Epilog
Mata kuliah baru saja berakhir,
dan aku menaiki bus dari halte terdekat. Setelah membawanya ke tujuanku, Rio
sudah menungguku. Saat aku mendekatinya…
“Lama sekali sih.” Rio
menyilangkan lengannya, saat dia melontarkan keluhan padaku.
Dan seperti biasa, dia sama sekali
tidak lucu.
“Kuliahnya memakan waktu lebih
lama. Sudah kubilang aku akan terlambat, kan?”
“Tapi bukannya berarti kamu
harus lama juga ‘kan. Ini sudah jam 5 sore, jika kita tidak buru-buru,
kantornya akan tutup. ” Rio tampak agak terburu-buru, saat dia menunjuk ke arah
gedung.
Hari ini, kami sepakat untuk bertemu
di depan kantor catatan sipil setempat. Tentu saja, hanya ada satu alasan
mengapa kami memilih lokasi ini.
“Kita masih bisa menyerahkan formulir pernikahan bahkan ketika kantornya tutup, tau.”
Ketika aku memberi tahu Rio
tentang hal ini, dia menghentikan langkah kakinya, dan menatapku dengan kaget.
“Eh… Be-Benarkah?”
“Ya, resepsi mereka buka selama
24 jam.”
“... Apa, jadi tidak ada gunanya sampai repot-repot menelepon Hayashida.”
“Apa… Kamu menyuruh
Hayashida-san mengantarmu ke sini?”
“Ah, y-yah! Aku pikir akan
buruk jika aku terlambat!”
Hayashida-san benar-benar
digunakan tanpa akhir, ya… aku turut prihatin padanya. Tanpa basa-basi lagi,
kami berdua berjalan berdampingan, dan menuju ke kantor pencatatan sipil.
“Kita bisa saja mengirimkannya
lewat pos tau? Aku merasa tidak ada gunanya sampai datang ke sini segala.”
“Kita tidak bisa melakukan itu.”
Rio langsung menyangkal ideku. “Mengirimnya dengan pos itu membosankan. Jika
itu sesuatu yang sepenting ini, kita berdua harus melakukannya bersama.”
“………”
“Te-Tentu saja, ini semua cuma akting.
Pasangan yang bahagia dan mesra juga akan menyerahkan ini secara langsung, jadi
kita harus melakukan hal yang sama… ”
“…Benar.”
Pasangan mesra akan menyerahkannya
bersama. Karenanya, kami melakukan hal yang sama. Semua sandiwara tersebut dilakukan supaya kami tampak
seperti pasangan yang benar-benar sudah menikah.
“Pendaftaran pernikahan anda, ya.
Tolong tunggu sebentar.”
Setelah kami memberitahu orang
di resepsi mengenai keperluan kami, mereka meminta kami duduk sejenak.
Tampaknya kami datang pada waktu yang kurang tepat dari jam operasional normal.
“Rio, kamu tidak melupakan
apapun hari ini, kan?”
“Bisa tidak jangan menganggapku
seperti otang idiot? Aku sudah membawa semuanya.” Dia berbicara dengan nada
arogansi, tapi akhirnya menjadi khawatir ketika dia mulai melihat-lihat isi tasnya.
“Stempel, copy resmi daftar keluarga… KTP, kartu pelajar, kartu asuransi… Iya, aku
bawa semuanya. Bagaimana denganmu, Tuan Di Bawah Umur? ”
“Tentu saja, bawa semua. Bahkan
surat persetujuan dari waliku.”
Karena kamu membutuhkan itu saat
menikah dengan seseorang di bawah umur.
“… Kami benar-benar akan
menikah, ya.” Ujar Rio sambil bergumam.
“Sekarang waktu yang tepat
kalau kamu mau mundur.”
“Ahaha, apa yang sedang kamu
bicarakan? Mana mungkin aku bisa mundur sekarang.”
“Kamu benar, haha.”
Upacara pernikahan, pindah
bersama, kami sudah menyelesaikan semuanya kecuali menyerahkan formulir pendaftaran
pernikahan. Meski kami tidak benar-benar menikah menurut hukum, kami bertindak
seperti pasangan yang sudah menikah. Itu sebabnya, menyerahkan pencatatan nikah
tak lain adalah langkah lain. Hanya itu yang terjadi, namun — Emosi yang sulit
untuk dijelaskan terpendam jauh di lubuk hatiku.
“Mulai hari ini, aku akan
menjadi Isurugi Rio, huh… aku merasa kalau nama Tamaki Rio terdengar jauh lebih baik.”
“Kalau begitu, apa perlu kita
mempertahankan nama marga satu sama lain? Ah, tidak, itu belum boleh di Jepang,
ya. ”
“... Bukan itu masalahnya di
sini. Pada saat seperti ini, Kamu harus mengatakan sesuatu seperti 'Itu tidak benar. Isurugi Rio terdengar sama
lucunya '. Kamu benar-benar tidak memahami hati seorang wanita sama sekali.
"
“... Maaf tentang itu.”
“Itu sebabnya kamu tidak
populer, Haru. Jatuh cinta dengan seseorang sepertimu… mungkin cuma ada satu
orang di seluruh dunia ini. ” ucap Rio seraya
bergerak ke arahku — dan dengan lembut meraih tanganku.
“Rio…”
“Mari menjadi pasangan suami
istri yang hebat, Haru.” Dengan tatapan basah, dia menatap langsung ke arahku.
Kata-katanya terdengar seperti
dia percaya akan masa depan yang indah bagi kami berdua, penuh dengan cinta dan
kasih akung. Saat jantungku berdetak kencang, Rio menyembunyikan mulutnya
dengan satu tangan.
“Tentunya sebagai pasangan
suami istri palsu, oke.” Tambahnya dengan senyum menyeringai.
Aku bisa melihat dia
menyeringai pada dirinya sendiri… Dasar jalang, menggodaku bahkan di saat
seperti ini.
“Fufu, apa kamu merasa malu?
Pasti malu iya, ‘kan? ”
“… Siapa juga yang merasa malu.”
Biasanya aku akan mengeluh
seperti biasanya, tetapi karena Rio menunjukkan senyum gembira, aku terpaksa
menelan semua itu.
“Isurugi-sama.”
Aku mendengar namaku dipanggil,
jadi aku berdiri. Aku melewatkan waktu untuk melepaskan, jadi kami masih
berpegangan tangan.
“Ayo pergi, Rio.”
“…Ya.” Setelah mengangguk, Rio
pun berdiri.
Sembari berpegangan tangan,
kami mulai berjalan ke depan. Kami seperti pasangan yang melintasi gerbang
terakhir. Mulai hari ini, kita akan benar-benar menikah. Kami berdua menyetujui
pernikahan ini untuk mencapai tujuan kami masing-masing — Atau sering dibilang sebagai pernikahan palsu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi mulai
sekarang, aku juga tidak tahu berapa lama pernikahan ini akan berlangsung.
Orang-orang menyebut pernikahan sebagai 'Kuburan'
atau ‘Tujuan Akhir', tapi bagiku — aku
hanya dapat melihat kalau pernikahan ini sebagai garis awal.
Karena aku tidak berpengalaman,
aku tidak tahu apa yang akan terjadi mulai sekarang. Kami memilih untuk
mengambil jalan yang berbeda dari pasangan menikah normal. Tidak ada tujuan nyata
yang terlihat di akhir perjalanan ini, karena kami harus terus bersandiwara.
Berjalan menyusuri jalan yang tidak benar membuatku cemas dan takut, tapi…
inilah jalan yang aku pilih.
Itulah sebabnya, aku harus
menapaki jalan ini dengan percaya diri. Tentu saja, aku tidak sendirian dalam
hal ini. Jika aku beri perumpamaan, pernikahan itu mirip seperti perlombaan
lari tiga kaki. Dan dengan memikirkan perasaan ini—
Namaku dimasukkan dalam daftar
keluarga, bersama dengan mantan pacarku.
<<=Sebelumnya |
Daftar isi | Selanjutnya=>>
Komentar Penerjemah :
Akhirnya selesai juga ngerjain novel pasutri tsundere ini. Hahaha
mungkin juga enggak ada yg baca karena udah banyak FT lain yang ngerjain novel ini, mau
di drop juga engga enakan sama CCLAW karena udah ijin sama mereka, enggak
percaya? Coba aja cek ke homepage mereka, pasti ada nama mimin dan blog ini. Maaf
kalau lama updatenya karena mimin cuma sendirian yang ngerjain semua proyek
yang ada di web ini. Oh iya, pemberitahuan juga kalau volume 2 novel ini
bakalan keluar tanggal 21 juli, yup, barengan sama perilisan Gimai Seikatsu
Volume 3.