Chapter 07 — Sesama Gadis Cantik SMA Gampang Akrab Bahkan Dalam Kolaborasi Pertama Mereka!
Kai
pulang lebih awal pada malam itu. Meski Ibu Kotobuki sudah memberitahunya kalau
Ia bisa tinggal lebih lama lagi jika Ia mau, tetapi Kai memutuskan untuk
mempertimbangkan kunjungan pertamanya ke rumah teman (gadis!) ini. Begitu sampai di rumah, Ia langsung menelepon Jun.
“...Dan
itulah yang kami bicarakan. Jadi, apa kamu mau cosplay dengan kami?”
“Mau!”
jawab Jun. Seperti yang Kai bayangkan, dia langsung menerimanya tanpa pikir
panjang lagi.
“Baiklah
kalau begitu, kita akan bertemu di tempat Kotobuki sepulang sekolah besok dan
merencanakannya. Kita harus meminta ibunya untuk mengukur badan kita dan
kemudian memutuskan karakter apa yang ingin kita cosplaykan. Dan harus
diputuskan secepatnya, karena mungkin butuh waktu lama untuk menyiapkan
kostumnya.”
“Hmmmm,
ada banyak pilihan... Aku jadi binung mau memutuskan yang mana...”
“Aku
juga merasakan hal yang sama. Ini adalah sesuatu yang sudah lama ingin aku
coba, tapi sekarang aku punya kesempatan yang sebenarnya, yah…”
“Ya,
aku jadi serakah memikirkan semua karakter yang ingin aku coba.”
“Tapi
menurut ibu Kotobuki, dia bisa membuat dua kostum dalam sehari jika desainnya
tidak terlalu rumit.”
“Yang
bener?! Secepat itu?!”
“Dia
tidak menjual jas seharga enam digit, jadi dia harus bekerja secepat itu untuk
mendapatkan keuntungan. Bagaimanapun juga, dia seorang profesional. Dan
ternyata, orang yang cepat bisa bekerja lebih cepat dari itu.”
“Orang
pro gilee banget!”
“Bener
banget, ‘kan? Ngomong-ngomong, kita punya waktu sekitar dua minggu untuk
bersiap-siap, dan karena beliau punya pekerjaan yang harus diselesaikan, kita
beruda mungkin masing-masing bisa mendapatkan sekitar lima atau enam kostum.”
“Banyak
sekali! Aku harus berterima kasih padanya!”
“Ya
aku juga. Meski begitu ...mungkin pilihan yang terbaik ialah memilih karakter
dengan kostum yang sudah dimiliki Kotobuki. Dan karakter yang membutuhkan alat
peraga rumit seperti Blue Rose Sword
keluar dari pilihan. Itu berlaku dua kali lipat untuk karakter dengan berbaju
zirah yang rumit, seperti Goblin Slayer.”
“Mhm.
Bagaimana dengan wig? Aku pikir itu memakan waktu cukup lama. ”
“Kotobuki
bilang kalau ayahnya bisa meminta perusahaan untuk menyiapkan itu. Mereka memiliki
toko khusus untuk semacam itu dan mereka bisa meminta penata rambut profesional
untuk memotong rambut, jadi takkan memakan waktu lama seperti yang kamu
takutkan. Tapi lagi-lagi, itu karena mereka mampu membelinya!”
“Wow,
aku suka cosplay pakai uang orang lain!”
“Hei,
jangan katakan sesuatu yang tidak profesional seperti itu. Meskipun memang itu
kenyataannya, sih.”
Setelah
itu, diskusi terus berlanjut.
Ibunya
Kotobuki juga meminta mereka untuk mendapatkan izin orang tua mereka terlebih
dahulu. Orang tua Kai sangat menghargai kemandirian anak-anak mereka, jadi
mereka langsung setuju. Orang tua Jun (serta
kakak laki-lakinya yang sangat protektif) juga setuju dengan syarat kalau dia
tidak boleh mengenakan kostum yang terlalu provokatif dan mereka perlu
mengawasi gambaran akhir untuk persetujuan.
Keesokan
harinya, mereka berada di kediaman Hotei untuk mengerjakan detailnya bersama
Kotobuki sambil melakukan pengukuran. Sati-satuya hal yang tersisa hanyalah
meminta orang tua Kotobuki untuk membuat kostum dan menunggu sampai selesai.
Pemotretan mereka akan berlangsung pada tanggal 8 Juni (hari Minggu), jadi Kai dan Jun punya waktu sekitar dua minggu untuk
menunggu dengan penuh semangat.
Tentu
saja, mereka tidak menunggu tanpa mempersiapkan apa-apa. Bahkan cosplayer cowok
harus merias wajah jika mereka mau bercosplay, tetapi Kai menghabiskan
kehidupannya tanpa bersentuhan dengan bidang itu, jadi Ia perlu berlatih di
bawah pengawasan Jun. Sementara itu, Jun memiliki rambut panjang, jadi dia
harus mengikatnya erat di belakang kepalanya dan mengikatnya dengan jepit
rambut jika dia ingin memakai wig. Hal itu sulit dilakukan sendiri, jadi Kai
perlu berlatih melakukan itu untuknya.
Aku tidak pernah menyangka akan ada hari di
mana aku akan membantu seorang gadis menata rambutnya, pikirnya. Kai dikejutkan dengan kekaguman
berkali-kali saat mengutak-atik rambut Jun yang harum dan sehalus sutra. Seseorang
takkan pernah tahu ke mana hidup akan
berjalan.
◆◆◆◆
Lalu,
waktu yang sudah lama ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Kai dan Jun langsung
dibuat kegirangan saat berkumpul di kediaman Hotei pukul 9 pagi, Ibu Kotobuki
lalu mengantar mereka bertiga ke lokasi pemotretan.
“Lokasi
pemotretannya adalah rumah kosong yang pernah ditinggali beberapa kerabat
hingga setahun yang lalu,” Ibu Kotobuki mulai menjelaskan. “Ada cukup ruang
untuk berganti pakaian dan mengambil foto dengan tenang. Ada kamar bergaya
barat, kamar bergaya Jepang, dan taman yang luas, jadi kalian punya pilihan
untuk latar belakangnya.”
“Kami
mengucapkan terima kasih banyak.”
“Terima
kasih banyak!”
Kai
dan Jun sama-sama menundukkan kepala ke kursi pengemudi dari kursi belakang
mobil. Tokyo memiliki banyak studio sewa untuk cosplayer, tetapi ketika melihat
harganya, mereka menemukan bahwa harganya sangat mahal (untuk seukuran pelajar SMA). Bahkan jika mereka membagi biayanya,
sewa dua jam saja sudah membuat isi dompet kering. Tapi sekarang, mereka bisa
meminjam rumah kosong secara gratis.
“Tidak,
tidak,” kata Mrs Hotei, tertawa seolah itu bukan masalah besar. “Sebaliknya, aku
harus berterima kasih kepada kalian karena sudah bersedia membantu pekerjaan
suamiku. Oh, dan beri kami umpan balik tentang bagaimana tempat itu sebagai
studio foto! Ada pembicaraan untuk merenovasinya menjadi studio sewaan jika bisnis
cosplay ini berkembang.”
Dia
pasti memiliki semangat seorang wirausaha.
Rumah
kosong yang dimaksud adalah sebuah bangunan berdiri bebas di pegunungan di
pinggiran Kota Sakata. Bahkan, kamu bisa menyebutnya sebagai rumah besar.
“Kalau
tidak salah, rumah itu dibangun lima puluh tahun yang lalu, jadi semakin tua,
dan tidak semakin dekat ke kota. Itu sebabnya kerabatku pindah ke apartemen
yang baru dibangun di dekat stasiun kereta api.” Di sela-sela tawanya, Ibu
Kotobuki memberi mereka izin untuk merobek tempat itu dengan yang baru karena
itu adalah milik keluarga yang takkan digunakan dalam waktu dekat. Kai dan Jun
dengan anggun menuruti perkataannya.
“Ngomong-ngomong,
aku harus menjaga toko, jadi hubungi aku jika kalian bertiga sudah selesai.”
Ibu Kotobuki mengambil kemudi dan pergi kembali ke rumahnya. Para cosplayer
pemula memasuki properti dengan koper yang mereka ambil dari bagasi di
belakangnya.
Kotobuki
membuka kunci pintu depan dan memasuki serambi, berkomentar tentang
betapa...yah, betapa besarnya rumah itu. Kediaman itu terdiri dari sebuah
bangunan satu lantai dengan arsitektur Jepang yang kental dan bangunan dua lantai bergaya Barat yang
didirikan di sebelahnya. Mereka merasa sedikit bertualang dan memutuskan untuk
menjelajahi seluruh mansion, tapi segera kehilangan hitungan berapa banyak
ruangan yang ada. Ayahnya Kotobuki sudah memulihkan layanan listrik dan air
beberapa hari yang lalu, jadi mereka tidak menginginkan kenyamanan modern apa
pun. Perabotan lama dibiarkan apa adanya, termasuk dua meja rias dengan cermin
berukuran penuh—seperti yang ada di kamar Kotobuki.
Mereka
menyadari kalau mereka harus mulai berganti pakaian, jadi gadis-gadis itu mulai
berpisah dari Kai.
“Oh
iya, Jun, aku mungkin harus mengikat rambutmu dulu.”
“Ah,
aku kelupaan, kuserahkan semuanya padamu.”
Kai
menyadari kalau Jun cuma perlu menukar wig untuk mengubah karakter jika
rambutnya diikat terlebih dahulu, jadi Jun mengikuti sarannya. Tetapi pada saat
itu, ada sesuatu yang berkobar jauh di dalam mata Kotobuki.
“Nakamura,
boleh aku memintamu untuk mengikat rambutku juga?”
“Aku
tidak keberatan, sih ...tapi Kotobuki, aku berani bersumpah kalau kamu bisa
melakukan itu sendiri.” Lagipula, Kotobuki telah mengubah gaya rambutnya dengan
kehebatan yang menakjubkan berkali-kali selama pemotretan cosplay pertama
mereka dua minggu lalu.
“Sama
sekali tidak, kok. Ibuku yang melakukan itu untukku.”
“Um.”
“Ibuku
yang melakukan itu untukku.”
“Dia
benar, Kai. Dia tidak beralih ke gaya rambut yang biasa dia pakai. Yang ini
sulit untuk diikat sendiri.”
“Yah,
baiklah, aku akan mengikat rambutnya juga.”
Pertama,
Kai mengikat rambut Jun menjadi sanggul ketat dan mengikatnya dengan jepit
rambut. Selanjutnya, Ia dengan gugup membantu Kotobuki, yang rambutnya sangat
panjang hingga mencapai pangkuannya. Ramburnya sama halus dan harumnya dengan
rambut Jun. Kotobuki tampak sedikit senang dengan dirinya sendiri.
Setelah
selesai mengikat rambut gadis-gadis itu, Kai pergi ke ruangan lain untuk
berganti pakaian. Pertama-tama, Ia menerapkan gaya riasan alami yang sudah
diajarkan Jun padanya. Rasanya agak aneh, karena setiap kali Ia menaruh riasan
di wajahnya, penampilan yang ada di cermin entah bagaimana tampak seperti bukan
miliknya. Namun, seseorang bisa merasakan kalau sentuhan surealisme sangat cocok
dengan hobi semewah cosplay. Jun dan Kotobuki sudah memberitahunya kalau mereka
berdua berencana menggunakan bulu mata palsu dan lensa kontak. Kai tidak ingin
berbuat sejauh itu; Ia tidak pernah menggunakan lensa kontak dan takut menaruh
sesuatu di matanya.
Setelah
riasannya selesai, saatnya mengenakan kostum, dimulai dengan cosplay dari seri DanMachi. Kai menarik celana putihnya
dan mengencangkan sepatu bot berwarna coklat tua. Selanjutnya, Ia mengenakan
jubah mirip kimono yang melebar seperti rok di bagian bawah. Begitu selesai
mengikat syal biru di lehernya dan mengenakan wig merah cerah, Ia sudah selesai
berganti. Kai sekarang berpakaian sebagai ….. teman karakter utama, rekan
Bell..., Welf si pandai besi.
Kai
tentu saja menyukai Bell, tapi Ia lebih menyukai Welf. Welf adalah karakter
sembrono dan ramah, tetapi juga merupakan berlian yang kasar. Hubungannya dengan
Hephaestus juga terlihat sangat klop.
“H-Hm...
Rasanya seperti aku berdandan untuk mengunjungi kuil. Aku tidak tampak seperti
karakter sembrono atau berlian yang kasar. ”
Yah,
itu semua cuma perasaannya saja! Ia tinggal bersenang-senang saja! Ia harus
lebih percaya diri pada penampilannya daripada biasanya!!! Jadi begitulah, Kai
bersumpah untuk tidak membuat dirinya tertekan dengan membandingkan dirinya
dengan Jun atau Kotobuki.
Ia
kemudian menuju ke ruang tamu bergaya barat di mana mereka sepakat untuk
berkumpul. Luasnya sekitar dua puluh meter persegi dan tidak memiliki perabotan
selain lampu neon yang menggantung dari langit-langit seperti lampu gantung,
menjadikannya pemandangan yang sempurna untuk karakter fantasi barat. Kai
adalah orang pertama yang datang. Sepertinya bersiap-siap membutuhkan lebih
banyak waktu untuk gadis.
Saat
sendirian, Kai memutuskan untuk masuk ke dalam karakter Ignis the Everburning dengan berpose, mengucapkan mantra Will o' Wisp, meneriakkan “Blasphemous Burn,” dan bersenang-senang
dengannya. Welf dikenal karena pedangnya yang sangat besar, tapi itu tentu saja
agak sulit untuk dipersiapkan, jadi Kai harus puas dengan tangan kosong.
Sebaliknya, pikirannya mulai membayangkan pada adegan di mana Welf mendukung
Bell dengan mantra Will o 'Wisp dan
Ia terlalu mendalami karakternya. Sampai Ia mendengar seseorang datang, tentu
saja, pada saat itu Ia segera berhenti.
“Aku
sudah selesai, Nakamura.”
“Hah?
Dimana Jun?”
“Dia
masih membutuhkan waktu yang lama untuk berganti. Aku sudah menawarkan bantuan,
tetapi dia menyarankan supaya aku pergi duluan. ”
Masuk
akal bahwa Kotobuki memiliki keunggulan dalam kecepatan karena ini adalah
pertama kalinya Jun melakukan cosplay. Kebetulan, kostum pertama Kotobuki hari
ini adalah pakaian Hestia yang Kai lihat dua minggu lalu. Dan dua minggu kemudian,
dia masih sama imutnya. Area payudaranya kembali diisi penuh dengan empat
bantalan dan pita birunya sulit untuk dilewatkan.
“Bagaimana
dengan kostummu?” tanya Kotobuki sementara Kai tenggelam dalam kekagumannya.
“Ah.
Rasanya nyaman dan tidak terlalu ketat, jadi aku tidak merasa kesulitan untuk
bergerak.”
“Syukurlah.
Ibuku mengakui kalau dia menggunakan jalan pintas dalam membuat kostum ini
karena tidak dimaksudkan untuk penggunaan sehari-hari.”
“Yang
begini jalan pintas? Yah, aku tidak keberatan dengan itu.” Orang pro memang
berbeda.
“Dan
juga...”
“Ada
apa, Kotobuki?” Kai memiringkan kepalanya ke arah Kotobuki, yang sepertinya
mencoba mengatakan sesuatu tetapi tidak dapat menemukan kata-katanya. Pandangan
matanya melihat sekeliling saat dia perlahan menyusun kalimat.
“Ka-Ka-Ka-Kamu,
Kamu terlihat ... sangat keren dalam pakaian itu.”
“Ah…
Hahaha… Terima kasih banyak.” Karena ini cosplay pertama Kai, jadi Ia menghargai
pujian itu, meskipun itu cuma basa-basi semata. Ia juga merasa sangat malu.
“Sa-Sama-sama
...” Bahkan orang yang memberi Kai pujian ikutan merah padam.
Tunggu, ini gawat! Kai mulai menyadari. Jika Jun masuk dan
melihat pemandangan seperti ini, Ia akan mati karena malu. Ia harus mengubah
suasana yang ada di antara mereka.
“Ngomong-ngomong,
aku ingin memanfaatkan pencahayaan ini selagi kita punya, jadi bagaimana kalau
kita mengambil beberapa foto percobaan?”
Kai
mulai berbicara seperti juru kamera ahli. Sebagian dari ucapannya cuma lelucon
untuk meringankan suasana, dan sebagian lagi merupakan perpanjangan dari akting
yang diperbolehkan oleh cosplay-nya. Namun, tidak ada bagian dari itu yang
melibatkan pengetahuan atau keterampilannya, jadi Kai mengarahkan kamera
smartphone-nya ke Kotobuki dan menekan tombol kamera secara spontan.
“Hestia-sama,
ekspresimu tampak agak kaku. Apa kamu bisa membusungkan dadamu sedikit lagi?”
“J-Jangan
mengolok-olokku!”
Kotobuki
memprotes, tapi tidak bisa disangkal kalau ekspresinya terlihat kaku. Ia
membayangkan bahwa rintangan pertama baginya adalah mengatasi rasa malunya.
Terlepas dari kenyataan bahwa pembuat uang dari kostum Hestia sangat berani
mengekspos belahan dada pemakainya (menurut
Kai), Kotobuki membungkuk dan menutupi dadanya dengan lengannya. Kai
penasaran, apakah dia merasa malu bahwa bagian dadanya dilihat walaupun itu
semua cuma bantalan, tapi Ia jelas tidak punya nyali untuk bertanya langsung.
Hestia dari seri DanMachi dikenal
sebagai pribadi periang dan emosional untuk semua orang, karakterk yang
mustahil diimitasi Kotobuki ... bukan berarti dia bisa berpura-pura memiliki
badan proporsionalnya juga.
Ah, biarlah, pikir Kai. Ini bukan masalah besar. Aku takkan menanyakan hal yang mustahil ketika
kita hanya bersenang-senang.
Kai
mengambil banyak gambar tanpa memusingkan detailnya. Ia kemudian menyimpannya
ke dalam penyimpanan online.
Jun
akhirnya tiba selama sesi pemotretan mereka. Di balik jubah hijau ikoniknya ada
kemeja putih tanpa lengan yang menempel erat di lekuk tubuhnya, sepasang sarung
tangan dan sepatu bot hijau panjang, dan beberapa benda yang tampak lebih besar
di bagian bawah. Dia mengenakan kostum elf dengan masa lalu yang tragis, Ryuu.
“Aku
sudah siap! Ayo foto-foto!”
Jun
membuat langkah kecil yang ceria, menyebabkan dadanya bergondal-gandul di balik
kemeja tipisnya yang ketat. Kotobuki melotot. Ryuu punya dada sedikit montok
untuk ukuran elf (atau setidaknya, untuk
ide khas otaku tentang elf), tapi mungkin ukuran dada Jun terlalu besar
untuk itu. perkataan Kotobuki mungkin ada benarnya ketika bilang gampang sekali
untuk menambahkan apa yang tidak ada tetapi sulit untuk menghapus apa yang ada.
“Oh
iya, aku meminjam senjata rahasia dari ayahku!” Jun membual sambil mengeluarkan
kamera digital SLR.
“Benda
macam apa itu, Miyakawa? Kelihatannya agak mahal…”
“Aku
benar-benar tidak tahu bagaimana kamu seharusnya menangani barang-barang
itu."
“Jangan
khawatir. Ayahku membeli pengganti untuk ini tanpa menggunakannya sama sekali,
jadi keluargaku punya banyak hal. Ibuku bahkan bilang kalau dia tidak keberatan
kalau aku sedikit merusaknya supaya bisa memberi Ayah pelajaran.”
“Kamu
pasti bercanda…”
“Aku
dengar ada berbagai jenis kamera SLR, jadi yang itu mungkin tidak semahal
kelihatannya.”
Kai
dan Kotobuki sampai pada kesimpulan mereka sendiri. Mereka kemudian terkejut
ketika mengetahui kalau itu adalah kamera yang sangat mahal (seharga enam digit!), Membuat mereka
bertanya-tanya pekerjaan seperti apa yang dilakukan ayahnya untuk mencari
nafkah. Namun, itu adalah cerita di lain waktu.
“Yah,
sebagai tanda terima kasihku, bagaimana kalau kita memulainya dengan memotretmu
dulu, Jun?”
“Hee
hee, aku jadi merasa agak gugup sekarang,” kata Jun. Bukan karena itu
menghentikannya dari menyeringai lebar dan membuat tanda peace dua jari. Dia pasti bersemangat mengenakan pakaian yang sama
dengan karakter favoritnya, Ryuu. Dan dengan bunyi shutter kamer, senyum
lebarnya itu berhasil difoto.
“Jadi?
Jadi? Gimana hasilnya?”
“...Tidak
terlalu bagus.” Mampu segera memeriksa gambar adalah salah satu hal positif
dari kamera digital. Kai tidak menyembunyikan hasilnya, menunjukkan foto Jun
yang menyeringai lebar. “Yang Ini sih bukan Ryuu.”
“Aku
yakin kalau dengan kamera SLR, kamu harus mengatur fokus secara manual untuk mendapatkan
gambar yang bagus. Ada salah satu tombol yang bisa mengatur fokusnya. ”
“Apa
itu benar, Hotey ?!”
“Ya,
hal itu memudahkan fotografer yang terampil untuk menangkap efek tertentu dalam
foto mereka, tapi untuk pemula, kamera smartphone biasa kemungkinan akan
menghasilkan hasil yang lebih baik secara default.”
“Aww
... aku sama sekali tidak tahu ...”
Jadi,
kamera SLR dengan lembut dikembalikan ke dalam tasnya.
Usai
menyimpan kembali kamera SLR, Kai mengambil beberapa foto Jun dengan kamera
smartphone. Salah satu kelebihannya adalah keceriaannya yang terus-menerus,
yang berarti dia selalu cepat bangkit kembali setelah merasa sedikit kecewa.
“Jadi?
Jadi? Apa aku berhasil jadi Ryuu yang imut? Iya ‘kan?”
“Yup,
yup kamu memang imut, benar-benar manis.”
Kai
langsung memuji Jun saat memotret Jun yang tersenyum dan membuat tanda peace. Jun bahkan sedikit terlalu
kegirangan dan membuat pose dengan tangannya seperti cakar kucing, di antara
pose orisinal lainnya yang mungkin tidak akan pernah dilakukan Ryuu di luar
OVA.
“Maksudku,
kamu memang kelihatan imut, tapi ...”
Lagipula,
orang yang memakai kostumnya adalah Jun. Lagipula, kostumnya adalah desain yang
dibuat ilsutrator hebat Suzuhito Yasuda-sensei. Dia bahkan mengenakan celana
pof hijau itu....
“Kamu
harus benar-benar bertingkah seperti Ryuu. Bertingkah seperti gadis canti yang
menyendiri. Jangan merusak citra Ryuu.”
“Apaaaa?
Apa boleh buat, ‘kannnn? Aku terlalu senang, aku tidak bisa berhenti
menyeringai. Otot pipiku jadi sakit berkat ini. ”
“Ya
ampun Jun, kamu ini ...”
Tidak
ada yang mau melihat Ryuu yang memerah...kecuali? Mungkin mereka bisa
menganggap Ryuu mereka berbeda dengan payudara bertenaganya, tapi bagus dengan
caranya sendiri? Apa mereka bisa lolossetelah membuat penggemar fanatik marah?
Kai tersiksa oleh pertanyaan-pertanyaan ini dan terus menekan tombol kamera.
Sampai...
“Nakamura,
bukankah sudah waktunya untuk memotretku?” tanya Kotobuki saat sesuatu berkobar
jauh di dalam matanya. “Yang imut.”
“Oke
Hotey, ayo kita foto bareng!”
“Aku
minta maaf, tetapi aku lebih suka memulai dengan sesi fotoku sendiri sampai aku
puas. Yang imut.”
Dia
tampak sangat menggaris bawahi kata imut. Tetap saja, Kai menahan kekuatan
tekanan yang dia keluarkan secara diam-diam, jadi dirinya tetap diam dan
menurutinya. Ketika Ia mengarahkan kamera smartphone ke arahnya, Kotobuki
hampir berubah menjadi orang yang berbeda; dia memasang ekspresi ceria saat dia
mengacungkan jempol, adegan yang mirip dilakukan Hestia. Dia tidak lagi
menyembunyikan belahan dadanya yang terbuka (palsu),
dia justru memamerkannya dengan bangga.
“Ooh,
pose yang bagus.”
“Apa
aku imut?”
“Kamu
imut sekali. Sasuga Kami-sama!”
Kai
tampak bersemangat dan menekan tombol kamera dengan gembira. Reaksi itu
sepertinya membantu suasana hati Kotobuki saat dia akhirnya setuju untuk
mengambil beberapa foto berpasangan dengan Jun. Tapi semakin mirip tingkah
Kotobuki seperti Hestia, rasanya jadi semakin tidak pada tempatnya melihat
wajah Ryuu yang bahagia.
Terakhir,
sudah waktunya untuk mengambil foto Kai dengan kostum Welf-nya. Ia sudah
membayangkan dirinya untuk membuat beberapa pose keren sebelumnya, tapi ketika
lensa kamera benar-benar mengarah padanya, Kai mulai merasa gugup dan malu. Ia
akhirnya mengerti bagaimana perasaan Kotobuki. Namun, Kai menahan diri untuk
tidak merusak kepribadian karakter seperti yang dilakukan Jun dan berhasil
berpose untuk beberapa jepretan foto yang memuaskan. Hasil fotonya cukup untuk
menyampaikan energi yang dibutuhkan situs promosi.
Tentu
saja, Ia juga mendapatkan beberapa foto bersama Jun dan Kotobuki.
“Ayo,
Kai! Angkat tanganmu dan buat tanda peace!
Yeayyy!”
“Ignis the Everburning tidak membuat
tanda peace!”
“Ayolah,
tinggal lakukan saja! Jangan merusak suasana!”
"Jun,
satu-satunya yang merusak suasana di sekitar sini adalah kamu!”
Kai
mengeluh, tapi Ia masih mendapati dirinya mengikuti usulannya. Pada akhirnya,
mereka berdua berfoto dengan Welf yang kebingungan dan Ryuu yang berseri-seri
membuat tanda peace. Itu adalah foto
cosplay yang benar-benar jadi mimpi buruk, yang mana bakal membuat suasana dari
sumber aslinya jadi berantakan. Kai takkan berani menggunakan ini untuk
dijadikan promosi karena takut dengan reaksi penggemar.
Selanjutnya
adalah berfoto dengan Kotobuki, tapi...
“...
Bukannya kamu terlalu dekat, Hestia-sama?”
“Omong
kosong, Welf. Aku ini seorang dewi yang sangat menghargai Familia-nya, jadi
kedekatan ini merupakan bentuk dari kasih sayangku!”
“Nada
suaramu turun, tapi Hestia-sama takkan pernah mengatakan itu...”
“He-Hestia
versi diriku pasti akan mengatakan itu!”
“Ya,
Hestia palsu!”
“Ayo,
Welf, apa kamu akan menolakku ketika kamu begitu dekat dengan gadis elf itu?”
“Hei,
jangan membuat karakter Welf terdengar seperti cowok gigolo!”
Jun
merasa kalau pertengkaran mereka berdua atas kegenitan Kotobuki sedikit menghibur
dan mengambil banyak foto, menghasilkan beberapa foto cosplay yang benar-benar jadi
mimpi buruk. Kai tidak berani menggunakan foto ini untuk dijadikan bahan
promosi karena takut akan reaksi penggemar.
Terakhir,
mereka memutuskan untuk mengambil semacam foto kenang-kenangan bersama. Supaya
mereka bertiga pas di bingkai kamera selfie, kedua gadis itu harus menempel di
kedua sisi Kai. Ia sadar kalau mereka berdua tidak punya pilihan lain, tetapi
menyadarinya akan membuat jantungnya berdebar kencang, jadi Kai mencoba yang
terbaik untuk mengosongkan pikirannya.
Sayangnya,
hasil foto yang keluar justru membuatnya terkejut saat dihadapkan dengan kenyataan objektif. Jun dalam cosplay
Ryuu mungkin melakukannya dengan tidak sengaja, tapi caranya bersandar pada
Kai, yah gimana bilangnya ...payudara besarnya itu menyentuh Kai. Hal itu
menyebabkan Kotobuki dalam kostum Hestia merasa kesal, dan merespons dengan
berpegangan pada lengan Kai dengan kedua tangannya sementara tidak ada yang
melihat.
Foto ini akan menjadi bagus jika aku cosplay menjadi
Bell, pikir Kai, tetapi
kenyataannya Ia bercosplay menjadi Welf, membuat foto cosplay ini melewati
mimpi buruk dan masuk ke wilayah NTR. Salah satu foto lain yang tidak berani Kai
gunakan untuk dijadikan bahan promosi karena takut akan reaksi penggemar. Dan
reaksi balik dari penulisnya, Fujino Omori.
Setelah
berganti pakaian, mereka bertiga kembali berkumpul untuk sesi foto ronde kedua:
cosplay dari seri Date A Live. Dan
saat Kai melihat kostum Kaguya yang dipakai Jun, Ia dibuat terkejut. Kai tahu kalau
astral dress Kaguya memiliki kostum
yang sangat, uh, terinspirasi dari bondage
... yang Ia maksudkan ialah kostum itu sangat terbuka, dengan bagian-bagian
nakal di atas pinggang yang hanya ditutupi oleh beberapa ikat pinggang. Tapi
ketika melihat kostum yang dipakai Jun...
“Jun,
bukannya kitsa sudah setuju kalau kamu akan mengenakan kaus berwarna yang sama
seperti kulit di bawah kostum itu! Kamu takkan lolos begitu saja kalau kamu benar-benar
menunjukkan kulitmu seperti itu! ”
“Aww
ayolah, ini bukan masalah besar, kok.”
Faktanya,
itu masalah besar. Kai bisa melihat dua gunung besar di sana, dengan sisa sedikit
imajinasi.
“Lagian
juga tidak ada yang menonton, dan mengenakan kaus dalam rasanya agak gerah,
tau?”
“Di
sini masih ada cowok tau!”
“Ini
sama seperti baju renang, iya ‘kan? Kita ‘kan sudah berteman cukup lama jadi kamu
sudah sering melihatnya. ”
Ya,
memang benar kalau Kai pernah menikmati kemegahan sosok baju renang Jun yang
luar biasa pada musim panas lalu. Tetapi, tetap saja!
“Jika
kami mengambil foto dengan pakaian itu, Royalteach akan membunuhku!”
“Broyalty
pasti takkan menyadarinya kok, percayalah padaku.”
“Belakangan
ini kamera smartphone punya resolusi tinggi!”
Permasalahan
lain yang Kai cemaskan ialah api yang membara di mata Kotobuki, jadi itu tidak
terjadi!
Sesi
pemotretan ronde ketiga adalah cosplay Fate/Apocrypha.
Untuk yang satu ini, Kotobuki menantang dirinya sendiri untuk melakukan crossplay. Dia mengenakan kacamata
palsu, mengenakan atasan putih dengan detail emas, dan berpakaian seperti
karakter favoritnya, Caules.
Yang harus dia lakukan adalah memakai
beberapa bantalan bahu dan dia bisa lolos tanpa mengikat dadanya, pikir Kai.
Sungguh mengesankan; dada datar benar-benar simbol status di dunia cosplay.
Bukan
berarti Kai berani mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya.
Kotobuki
menguji beberapa ekspresi dan pose untuk menunjukkan karakter Caules, bocah
berkacamata yang samar-samar tidak bisa diandalkan. Sayangnya, dia masih belum
terlalu terbiasa berakting sehingga mereka tidak tampil dengan baik. Dia
terlihat kurang seperti anak laki-laki yang tidak bisa diandalkan dan lebih condong
seperti...seorang femboi. Jun benar-benar menyukainya.
“OMG!!!
Kupikir aku membangkitkan fetish baru omg omg omg omg omg omg omg omg omg omg
omg omg omg omg OMG...”
Makhluk
malang itu sepertinya telah merusak bagian otaknya yang menangani bagian bicara.
Begitu Jun mendapatkan gilirannya untuk memotret Kotobuki bersama Kai dengan
kostum Shirou Kotomine-nya...
“Aku
bukan fujoshi, tapi aku bisa menyetujui ship
ini! Ship baruku! Amigosh, gila,
gila, gila!”
“Tolong
hentikan! Pasangan antara Caules dan Shirou akan konyol!” Kotobuki, yang
sedikit menyukai BL, memberikan argumen yang berapi-api. “Pasangan ship Caules jelas-jelas lebih cocok
dengan Lord El-Melloi II!”
Dia
jelas memiliki pendapat yang kuat tentang masalah ini, jadi karena takut akan
nyawanya, Kai memutuskan untuk tidak menyentuhnya.
Ketika
menyelesaikan ronde keempat maraton cosplay grup mereka, mereka menyadari kalau
waktunya sudah lewat jam 2 siang. Mereka memutuskan untuk istirahat makan siang
dulu, jadi mereka semua membawa bekal makan siang dan berbagi makanan. Mereka
bertiga sangat ingin kembali bercosplay, jadi mereka menghabiskan makanan
mereka dengan kecepatan tinggi.
Ronde
kelima selanjutnya adalah cosplay Kimetsu no Yaiba. Kai berpisah dari para
gadis untuk berdandan sebagai Tanjiro. Ia mengenakan kemeja kancingnya, menarik
hakamanya, dan mengenakan mantel kotak-kotak berwarna. Pedang penyangganya
adalah mainan murahan yang dijual di mana saja, jadi perusahaan Hotei bisa
dengan mudah mendapatkannya. Sayangnya, menciptakan kembali bekas luka bakar
khas Tanjiro di dahinya membutuhkan keahlian tata rias yang sangat spesifik,
jadi mereka harus melakukannya tanpa itu. Ia berencana untuk mencoba mengedit
fotonya nanti untuk melihat apa Ia bisa menambahkan bekas luka secara digital
tanpa terlihat terlalu tidak alami.
“Astaga,”
gerutu Kai saat melihat pakaian keren yang Ia kenakan di cermin. “Aku masih
terlihat seperti berpakaian yang ingin mengunjungi kuil.”
Apa
itu sesuatu yang tidak bisa Ia perbaiki dalam program pengeditan gambar juga?
Apa ada penggeser kejantanan yang bisa Ia ubah atau semacamnya?
Dengan
omong kosong seperti itu di benaknya, Kai berjalan menuju tempat pertemuan.
Demi menyesuaikan dengan latar seri, mereka memilih salah satu kamar bergaya
Jepang yang memiliki teras menghadap ke taman di belakang. Kai adalah orang
yang pertama tiba, jadi Ia membuka daun jendela dan menunggu yang lain. Karena
tidak ada yang melihat, jadi Ia diam-diam berlatih Pernapasan Air, tetapi Ia
langsung berhenti begitu merasakan kehadiran orang di dekatnya.
“Kami
siap, Nakamura.”
“Padahal
kamu boleh meneruskan latihan Pernapasan Airmu, tau.”
“A-Aku
tidak pernah melakukan itu hanya karena
aku sendirian!” Suara Kai terbata-bata saat kedua gadis itu tiba.
Kotobuki
berpakaian seperti Shinobu, mengenakan seragam Pasukan Pemburu Iblis dengan
hakama. Dia juga memakai aksesoris rambut berbentuk kupu-kupu Swallowtail, dan polanya tercermin di
mantelnya.
Jun
berpakaian seperti Kanroji, dan sesuai dengan sumber aslinya, dia mengenakan
minidress super pendek yang terbuat dari seragam khas Pasukan Pemburu Iblis
bersama dengan kaus kaki setinggi paha. Belahan dada terbuka Kanroji yang akan
membuat wajah Hestia tersipu dipenuhi dengan baik oleh payudara besar Jun. Hmm,
yup, dia tidak membutuhkan bantalan tambahan. Dia benar-benar mengenakan kaus
berwarna sama seperti kulit kali ini, tetapi bahkan mengetahui kebenarannya
tidak menghentikan perhatian Kai untuk terpaku pada, yah, dua gunung kembar itu.
“...Nakamura?”
Kotobuki menyadari kemana arah tatapannya dan memelototinya dengan tatapan
maut. Kai buru-buru membuang muka.
“Jadi,
siapa yang harus kita foto dulu?” tanya Kai sambil memaksakan dirinya untuk
tersenyum. Selama empat ronde terakhir, mereka biasanya memulai dengan bidikan solo
Jun atau Kotobuki, dan kemudian mungkin mengambil bidikan Kai atau mengambil
jepretan grup secara bergiliran. Tapi untuk ronde kelima sedikit berbeda.
“Ayo
di mulai dengan kita berdua!”
“Jika
kamu tidak keberatan.”
Jun
dengan penuh semangat mendekati Kotobuki, dan Kotobuki langsung menyetujui tanpa
membantah sama sekali. Kai merasa curiga dan bertanya-tanya apa yang
merasukinya, tapi Ia tidak terlalu memikirkannya. Ketika mengarahkan kamera smartphone ke arah mereka,
keduanya mulai berpose sambil tetap berdekatan satu sama lain.
“Whoa,”
ucap Kai tanpa sadar. Gambar yang ditampilkan di layar smartphone-nya tampak
sangat memukau.
Sekarang
setelah mereka berhasil mencapai ronde kelima, Kotobuki akhirnya mengendur.
Shinobu memancarkan aura yang kompleks; dia lembut dan tegas, senang bersenda
gurau namun diwarnai dengan rasa bosan, dan mengeluarkan aura dewasa dengan
sedikit bahaya. Kotobuki melakukannya dengan sangat baik! Kai jadi penasaran
apa dia tiba-tiba ingin menjadi model.
Sedangkan
Jun, dia hampir tidak bisa dikenali. Tidak peduli dia bercosplay menjdai
karakter siapa, entah itu Ryuu, Kaguya, atau Atalante, dia tetaplah menjadi
Jun. Dia dengan gampangnya mengangkat tangan untuk membuat tanda peace sepanjang waktu. Tapi sekarang, pose
dan ekspresinya sudah mirip seperti Kanroji. Mungkin karena dia adalah karakter
yang mudah dimainkan Jun; Kanroji sangat energik dan memiliki sisi kikuk yang
menawan padanya.
“Kalian
berdua terlihat bagus!” sanjung Kai. Ia jadi lebih bersemangat saat menjepret
tombol kamera berulang kali. Pujian yang berapi-api mengalir dari mulutnya saat
memohon lebih banyak ekspresi, lebih banyak pose, dan lebih banyak segalanya
untuk kamera. Jun dan Kotobuki menikmati diri mereka sendiri saat mereka
bersinar di pusat perhatian. Ada yang berbeda pada babak ini dari empat babak
sebelumnya.
◆◆◆◆
Mari
kita mundurkan waktu sedikit setelah makan siang, dan pindah ke ruangan tempat
para gadis berdanda dalam cosplay Pasukan Pembasmi Iblis mereka. Karena cuma
ada satu cermin besar, jadi mereka harus bergantian menggunakannya. Jun
berjuang melawan gaya gravitasi untuk menyesuaikan payudaranya yang besar ke
dalam kostum (sambil juga membuatnya
terlihat bagus).
Untuk
mempersiapkan cosplay grup ini, Kotobuki dengan senang hati meminjam manga dan
membacanya, jadi dia memahami karakter Kanroji meskipun dia belum muncul di
anime yang mendapat pujian kritis yang sedang ditayangkan. Meski begitu populer
sehingga tidak ada hari berlalu tanpa Kotobuki menemukan fanart baru
online-nya, pesona Kanroji sangat lugas dan dapat dimengerti. Dan, sayangnya,
dia harus mengakui kalau karakter tersebut sangat cocok untuk Jun. Dia tidak
ingin memikirkan berapa banyak bantalan dada yang dia perlukan untuk melakukan cosplay
itu. Bohong rasanya jika dia tidak merasa iri saat melihat bagaimana Jun
mempunyai aset yang langsung siap
pakai.
Mempunyai badan langsing jauh lebih baik jika
kamu ingin cosplay, pikir
Kotobuki, tetapi jika kamu ingin anak
cowok mengejarmu, lebih besar lebih baik. Misalnya seperti, jika kamu harus
memilih. Atau jika Kai harus memilih.
Pikirannya
akhirnya berubah menjadi dendam, dan dia bahkan mulai memelototi Jun dengan
penuh kebencian. Jun memperhatikan ekspresi Kotobuki di cermin dan berbalik
menghadapnya. Dia mengangkat payudaranya, memamerkannya dengan cara yang
menekankan tarikan gravitasinya.
“Mau
coba menyentuhnya?”
“Aku
tidak terlalu tertarik dengan itu.” Dia juga tidak menyukai senyum Jun yang
meragukan itu.
“Cuma
karena aku lebih tua bukan berarti kamu harus bertingkah segan segala. Semua
teman cewekku pernah meminta untuk menyentuh mereka setidaknya sekali karena
penasaran.”
“Wah,
terima kasih atas kesombongan yang rendah hatinya.” Kotobuki berbalik dengan
marah, tapi Jun tidak terpengaruh.
“Jangan
khawatir, Hotey. Punyamu pasti akan tumbuh sebesar ini juga. Beri mereka waktu satu tahun untuk
mulai tumbuh.”
“Apa
itu benar? apa kamu yakin bisa menatap mataku dan mengatakannya?" Leher
Kotobuki tersentak ke depan saat tatapannya tertuju pada Jun.
“Aha,
harus melihatku lagi.”
“...Argh.”
Jadi itulah tujuannya selama ini. Ini adalah keterampilan sosial seorang normies.
Kotobuki frustrasi telah dibaca seperti buku oleh seseorang yang cuma setahun
lebih tua.
“Kamu
tahu, Hotey,” lanjut Jun sambil terus tersenyum dewasa. “Aku benar-benar harus
berterima kasih padamu.”
“Hah?
Termia kasih?” Nada bicara Kotobuki menuduh, tapi Jun melanjutkan sambil
menahan beban dua benda angkasa di tangannya.
“Aku
juga seorang otaku, jadi aku selalu ingin mencoba cosplay. Aku ingin
melakukannya segera setelah aku mulai mendapatkan uang dari pekerjaan, tapi
berkat kamu, aku bisa mewujudkan impianku lebih cepat.”
“Oh…
yang itu. Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku. Lagipula, ini merupakan
situasi sama-sama untung bagi kita berdua.”
“Benarkah?
Aku sangat bersemangat tadi malam sampai-sampai aku hampir tidak bisa tidur,
dan aku sangat senang sekarang sehingga aku hampir tidak bisa menahan diri!”
“Tidak
ada yang salah dengan itu.” Bukannya Kotobuki menyadari kejadian tak disengaja
yang sudah Jun lakukan. Tapi saat suasana muram Kotobuki terus berlanjut, Jun
tampak sedih.
“Hotey,”
tanya Jun, “apa kamu tidak suka bercosplay denganku?”
Suaranya
terdengar sedih, nadanya bahkan menyentuh hati Kotobuki. Dia menelan ludah dan
mencoba mengukur ekspresi Jun. Ada tatapan sedih di matanya, tapi tidak seperti
kucing yang ditinggalkan. Justru sebaliknya; dia menunjukkan tekad kucing
veteran yang takkan pernah membiarkan pemiliknya menemukan tubuh mangsanya.
Keinginan Jun untuk berteman dengan Kotobuki datang dengan pengakuan bahwa dia
tidak membutuhkan Kotobuki, yang
berarti jika Kotobuki benar-benar menolaknya, maka Jun akan menyerah dan
diam-diam pergi. Bukan untuk meratapi kesepiannya sendiri, tapi karena
pertimbangannya untuk Kotobuki.
Itulah
kisah yang diceritakan matanya; dan seandainya kalau sikapnya itu cuma acting
belaka, maka dia bisa mendapatkan peran utama di setiap film di negara ini.
Tapi sepertinya bukan begitu kebenarannya. Jun sepertinya bukan tipe orang yang
memiliki sisi tersembunyi darinya. Karena itulah Kotobuki merasakan sedikit
kesedihan di hatinya. Itu sebabnya respons yang dia berikan harus tulus. Dia
tidak boleh terus-terusan bersikap seperti anak kecil.
Kotobuki
mula tersenyum dan menjawab.
“Aku
tidak pernah bilang kalau aku membencinya.”
Bagi
Kotobuki, cosplay adalah hobi yang selalu dia nikmati sendirian. Ibunya membuat
kostum dan mengambil foto untuk kenang-kenangan, tetapi sulit untuk melepaskan
diri dari perasaan bahwa itu masih merupakan pengejaran yang penuh kesepian.
Dia selalu ingin menjadi bagian dari grup cosplay, tapi dia terlalu pengecut
untuk mengungkapkan kepada teman-temannya kalau dia mempunyai hobi cosplay.
Dan
hari ini, dia akhirnya bisa mewujudkan mimpi itu. Mana mungkin dia membencinya.
Tapi dia masih emosional, jadi dia memperlakukan Jun dengan sikap menjengkelkan
yang biasa. Gagasan untuk berterus terang dengan emosinya membuatnya sangat
malu sehingga dia langsung memalingkan muka. Dia tidak bisa menyalahkan siapa
pun karena mencibir padanya. Bahkan Jun pun dibuat tersenyum. Tapi itu adalah
senyuman yang mengandung nol persen cemoohan dan seratus persen kegembiraan.
“Bagus!
Jadi, oke, Hotey, aku punya ide bagus!”
“Ba-Baiklah,
aku akan mendengarnya.”
“Bagaimana
kalau aku cosplay sungguhan kali ini?”
“Apa
kamu benar-benar baru mengatakan itu
sekarang ?!”
“Sudah
kubilang kalau aku hampir tidak bisa menahan diri, bukan? Tapi sekarang aku
ingin memberikan ini kesempatan yang adil. Mirip seperti, melangkah ke tingkat
berikutnya. Dan sejujurnya, aku ingin menunjukkan pada Kai yang selalu
mengkritikku dengan 'bukan Ryuu' atau
'bukan Kaguya.'”
“Yah,
karena memang begitulah Nakamura.”
“Ya,
Ia selalu cerewet mengenai hal-hal sepele. Ia selalu mengeluh, meski dia bahkan
tidak bisa melihat cosplayku tanpa tersipu.”
“…Yah,
karena memang begitulah Nakamura.”
“Jadi kali ini, mari kita benar-benar
memainkan peran Kanroji dan Shinobu. Ayo berfoto sebagai tim pada giliran
pertama.”
Melakukannya
bersama jauh lebih menyenangkan. Bersama-sama akan jauh lebih menyenangkan.
Itulah yang sebenarnya ingin dikatakan Jun, jadi Kotobuki menatap matanya dan
mengangguk. Dia yakin dia tidak membutuhkan kata-kata untuk menyampaikan apa
yang paling ingin dia katakan.
“Bagus!
Sekarang mari kita jadikan cosplay ini sebagai yang terbaik!” Jun kembali
menghadap ke cermin dan melanjutkan pertarungannya melawan gravitasi dengan
mencari konfigurasi belahan dada yang sempurna.
“Benar,
dan kita tidak bisa melakukan itu jika kita kalah dari cosplay Tanjiro milik
Nakamura.”
“Tidak,
aku yakin kalau cosplay Kai akan terlihat seperti orang yang bersiap-siap untuk
mengunjungi kuil.”
“Tidak
masuk akal. Lagipula, Welf-nya sempurna.”
“Hotey,
... Apakah kamu perlu operasi otak?”
“Setidaknya
kamu bertanya padaku apa aku perlu pemeriksaan mata sebagai gantinya ...”
◆◆◆◆
Jadi,
itulah yang menyebabkan pemotretan cosplay ini. Gadis-gadis memberikan upaya
sungguh-sungguh untuk memainkan peran sebagai idola mereka, dengan Kotobuki yang
lebih menjiwai seperti Shinobu dan Jun bertingkah lebih seperti Kanroji. Yah,
bukannya berarti itu sesuatu yang mendalam; dalam bermain sebagai karakter
favorit mereka, sebagian dari karakter itu menjadi mereka. Dan tentu saja, itu
sangat menyenangkan. Gairah mereka menular, dan Kai menekan tombol kamera lebih
cepat daripada yang sudah Ia lakukan sepanjang hari.
“Gila,
gila, gila, kalian berdua bener-bener gila! Ekspresi kalian sangat pas, pose
kalian juga sangat klop, karaktermu sangat gila. Kalian berdua seperti, manis
banget. Cosplay kalian bener-bener gila! ”
Makhluk
malang itu sepertinya telah merusak bagian otaknya yang menangani penyampaian
bahasa. Setelah melihat Kai dalam keadaan seperti itu, Jun mengirim pesan ke
Kotobuki melalui kontak mata.
Ia gampangan sekali.
Kotobuki
menanggapinya melalui kontak matanya sendiri.
Yah, karena memang begitulah Nakamura.
Dan
seolah-olah diberi isyarat, keduanya tertawa terbahak-bahak pada saat
bersamaan. Butuh beberapa saat bagi mereka untuk tenang. Ketika mereka akhirnya
sadar—entah mereka masih jadi Shinobu dan
Kanroji atau bukan—mereka berdua tersenyum bersama.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya