Nekura to Hiria ga Deau Toki Prolog 1 Bahasa Indonesia

Penerjemah : Ryoo

Editor : Kareha

Chapter 1 - Prologue Sakura Souji

 

Sedikit pembahasan mengenai keimutan gadis-gadis.

Semua gadis itu imut.

Pertama-tama, kerangka mereka itu lucu. Suara tulang mereka terdengar renyah dan ringan.

Ada kemungkinan besar kalau mereka memiliki aroma yang wangi dan harum.

Kulit putih mereka terlihat halus dan tidak memiliki rambut yang tumbuh secara liar seperti cowok. Seluruh bentuk tubuh mereka terlihat lembut dan langsing. Tangan dan kuku mereka kecil. Suara mereka tidak terlalu keras. Intinya, mereka itu imut.

Meski mereka tidak memenuhi kriteria ini, mereka tetaplah imut. Fakta bahwa mereka tidak memiliki sesuatu bergelantung di antara kaki mereka itu imut. Di zaman sekarang, aku tidak yakin apakah itu tepat untuk mengkategorikan jenis kelamin pada ada atau tidaknya bagian ini, tapi jika itu gadis, dia tetap imut bahkan jika dia memilikinya.

Mereka imut, tapi aku tidak menyukainya.

Bukan, karena mereka imut jadi aku tidak menyukainya.

Entah kenapa, aku selalu populer dikalangan gadis-gadis.

Setiap kali aku menyadarinya, selalu saja ada gadis disekitarku. Tapi aku tidak pernah bisa terbiasa dengan itu.

Aku tidak tahu harus berbuat apa ketika mereka mengelilingiku dan itu membuatku gugup. Aku bahkan tidak bisa melihat wajah mereka secara langsung, jadi aku tidak tahu siapa mereka. Satu-satunya hal yang bisa kukenali cuma jenis kelamin.

Kegundahan ini adalah masalah yang tidak banyak orang pahami sebagai kemewahan.

Secara fisik aku memang populer. Tapi secara mental, aku memiliki karakteristik cowok yang sangat tidak populer.

Jika aku harus mengumpamakannya, aku mirip seperti monster buas yang tidak tahu bagaimana cara berbicara, hidup sendirian di daerah terpencil yang tidak beradab, dan dikelilingi oleh peri-peri yang beterbangan.

“Sakura-kun, Sakura-kun”

“Selamat pagi! Apa kamu tidur dengan nyenyak? Kamu pasti mengantuk.”

“Sakura-kun, pagi ini kamu sarapan apa? Kalau aku sih roti!”

Hari ini, para peri terbang mengelilingiku seperti biasanya.

Aku tidak tahu mengapa makhluk-makhluk cantik ini berkumpul disekitarku. …… Aku senang, tapi aku tidak pernah bisa melakukan percakapan dengan mereka. Mereka pasti salah paham terhadapku. Meski aku menggunakan semua kemampuan bicaraku secara maksimal, satu-satunya kata yang keluar dari mulutku hanyalah “ya” dan “aku setuju” ketika aku berpikir untuk membuka muluku dan membiarkan orang lain tahu tentang diriku yang sangat membosankan, tercela dan memilik kehidupan batin yang menjijikan ini.

Meski aku tidak bisa memberikan tanggapan yang baik dan percakapan tidak berkembang, gadis-gadis itu tetap mengelilingiku dan terus berbicara mengenai apapun yang mereka inginkan. Sering kali gadis-gadis disekitarku mulai bersemangat sendiri dan percakapan akan mengalir begitu saja.

Sungguh sebuah keajaiban bahwa aku tidak pernah dikucilkan maupun dibenci, tetapi aku selalu memperhatikannya karena aku populer dikalangan gadis.

Meski aku populer, aku belum pernah memiliki pacar, dan aku bahkan tidak pernah bersentuhan dengan seorang gadis.

Karena aku sedikit diidolakan dalam beberapa hal, dan jika orang tahu kalau aku bukan orang seperti yang mereka bayangkan, rumor buruk pasti akan menyebar. Aku pernah melihatnya dalam game. Itulah sebabnya aku selalu berusaha untuk menjaga ekspresiku setenang mungkin dan berpura-pura tenang sebisa mungkin. Itulah rencananya. Aku penasaran apa aku sudah melakukannya dengan benar atau belum.

