Motokano Vol.1 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog

 

Mata kuliah baru saja berakhir, dan aku menaiki bus dari halte terdekat. Setelah membawanya ke tujuanku, Rio sudah menungguku. Saat aku mendekatinya…

“Lama sekali sih.” Rio menyilangkan lengannya, saat dia melontarkan keluhan padaku.

Dan seperti biasa, dia sama sekali tidak lucu.

“Kuliahnya memakan waktu lebih lama. Sudah kubilang aku akan terlambat, kan?”

“Tapi bukannya berarti kamu harus lama juga ‘kan. Ini sudah jam 5 sore, jika kita tidak buru-buru, kantornya akan tutup. ” Rio tampak agak terburu-buru, saat dia menunjuk ke arah gedung.

Hari ini, kami sepakat untuk bertemu di depan kantor catatan sipil setempat. Tentu saja, hanya ada satu alasan mengapa kami memilih lokasi ini.

“Kita masih bisa menyerahkan formulir pernikahan bahkan ketika kantornya tutup, tau.”

Ketika aku memberi tahu Rio tentang hal ini, dia menghentikan langkah kakinya, dan menatapku dengan kaget.

“Eh… Be-Benarkah?”

“Ya, resepsi mereka buka selama 24 jam.”

“... Apa, jadi tidak ada gunanya sampai repot-repot menelepon Hayashida.”

“Apa… Kamu menyuruh Hayashida-san mengantarmu ke sini?”

“Ah, y-yah! Aku pikir akan buruk jika aku terlambat!”

Hayashida-san benar-benar digunakan tanpa akhir, ya… aku turut prihatin padanya. Tanpa basa-basi lagi, kami berdua berjalan berdampingan, dan menuju ke kantor pencatatan sipil.

“Kita bisa saja mengirimkannya lewat pos tau? Aku merasa tidak ada gunanya sampai datang ke sini segala.”

“Kita tidak bisa melakukan itu.” Rio langsung menyangkal ideku. “Mengirimnya dengan pos itu membosankan. Jika itu sesuatu yang sepenting ini, kita berdua harus melakukannya bersama.”

“………”

“Te-Tentu saja, ini semua cuma akting. Pasangan yang bahagia dan mesra juga akan menyerahkan ini secara langsung, jadi kita harus melakukan hal yang sama… ”

“…Benar.”

Pasangan mesra akan menyerahkannya bersama. Karenanya, kami melakukan hal yang sama. Semua sandiwara tersebut dilakukan supaya kami tampak seperti pasangan yang benar-benar sudah menikah.

“Pendaftaran pernikahan anda, ya. Tolong tunggu sebentar.”

Setelah kami memberitahu orang di resepsi mengenai keperluan kami, mereka meminta kami duduk sejenak. Tampaknya kami datang pada waktu yang kurang tepat dari jam operasional normal.

“Rio, kamu tidak melupakan apapun hari ini, kan?”

“Bisa tidak jangan menganggapku seperti otang idiot? Aku sudah membawa semuanya.” Dia berbicara dengan nada arogansi, tapi akhirnya menjadi khawatir ketika dia mulai melihat-lihat isi tasnya. “Stempel, copy resmi daftar keluarga… KTP, kartu pelajar, kartu asuransi… Iya, aku bawa semuanya. Bagaimana denganmu, Tuan Di Bawah Umur? ”

“Tentu saja, bawa semua. Bahkan surat persetujuan dari waliku.”

Karena kamu membutuhkan itu saat menikah dengan seseorang di bawah umur.

“… Kami benar-benar akan menikah, ya.” Ujar Rio sambil bergumam.

“Sekarang waktu yang tepat kalau kamu mau mundur.”

“Ahaha, apa yang sedang kamu bicarakan? Mana mungkin aku bisa mundur sekarang.”

“Kamu benar, haha.”

Upacara pernikahan, pindah bersama, kami sudah menyelesaikan semuanya kecuali menyerahkan formulir pendaftaran pernikahan. Meski kami tidak benar-benar menikah menurut hukum, kami bertindak seperti pasangan yang sudah menikah. Itu sebabnya, menyerahkan pencatatan nikah tak lain adalah langkah lain. Hanya itu yang terjadi, namun — Emosi yang sulit untuk dijelaskan terpendam jauh di lubuk hatiku.

“Mulai hari ini, aku akan menjadi Isurugi Rio, huh… aku merasa kalau nama Tamaki Rio terdengar jauh lebih baik.”

“Kalau begitu, apa perlu kita mempertahankan nama marga satu sama lain? Ah, tidak, itu belum boleh di Jepang, ya. ”

“... Bukan itu masalahnya di sini. Pada saat seperti ini, Kamu harus mengatakan sesuatu seperti 'Itu tidak benar. Isurugi Rio terdengar sama lucunya '. Kamu benar-benar tidak memahami hati seorang wanita sama sekali. "

“... Maaf tentang itu.”

“Itu sebabnya kamu tidak populer, Haru. Jatuh cinta dengan seseorang sepertimu… mungkin cuma ada satu orang di seluruh dunia ini. ” ucap Rio seraya  bergerak ke arahku — dan dengan lembut meraih tanganku.

“Rio…”

“Mari menjadi pasangan suami istri yang hebat, Haru.” Dengan tatapan basah, dia menatap langsung ke arahku.

Kata-katanya terdengar seperti dia percaya akan masa depan yang indah bagi kami berdua, penuh dengan cinta dan kasih akung. Saat jantungku berdetak kencang, Rio menyembunyikan mulutnya dengan satu tangan.

“Tentunya sebagai pasangan suami istri palsu, oke.” Tambahnya dengan senyum menyeringai.

Aku bisa melihat dia menyeringai pada dirinya sendiri… Dasar jalang, menggodaku bahkan di saat seperti ini.

“Fufu, apa kamu merasa malu? Pasti malu iya, ‘kan? ”

“… Siapa juga yang merasa malu.”

Biasanya aku akan mengeluh seperti biasanya, tetapi karena Rio menunjukkan senyum gembira, aku terpaksa menelan semua itu.

“Isurugi-sama.”

Aku mendengar namaku dipanggil, jadi aku berdiri. Aku melewatkan waktu untuk melepaskan, jadi kami masih berpegangan tangan.

“Ayo pergi, Rio.”

“…Ya.” Setelah mengangguk, Rio pun berdiri.

Sembari berpegangan tangan, kami mulai berjalan ke depan. Kami seperti pasangan yang melintasi gerbang terakhir. Mulai hari ini, kita akan benar-benar menikah. Kami berdua menyetujui pernikahan ini untuk mencapai tujuan kami masing-masing — Atau sering dibilang sebagai pernikahan palsu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi mulai sekarang, aku juga tidak tahu berapa lama pernikahan ini akan berlangsung. Orang-orang menyebut pernikahan sebagai 'Kuburan' atau ‘Tujuan Akhir', tapi bagiku — aku hanya dapat melihat kalau pernikahan ini sebagai garis awal.

Karena aku tidak berpengalaman, aku tidak tahu apa yang akan terjadi mulai sekarang. Kami memilih untuk mengambil jalan yang berbeda dari pasangan menikah normal. Tidak ada tujuan nyata yang terlihat di akhir perjalanan ini, karena kami harus terus bersandiwara. Berjalan menyusuri jalan yang tidak benar membuatku cemas dan takut, tapi… inilah jalan yang aku pilih.

Itulah sebabnya, aku harus menapaki jalan ini dengan percaya diri. Tentu saja, aku tidak sendirian dalam hal ini. Jika aku beri perumpamaan, pernikahan itu mirip seperti perlombaan lari tiga kaki. Dan dengan memikirkan perasaan ini—

Namaku dimasukkan dalam daftar keluarga, bersama dengan mantan pacarku.

 

 

<<=Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya=>>

Komentar Penerjemah :

Akhirnya selesai juga ngerjain novel pasutri tsundere ini. Hahaha mungkin juga enggak ada yg baca karena udah banyak FT lain yang ngerjain novel ini, mau di drop juga engga enakan sama CCLAW karena udah ijin sama mereka, enggak percaya? Coba aja cek ke homepage mereka, pasti ada nama mimin dan blog ini. Maaf kalau lama updatenya karena mimin cuma sendirian yang ngerjain semua proyek yang ada di web ini. Oh iya, pemberitahuan juga kalau volume 2 novel ini bakalan keluar tanggal 21 juli, yup, barengan sama perilisan Gimai Seikatsu Volume 3. 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama