Epilog
Dalam perjalanan pulang dari
kencan kami. Setelah keluar dari kebun binatang, kami istirahat sejenak di area
pusat kota. Setelah itu, kami lalu menuju Stasiun Ueno.
“Ryuuto, kamu tidak punya
plester luka, ‘kan?”
Shirakawa-san bertanya begitu
dan aku hanya membalas “eh?” sambil menatapnya.
“Memangnya kenapa?”
Shirakawa-san kemudian
memberitahuku dengan canggung.
“Kakiku sakit… .. Sepertinya
tumitku lecet.”
“Eh, apa kamu baik-baik saja?
Lecet?”
“Ya…. Karena hari ini pertama
kalinya aku memakai alas kaki model begini.”
Shirakawa-san,
jadi kamu memakai alas kaki baru untuk kencan denganku….
Meski aku merasa senang saat memikirkan itu, lecet kakinya masih membuatku
khawatir.
“Aku akan mencari plester luka
di minimarket. Jadi tahanlah sedikit lagi. ”
Aku memberitahunya begitu dan
kemudian menuju minimarket yang kebetulan baru saja kami lewati.
“Plester luka, plester….”
Aku tidak ingat pernah membeli
banyak untuk diriku sendiri, jadi aku mencari-cari di bagian tempat yang kemungkinan
besar akan ditempatkan.
“Ketemu.”
Aku menemukan sebuah paket yang
tidak asing lagi di sudut tempat produk sanitasi ditempatkan.
Saat aku mengulurkan tangan, aku
tidak sengaja menengok ke sampingnya dan aku menemukan deretan kotak berukuran
sama dengan desain yang lebih bergaya.
Kupikir Shirakawa-san lebih
suka yang begitu, jadi aku mengulurkan tanganku, lalu aku membeku saat akan
mengambil satu kotak.
Jika dilihat lebih dekat, itu
adalah kotak-kotak kontrasepsi yang digunakan cowok…. Alat yang disebut kondom.
Tulisan pada bungkusnya yang menekankan ketipisannya membuatku tidak ragu. (TN : Nani the f*ck
:v ngapain plester luka dijejerin sama dengan kondom?? Sasuga jepang dengan
segala keanehannya)
“Kamu sudah menemukannya?”
Dan kemudian Shirakawa-san
berbicara kepadaku dari sebelah. Aku tersentak kaget.
“Eh, eeeh !? Pa …. Padahal kamu
bisa menungguku di sana, dan kakimu sakit, ‘kan? ”
“Luka lecetnya tidak terlalu
perih kok, jadi aku baik-baik saja.”
Shirakawa-san menjawabku, dan
melihatku mengulurkan tangan ke rak pajangan. Dia berpikir sejenak, lalu
menatap wajahku dengan senyum lebar.
“Aaah, kamu sedang melihat ini,
‘kan~?”
Apa yang Shirakawa-san tunjuk
adalah kotak kondom yang hampir aku ambil sebelumnya.
“Apa menurutmu itu plester
luka?”
“Ka-Kamu salah! Aku tidak
berpikir begitu, kok!”
“Tapi, kamu tadi ingin
mengambilnya, ‘kan?”
Jadi
dia melihatnya….!
“Jadiii, kamu tadi mau coba
mengambil apa?”
“It-Itu….”
Karena
aku hampir salah mengira kalau itu kotak pembungkus plester luka,
tetapi karena fakta aku tidak populer dan tidak pernah berhubungan dengan
produk ini sejauh ini terlihat jelas, aku menjadi terlalu malu dan tidak bisa
menjelaskannya kepada Shirakawa-san.
Saat dia melihatku gelagapan
tidak karuan, Shirakawa-san tertawa terbahak-bahak.
“Ryuuto, kamu lucu banget~!
Wajahmu sampai memerah semua.”
“… .Uugh….”
Aku
tahu itu, aku benar-benar bukan tandingan Shirakawa-san.
Sejak kapan kondom masuk ke kategori buat perawatan luka anjim
BalasHapus