Penerjemah : MeZhael
Editor : Kareha
Prolog
— Cinta Pertama serta Kandasnya Cinta Dari Kugiyama Ichigo
Sejak di bangku SD, Kugiyama Ichigo sudah memiliki seseorang yang
Ia sukai.
Orang tersebut ialah teman masa kecilnya, Sakura.
Dia adalah seorang gadis yang selalu memiliki aroma wangi disekelilingnya,
perpaduan aroma bunga lavender dan jeruk.
Rambut hitamnya yang sepanjang pinggang dirawat begitu rapi sehingga itu terkesan seperti wig[1], dan rambutnya selalu bersinar indah di bawah cahaya matahari.
Kulitnya yang putih mulus sehingga memberi kesan layaknya kulit
transparan.
Lekuk mukanya terbentuk begitu sempurna, dengan tulang hidung
diantara kedua mata yang begitu halus.
Mata yang agak sedikit sipit dan bulu mata lentiknya itu
memberikan kesan yang sangat istimewa kalau dia sedang melihat ke bawah,
perpaduan itu memberikannya pesona yang jauh berbeda dari anak kecil.
Wajahnya yang menyunggingkan kedua ujung bibir yang berwarna merah
jambu dan menghasilkan senyuman yang begitu menawan sampai-sampai terkesan seperti
lukisan tangan itu, masih teringat jelas di dalam ingatan Ichigo.
Sakura tinggal di rumah mewah yang berdekatan dengan rumah Ichigo,
yang mana itu juga merupakan tempat keluarganya menjalankan bisnis.
Dengan martabat, pendidikan dan perilakunya, bisa dipastikan kalau
dia adalah seorang Ojou-sama yang tulen.
Dengan kekayaan yang dimilikinya, dia sama sekali tidak menunjukan
sikap mementingkan diri sendiri atau sombong, melainkan kepribadiannya sangat
sopan dan mudah diajak mengobrol.
“Cuacanya sangat indah,
ya, Ichi?”
Ichi. Itulah nama panggilan Sakura kepada Ichigo.
Dia adalah teman masa kecil Ichigo, tiga tahun lebih tua darinya.
Dengan kata lain, dia mirip seperti kakak perempuan bagi Ichigo.
Perasaan Ichigo terhadapnya seperti rasa hormat dan kasih sayang
seorang adik laki-laki kepada kakak perempuannya.
Perasaan tersebut dipadukan dengan pandangan Sakura kepada Ichigo,
segala hal yang Sakura katakan dan lakukan, dan waktu luang yang mereka
habiskan bersama-sama, tanpa Ichigo sadari, perasaanya tersebut ternyata telah
berubah menjadi cinta.
Ia telah jatuh cinta kepada Sakura.
Setelah banyak menghabiskan waktu bersamanya sejak masih kecil,
Ichigo sudah sadar akan perasaannya yang menyukai Sakura.
“Sakura, bagaimana
kalau kita bermain di taman baru yang berada di pinggir kota yang kita
bicarakan sebelumnya?”
“Ya tentu. Oh ya,
haruskah aku membuatkan bekal untuk kita bawa ke sana?”
Sejak kapan Ichigo jadi semakin yakin tentang perasaannya? Yah,
sejauh berkaitan dengan perasaan itu, Ia sama sekali belum pernah mencoba mengutarakan
dengan perkataan, Ia juga tidak mau mencari tahu tentang pemicu dari
perasaannya selama ini.
Lebih tepatnya, Ichigo tidak terlalu mementingkan itu.
Mungkin karena Ichigo sendiri merasa terlalu malu.
Namun, Ia memang memendam perasaan kepada Sakura.
Ichigo mempunyai harapan, Ia berharap supaya bisa selalu bersama
dengannya. Demi menjadi seseorang yang selalu menghiburnya, membuatnya bahagia,
dan membuat kehidupannya lebih berwarna.
Ichigo ingin gadis yang lebih tua darinya tersebut dapat terkesan
dengan hal-hal yang Ia lakukan.
Ia ingin Sakura menganggap dirinya sebagai seseorang---sebagai
“Seseorang yang istimewa” yang berbeda dari orang lain.
“Oke, jadi aku akan
menjemputmu ke rumahmu jam 08.00 pagi, bisa kan, Sakura?”
“Baiklah. Aku akan
siap menunggumu pada saat itu juga.”
Setelah mengatakan itu, Sakura tersenyum lembut bagaikan seorang
dewi yang penuh belas kasih.
Sakura tidak merasa tersinggung saat Ichigo kecil memanggilnya
dengan nama aslinya.
Ichigo merasa senang saat mengetahui kalau Sakura memperbolehkannya
untuk memanggil nama aslinya tanpa alasan khusus.
Tapi mungkin Sakura menganggap itu hanyalah sebagai hal lumrah,
karena seolah-olah dia sedang dipanggil oleh adik laki-laki teman dekatnya.
Namun, bagi Ichigo hal tersebut adalah hal yang berbeda.