Saat aku menarik napas kecil, gadis-gadis disekitarku ikut menghela napas dan menatapku. Uwaaah, bibir mereka tampak berkilau. Aku dapat merasakannya. Leher mereka cukup ramping. Aku bisa merasakannya. Oh, wow. Tatapanku menjadi goyah dan tidak dapat fokus. Aku merasa seolah-olah isi kepalaku akan terkuak dan aku merasa sangat malu, jadi aku meninggalkan tempat dudukku.

“Kamu mau kemana, Sakura-kun?” Tanya seorang gadis, tapi aku memberitahu mereka kalau aku punya urusan dan pergi secepat mungkin. Roh jahat itu menghilang. Tentu saja roh jahat itu adalah aku.

Aku adalah cowok yang membosankan.

Aku tidak tahu bagaimana berbicara kepada orang lain dengan cara yang menghibur, aku juga tidak tahu bagaimana harus bertindak untuk membuat seorang gadis gembira.

Aku hanyalah anak kedua dari keluarga miskin yang tidak memiliki rumah sendiri. Dan ketika aku berada di kamarku, aku hanyalah anak SMA biasa yang menghabiskan sebagian besar waktu luangnya untuk memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Ketika aku berjalan di lorong, dari jarak yang agak jauh, aku melihat temanku melambaikan tangannya ke arahku sambil menyeringai, jadi aku berlari menghampirinya.

Toru Yabusaka.

Ia mengenalku sejak tahun pertama di SMP, dan cukup mengenal bagaimana sifatku yang sebenarnya.

“Souji, lagi-lagi kamu dikepung,ya? Mereka sangat banyak, kenapa kamu tidak mencari pacar saja?”

“Tentu saja tidak bisa”

“Memangnya kenapa?”

“Aku tidak bisa berbicara dengan gadis ketika aku berduaan dengannya! Dia pasti akan kecewa!”

Yabusaka menghela napas dan memandang ke kejauhan.

“Cinta merupakan serangkaian dari momen kekecewaan. Semua orang memiliki khayalan tentang orang lain, dan semua orang tumbuh dengan menghancurkannya……”

“Kamu ini ngoceh apaan sih, idiot!”

“Oh, hey, ada Yuria-san.”

Ketika Yabusaka menjulurkan dagunya, Ia menunjuk pada gadis yang sangat cantik.

Mata, hidung, mulut dan konturnya semuanya tidak realistis. Rambutnya yang panjang dan lembut seakan melawan gravitasi.

Dia terlihat dingin dan rapuh, kecantikannya sangatlah mempesona, tapi wajahnya yang terlihat muda dan polos membuatnya menjadi imut. Aneh rasanya melihatnya ada ditempat seperti ini.

Dia adalah Saionji Yuria, gadis dengan julukan “Putri Es” yang terkenal di angkatan kami.

Nama yang sangat merepotkan. Tapi, hebatnya, dia tidak kalah dengan nama yang menjadi ciri khas beraneka ragam karakter di game simulasi kencan.

Dia adalah putri dari ratu es, atau wanita salju, atau semacamnya, dan sisi misteriusnya dipadu dengan sidikit kepolosan membuatku ingin memanggilnya “Putri Es”.

“Dengar-dengar dia sudah menolak 2.852 pencari bakat dari agensi hiburan.”

“Memangnya ada berapa banyak kantor agensi yang ada di jepang……”

“Itu masalahnya. Kamu paham yang kumaksud, ‘kan?”

Yabusaka menoleh ke arahku, lalu menyeringai dan berbisik.

“Kenapa kamu tidak pergi kesana dan mencobanya?”

Aku kembali menatap gadis itu. Aneh rasanya bahwa dia tidak memiliki sayap di punggungnya.

“Mu…Mustahil…”

Semua gadis itu cantik. Tapi aku tidak bisa berbicara dengan mereka. Terlebih lagi dengan para bidadari yang dari khayangan. Bahkan jika aku mengerahkan seluruh tenagaku, aku tidak akan bisa mengatakannya bahkan sekedar “o” pada kata “ohayō” sambil bergerak seperti boneka yang mencurigakan.

“Aku yakin dia punya pacar yang lebih tua atau semacamnya.”

“Ada kabar burung yang beredar kalau dia punya 47 pacar.”

“Luar biasa. Itu cukup untuk membuatmu terbunuh.”

