menyadari fakta
itu, bibir kami sudah terpisah.
“Kamu lengah!”
Setelah duduk kembali,
Shirakawa-san berkata ebgitu dan tertawa.
“….”
Lupa mendayung perahu, aku
masih dalam keadaan terkejut seolah-olah jiwaku meninggalkan tubuhku.
Berciuman
dengan Shirakawa-san….
Berciuman
dengan Shirakawa-san….
Cuma kata-kata itu yang terus
terngiang-ngiang di dalam kepalaku.
Meski
berpegangan tangan sudah menjadi masalah besar, aku tidak pernah menyangka kalau
kita akan berciuman.
Aku
tidak percaya itu.
Dadaku menjadi panas, dan kepalaku
dipenuhi oleh Shirakawa-san.
Ya,
aku sangat, aku sangat mencintai Shirakawa-san.
“…. Kita .. memikirkan hal yang
sama, bukan? ”
Shirakawa-san tersenyum malu
padaku.
“Aku .. ingin lebih dekat
dengan Ryuuto. Aku ingin menyukai Ryuuto. Aku ingin….”
Setelah mengatakan itu padaku
dengan keppala tertunduk, dia menatapku sekali lagi.
“Memiliki 'cinta sejati' dengan
Ryuuto.”
Ketika dia mengatakan itu, aku
tersadar. Aku ingat percakapan di hari pertama kami berpacaran.
Shirakawa-san,
aku tidak pernah menyangka kalau dia menaruh perasaan seperti itu padaku….
Saat aku berada dalam pusaran
emosi yang dalam, Shirakawa-san mengipasi pipinya yang memerah dengan kedua
tangan dan menatapku.
“Ah, ya ampun, ini pertama
kalinya aku mencium seseorang duluan. Rasanya memalukan banget~!”
Bibir
cemberutnya masih terlihat lucu.
Setelah itu, kami saling bertatapan
dan kemudian ssaling tersenyum satu sama lain.
Ketika kami sampai di dermaga
dan aku turun duluan dari kapal, aku mengulurkan tanganku ke Shirakawa-san
lagi.
“Jika kamu tidak keberatan—”
“Makasih.”
Shirakawa-san dengan malu-malu
meraih tanganku.
Saat aku mencoba memisahkan
tangan kami karena dia sudah ada di dermaga, dia meremas tangan kami yang
terikat dengan erat.
“Shi-Shirakawa-san….?”
Aku dibuat terkejut dan melihat Shirakawa-san menunjukkan senyum
nakal.
“Sedikit lagi, kenapa kita
tidak tetap seperti ini?”
“Eh… .. Ye-Yeah.”
Oleh karena itu, kami mulai
berjalan melewati taman sambil berpegangan tangan.
“Dan kamu tahu, memanggilku
dengan 'Shirakawa-san', bisakah kamu menghentikannya?”
“Eh !?”
Aku menoleh ke arah
Shirakawa-san karena mendengar pemintaan yang begitu tiba-tiba.
“Lalu, bagaimana aku harus
memanggilmu….?”
Kemudian dia memasang ekspresi
sedikit cemberut.
“Namaku Luna, ‘kan?”
“Ah….”
J-jadi
itu yang dia maksud….
“Umm, uhh, lalu….”
Aku tidak pernah memanggil
seorang gadis dengan nama depan mereka selain “◯◯ -san”,
jadi butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri.
Aku
tidak pernah menyangka ada hari dimana aku akan memanggil Shirakawa-san dengan
nama depannya apalagi tanpa sebutan apapun.
“Lu, Lu-Lu-Lu….”
Sial,
jangan lagi.
Kejadian
yang sama seperti ketika aku menembaknya, dan aku menjadi tidak sabar.
“Lu-Lu….”
Aku
tidak sedang memanggil rubah. Lega rasanya Shirakawa-san menungguku tanpa
tertawa.
“… .Luna….”
Akhirnya,
aku bisa mengatakannya dengan benar. Pertama kali aku memanggil Shirakawa-san
dengan nama depannya terasa aneh, padahal ini suaraku sendiri, tapi seperti
bukan kata-kataku sendiri.
“Apa~”
Shirakawa-san dengan sengaja
bereaksi berlebihan. Dia membungkukkan tubuhnya ke depan dan menatap wajahku
dengan pandangan menengadah ke atas.
“Eh, baiklah.”
Bukannya aku memanggilnya
karena punya tujuan, jadi aku sedikit kaget mendengar balasannya.
“Ap-Apa kamu tidak capek?
Shirakawa-san. Mau duduk di suatu tempat? ”
“Tidak terlalu kok. Dan barusan
aku sudah duduk di atas perahu.”
“Ah….”
Betul
sekali.
“Sebaliknya, kamu memanggilku
'Shirakawa-san' lagi.”
“Ah, aku benar-benar….!”
Kamu
benar-benar putus asa, diriku….
Saat aku memikirkan itu dan
mulai merasa tertekan, “fufu” Shirakawa-san terkikik.
“Tidak masalah, kok. Sampai kamu
bisa memanggil namaku secara alami, aku akan terus menunggu.”
Lalu dia meremas tanganku
erat-erat seolah ingin meyakinkanku.
“Shirakawa-san….”
Dia
benar-benar gadis yang periang.
Aku
ingin cepat menjadi cowok yang cocok dengan pacar yang begitu menawan….
“… .Ryuuto, tanganmu dingin
sekali.”
Shirakawa-san dengan santai
memberitahuku saat aku sedang mengalami konflik batin.
“Serius? Ma-maaf, aku sangat
gugup, jadi…. ”
Aku sudah terbiasa meminta maaf
padanya sejak tadi, dan Shirakawa-san tersenyum lucu padaku.
“Tidak apa-apa, ini sudah masuk
musim panas. Lalu aku akan menjaganya tetap hangat untukmu.”
Setelah memberitahuku itu, pipinya
sedikit memerah dan tersenyum malu-malu.
“Malahan, ini agak memalukan”
Wajahku juga merah, namun
Shirakawa-san terlihat sangat malu dan mendongak ke atas langit untuk
menutupinya.
“Ah…. Jika kita berhubungan
seks di awal, aku yakin takkan tersipu malu sampai segininya.”
Shirakawa-san bergumam begitu
saat melihat ke atas langit.
“Berpegangan tangan, dan berciuman,
benar-benar terasa memalukan. Setiap kali aku merasa kalau Ryuuto dekat
denganku, aku jadi semakin menyukaimu.”
Lalu, dia menatapku.
“Ini pertama kalinya bagiku tahu,
merasakan perasaan seperti ini.”
Dengan ekspresi kesal di
wajahnya dan pipinya yang memerah, dia memberitahuku.
“Apa kamu mau bertanggung jawab
karena sudah membuatku begini?”
Terkejut dengan kalimat yang
terdengar seperti lamaran, aku menatap mata Shirakawa-san dan mengangguk dengan
kuat.
“Jika kamu tidak keberatan denganku….
Ak-Aku akan senang.”
Shirakawa-san lalu tersenyum
lembut.
“Mouu~. Ini benar-benar
memalukan.”
Dia memberi lebih banyak tenaga
di tangan yang dipegang.
Hembusan angin sepoi-sepoi yang
bertiup dari kolam, menyapu udara senja yang menyegarkan dan menunjukkan
pertanda kalau sekarang sudah menjelang pertengahan musim panas.
Di
sampingku, ada Shirakawa-san.
Aku
takkan menjadi "mantan pacarnya".
Aku
ingin menghargai gadis ini.
Aku
ingin melindungi senyumnya selamanya.
Aku
tidak ingin melihat dia terlihat sedih lagi.
Dengan perasaan itu di benakku,
aku dengan lembut menggenggam tangannya yang halus dan hangat.
<<=Sebelumnya |
| Selanjutnya=>>
Vanilla bet njir
BalasHapusHmm tempat pemulihan HP dimana ya sekarat saya baca novel projek sini
BalasHapus