Berbeda dari orang tua atau keluarganya, berbeda dari
teman-temannya, berbeda dari orang dewasa yang dia hormati dan kagumi … Dengan
kata lain, Ichigo ingin menjadi pacar Sakura.
Dan demi mencapai hal tersebut, Ichigo yang saat itu masih murid
SD, mencoba melakukan banyak hal.
Pada akhirnya, hal itu hanyalah upaya berdasarkan jangkauan
kemampuan imajinasi dan sumber daya ekonomi seorang anak SD, tapi demi
membuatnya bahagia, Ichigo kadang mengajaknya untuk mengunjungi suatu tempat,
memberinya hadiah berupa kerajinan tangan, dan semacamnya.
Namun, cuma sebatas itulah yang bisa dilakukan oleh anak kecil.
Harta benda , sikap, dan pengetahuan Ichigo, tak satu pun yang
setara dengan Sakura, apalagi dengan teman-teman sekelasnya dalam hal ini.
Sedangkan Sakura berbeda, dia begitu kaya.
Karena penampilan dan pesonanya, sudah pasti Ichigo bukan
satu-satunya orang yang menyukai Sakura.
Ichigo seringkali melihat Sakura mengobrol dengan cowok yang ada di
kelasnya.
Ia merasa cemburu sekaligus iri kepada cowok yang lebih tua atau
yang seumuran dengan Sakura, dan bisa memperlakukannya sebagai orang dengan
status yang sama.
Bagaimanapun juga, Ichigo hanya dianggap sebagai adik laki-lakinya
Sakura.
Sakura selalu bersikap layaknya kakak perempuan kepada Ichigo.
Alhasil, hubungan semacam itu tidak bisa diubah sampai akhir.
Pada saat dimana Ichigo terlalu sembrono terhadap perasaan
cintanya kepada Sakura, di saat yang sama juga Sakura ternyata punya masalahnya
sendiri. Di saat masalahnya Sakura terus berlanjut, Ichigo malah tidak
menyadarinya sama sekali … Dan suatu hari, Ichigo tiba-tibad mendengar berita
tentang akhir masalah tersebut.
Pada usia 13 tahun, saat Ichigo akan naik ke kelas 2 SMP, Sakura sudah lulus dari SMA dan pergi ke luar negeri bersama tunangan barunya.[2]
Tunangannya jauh lebih tua dari Sakura, dan merupakan seorang
pengusaha terkenal dalam suatu bisnis.
Awalnya, saat orang tua Ichigo menjelaskan hal tersebut, Ichigo
cuma terlihat linglung dan tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Sakura telah pergi jauh dari hadapannya.
Namun, bagi Ichigo fakta itu terlalu sulit untuk diterima, tapi
nasi sudah menjadi bubur. Mau tak mau Ichigo harus menelan mentah-mentah fakta
tersebut.
Ichigo merasa depresi selama beberapa hari, tapi … seiring
berjalannya waktu, Ichigo sudah dapat
menerima kenyataan tersebut dan mengetahui kebenaran dari masalah tersebut.
Pada waktu itu, keluarga Sakura mengalami kegagalan dalam bisnis
dan juga terlilit hutang yang begitu banyak.
CEO perusahaan yang bersangkutan bersedia menyelamatkan mereka
dengan perjanjian kalau Sakura akan menjadi istrinya. Dan pada akhirnya mereka
telah resmi menjadi suami-istri.
Ichigo tidak mengetahui itu.
Di balik senyuman manis Sakura yang selalu dia tunjukan kepada
Ichigo, dia harus menghadapi kenyataan yang begitu pahit.
Ichigo marah pada dirinya sendiri karena tidak menyadari hal
tersebut.
Tapi disaat yang sama, Ichigo merasa kecewa karena telah merasa
khawatir terhadap hal yanng tidak ada gunanya, karena untuk menyelesaikan masalah
tersebut adalah diluar dari kemampuan Ichigo.
Sampai akhirnya, Sakura tidak menganggapnya sebagai seseorang yang
bisa dia andalkan untuk membantunya.
Pemikiran tersebut terus membayanginya karena Ichigo terus
berpikir bahwa Ia tidak bisa menjadi seseorang yang bisa Sakura andalkan
seperti itu.
Tapi … pada akhirnya, Ia menerima kalau Ia hanyalah seorang anak
kecil dan dan tidak ada yang bisa Ia perbuat untuk menyelesaikan masalah itu.
Atau mungkin, itu bentuk lain dari kepasrahannya.
Sakura secara tiba-tiba menghilang dari hadapan Ichigo tanpa
meninggalkan sepatah kata pun.
Bila diingat-ingat lagi, dia mungkin orang yang sangat perhatian.
Sejak saat itu, Ichigo belum pernah bertemu dengan Sakura lagi.
Oleh karena itu, cinta pertama Ichigo yang tulus berakhir dengan
patah hati. Seiring berjalannya waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun
demi tahun pun berlalu.
[2] Rasanya sakit, tapi tidak berdarah :')