“Yah, tapi yang namanya gosip tetaplah gosip. Ada gosip lainnya kalau kamu tidak bisa menyukai gadis manapun karena kamu tidak bisa melupakan putri dari negara tertentu yang kamu temui ketika kamu berusia sembilan tahun dan dengan sedih harus berpisah.”

“Hah… itu sih ngaco sekali.”

“Itulah yang dikatakan dari seorang cowok yang mudah percaya pada 47 pacar. …”

“Yah, untuk yang satu itu mungkin … sama sekali tidak benar.”

“Tapi kamu tahu sendiri, ada banyak gosip mengenai dia yang memiliki 47 pacar dan berkencan dengan selebriti, tapi mungkin itu sebabnya tidak ada gosip tentang dia di sekolah.”

“oh,…, yang itu mungkin benar. Kamu harus mempunyai rasa kepercayaan diri yang besar untuk menembak seseorang seperti dirinya.”

“Saat dia pertama kali masuk sekolah, aku sering mendengar bahwa beberapa pria paling populer dan tampan di sekolah telah dicampakannya. Tetapi belakangan ini berita semacam itu jarang lagi terdengar. Souji, kamu juga harus mencobanya!”

“Aku benci itu. Itu seperti kau mengalahkan beberapa penjahat dan akhirnya menang, tapi orang yang paling kuat di pertarungan itu berkata ‘Sayang sekali, aku adalah yang terlemah dari ke 16 pacar Saionji. Sisanya akan membunuhmu…”

“Sakura-kun.”

Aku berada di tengah pecakapan yang dimana membuatku tidak ingin mati karena terlalu banyak mendengar, dan aku dibuat terkejut saat ada suara lucu memanggilku. Aku menoleh dan melihat seorang murid perempuan memanggilku.

“Kamu mengenalnya?” Tanya Yabusaka.

“Entah. Aku tidak bisa melihat wajah gadis-gadis itu dengan benar, jadi … mungkin kami saling kenal.”

“Apa maksudmu dengan mungkin kalian saling kenal? Kamu bahkan tidak mengenalnya sama sekali.”

Aku tidak pernah menginginkan seseorang memanggilku dengan suara seperti itu. Pasti itu ajakan untuk mengobrol santai. Bukannya aku tidak senang tentang itu. Tapi rasanya terlalu merepotkan.

Coba kalian bayangkan, bagaimana rasanya menjadi orang biasa yang setiap hari harus tampil di atas panggung, padahal kamu tidak ingin menjadi aktor dan tidak punya latar belakang tentang akting.

Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri di depan seorang gadis. Rasanya melelahkan. Jika aku bertemu dengan seorang gadis sebulan sekali, pada hari dan waktu tertentu, dan aku dalam kondisi fisik yang sempurna, aku merasa aku dapat berbicara dengannya selama sekitar 3 menit. Kamu bisa merencanakan percakapanmu, kau bisa menawarkan topik “A” dan mensimulasikan beberapa kemungkinan tanggapannya.

Tapi aku tidak bisa melakukan itu setiap hari. Aku selalu berusaha untuk menjaga pikiranku tetap fokus supaya aku tidak terlalu kelelahan. Aku akan menjadi botak dan stress. Jika aku botak, orang-orang akan kecewa denganku lagi. Tidak ada yang bisa kulakukan tentang itu.

“Maaf, ada sesuatu hal yang harus kukerjakan.”

Balasku dan segera kembali ke ruang kelas.

Akan tetapi, ada banyak gadis juga di kelas. Beberapa dari mereka melihat ke arahku. Rasanya aku ingin mengungsi ke suatu tempat.

Kenapa? Padahal kita semua adalah makhluk yang sama. Tapi hanya karena kita berbeda jenis kelamin, kita seperti makhluk yang berbeda?

Seperti biasa. Aku akan mengambil tasku lalu pergi, dan aku akan makan siang lebih awal sekarang. Setelah itu aku akan bersembunyi di suatu tempat untuk makan. Aku sudah tidak sanggup lagi. Aku telah melampaui batasku selama seminggu untuk berbicara dengan gadis-gadis.

Untuk sekarang, aku perlu pergi ke suatu tempat. Aku butuh ketenangan. Suatu tempat dimana aku bisa sendirian, merasa damai, dengan mulut terbuka dan ekspresi ternganga diwajahku, lalu tenggelam dalam fantasi liar.

 

 

<<=Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya=>>

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama