Our Dating Story Vol.1 Chapter 05 Bahasa Indonesia

Chapter 5

 

Beberapa saat yang lalu, aku merasa khawatir kalau suasananya bakalan jadi heboh jika semua orang tahu kalau aku berpacaran dengan Shirakawa-san. Misalnya seperti, dipelototi dengan mata penasaran, ditunjuk-tunjuk sambil ditertawakan…. Aku bahkan sempat membayangkan kalau aku akan dimaki setiap kali aku melewati seseorang.

Itulah sebabnya, aku sedikit terkejut saat tiba di sekolah keesokan harinya dan melihat kalau suasana di ruang kelas ternyata masih sama seperti biasanya.

Jika ada yang sedikit berubah, itu sih…...

“““Selamat pagi, Kashima-kun.”””

Beberapa gadis yang belum pernah aku ajak bicara, menyambutku saat aku berjalan melewati mereka.

“Se-Selamat pagi juga….”

“Aku tidak menyadarinya karena Ia tidak menonjol, tapi kalau dilihat-lihat dari dekat, Kashima-kun tidak terlalu buruk juga, bukan”

“Ia sepertinya cowok baik juga. Dan tidak jelek.”

“Ya, pastinya cowok yang baik. Maksudku, karena Shirakawa-san yang memilihnya!”

Dari apa yang aku dengar di sana-sini, sepertinya mereka tidak sedang menjelek-jelekkanku.

Saat sampai di tempat dudukku, Kurose-san, yang duduk di sebelahku, menatapku.

“Selamat… .. Selamat pagi”

Suasanya jadi canggung karena kemarin, tapi tatapan mata kami bertemu jadi aku menyapanya.

“… .Se-selamat pagi juga.”

Kupikir dia akan mengabaikanku, tapi Kurose-san membalas sapaanku dengan suara kecil seperti gumaman. Pipinya memerah, dan matanya melirik kesana-kemari seolah-olah sedang merasa malu.

“….?”

Kupikir Kurose-san pasti juga merasa canggung, jadi aku mencoba untuk tidak berbicara dengannya lebih jauh.

Namun, selama jam wali kelas sebelum pulang.

Saat membagikan kertas dari belakang ke depan karena mereka harus mengumpulkan lembaran di meja guru, aku melihat Kurose-san masih menunggu kertas dari belakangnya sementara aku sudah mendapatkan semua kertas dari barisku .

“Kurose-san.”

Ketika aku memanggilnya dan mencoba memberinya porsi dari barisku, bahu Kurose-san tersentak. Namun, dia sepertinya tidak ingin menoleh ke arahku .

Karena mengira kalau dia tidak mendengarku, aku menepuk pundaknya dengan ringan.

“Hyaa!”

Kurose-san kemudian menjerit kecil dan menoleh ke arahku.

Wajahnya merah padam, dan dia menatapku dengan wajah acak-acakan seolah-olah dia telah dianiaya.

“Ap-, ja-jangan mendadak menyentuhku!”

“Eh, maafkan aku.”

“Aku membencimu!”

“….”

Sepertinya aku benar-benar dibenci.

Yah, kurasa itu masuk akal…. Kemarin, aku menceramahinya seperti itu juga…. Itulah yang kupikirkan sambil merenungkan diri.

Di tengah kesibukan kelas, setelah lembaran kertas diserahkan dan guru mulai membagikan printout notifikasi.

“….Hei.”

Kali ini, aku terkejut saat Kurose-san mulai berbicara denganku.

“Ya?”

Aku ingin tahu apa yang dia butuhkan…. dan saat aku melihatnya, Kurose-san melirikku dan telinganya memerah.

“…. Kupikir .. Aku memang salah. Jadi tadi malam…. Aku meneleponnya, dan meminta maaf.”

“Eh?”

apa yang sedang dia bicarakan? Jadi aku memikirkannya sejenak.

“....Jangan-jangan, ke Shirakawa-san?”

Saat aku bertanya, Kurose-san menganggukkan kepalanya

“Itu sebabnya….”

Kurose-san melanjutkan dengan suara kecil.

“Bisakah kamu tidak membenciku….?”

Ujarnya dengan malu-malu serta wajah yang merah dan tertunduk.

“Eh….?”

Hanya sesaat, kupikir dia terlihat imut.

“… ..”

Kenapa dia menanyakan itu padaku? Padahal sebelumnya dia bilang kalau dia “membenciku"…. Aku bingung dan kepikiran sesuatu.

Gadis ini adalah gadis yang berusaha keras supaya bisa disukai oleh orang lain. Dia mungkin tak tahan memikirkan kemungkinan dibenci olehku setelah apa yang terjadi kemarin.

Itulah yang aku pahami, dan kuyakini.

“Jangan khawatir, aku tidak membencimu, kok.”

Saat aku membalasnya, Kurose-san melihat ke sini sejenak dan sepertinya dia akan menangis.

Dan dengan itu, dia memalingkan wajahnya dariku tanpa mengatakan apapun, membalikkan tubuhnya ke depan dan menunduk ke bawah.

“… .Eh….?”

Jawabanku, tidak salah, ‘kan?

Namun, tidak ada lagi yang bisa aku katakan.

Mending diam-diam mengabaikan Kurose-san untuk sementara waktu.

Mungkin seiring berjalannya waktu, kecanggungan tersebut akan hilang dan kita bisa berinteraksi sebagai teman sekelas yang normal.

Sembari mengharapkan itu, aku memasukkan lembaran kertas yang dibagikan ke dalam tasku dan mulai bersiap untuk pulang.

 

◇◇◇◇

 

Setelah itu, kehidupan sekolahku terus berlalu dengan damai. Dari yang aku pahami, tidak semua orang terlalu peduli dengan orang lain seperti yang aku kira.

Suatu hari tertentu.

Shirakawa-san dengan santai berjalan ke tempat dudukku pada jam istirahat.

“Pagi, Ryuuto!”

“Se-Selamat pagi….”

Karena semua sudah mengetahuinya jadi kurasa tidak apa-apa, huh. Sampai sekarang, aku hampir tidak pernah berbicara dengannya di sekolah jadi aku khawatir dengan pandangan orang lain terhadapku dan aku menjadi gugup.

“Lihat, lihat, lihat kuku ini. Aku melakukannya sendiri kemarin.”

Aku melihat kuku berkilau Shirakawa-san, yang sudah masuk pelanggaran peraturan sekolah, tapi aku tidak bisa menahan pandangan dari sekelilingku.

Namun, reaksi semua orang tak disangka biasa-biasa saja.

Tentu saja, ada beberapa orang yang dengan rasa penasaran menoleh ke arah sini dari kejauhan. Namun, mayoritas teman sekelasku sibuk dengan urusan mereka sendiri.

“.... Yah, kurasa begitu.”

Aku ingin tahu apa yang aku takutkan. Padahal mereka orang yang tidak terkait.

“Hei, lihat dengan benar, dong.”

Bagiku, yang sebelumnya teralihkan di depannya, Shirakawa-san dengan terus menerus mengulurkan tangannya.

“Ah, ya, maaf”

Jadi aku menatapnya lagi.

“Ini imut, bukan? Lihat?”

Tangan Shirakawa-san tampak ramping dan jari serta kukunya panjang dan indah.

Jika aku seorang playboy veteran, pada saat-saat seperti ini aku akan dapat memegang tangannya dengan terampil, dan berkata “Ya, itu sangat lucu”. Melakukan skinship juga takkan menjadi masalah.

Namun, itu bukanlah karakterku tidak peduli apa yang aku pikirkan. Aku merasa tidak bisa, dan tidak merasa akan mampu melakukannya.

“….Apa ada yang salah? Apa kamu benci .. cat kuku semacam ini? ”

Karena aku menatap tangan Shirakawa-san dengan wajah yang sangat tegas, wajah Shirakawa-san juga berubah menjadi ragu.

“Ah, tidak. Aku pikir itu terlihat bagus. Ini terlihat cocok untukmu.”

Saat aku buru-buru menjawabnya, Shirakawa-san tersenyum seperti bunga yang sedang mekar.

“Aku senang! Aku melakukannya dengan cukup baik, bukan? Nikoru bahkan memujiku untuk itu.”

Shirakawa-san membicarakannya dengan bangga, dan mungkin puas dengan itu, dia kembali ke grupnya sendiri.

Pada saat yang sama, beberapa teman sekelasku, yang tadi melirik kami, membuang muka seolah-olah mereka sudah kehilangan minat.

Jadi, gosip dari sekitarku tidak perlu ditakuti.

Padahal, masalah skinship belum terselesaikan dan meninggalkan perasaan tidak jelas dalam diriku.

Keinginanku untuk menghargai Shirakawa-san masih tidak berubah. Itu sebabnya, aku tidak memikirkan hal yang keterlaluan seperti tiba-tiba ingin berhubungan seks dengannya. Yah…. bukan berarti aku tidak ingin melakukannya.

Hanya saja, jika Shirakawa-san lebih menyukaiku daripada sebelumnya, aku ingin memiliki kontak fisik yang sesuai dengan itu.

Ini cara yang bertele-tele untuk mengatakannya, namun… ..

Terus terang saja, aku ingin menciumnya!

Cuma membayangkan berciuman dengan Shirakawa-san…. Aku merasa hidungku akan berdarah.

Aku mau…. Aku ingin menciumnya!

Namun, aku sama sekali tidak tahu bagaimana cara melakukan itu!

Aku ingin tahu teknik apa yang harus aku gunakan untuk mewujudkannya…. Dalam drama romantis, saat tatapan dua orang tiba-tiba bertemu, bibir mereka akan saling menempel di atas bibir yang lain seperti disedot, tapi menurutku momen seperti itu tidak akan pernah tiba jika aku menunggunya.

Aku tidak memikirkan apa-apa selain hal semacam itu beberapa hari terakhir ini, jadi aku tidak bisa tidur nyenyak di malam hari, dan sangat menderita sehingga aku merasa seperti akan jatuh tersungkur.

Aku tidak bisa langsung meminta Shirakawa-san dengan keinginan seperti ini.

Aku pernah berkata "Aku ingin menghargai Shirakawa-san" dengan keren padanya, dan aku tidak ingin dianggap hanya mengincar tubuhnya.

Aku penasaran, bagaimana para pasangan di dunia bisa melakukan skinships dengan begitu alami? Apa pemicunya? Dan dengan cara apa?

Aku bingung, harus berkonsultasi kepada siapa pada waktu seperti ini.

Saat memikirkan itu, cuma mereka satu-satunya yang bisa aku temui.

 

◇◇◇◇

 

Saat istirahat makan siang, kami bertiga makan siang bersama seperti biasa.

“… .Kashi.”

Ichi tiba-tiba meletakkan sumpitnya.

“Eh, apa?”

Ichi yang tidak mau melepaskan mangkuknya sampai kosong begitu sudah mulai makan, Ichi yang suka makan lebih dari tiga kali sehari, Aku tidak percaya Ichi menunda makannya ketika isi kotak bekalnya masih banyak.

Saat aku melihatnya sambil memikirkan itu, Ichi tiba-tiba menundukkan kepalanya.

“Aku minta maaf! Aku tidak mempercayaimu saat kamu bilang berpacaran dengan Shirakawa-san.”

Ia mengatakannya dengan tulus, dan menundukkan kepalanya.

“Aku sangat frustrasi karena tidak mempercayaimu. Tapi, saat aku melihatmu dan Shirakawa-san kemarin, aku tahu aku harus mempercayaimu. Kita ini….. teman, ‘kan. Dan kalian beneran pacaran. Itu keren. Padahal, awalnya akulah yang memaksamu untuk menembaknya.”

“Ichi….”

Jadi selama beberapa hari sejak hari itu, Kamu selalu memikirkannya, ya.

Saat aku mulai merasa tersentuh, Nishi melipat tangannya di sampingku.

“Aku tidak meminta maaf.”

Dia berbicara seperti ayah yang keras kepala, dan menatap tajam ke arahku.

“Tidak peduli seberapa keras kami memperlakukanmu, kamu masih bisa bermesra-mesraan dengan Shirakawa-san di hari liburmu, ‘kan. Aku berharap kamu akan meledak!”

“Nishi….”

Tapi, jika aku dalam posisi Nishi, aku mungkin akan mengatakan hal yang sama. Ichi adalah orang yang terlalu baik.

Namun, Ichi yang begitu, Ia tiba-tiba mendekatiku.

“Jadi, apa kamu sudah ngewe? Tentu saja sudah iya, ‘kan? Cepat katakan padaku!”

“Eh, apa-apaan ini !?”

Matamu merah, hei! Aku pikir kamu itu orang baik, tahu!?

“Nah, tentang itu….”

Jadi, aku memberi tahu mereka tentang masalah yang sedang aku hadapi saat ini.

“….Begitu rupanya. Jadi, kamu ingin mencium Shirakawa-san, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Jadi pertama-tama, kamu ingin memulai dengan berpegangan tangan dan membutuhkan beberapa ide, ya.”

Ichi dengan lesu dan kelelahan bergumam begitu.

“Dari semua orang, aku bertanya-tanya mengapa kamu malah curhat ke kita….”

Nishi juga tampak seperti petinju yang baru saja menyelesaikan pertandingan dan tubuhnya menjadi pucat pasi.

“Ma-Maaf. Aku tidak punya orang lain lagi yang dapat aku ajak curhat…. ”

Ketika aku buru-buru meminta maaf, mereka berdua bertukar pandang dan menghela nafas. Kemudian menatapku dengan wajah penuh tekad.

“…. Mau bagaimana lagi. Ayo gunakan otak kita untuk membantu Kashi.”

“Hm-hmm. Mari kita buat rencana tidak hanya untuk berpegangan tangan dengan Shirakawa-san, tapi juga berhubungan dengan hatinya.”

Kalian….!

“Terima kasih banyak! Kalian benar-benar menyelamatkanku.”

Meskipun demikian, mereka sama-sama tidak punya pengalaman seperti aku. Pertemuan tiga perjaka takkan membuahkan hasil kebijaksanaan seorang cowok f*ckboy.

“Bagaimana dengan 'Kamu tahu, aku sebenarnya bisa meramal lewat garis telapak tangan'?”

“Bukannya itu cuma menipu. Bahkan dengan itu, aku tidak tahu apakah dia mau menunjukkan tangannya padaku atau tidak.”

“Kamu tidak bisa begitu saja mengatakannya tanpa mencobanya dulu, ‘kan”

“Aku tidak ingin berbohong pada Shirakawa-san, oke.”

“Lalu bagaimana dengan, 'Oh tidak, ini sangat dingin! Tanganku terasa sangat dingin sampai membeku ', dan lihat apa cara ini akan berhasil?”

“Terlalu bertele-tele! Yang itu akan terlihat seperti aku ini sangat sensitif terhadap dingin!”

“Astaga, lalu bagaimana dengan cara blak-blakan 'Ayo berpegangan tangan' begitu?”

“Jika aku bisa mengatakan itu, aku takkan curhat dengan kalian….”

“Yang ini bukan, yang itu juga bukan, kamu ini benar-benar bajingan pemilih.”

Setelah berdiskusi sebentar, kami semua tidak dapat menemukan ide yang bagus.

“Ah ya ampun, lupakan saja! aku tidak tahu!”

Nishi yang pertama menyerah, dan Ichi juga mengangkat kedua tangannya dan melihat ke langit-langit.

“Serius, aku sudah tidak tahu lagi! Bukannya aku bisa berpegangan tangan dengan seorang gadis, tau.”

Ia mengeluh dengan wajah cemberut dan menghela nafas.

“Entah bagaimana, tolong bantu aku melakukan itu….”

“Sungguh, aku tidak bisa lagi. Setidaknya cemaskan tentang itu sendirian.”

“Sebelumnya aku ingin mencoba untuk terlihat keren sekali, tapi sepanjang waktu ini, aku berada di ambang kematian karena iri hati dan merasa ingin kencing darah.”

Keduanya berkata dengan ekspresi lelah, dan mencoba menarik kursinya dariku.

“Mari kita tinggalkan orang normie ini sendirian dan tonton video baru KEN, ya”

Saat itulah aku mendengar kata-kata Nishi.

“Video KEN….”

Aku merasa ada semacam bola lampu menyala di dalam kepalaku.

“Itu benar, KEN.”

Jika begini, aku rasa aku bisa melakukannya.

“Kalian berdua, terima kasih banyak!”

Aku mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua yang kebingungan dan bangkit dari tempat dudukku. Aku ingin tempat yang tenang untuk merenungkan pikiranku.

Aku tidak punya tempat tujuan, jadi aku menuju toilet dan memikirkannya.

Aku mendapatkan petunjuk dari permainan KEN.

Dalam sebuah game tembak-menembak battle royale, KEN sering kali memancing musuhnya ke tempat yang Ia ingin mereka ambil dan menyerang mereka di sana. Sebagai mantan gamer pro, bidikannya sangat akurat sehingga jika Ia bisa memancing musuhnya ke tempat di mana tidak ada halangan, Ia bisa menembak mereka dengan akurasi yang tepat.

Jadi mengapa aku tidak melakukan hal yang sama? Dengan kata lain, daripada menjadi orang yang mencoba berpegangan tangan, ciptakan situasi di mana Shirakawa-san akan mengulurkan tangannya padaku.

Tapi, bagaimana caranya?

Hal pertama yang aku pikirkan adalah rumah hantu, tapi aku segera menggelengkan kepala dan menolaknya.

Shirakawa-san sepertinya tipe orang yang tidak takut dengan hal-hal ghoib dan hantu. Dia bahkan memberitahuku di LINE kalau dia menonton film horor tadi malam.

Jika begitu, aku tidak punya pilihan selain menyerang dengan cara fisik. Dengan kata lain, “Membawanya ke tempat yang pijakannya tidak stabil”.

Jembatan gantung atau semacamnya mungkin pilihan yang terbaik, namun menurutku tidak ada jembatan gantung di sekitar sini dan itu bukan lokasi yang layak untuk berkencan.

Bisa jadi genangan air besar yang menghalangi jalan, tapi aku tidak tahu di mana tempat yang lebih baik dari jembatan tali, dan bahkan lebih tidak berarti untuk mencarinya.

Setelah memikirkan semua itu, akhirnya aku menemukan sesuatu.

“Kolam”

Kita bisa naik perahu di atas kolam. Pada saat keluar masuk perahu, kesempatan sempurna untuk memiliki pijakan yang tidak stabil akan tiba.

Dan lebih penting lagi, naik perahu bisa menjadi pilihan yang pas untuk kencan.

Ini sempurna.

“Baiklah────!”

Aku tanpa sadar berteriak di dalam satu bilik di toilet cowok dan segera menyadari aku sedang ada di mana dan merasa malu, jadi aku tidak bisa keluar selama beberapa menit berikutnya.

 

◇◇◇◇

 

“Hei, Ryuuto! Ayo pulang bareng ~! ”

Saat sepulang sekolah, Shirakawa-san datang menghampiriku.

“Eh….!?”

Shirakawa-san menatapku yang sedang terkejut dengan mata yang menengadah.

“Enggak boleh ~? Sekarang semua orang sudah tahu kalau kita berdua pacaran, bukannya lebih menyenangkan bisa pulang bersama? ”

“Ya-ya, tentu….”

“Kalau begitu, sudah diputuskan!”

Ujar Shirakawa-san dalam suasana hati yang baik, dan kami meninggalkan sekolah bersama-sama.

“Bagaimana dengan Yamana-san? Apa kamu tidak pulang bersamanya? ”

“Saat ini, Nikoru ada kerja sambilan. Malam nanti kita bisa teleponan, jadi tidak apa-apa.”

“Dia kerja sambilan? Memangnya kerja sambilan dimana?”

“Di Izakaya.”

“Fuun. Kedengarannya seperti dia.”

“Awalnya, dia pergi untuk wawancara kerja di restoran keluarga, tapi kuku dan warna rambutnya terlalu mencolok jadi dia ditolak.”

“Begitu ya.”

“Di hari Nikoru ada kerjaan sambilan, dia cenderung pulang sampai larut malam, jadi kami selalu bertelepon larut malam.”

Begitu, jadi itulah yang dimaksud dengan panggilan telepon larut malam pada hari sebelum hari libur, ya

“Apa Shirakawa-san .. tidak punya pekerjaan sambilan atau semacamnya?”

“Aku sih tidak ada~. Saat mendengarkan cerita Nikoru, aku merasa seperti akan stres karena harus menghadapi pelanggan yang buruk. Kadang-kadang nenek memberiku uang saku, dan entah bagaimana aku bisa bertahan dengan itu.”

“Begitu ya.”

Lalu, Shirakawa-san tiba-tiba menatap wajahku.

“… .Eh, mungkin, lebih baik aku mendapatkan pekerjaan sambilan juga?”

“Tidak, aku tidak bermaksud begitu, tapi….”

Di kepalaku, aku sempat membayangkan penampilan Shirakawa-san melakukan pekerjaan sambilan.

“Aku cuma berpikir kalau seragam toko kue akan terlihat bagus untukmu, Shirakawa-san.”

Setelah mendengar ini, Shirakawa-san membuka lebar matanya.

“Aah ~ maksudmu itu? Maksudku, toko kue! Kamu suka hal-hal imut, ‘kan~ Ryuuto.”

“Eh, tunggu, tidak!”

Karena digoda begitu, aku tiba-tiba menjadi sangat malu sampai-sampai merasa panik.

“In-ini bukannya aku menyukainya atau semacamnya, oke!”

“Mungkin kamu menyukai celemek berenda? Seperti maid? Kamu gampang sekali dimengerti!”

“Tidak, itu sih….!”

“Aku mengerti sekarang ~! Jadi itu sebabnya kamu tidak tertarik dengan model baju gyaru.”

Shirakawa-san tampak sangat menikmatinya saat menggodaku.

“Bukan begitu….!”

“Tidak apa-apa, tidak apa-apa, tidak usah malu-malu segala~”

“In-ini bukan hanya aku! Itu adalah impian semua cowok….! ”

“Oh, akhirnya mengakui juga!”

Mengatakan dengan reaksi berlebihan, Shirakawa-san terkikik dengan senyum puas.

“Begitu rupanya, fufufufufu.”

Aku memalingkan wajah panasku darinya saat dia bergumam seperti telah menangkap titik lemahku, dan aku terdiam karena malu.

Aku merasa malu saat Shirakawa-san mengetahui tentang kesukaanku.

Tapi, bisa melakukan pembicaraan konyol dengan Shirakawa-san seperti ini…. Di saat-saat seperti ini aku merasa senang karena rasanya seperti kita benar-beanr berpacaran.

Akhir-akhir ini, aku merasa sudah tidak gugup lagi dibandingkan dulu saat aku bersama Shirakawa-san.

Pada awalnya, aku berpikir mana mungkin aku memiliki kesamaan dengan Shirakawa-san yang populer. Jadi rasanya seperti sebuah misteri  kita bisa mengobrol santai seperti ini sekarang.

Namun, aku tidak ingin digoda secara spektakuler seperti ini…. Jadi, aku mencari topik yang dapat mengubah aliran percakapan.

Lalu, aku teringat tentang Kurose-san pagi ini.

“Ngomong-ngomong …. Aku dengar Kuose-san meneleponmu, ‘kan?”

Ekspresi Shirakawa-san menegang sedikit setelah mendengar kata-kataku.

“Ya…. dia meminta maaf kepadaku. Aku sudah memaafkannya. Selain itu, aku pikir akan menyenangkan jika aku bisa dekat dengan Maria lagi…. ”

“Aku berharap begitu….”

Tapi aku pikir, hal itu akan memakan waktu….

“Aku berharap hari itu akan segera datang.”

Aku benar-benar merasa seperti itu dari lubuk hatiku.

Kami akhirnya tiba di stasiun, naik kereta yang sama, dan turun di stasiun yang paling dekat dengan Shirakawa-san bersama-sama seolah-olah itu hal yang biasa.

“Ryuuto, apa kamu masih punya waktu hari ini?”

Saat Shirakawa-san bertanya padaku, aku mengangguk.

“Ya.”

Itu sebabnya aku akan mengantarmu sampai rumah, dan saat aku hendak mengatakan itu, Shirakawa-san menarik lenganku.

“Eh….”

Aku kaget, lalu Shirakawa-san menyeringai padaku dengan wajah imutnya.

“Kalau begitu, kita akan mengambil jalan memutar sedikit!”

Dia menyentuh lenganku hanya sesaat, apalagi hanya menutupi baju seragamku.

Shirakawa-san menyentuhku… ..

Saat aku memikirkannya, pipiku terasa panas dan lenganku menjadi ikutan panas.

Jantungku berdegup kencang beberapa saat setelah itu.

Shirakawa-san membawaku ke tempat yang terlihat seperti sebuah kompleks pertokoan di dekat stasiun. Kompleks perbelanjaan di mana terdapat serangkaian restoran ritel di lantai pertama, dan toko barang kebutuhan sehari-hari dan pakaian di lantai atas.

Shirakawa-san membawaku ke sudut di lantai lima, lantai atas kompleks, dan berhenti berjalan di sana.

“Lihat, kita sudah sampai!”

Dia menunjuk ke salah satu dinding kaca yang tampak seperti etalase. Di dalamnya, ruang dibagi menjadi beberapa bilik, baik secara horizontal maupun vertikal yang masing-masing berisi satu atau dua ekor hewan.

“Toko hewan peliharaan, ya.”

“Ya!”

Dengan mata berbinar, Shirakawa-san berlari ke bilik dengan seekor kucing.

“Dia sangat imut, bukan ~!Benar-benar menenangkan ~! Jika nenek tidak punya alergi, aku akan merawatnya juga~”

Ada juga seekor anjing yang dipamerkan tetapi Shirakawa-san menolak untuk beranjak dari depan kucing itu.

“Shirakawa-san, apa kamu lebih suka kucing daripada anjing?”

“Ya! Tapi menurutku anjing juga lucu ~! ”

Setelah menjawab pertanyaanku, Shirakawa-san menempel di kaca lagi.

“Lihat, lihat, bukannya anak ini imut banget? Anak ini akan segera pergi, jadi akhir-akhir ini aku sering mampir kemari, tau~”

Hewan yang Shirakawa-san tunjuk adalah seekor anak kucing munchkin abu-abu di depannya. Ada papan nama di label harga yang bertuliskan “Aku telah menemukan keluarga baru.”

“Apa kamu sering kesini?”

“Ya, ini tempat favoritku! Kurasa sudah jadi rutinitasku?? Itu sebabnya aku ingin datang ke sini bersama Ryuuto.”

Dia menatapku dengan kedua tangannya menempel di atas kaca.

“Ryuuto, kamu pernah memberitahuku, ‘kan? Kamu mengatakan 'Aku juga ingin menyukai hal-hal yang disukai Shirakawa-san'. Perkataanmu itu membuatku sedikit bahagia, tau~ ”

“Eh….”

Aku cukup yakin kalau itu…. kalimat yang aku ucapkan saat kencan ulang tahunnya dimana aku meneliti banyak toko minuman boba.

Jadi dia mengingatnya, ya.

“Karena itulah, entah bagaimana…. Aku ingin berbagi banyak hal yang aku suka dengan Ryuuto.”

Setelah mengatakan itu, Shirakawa-san tersenyum dengan sedikit malu-malu.

Meski aku sudah merasa senang karena kamu benar-benar ingat apa yang aku katakan, aku tidak percaya kalau kamu juga akan mengatakannya.

Aku sangat terharu, dadaku semakin panas.

“Lihat, lihat ~ anak yang baik ~”

Shirakawa-san, yang sedang bermain dengan kucing dengan memutar jarinya dengan kuku yang mencolok seperti mainan kucing melalui kaca, terlihat lebih manis dari biasanya.

Entah bagaimana, aku berprasangka bahwa "cewek gyaru" dan "binatang" adalah dua keberadaan yang tidak memiliki kedekatan satu sama lain, jadi rasanya sedikit tidak terduga saat melihat Shirakawa-san bermain-main dengan riang bersama kucing.

“… ..Shirakawa-san, apa mungkin kamu menyukai binatang?”

Saat aku bertanya tentang hal itu, Shirakawa-san melihat ke sini dan mengangguk.

“Ya. Tapi, aku sangat suka kucing! Tetapi jika kamu bertanya kepadaku tentang itu, aku pikir aku suka semua hewan ~? Singa itu seperti kucing, bukan? Hah, atau apa itu harimau? ”

“Kalau begitu….”

Aku berbicara dengannya sambil merasa senang bahwa aku dapat membuat percakapan berjalan sesuai dengan yang aku pikirkan.

“Lain kali, apa kamu ingin pergi ke kebun binatang?”

“Eh?”

Shirakawa-san tampak terkejut sesaat tapi.

“Aku mau pergi ke sana!”

Dia menjawab dengan sangat antusias.

“Eh, pergi ke kebun binatang rasanya super nostalgia. Aku pikir sejak piknik di kelas 1 SMP? Entah bagaimana aku merasa bersemangat!”

Saat aku melihatnya tampak bahagia dengan mata berbinar, aku membuat pose penuh kemenangan di hatiku kalau sesuatu secara tak terduga mulai bergerak seperti yang aku inginkan.

Aku punya motif tersembunyi di benakku saat mengajak Shirakawa-san ke kebun binatang.

Pada kencan berikutnya, aku akan berpegangan tangan dengan Shirakawa-san. Aku merasa sudah waktunya kita melakukan itu.

Dan untuk alasan itu, kami akan menaiki perahu seperti yang sudah aku rencanakan.

Langsung mengajaknya naik perahu juga tidak masalah, tapi rencana begitu terlalu biasa untuk acara utama kencan jadi kemungkinan dia bertanya "Mengapa naik perahu?" masih sangat tinggi dan bahkan jika aku mencoba mengundangnya ke taman sebagai permulaan, aku bahkan tidak tahu apakah Shirakawa-san akan tertarik dengan tempat kencan yang alami. Dan saat aku mencoba mencari cara terbaik untuk mengajaknya keluar, aku bisa mengundangnya ke kebun binatang melalui rangkaian acara.

Ngomong-ngomong tentang kebun binatang di sekitar kawasan ini, yang pertama terlintas di pikiranku adalah Kebun Binatang Ueno.

Ada sebuah kolam besar di kawasan Taman Ueno, dan semua orang bisa naik perahu di sana selama mereka membayarnya. Kemungkinan berhasil untuk mengajaknya naik perahu setelah mengunjungi kebun binatang sangatlah besar.

Ini sempurna.

Pada hari itu, yang perlu aku lakukan adalah memegang tangannya dengan lembut ketika pijakan Shirakawa-san goyah dan mencoba untuk memegangiku pada saat dia akan naik ke atas perahu.

Itulah yang kupikirkan saat melamun di dekat Shirakawa-san.

“Katakan, Ryuuto. Hal apa yang kamu suka? ”

Shirakawa-san, yang terlihat puas setelah melihat kucing itu, bertanya padaku dengan wajah yang lebih menggemaskan daripada wajah kucing.

“Eh?”

Saat aku menatap balik padanya, bertanya-tanya apa yang sedang dia bicarakan, Shirakawa-san memalingkan muka dariku dan terlihat sedikit malu.

“Aku juga, aku juga ingin tahu. Hal-hal yang disukai Ryuuto…. Bisakah kamu memberitahuku tentang itu?”

Dia berbicara sambil tersenyum malu-malu.

“Hal-hal yang disukai Ryuuto, aku juga ingin menyukainya.”

Eh….?

“Shirakawa-san….”

Dadaku berangsur-angsur menjadi panas, dan perasaan cintaku padanya semakin kuat.

Pada saat yang sama, aku merasa sangat malu karena tidak mempunyai hal-hal yang aku sukai yang dapat aku ceritakan dengan bangga kepada orang-orang.

“Jadi, apa hal-hal yang disukai Ryuuto?”

“Eh…. Umm…. ”

Saat aku ragu-ragu untuk mengatakannya, Shirakawa-san bertanya dengan rasa ingin tahu.

“Kamu tahu, Ryuuto. kamu pernah bilang kalau kamu tidak mempunyai sesuatu yang ingin kamu lakukan di kota, bukan? Jadi, apa yang kamu lakukan di hari liburmu?”

“Baik…. Aku tidak punya sesuatu yang bisa aku ceritakan kepada orang-orang tentang…. ”

Memiliki hobi menonton video Let’s Play Games adalah hal yang sangat suram bagi pria, itu memalukan. Saat aku memikirkan ini, Shirakawa-san mengerutkan alisnya.

“Jadi, apa kamu melakukan sesuatu yang tidak dapat kamu katakan? Ini bukan seperti kamu melakukan sesuatu yang buruk, ‘kan? ”

“Eh, te-tentu saja”

Aku buru-buru menjawab, dan Shirakawa-san menatap wajahku seolah ingin menyelidiki.

“Jadi, tidak masalah, kan?”

“Tapi….”

“Aku tahu! Apa itu hal yang mesum? ”

“Ka-Kamu salah!”

Aku merasa panik, jadi aku menyerah dan mengaku padanya.

“… .Aku suka menonton video Let's Play Games.”

Setelah mendengar ini, Shirakawa-san menatap dengan heran.

“Video Let's Play Games? Apa ini berbeda dengan bermain game? ”

“Ini tentang video orang lain yang bermain game.”

“Apa kamu .. menikmatinya?”

Shirakawa-san bertanya dengan wajah bingung. Ketimbang mengejekku, dia benar-benar sepertinya tidak memahaminya.

“I-Iya. Cuma menontonnya saja sudah sangat menyenangkan, seperti, seseorang yang lebih jago darimu, atau menonton seseorang yang bermain sambil membuat bincang-bincang yang menghibur.”

“Aah, kurasa aku sedikit memahaminya! Saat berada di sebuah game arcade, aku juga menyaksikan orang-orang luar biasa bermain. Itu menyenangkan, bukan.”

Seperti yang diharapkan dari kemampuan komunikasi Shirakawa-san. Meski ini adalah topik yang sama sekali bukan bidangnya, dia bisa menyambungkannya begitu saja. Aku seorang cowok yang sederhana, dan hal itu sudah membuatku bahagia.

“It-Itulah yang aku rasakan. Jika orang itu sangat ahli dan pembicara yang baik, rasanya jadi sangat menarik untuk menontonya.”

“Heeh ~ Let's Play ya? Jadi, apa ada orang yang kamu sukai secara khusus?”

“Ya, seorang pria bernama KEN. Dia mantan pemain game profesional dan sangat jago, tau.”

“Mm-hmm.”

Karena Shirakawa-san mendengarkanku dengan sungguh-sungguh, omonganku jadi lebih lancar seperti ada semacam tombol yang ditekan.

“Yang luar biasa dari KEN adalah Ia itu ahli dalam banyak permainan dari genre yang berbeda. Meski Ia mantan gamer pro dalam game menembak, Ia juga jago membuat game, dan bahkan juga jago dalam game seperti game berjenis werewolf ”

“Werewolf….?”

Karena Shirakawa-san tampak kebingungan, aku segera menjelaskan padanya.

“Yang disebut game werewolf adalah game tentang manusia serigala yang berpura-pura menjadi manusia, dan bersembunyi di antara kerumunan manusia…. Sebuah game tentang menemukan para pembohong. Awalnya, game ini adalah permainan papan di mana pada awalnya, para pemain diberi kartu secara acak. Tertulis di kartu adalah posisi resmi yang akan mereka ambil…. misalnya werewolf, atau peramal yang bisa menemukan werewolf, atau hanya penduduk desa biasa. Jika kamu menjadi manusia serigala, kamu tidak boleh memberitahu orang lain tentang hal itu, dan harus bertindak seperti penduduk desa biasa. Jika identitas werewolf-mu terbongkar, mereka akan memilihmu dan mengeksekusimu, tahu. Jadi, hal yang luar biasa tentang KEN adalah Ia tidak bergantung pada sesuatu seperti teori permainan atau strategi arus utama, dan tentu saja dia mengikuti aturan sistem, tetapi selain itu, dia benar-benar pemikir bebas, dan memikirkan cara terbaik untuk melakukannya dengan kepalanya sendiri, dan meyakinkan orang lain untuk bermain bersamanya. Dan itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tahu. Kamu akan memahaminya saat memainkannya sendiri, tetapi kepalamu akan dipenuhi dengan hal-hal yang harus kamu lakukan, sehingga kamu tidak memperhatikan strateginya, menurutku. Ah, hal yang harus kamu lakukan adalah berbohong jika Kamu seorang werewolf, bagaimanapun juga masih ada perasaan bersalah, jadi itu cukup…. ”

Di sana, aku tiba-tiba tersadar. Aku terlalu banyak mengoceh sendiri. Ini sama seperti di toko minuman boba. Mengingat apa yang aku pikirkan saat itu, setidaknya aku bisa menghentikannya lebih awal.

“Ah maaf…. Kamu tidak begitu memahaminya, ‘kan?”

“Nnnn.”

Shirakawa-san menunjukkan senyuman yang kaku.

“Aku ingin benar-benar melihatnya, video Let's Play yang ditonton Ryuuto. Lalu mungkin aku akan memahaminya. Bisakah kau memperlihatkanku?”

“Te…. Tentu saja!”

Kami lalu meninggalkan toko hewan peliharaan, duduk di bangku untuk istirahat di dalam gedung, dan mulai menonton video KEN.

“Wah, Wow luar biasa! Orang ini, apa orang yang menembak sambil berbincang-bincang?”

“Ya itu benar.”

“Bukannya Ia sangat jago dalam hal ini! Game ini juga terlihat menyenangkan.”

“Sebenarnya, ketika aku mencoba melakukannya sendiri, aku tidak dapat melakukannya dengan baik, tahu.”

“Masa? Tapi orang ini membuatnya terlihat sangat mudah,”

“Itulah alasan kenapa KEN sangat menakjubkan.”

“Jadi begitu ya!”

Saat kami membicarakannya, aku banyak memikirkannya, dan memilih video KEN yang akan menarik bahkan untuk pemirsa yang baru pertama kali melihatnya dan menontonnya bersama Shirakawa-san.

Dan kemudian, setelah itu aku mengantar Shirakawa-san sampai ke rumahnya.

“Ryuuto tahu banyak, ya~”

Di tengah perjalanan, Shirakawa-san tiba-tiba berbicara.

“Orang dari video tadi, Ia mengatakan banyak istilah, kan? Dan kamu ingat semua itu, iya ‘kan?”

“Iya sih…. Tapi, istilah-istilah itu tidak sesulit itu, lho. 'Cheater' adalah penipu…. Jadi itu berarti pemain yang bermain curang, dan 'ghosting' adalah tipe yang curang ”

“Fuun….? Tapi, itu masih sulit bagiku. Ryuuto sungguh menakjubkan. ”

“Terima kasih. Tetapi, karena itu adalah sesuatu yang aku minati, jadi aku dapat mengingatnya. Maksuaku, Shirakawa-san, Kamu tahu banyak istilah mode, ‘kan. Misalnya, seperti mode baju berbahu terbuka yang selalu kamu pakai….”

“Ah, 'off shoulder'?”

“Dan kamu juga tahu, lipstik lengket seperti selai itu….”

“Maksudmu 'lip stain'?”

“Ya, yang itu. Kamu menjelaskan semuanya kepadaku saat kita berbelanja, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Aku pikir itu karena aku tidak tertarik dengan mode wanita…. Jadi, tidak peduli berapa lama kita pacaran, aku rasa tidak masalah untuk memiliki hobi masing-masing yang tidak menarik bagi satu sama lain.”

“Eh?”

Namun, Shirakawa-san memprotes dengan suara yang terdengar enggan.

“Tapi, Ryuuto pernah mencoba memahamiku, ‘kan? Misalnya saja toko minuman boba, kamu juga mencarinya lebih sering daripada aku. ”

“Itu sih, karena minuman boba rasanya enak, oke. Jika aku pikir rasanya tidak enak, aku takkan cukup peduli untuk mencarinya sejauh itu.”

“Tapi, itulah sebabnya, meski cuma sedikit, aku juga ingin mencoba memahamimu. Hal-hal yang disukai Ryuuto, aku juga ingin memahaminya.”

Ketika Shirakawa-san mengatakan itu sambil menggembungkan pipinya, hatiku berdebar kencang.

“Terima kasih.”

Tak disangka aku bisa mendengar Shirakawa-san mengatakan itu kepadaku, aku adalah orang paling beruntung sedunia.

“Perasaan itu saja sudah lebih dari cukup bagiku. Bisa menonton video yang aku suka bersama dengan Shirakawa-san sudah membuatku sangat bahagia ”

Saat pandangan mata kami bertemu, meskipun dia tersenyum, seolah-olah dia tertangkap oleh senyumku.

“Nn….”

Bahkan setelah kami tiba di rumahnya, entah bagaimana wajahnya tampak terlihat sedih.

 

◇◇◇◇

 

Dan keesokan harinya.

“Ryuutoo!”

Di pagi hari, saat aku memasuki ruang kelas, Shirakawa-san yang sudah berangkat duluan datang menghampiriku.

“Ada apa?”

“Tau enggak, video KEN yang ‘serial Selingkuh ', apa kamu sudah menontonnya? Itu sangat menyenangkan untuk ditonton! Aku jadi penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya, aku akhirnya menontonnya sampai lewat jam tiga pagi ~! ”

“Eh….”

KEN adalah seorang YouTuber profesional yang mencari nafkah hanya dari videonya, jadi untuk mengimbangi risikonya, Ia membuat berbagai jenis video. ‘Serial Selingkuh' yang Shirakawa-san sebutkan tadi adalah video Let's Play dari visual novel percintaan tentang menghadapi pacar dari tindakannya yang mencurigakan dengan bukti perselingkuhan.

“Video-video itu sudah lama diposting, lho. Kamu hebat sekali bisa menemukannya.”

Saat aku mengatakan ini padanya dengan terkejut, Shirakawa-san tersenyum bangga.

“Aku mencar-cari permainan yang bahkan bisa kumengerti. Dan itu sangat sulit ~! KEN membuat terlalu banyak video! ”

“Ya, Ia mengunggah empat atau lima video sehari.”

“Waah ~ Itu bahkan lebih sulit lagi!”

“Bagaimanapun juga, itu adalah pekerjaannya.”

Aku mengatakan itu sambil tersenyum, dan Shirakawa-san juga tersenyum sambil berkata “Begitu ya~”.

“Kedengarannya bagus ~! Benar-benar hidup yang menyenangkan. Aku juga ingin menjadi YouTuber yang bisa berbicara tentang kosmetik yang kusukai.”

“Jika itu Shirakawa-san, aku pikir kamu benar-benar bisa melakukannya.”

“Tapi, aku yakin tidak ada yang mau menontonnya ~”

“Jangan khawatir, karena aku akan menontonnya sekitar seribu kali.”

“Eh, itu artinya kamu akan sering menontonnya, Ryuuto.”

Saat aku melihat Shirakawa-san yang tersenyum sambil berkata "Aku senang!", Aku juga ikutan senang. Aku diliputi emosi membahagiakan sampai-sampai aku merasa hampir menangis.

Shirakawa-san menemukan video itu di antara banyak video yang dibuat KEN, video Let's Play Game yang dia sukai dan yang membuatnya tertarik. "Serial Selingkuh" tidak lagi dibuat sehingga KEN Craze Shirakawa-san mungkin akan berakhir dalam beberapa hari.

Namun, bisa berbicara dengan Shirakawa-san tentang KEN seperti ini saja sudah membuatku sangat bahagia sampai-sampai ini terasa seperti mimpi.

Apa yang harus aku lakukan.

Hari demi hari, aku semakin jatuh cinta pada Shirakawa-san.

Pada saat yang sama, aku didorong oleh perasaan ingin menyentuhnya, dan itu membuat dadaku terenyuh.

Aku benar-benar merasa tidak sabar menunggu kencan kita di akhir pekan.

 

◇◇◇◇

 

Jadi, pada hari Minggu berikutnya, aku pergi ke kebun binatang bersama Shirakawa-san.

“Ya ampun! Leher burung hantu itu aneh! Bukannya itu akan patah!? ”

Shirakawa-san tiba-tiba menjadi sangat bersemangat saat melihat seekor burung hantu memutar lehernya 180 derajat di dekat pintu masuk.

“Ayo lihat panda, Ryuuto! Panda! Uwaah ~! Sepertinya mereka sangat populer! ”

Dia membuat keributan mengenai hewan panda.

“.... Panda, mereka agak kotor, bukan ~. Dan bukannya tubuh mereka terlalu besar? Aku pikir itu bukan bayi…. ”

Panda yang kami lihat berbeda dari yang diharapkan, jadi kegembiraannya sedikit berkurang.

“Waa ~ harimaunya sangat imut! Hei, bukannya mereka terlihat seperti kucing !? Malahan, pola itu terlihat sangat cantik! Aku pikir aku ingin memakai gaun yang punya pola seperti itu!”

Dia memberi kesan uniknya saat menempel di kandang harimau bengal.

“Aku tahu aku seharusnya mengenakan sesuatu dengan pola binatang hari ini! Mereka mungkin mengira aku salah satu dari kawanannya dan kita akan akrab! Aku akan memakainya jika ini musim gugur ~”

Dia melirik pakaiannya sendiri seolah benar-benar menyesalinya.

Busana Shirakawa-san hari ini masih sama seperti biasanya, gaya gyaru mode penuh. Dia mengenakan atasan dengan bahu terbuka yang biasa, dengan celana pendek denim sobek-sobek, dan ransel kulit sintetis dengan tali bahu panjang. Sepatunya masih yang pakai hak, namun berkat denim dan ransel, penampilannya mengeluarkan kesan kasual, jadi dia mungkin memikirkan TPO kebun binatang dengan caranya sendiri. (TN : Time, Place, and Occasion [waktu, tempat, dan situasi])

Sambil bersemangat begitu, kami berkeliling melihat-lihat hewan selama lebih dari satu jam. Dan akhirnya, aku mulai lapar.

Hari ini, kami bertemu di stasiun A pada pukul sebelas, dan sekarang sudah lewat pukul satu siang. Karena sekarang adalah akhir pekan dan ada banyak orang, jadi tempat makan siang masih ramai dikunjungi pengunjung yang sedang makan siang.

“Kamu mau makan apa, Shirakawa-san? Sepertinya makanan yang mereka jual di menu berbeda tergantung tempatnya…. ”

Saat aku bertanya padanya, Shrakawa-san cuma membalas “Eh?”, Dan mengalihkan pandangannya.

“Hmm?”

Shirakawa-san menatapku lagi, dan menunduk.

“Apa ada yang salah? Apa kamu masih belum lapar? ”

“Yah itu sih…."

Shirakawa-san tidak menjawab dengan jelas dan membuat tubuhnya menggeliat gelisah dalam diam. Ini bukan reaksinya yang biasa, jadi ada tanda tanya terus menumpuk di kepalaku.

“Errr…. Jadi, apa kamu masih ingin melihat-lihat binatang? Kita sudah melihat sebagian besar wilayah timur, jadi wilayah barat…. ”

“Anu…. Umm, Ryuuto!”

Kemudian, Shirakawa-san akhirnya angkat bicara. Wajahnya agak memerah.

“Hmm? Ada apa?”

Saat aku bertanya, muka Shirakawa-san semakin memerah dan dengan gugup mulai berbicara.

“Umm…. Aku sangaaaaaatttt ragu apakah aku harus memberikannya kepadamu atau tidak, tapi karena aku sudah bangun pagi-pagi dan melakukan yang terbaik, meski hanya sedikit…. Aku harap Ryuuto mau menerimanya.”

“Eh?”

“Oleh karena itu!”

Saat dia mengatakan ini, Shirakawa-san dengan panik menjatuhkan ransel yang dia bawa, dan mengeluarkan sesuatu dari dalam.

“Ini! Makan siang yang kubuat sendiri!”

“Eh…. Eeehh !? ”

Aku tidak tahu apa yang terjadi.

Tapi, ada makan siang!?

Apalagi itu buatan Shirakawa-san !?

Aku melihat apa yang disajikan dan pastinya itu kotak makan siang. Kotak plastik putih anorganik itu terlihat sederhana dan tidak terlalu menggambarkan Shirakawa-san. Dia mungkin meminjam dari dapur keluarganya.

“Shirakawa-san yang membuat ini !? Makan siang ini !? ”

Karena terlalu kaget, tanpa sadar aku bertanya balik dengan suara keras.

“Ya….”

Shirakawa-san menjawab dengan suara yang memudar, pipinya memerah dan menunduk malu.

“Ryuuto, kamu pernah bilang sesuatu seperti aku yang bekerja sambilan di toko kue, dan kamu juga sepertinya menyukai hal semacam itu, jadi…. Aku tidak pernah memasak atau semacamnya, aku juga berpikir untuk berhenti tapi…. ketika aku membayangkan Ryuuto akan dengan senang hati menerimanya, aku jadi…. merasa ingin membuatnya.”

“Shirakawa-san….”

Aku menatap wajah Shirakawa-san lagi.

Rambut ikal panjang berwarna terang dan kukunya yang panjang serta berkilau merupakan kebalikan dari citranya yang sederhana. Dari kelihatannya, dia mungkin tidak terlalu pandai memasak.

Dan tak kusangka kalau Shirakawa-san membuatkan makan siang untukku….

Aku merasa sangat bahagia.

“Ka-Kalau kamu enggak mau juga enggak apa-apa, oke !? Aku akan memakan semuanya sendiri!”

Saat sedang kesulitan menerima kotak makan siang yang ditawarkan kepadaku, wajah Shirakawa-san berkerut dan hampir menangis. Dengan wajah memerah, dia mengerutkan alisnya dalam-dalam dan mencoba menurunkan kotak makan siang

“Tidak, aku akan menerimanya! Terima kasih banyak, Shirakawa-san.”

Aku dengan panik memberitahunya, dan menerima kotak makan siang.

Karena tidak perlu membeli makan siang lagi, kami lalu pergi ke tempat beristirahat terdekat dan menyantap makan siang di sana. Tempatnya di luar ruangan, tapi ada atap kecil dan banyak kursi dan meja sederhana.

“Jangan terlalu berharap, oke….? Aku belum pernah membuat makan siang sendiri selama hidupku.”

Shirakawa-san dengan malu-malu memberitahu hal itu, tapi semakin dia mengatakannya, semakin tinggi ekspektasiku dan itu memiliki efek sebaliknya. Sebaliknya, apa pun jenis makan siangnya, aku tidak peduli.

Makan siang buatan Shirakawa-san yang pertama kali…. Makan siang yang cuma aku yang bisa menikmatinya, makan siang yang tidak bisa dimakan oleh mantan pacarnya.

Aku sangat senang sampai tanganku gemetaran saat membuka tutup kotaknya.

“Ayo lihat….”

Dengan pikiran yang serius, aku membuka tutupnya dan inilah waktunya untuk melihat hasil usahanya.

Makan siang tersebut muncul di hadapanku, dan bentuk lengkap dari makan siang itu ternyata…..

“Oooh….?”

Omurice. Seluruh permukaannya ditutupi dengan telur tipis berwarna kuning, jadi tidak diragukan lagi.

Namun, warna kuningnya berantakan di beberapa tempat, nasi ayam bewarna merah terlihat di bagian bawah dan di beberapa tempat ada warna gosong. Brokoli dan tomat ceri sebagai hiasan menerima tekanan dari omurice yang tidak seimbang, dan dihancurkan dengan menyakitkan di bagian sudutnya.

Makan siang ini bukanlah masakan yang jelas-jelas buruk, sesuatu seperti hitam gosong kayak aran, tapi makan siang yang realistis, dan dibuat sedikit buruk oleh seseorang yang tidak terbiasa tetapi melakukan yang terbaik dengan tergesa-gesa.

Perasaan cintaku pada Shirakawa-san hampir menembus ke atas langit karena keberaniannya.

“Eh, mana mungkin !? Ini sangat tidak seimbang! Eh ~…. Saat aku membuatnya, itu sedikit lebih baik dari itu, oke !? ”

Saat dia melihat isi bekal di dalamnya, Shirakawa-san menjadi tersipu.

“Ini enggak apa-apa, sungguh. Kalau begitu, selamat makan.”

Kemudian, pada waktu yang bersamaan saat aku hendak memasukkan sendok ke dalam omurice.

Ponselku bergetar dua kali, dan karena penasaran, aku mengeluarkannya dari kantong dan melihat ke layar.

________________________________________

Nikoru

Apa kamu memakan semua makanannya?

Jika kamu menyisakan sesuatu, aku akan memukulmu, awas saja nanti

________________________________________

“Eeek….!”

Ternyata ada pesan LINE dari Yamana-san.

“Apa ada yang salah?”

Melihat ekspresiku yang kaku, Shirakawa-san dengan polos mengintip ke layar.

“Ah! Ini dari Nikoru.”

Aku membuka mataku lebar-lebar dan menatap pop-up yang ditampilkan.

“Apa kamu membicarakan masalah makan siang dengan Yamana-san?”

“Bagaimana bilangnya yah .. pagi ini, dia meneleponku berkali-kali untuk membangunkanku. Aku akan membuat makan siang, jadi aku pasti ingin bangun lebih pagi…. Orang tuaku, selalu tidur di akhir pekan, dan nenek sedang dalam perjalanan dengan teman-teman grup menari hula, jadi itu sebabnya.”

“Eh, bagaimana dengan alarm jam untuk membangunkanmu?”

“Bukannya mustahil bisa bangun dari itu? Aku akan menghentikannya dalam sekejap, dan kembali tidur. Jika itu Nikoru, dia akan terus berbicara denganku sampai aku beneran bangun.”

“….”

Shirakawa-san benar-benar luar biasa. Jika itu aku, daripada merepotkan orang lain ke masalah yang sangat pribadi seperti membangunkanku, aku akan memilih untuk tidur dengan jam alarm yang dibungkus di perut seperti dinamit.

“Apa Yamana-san selalu bangun pagi?”

“Nnnnn. Dia bekerja sampai larut kemarin, jadi dia seperti 'Itu menyebalkan! Aku tidak peduli lagi!'Dan menjadi sangat marah.”

Begitu ...... Kemarahan itu, mengarah ke pesan LINE ini, ya

“Sebaliknya, kamu mengirim pesan LINE ke Nikoru, ya.”

Shirakawa-san berbicara sambil mengedipkan matanya.

Ah, sama seperti terakhir kali, pikirku.

Ekspresinya sama seperti yang pernah  dia tunjukkan saat bertanya mengenai aku yang bertemu dengan Yamana-san di restoran cepat saji.

“Ya…. Umm, saat aku mendengar tentang ulang tahunmu, Yamana-san yang memberitahukannya padaku. Jika aku ingin bertanya tentang Shirakawa-san, dia bilang tinggal kirim pesan saja lewat LINE. Aku benar-benar tidak mendapat pesan darinya sejak saat itu.”

Rasanya seperti membuat alasan, tapi karena Shirakawa-san sepertinya tidak cemburu, aku mengatakannya dengan nada setengah-setengah.

“Fuun, begitu!”

Benar saja, Shirakawa-san segera kembali ke suasana hatinya yang biasa.

Segera setelah itu, dia menunduk ke bawah dan bergumam dengan nada berbisik.

“Kurasa .. Aku mungkin menyukai Ryuuto lebih dari yang kupikirkan….”

“Hmm, ada apa?”

“Bukan apa-apa, kok!”

Jadi, aku akhirnya mulai menyantap makan siang.

Yang penting adalah rasanya, dan itu tidak seberbahaya yang aku cemaskan.

“Yeah, ini enak!”

Aku mengatakan itu dengan jujur dan rasanya seperti omurice biasa yang dibuat di rumah.

Sebaliknya, meski itu adalah makan siang yang sangat buruk pada tingkat di mana gula dan garam bercampur, tapi bagiku, rasanya tidak kalah dengan masakan restoran bintang tiga.

Ini kotak makan siang buatan sendiri yang dibuat oleh Shirakawa-san yang sangat aku cintai.

“Benarkah!? Hore! ”

Shirakawa-san menjawab polos dan tampak bahagia seperti anak kecil.

“Dan ini pertama kalinya aku membuatnya, aku mungkin jenius! Mungkin aku akan menjadi koki di masa depan~”

“Tentang itu, bukannya kamu ingin menjadi YouTuber?”

“Nnnn, ada begitu banyak hal yang kuinginkan, aku jadi bingung!”

Hari ini, Shirakawa-san lebih sering tersenyum. Dari awal, dia adalah gadis yang periang, jumlah waktu dia tersenyum saat kami bersama lebih banyak daripada saat kami baru jadian.

Aku penasaran, apa .. dia lebih menyukaiku dari sebelumnya?

Jika itu masalahnya, sedikit skinship harusnya o-oke ‘kan….?

Setiap kali aku menganggap Shirakawa-san imut dan manis, aku ingin menyentuhnya. Pada awalnya, bisa bersama dengannya saja sudah membuatku senang, tapi sepertinya aku sudah menjadi serakah tanpa aku sadari.

 

◇◇◇◇

 

Setelah makan siang, kami mengelilingi kebun binatang lagi untuk melihat binatang selama satu jam atau lebih, selesai mengelilingi kebun binatang, dan kemudian kami pergi.

Kurasa sudah waktunya.

Tujuan utama hari ini, "Ketika aku pergi naik perahu dengan Shirakawa-san, pada saat kakinya goyah saat naik atau turun, aku akan memegang tangannya secara naluriah", dan dengan itu, biarkan misi dimulai.

Demi mencapai hal itu, aku harus berhasil mengajak Shirakawa-san untuk naik perahu.

Sambil menyembunyikan kegembiraan batinku, aku berjalan berdampingan dengan Shirakawa-san di jalan di luar kebun binatang.

Sisi barat kebun binatang berbatasan dengan Kolam Shinobazu Taman Ueno, dan saat meninggalkan gerbang dari sana, kamu pasti akan berjalan di sepanjang kolam.

“Ini benar-benar kolam yang besar ~!”

Shirakawa-san menyuarakan kesannya saat melihat ke arah kolam.

“Memang, ini kolam yang sangat besar.”

Cuaca hari ini sangat bagus, jadi meski sudah menjelang jam tiga sore, masih ada banyak perahu yang berlayar. Banyak dari perahu yang kami lihat adalah perahu berbentuk angsa, tapi aku sudah memastikan sebelumnya bahwa ada juga perahu biasa.

“Ah!”

Shirakawa-san lalu menunjuk ke arah kolam.

“Jadi ada juga perahu! Sepertinya seru juga naik itu!”

“…. Mau coba menaikinya?”

Kesempatan yang datang terlalu mulus sampai-sampai membuatkuu gugup, dan nada suaraku terdengar agak bernada tinggi.

“Ya, aku mau!”

Shirakawa-san menjawab dengan semangat tinggi. Dan matanya berbinar bahagia.

“Kupikir aku belum pernah naik perahu sejak SD! Apa kita harus mendayung !? ”

“Tidak, biar aku saja yang mendayung.”

“Eh, tapi semua orang di perahu harus mendayung, ‘kan?”

“Kalau itu sih dalam perahu kayak!”

“Eeh ~ !?”

Sambil menertawakan ucapan Shirakawa-san yang polos, kami berdua menuju ke dermaga tempat kapal ditambatkan.

Rupanya, ada sistem di mana kamu harus membeli tiket dari mesin tiket dan menuju area boarding di ujung dermaga.

“Ah, tapi bukannya naik perahu terasa panas?”

Karena Shirakwa-san mengatakan itu, aku berhenti mencoba naik perahu biasa, dan membeli tiket perahu sepeda beratap. Ini adalah jenis perahu yang bergerak saat kamu mengayuh pedal dengan kaki seperti sedang mengayuh sepeda, dan bisa disebut perahu angsa tapi bagian kepala angsanya dilepas.

“Kita bisa naik perahu selama 30 menit? Kedengarannya menyenangkan!”

Suara Shirakawa-san melambung saat dia menuju ke perahu dimana petugas tempat ini membimbingnya.

“Perhatikan langkah anda….”

Dengan alas kaki dengan hak 10 sentimeter, dia mencoba naik ke atas perahu.

“Waah….!”

Pada saat itulah aku mencoba memberikan uluran tangan ketika kakinya goyah.

“Wah! Benar-benar pemandangan yang bagus!”

Shirakawa-san segera mendapatkan kembali keseimbangannya dan hal berikutnya yang aku tahu, dia berhasil dengan selamat ke kapal.

“….Ya kamu benar….”

Mungkin, alasan kekalahan barusan ialah karena aku membiarkan Shirakawa-san naik perahu duluan. Seseorang, ketika kakinya goyah, biasanya menggerakkan tangannya ke depan tubuhnya, jadi jika aku naik perahu dulu, aku mungkin bisa membantunya dengan cara yang alami.

“….”

Tenanglah, masih ada kesempatan lain saat kita turun dari perahu.

Aku mengingatkan diriku akan hal itu dan berusaha untuk tetap tenang.

“Apa ada yang salah, Ryuuto?”

Shirakawa-san berbicara kepadaku setelah aku mulai mengayuh. Aku hanya membalas “Eh?”, Dan melihat ke sampingku.

“Apanya?”

Bagian dalam perahu itu sangat terbatas. Ketika aku melihat wajahnya yang terlalu cantik dari kejauhan di mana bahu kami bersentuhan, aku semakin gugup dan mulai berkeringat.

Aku, mencoba untuk memegang tangan gadis secantik ini, kan.

… .Apa aku bisa melakukannya?

Tapi, jika dia menolak untuk berpegangan tangan, keinginanku untuk membuatnya mengatakan "Aku ingin berhubungan seks" kepadaku di masa depan cukup tipis.

Memikirkan hal ini saja sudah membuatku semakin gugup.

“Karena kamu agak linglung tadi. Apa kamu capek?”

“Eh, tidak….”

Dia akan menganggapku aneh, jadi mending jujur ​​saja. Masalah mengenai aku yang berencana untuk memegang tangannya setelah ini lebih baik dirahasiakan dulu.

“… .Ketika aku melihat Shirakawa-san, aku sedikit nge-blank karena kamu terlalu manis….”

Shirakawa-san menanggapi dengan “eh”, dan menatapku saat aku mengatakan kalimat itu sambil menahan rasa maluku. Pipinya langsung memerah.

“Baka.”

Ekspresi menyipitkan matanya dan tersipu malu-malu masih terlihat manis, aku berharap aku bisa mengambil fotonya.

“Ah!”

Saat itulah Shirakwa-san mengeluarkan ponsel dari kantong ranselnya.

“Aku mau mengambil foto!”

“Eh !? O-oke. ”

Aku dibuat terkejut dan sempat berpikir kalau dia membaca pikiranku.

Ngomong-ngomong tentang gadis gyaru, aku membayangkan kalau mereka sering mengambil banyak foto narsis, tapi Shirakawa-san bukanlah tipe yang suka selfie. Saat kami bersama, dia praktis tidak pernah berfoto selfie, jadi sampai sekarang kami belum pernah berfoto bersama selama kencan kami sebelumnya.

“Ah, yang ini kelihatannya bagus.”

Shirakawa-san memulai aplikasi kamera dan memeriksa sudutnya.

“Ayo sedikit lebih dekat.”

Saat dia mengatakan ini, Shirakawa-san mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arahku. Dari rambut semi ikalnya yang panjang, aroma wangi yang mirip seperti tumbuhan atau buah mulai melayang dan menggelitik hidungku. Ini merupakan campuran dari parfum dewasa yang selalu dia gunakan dengan aroma feminin yang tak terlukiskan.

“Ayo, lihat ke arah kamera!”

Shirakawa-san tertawa dan memberitahuku saat aku masih dalam ke adaan gugup dan benar-benar melihat ke arah yang berbeda.

“Woke, ini dia.”

Pada saat itu, Shirakawa-san sedikit menyandarkan kepalanya di bahuku.

“….!?”

Selanjutnya, tombol fotonya ditekan.

“Ah, kelihatannya bagus!”

Di layar yang Shirakawa-san tunjukkan padaku adalah wajahku yang difoto di ambang menjadi kaku karena saking terkejutnya.

“Foto ini, mau dijadikan sebagai wallpaper layar kunci?”

Shirakawa-san menatapku dengan mata menengadah dan tersenyum nakal.

“Eeh…. seperti yang kuduga…. Itu cukup memalukan…. ”

Aku memberitahunya ragu-ragu dengan wajah memerah, dan Shirakawa-san menanggapi “Aku tahu, iya ‘kan ~” lalu tersenyum.

“Kalau begitu, kurasa aku akan menjadikannya sebagai wallpaper layar utama aja.”

Dia menekan “Pengaturan” sambil mengatakan ini, dan menavigasi dengan cepat.

“Ah, ini keliatan bagus, ‘kan?”

Aku sekali lagi diserang oleh rasa malu saat dia menunjukkan layar beranda smartphone-nya dengan ikon aplikasi berbaris di atas foto kami.

“Bagaimana kalau Ryuuto juga?”

Dia bertanya padaku dengan sikap manja, lalu aku menjawab “Baiklah” dengan jantung yang berdebar-debar. Shirakawa-san tersenyum senang saat aku menunjukkan padanya gambar yang dia kirimkan melalui LINE sebagai wallpaper.

“Fufu, sepertinya kita punya hal lain yang sepasang.”

Senyumannya itu begitu mempesona, dan itu bukan hanya karena pantulan sinar matahari sore dari permukaan air.

Di dalam perahu sempit ini, aku merasa lebih dekat dengan Shirakawa-san dari biasanya…. Aku berharap kita bisa tetap seperti ini selamanya, itulah yang aku pikirkan.

 

◇◇◇◇

 

Namun, waktu terus mengalir tanpa ampun dan tiga puluh menit berlalu dalam sekejap.

Aku kembali ke dermaga sembari memendam perasaan menyesal dan memarkir perahu. Aku turun terlebih dahulu dan menunggu Shirakawa-san berdiri dan turun dari perahu.

Benar.

Kali ini, untuk menggenggam tangannya.

“Uups!”

Namun, Shirakawa-san dengan gesit berdiri, dan mendarat tanpa ada tanda-tanda hilang keseimbangan.

“….”

Berlawanan dengan waktu saat memulai, turun dari perahu merupakan tindakan berpindah dari tempat yang tidak stabil ke tempat yang stabil. Jika Kamu memiliki keseimbangan yang baik, kamu tidak memerlukan bantuan sama sekali.

Misi gagal.

“Naik perahu sangat menyenangkan! Rasanya sangat nikmat ~ ”

“Kamu benar….”

Shirakwa-san sedang dalam mood yang baik, namun aku merasakan kesedihan layaknya tentara yang kalah dari peperangan.

“Apa yang kita lakukan sekarang?”

“Hmmm….”

“Mau langsung pulang?”

“Nnnn…. Yah.”

Waktu masih belum pukul empat sore. Karena masih belum mau menyerah, aku menggelengkan kepala.

Aku ingin naik perahu lagi dan memulai lagi dari awal, tapi aku ingin dianggap aneh karena mengatakan itu.

“Apa kamu ingin berjalan-jalan sebentar?”

Cuma itu saja yang bisa aku ucapkan setelah banyak pertimbangan.

Aku ingin tahu apakah wajahku terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

Saat itu, ekspresi  di wajah Shrakawa-san sedikit berubah.

“….Oke.”

Senyuman manisnya menghilang dari wajahnya yang cantik, dan menjadi sedikit gugup.

Untuk beberapa saat setelah itu, kami berjalan menyusuri jalan setapak di tepi kolam dalam keheningan.

Aku menyukaimu, Shirakawa-san.

Menurutku .. dia juga menyukaiku. Maksudku, dia sangat baik padaku dan terus berkencan denganku.

Tapi, dia masih belum mengatakan "Aku ingin berhubungan seks" padaku.

Ketika aku memikirkannya, hal itu membuat aku takut. Dan sesuatu seperti mengatakan "ayo berpegangan tangan" secara langsung, aku tidak bisa mengucapkannya sama sekali.

Namun, aku ingin menyentuhnya.

Bagiku, "menyukai" seorang gadis sama dengan ingin menyentuhnya.

Tapi, "suka" untuk Shirakawa-san tidak selalu berarti sama. Itulah yang tidak aku pahami dan rasanya menyakitkan.

Aku tidak ingin menyakitinya, tapi hal ini semakin lama semakin sulit. Itu karena perasaan cintaku padanya semakin besar.

Meski begitu, aku tidak ingin disamakan seperti mantan pacarnya dan membuatnya menganggap seks sebagai "kewajiban" untuk pacarnya. Itu sebabnya aku juga berhati-hati dalam hal skinship.

Bagaimanapun juga, Shirakawa-san adalah gadis yang sangat baik. Karena jika dia memperhatikan keinginanku, dia akan mengesampingkan perasaannya dan membiarkan aku melakukan apapun yang aku inginkan.

“… .Hei, Ryuuto.”

Saat aku memikirkan hal ini, Shirakawa-san yang ada di sampingku tiba-tiba berhenti.

“Hmmm?”

Saat aku kembali tersadar ke realitas, Shirakawa-san menatapku dengan serius.

“Jika ada yang ingin kamu katakan padaku, katakan saja.”

“Eh….”

Aku ingin tahu apakah dia menyadarinya. Motif tersembunyiku.

Tapi, untuk memberitahunya hal itu…. Saat sedang memikirkan ini, Shirakawa-san mulai berbicara dengan wajah muram.

“Aku .. mengerti, hal semacam itu. … .mereka, karena mereka semua mulai membahas hal semacam itu pada kencan normal seperti ini.”

“Eh?”

Aku mengerutkan alis karena tidak memahami apa yang dia bicarakan. Kemudian, ekspresi Shirakawa-san mulai tampak sedih.

“Sebenarnya, aku tidak ingin putus. Aku juga ingin mengenal Ryuuto lebih baik…. dan aku menyukaimu. Karena aku bodoh, mungkin perasaanku tidak tersampaikan kepadamu tetapi…. Lama kelamaan aku semakin menyukaimu, tahu?”

“Eh, tunggu sebentar, apa yang sedang kita bicarakan?”

Ternyata, apa yang kupikirkan dan Shirakawa-san pikirkan sangat berbeda. Karena menyadari hal ini, aku menghentikannya untuk berbicara.

“Eh?”

Shirakawa-san tampak kebingungan.

“Bukannya kita tidak sedang membicarakan tentang bagaimana kamu ingin putus denganku?”

“Eeeh !? Itu benar-benar berbeda!”

Dia mengatakan sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sekalipun, jadi aku panik sekali.

“Ke-kenapa kamu memikirkan tentang itu….!?”

“Karena, kamu membuat wajah yang sulit, dan kami hanya berjalan tanpa tujuan.”

“Eh !? Tidak, itu sih…. ”

Kemudian, aku teringat kata-kata yang dia ucapkan sebelumnya.

── Aku .. mengerti, hal semacam itu. … .mereka, karena mereka semua mulai membahas hal semacam itu pada kencan normal seperti ini

Jadi begitu rupanya, ya.

Hingga saat ini, mantan pacarnya mulai membicarakan masalah putus dengan cara begini, ya.

Memutuskan hubungan dengan seseorang memang terasa menyakitkan. Dan aku terluka sampai menjadi trauma hanya karena aku menembak Kurose-san dan ditolak. Hanya saja dia tidak membalas pengakuanku, tapi rasanya seluruh diriku ditolak.

Dan sebuah pengalaman yang lebih menyakitkan dari itu…. pengalaman tiba-tiba didorong oleh keberadaan yang menerimamu sekali dan yang bisa kamu percayai, Shirakawa-san sudah mengalaminya berkali-kali.

Alasan mengapa dia mendesakku untuk berbicara lebih dulu adalah, untuk membuat lukanya sekecil mungkin…. Itu mungkin naluri defensifnya yang membuatnya melakukannya, tidak ingin terluka lagi.

“Aku .. sama sekali tidak berniat putus dengan Shirakawa-san.”

Aku tidak seperti mantan pacarnya.

Hal semacam itu, aku tidak ingin memikirkannya sekarang…. Aku bahkan tidak ingin memikirkan kejadian yang tidak mungkin terjadi.

Jika, suatu hari, bahkan jika cinta ini akan berakhir suatu hari nanti.

Itu pasti, takkan berasal dariku.

“Apa yang aku pikirkan barusan adalah….”

Apa yang telah aku renungkan sejak tadi terliha seperti masalah yang sepele dan tidak penting ketika aku memikirkan luka-luka yang dialami Shirakawa-san.

“Tentang ingin naik perahu lagi… .. cuma itu saja.”

Shirakawa-san tampak tercengang saat mendengar ucapanku.

“… .Eh, naik perahu? Cuma itu saja?”

“Ya. Karena kita baru saja naik, jadi aku pikir kalau permintaanku itu akan aneh.”

Saat aku menganggukkan kepalaku, senyuman kembali menghias wajah Shirakwa-san.

“Apa kamu sangat menyukai naik perahu? Kamu benar-benar putus asa ~, ayo kita naik lagi! Pasti terasa enak, ‘kan ~! ”

Melihat senyum riang itu membuatku dipenuhi dengan perasaan cinta padanya sekali lagi.

… ..Sudah kuputuskan.

Ada perubahan rencana.

Lebih baik jangan menunggu Shirakawa-san mengulurkan tangannya.

Aku akan mengumpulkan keberanianku dan mengulurkan tanganku duluan.

Aku ingin menyentuhnya. Jika dia memasang ekspresi yang sulit, aku akan dengan tulus meminta maaf dan menunggu saat yang tepat.

Tidak masalah dengan itu.

Jadi, kami kembali ke area boarding untuk naik perahu. Kemudian Shirakawa-san berbicara kepadaku di depan mesin tiket.

“Jika kita akan naik lagi, mau naik perahu yang biasa kali ini?”

“Tentu, tapi apa kamu baik-baik saja dengan sinar matahari?”

“Ya, karena tidak sepanas ketimbang tadi.”

Jadi aku membeli tiket untuk perahu dayung, dan kami menuju ke dermaga.

Perahu dayung itu secara struktural lebih tidak stabil dan goyah dari pada perahu pedal sebelumnya.

Aku naik perahu dulu,an lalu mengulurkan tanganku ke arah Shirakawa-san yang berdiri di dermaga.

“Jika kamu mau, kamu bisa memengangiku.”

Aku tidak berani menatap matanya karena aku berusaha terlalu keras untuk mengumpulkan sedikit keberanian yang tersisa.

“….”

Ada jeda sesaat, lalu aku mendongak dengan cemas.

Di sana ada Shirakawa-san yang wajahnya mencerminkan keterkejutan dan rasa malu.

“Umm, makasih….”

Shirakawa-san dengan malu-malu mengulurkan tangan rampingnya. Perasaan kelembutan dan kelembapan kulit hangatnya menyentuh tanganku.

Dadaku berangsur-angsur menjadi panas saat aku menggenggamnya dengan lembut.

Setelah menggenggam tanganku, Shirakawa-san naik ke kapal.

“.... Kamu baik banget ya, Ryuuto.”

Saat dia mengatakan itu dengan suara kecil, mata Shirakawa-san tampak agak lembab.

Tapi, kami berpegangan tangan cuma sesaat.

Kami segera melepaskan tangan satu sama lain dan duduk saling berhadapan di atas perahu.

Sebelum aku sempat terlena di sisa-sisa skinship pertama kami, aku harus memegang rongkat dayung yang kasar, tapi mau bagaimana lagi karena kami takkan meninggalkan dermaga jika aku tidak mendayung

Setelah aku mulai mendayung, kami terdiam beberapa saat.

Itu adalah keheningan yang nyaman.

Pemandangan hijau tanaman yang tumbuh di sepanjang sisi kolam, dan gedung-gedung bertingkat tinggi dapat dilihat di baliknya. Airnya agak keruh jadi kami tidak bisa melihat ikan, tapi ada kawanan bebek yang berenang di kejauhan.

Saat aku melihat-lihat pemandangan sekitar, aku mendayung dengan perasaan puas.

“.... Mungkin, ada baiknya kami memilih perahu ini.”

Setelah beberapa saat, Shirakawa-san menggumamkan beberapa kata.

“Hmmm?”

Aku menatapnya dengan bermaksud menanyakan apa maksudnya, dan kemudian Shirakawa-san menyeringai padaku.

“Karena aku bisa bergandengan tangan dengan Ryuuto.”

Pipinya terlihat sedikit  memerah.

“Eh….”

“Belakangan ini, aku sangat ingin berpegangan tangan dengan Ryuuto. Itulah sebabnya aku, seperti, berusaha lebih dekat dari biasanya, tetapi apa kamu tidak menyadarinya? "

Sekarang setelah dia menyebutkannya, aku jadi ingat. Ada kalanya dia tiba-tiba menarik lenganku saat kami pulang bersama. Atau saat dia menyenderkan kepalanya di pundakku ketika kami berselfie di dalam perahu kayuh.

Jadi itu sebenarnya kode darinya, ya.

“Kupikir itu buruk, jadi aku tidak bisa memberitahumu dengan jelas. Mau berpegangan tangan saat aku masih belum yakin mau bercinta denganmu, itu sangat egois, ‘kan. Maksudku, sekali menyentuh, cowok pasti ingin melakukannya, bukan?”

“Eh, tidak, hal seperti itu….”

Tidak peduli seberapa perjakanya aku, aku tidak punya hasrat seksual yang begitu besar sampai-sampai tidak dapat menahan diri setelah hanya berpegangan tangan. Kombinasi Shirakawa-san antara pemahaman dan kesalahpahaman tentang cowok itu agak lucu tapi juga berbahaya.

“… .Aku juga, aku selalu ingin berpegangan tangan dengan Shirakawa-san.”

Saat aku dengan jujur ​​mengakuinya, Shirakawa-san mengangkat dagunya dan menatap wajahku.

“Serius?”

“Ya.”

Aku mengangguk, dan wajahnya dipenuhi senyuman.

“Hmmmm~, begitu ya….”

Sebuah senyuman yang seolah-olah sedang merencanakan sesuatu.

Lalu, dia tiba-tiba berdiri.

“Shirakawa-san? Itu baha— …. ”

Ketika aku hendak memperingatinya, dia meletakkan tangannya di lambung kapal dan dia menggoyangkan perahu dengan kuat dari sisi ke sisi.

“Eh !?”

Perahu jadi terombang-ambing, dan percikan air dari permukaan kolam masuk ke dalam perahu.

“Ad-Ada apa !? Itu berbahaya jadi berhentilah sebelum…. ”

Saat itulah itu terjadi.

Shirakawa-san tiba-tiba membungkuk lebih dekat ke arahku, wajah imutnya semakin dekat.

Tanpa waktu untuk mempersiapkan diri, sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh bibirku.

Kami berciuman

Pada saat aku menyadari fakta itu, bibir kami sudah terpisah.

“Kamu lengah!”

Setelah duduk kembali, Shirakawa-san berkata ebgitu dan tertawa.

“….”

Lupa mendayung perahu, aku masih dalam keadaan terkejut seolah-olah jiwaku meninggalkan tubuhku.

Berciuman dengan Shirakawa-san….

Berciuman dengan Shirakawa-san….

Cuma kata-kata itu yang terus terngiang-ngiang di dalam kepalaku.

Meski berpegangan tangan sudah menjadi masalah besar, aku tidak pernah menyangka kalau kita akan berciuman.

Aku tidak percaya itu.

Dadaku menjadi panas, dan kepalaku dipenuhi oleh Shirakawa-san.

Ya, aku sangat, aku sangat mencintai Shirakawa-san.

“…. Kita .. memikirkan hal yang sama, bukan? ”

Shirakawa-san tersenyum malu padaku.

“Aku .. ingin lebih dekat dengan Ryuuto. Aku ingin menyukai Ryuuto. Aku ingin….”

Setelah mengatakan itu padaku dengan keppala tertunduk, dia menatapku sekali lagi.

“Memiliki 'cinta sejati' dengan Ryuuto.”

Ketika dia mengatakan itu, aku tersadar. Aku ingat percakapan di hari pertama kami berpacaran.

Shirakawa-san, aku tidak pernah menyangka kalau dia menaruh perasaan seperti itu padaku….

Saat aku berada dalam pusaran emosi yang dalam, Shirakawa-san mengipasi pipinya yang memerah dengan kedua tangan dan menatapku.

“Ah, ya ampun, ini pertama kalinya aku mencium seseorang duluan. Rasanya memalukan banget~!”

Bibir cemberutnya masih terlihat lucu.

Setelah itu, kami saling bertatapan dan kemudian ssaling tersenyum satu sama lain.

Ketika kami sampai di dermaga dan aku turun duluan dari kapal, aku mengulurkan tanganku ke Shirakawa-san lagi.

“Jika kamu tidak keberatan—”

“Makasih.”

Shirakawa-san dengan malu-malu meraih tanganku.

Saat aku mencoba memisahkan tangan kami karena dia sudah ada di dermaga, dia meremas tangan kami yang terikat dengan erat.

“Shi-Shirakawa-san….?”

Aku dibuat terkejut  dan melihat Shirakawa-san menunjukkan senyum nakal.

“Sedikit lagi, kenapa kita tidak tetap seperti ini?”

“Eh… .. Ye-Yeah.”

Oleh karena itu, kami mulai berjalan melewati taman sambil berpegangan tangan.

“Dan kamu tahu, memanggilku dengan 'Shirakawa-san', bisakah kamu menghentikannya?”

“Eh !?”

Aku menoleh ke arah Shirakawa-san karena mendengar pemintaan yang begitu tiba-tiba.

“Lalu, bagaimana aku harus memanggilmu….?”

Kemudian dia memasang ekspresi sedikit cemberut.

“Namaku Luna, ‘kan?”

“Ah….”

J-jadi itu yang dia maksud….

“Umm, uhh, lalu….”

Aku tidak pernah memanggil seorang gadis dengan nama depan mereka selain “◯◯ -san”, jadi butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri.

Aku tidak pernah menyangka ada hari dimana aku akan memanggil Shirakawa-san dengan nama depannya apalagi tanpa sebutan apapun.

“Lu, Lu-Lu-Lu….”

Sial, jangan lagi.

Kejadian yang sama seperti ketika aku menembaknya, dan aku menjadi tidak sabar.

“Lu-Lu….”

Aku tidak sedang memanggil rubah. Lega rasanya Shirakawa-san menungguku tanpa tertawa.

“… .Luna….”

Akhirnya, aku bisa mengatakannya dengan benar. Pertama kali aku memanggil Shirakawa-san dengan nama depannya terasa aneh, padahal ini suaraku sendiri, tapi seperti bukan kata-kataku sendiri.

“Apa~”

Shirakawa-san dengan sengaja bereaksi berlebihan. Dia membungkukkan tubuhnya ke depan dan menatap wajahku dengan pandangan menengadah ke atas.

“Eh, baiklah.”

Bukannya aku memanggilnya karena punya tujuan, jadi aku sedikit kaget mendengar balasannya.

“Ap-Apa kamu tidak capek? Shirakawa-san. Mau duduk di suatu tempat? ”

“Tidak terlalu kok. Dan barusan aku sudah duduk di atas perahu.”

“Ah….”

Betul sekali.

“Sebaliknya, kamu memanggilku 'Shirakawa-san' lagi.”

“Ah, aku benar-benar….!”

Kamu benar-benar putus asa, diriku….

Saat aku memikirkan itu dan mulai merasa tertekan, “fufu” Shirakawa-san terkikik.

“Tidak masalah, kok. Sampai kamu bisa memanggil namaku secara alami, aku akan terus menunggu.”

Lalu dia meremas tanganku erat-erat seolah ingin meyakinkanku.

“Shirakawa-san….”

Dia benar-benar gadis yang periang.

Aku ingin cepat menjadi cowok yang cocok dengan pacar yang begitu menawan….

“… .Ryuuto, tanganmu dingin sekali.”

Shirakawa-san dengan santai memberitahuku saat aku sedang mengalami konflik batin.

“Serius? Ma-maaf, aku sangat gugup, jadi…. ”

Aku sudah terbiasa meminta maaf padanya sejak tadi, dan Shirakawa-san tersenyum lucu padaku.

“Tidak apa-apa, ini sudah masuk musim panas. Lalu aku akan menjaganya tetap hangat untukmu.”

Setelah memberitahuku itu, pipinya sedikit memerah dan tersenyum malu-malu.

“Malahan, ini agak memalukan”

Wajahku juga merah, namun Shirakawa-san terlihat sangat malu dan mendongak ke atas langit untuk menutupinya.

“Ah…. Jika kita berhubungan seks di awal, aku yakin takkan tersipu malu sampai segininya.”

Shirakawa-san bergumam begitu saat melihat ke atas langit.

“Berpegangan tangan, dan berciuman, benar-benar terasa memalukan. Setiap kali aku merasa kalau Ryuuto dekat denganku, aku jadi semakin menyukaimu.”

Lalu, dia menatapku.

“Ini pertama kalinya bagiku tahu, merasakan perasaan seperti ini.”

Dengan ekspresi kesal di wajahnya dan pipinya yang memerah, dia memberitahuku.

“Apa kamu mau bertanggung jawab karena sudah membuatku begini?”

Terkejut dengan kalimat yang terdengar seperti lamaran, aku menatap mata Shirakawa-san dan mengangguk dengan kuat.

“Jika kamu tidak keberatan denganku…. Ak-Aku akan senang.”

Shirakawa-san lalu tersenyum lembut.

“Mouu~. Ini benar-benar memalukan.”

Dia memberi lebih banyak tenaga di tangan yang dipegang.

Hembusan angin sepoi-sepoi yang bertiup dari kolam, menyapu udara senja yang menyegarkan dan menunjukkan pertanda kalau sekarang sudah menjelang pertengahan musim panas.

Di sampingku, ada Shirakawa-san.

Aku takkan menjadi "mantan pacarnya".

Aku ingin menghargai gadis ini.

Aku ingin melindungi senyumnya selamanya.

Aku tidak ingin melihat dia terlihat sedih lagi.

Dengan perasaan itu di benakku, aku dengan lembut menggenggam tangannya yang halus dan hangat.

 

 

<<=Sebelumnya  |    |  Selanjutnya=>>

close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama