Prolog
Seekor burung terbang melintasi
kanvas langit biru yang cerah. Pancaran cahaya matahari pada siang hari di bulan
November bersinar lembut di Taman Selatan Ikebukuro.
Sembari berbaring langsung di
rerumputan hijau yang rimbun, aku tidak keberatan kepala dan tanganku sedikit
kesemutan karena berpikir kalau aku berbagi pengalaman dengannya yang ada di
sebelahku.
Di atas kepalaku ada Blue Bottle Coffee yang serasi dalam bentuk
cangkir dengan simbol biru muda.
Aku sedikit cemas karena karena
ada jadwal bimbel di sekolah bimbel K. Hari ini adalah hari Sabtu, dan aku
bertemu dengan Luna yang datang ke Ikebukuro untuk menemuiku sebelum kelas
dimulai.
“Ahh, bikin iri saja~”
Tiba-tiba, Luna menggumamkan
sesuatu di sebelahku.
“Ada apa?”
Saat aku memiringkan wajahku
untuk melihatnya, aku melihat Luna sedang menatap lurus ke atas langit biru.
“Burung tuh bisa bebas pergi ke
mana saja, iya ‘kan?”
“... Apa Luna tidak begitu?”
Dia tidak menjawab pertanyaanku
maupun menoleh ke arahku. Luna mengulurkan tangannya ke arah langit biru seolah-olah
mencoba meraih sesuatu.
“Aku selalu berpikir kalau aku ingin
bebas.”
Dia bergumam dengan muram.
“Dari apa?”
Pada pertanyaan keduaku, Luna
akhirnya berbalik menatapku. Aku merasa sedikit lega ketika melihat wajahnya
dihiasi dengan senyuman lembut.
“Entahlah, aku sendiri tidak
tahu. Ayahku sendiri bisa dibilang tipe orang yang berjiwa bebas, nenekku juga tipe
orang yang sibuk dengan urusannya sendiri, jadi dia tidak terlalu rewel. Aku
juga dapat uang jajan yang lumayan bagus, sih?”
Kemudian sambil tersenyum kecil,
Luna melihat ke arah langit lagi.
“... Tapi, entah kenapa rasanya
kaku dan tidak nyaman.”
Senyumnya mulai memudar dari
wajahnya, dan Luna melanjutkan dengan ekspresi serius.
“Aku selalu ingin pulang.
Bersama ayah, ibu, Onee-chan dan... Maria, aku selalu ingin pulang ke rumah
tempat kami tinggal bersama.”
Suara kesepiannya dilepaskan ke
langit biru seolah-olah dia ditinggal sendirian.
“Tapi sayangnya, rumah semacam
itu sudah tidak ada lagi di dunia ini.”
Wajahnya yang
mengatakan itu terlihat sangat rapuh seakan bisa hancur kapan saja. Akan
tetapi, sosoknya juga terlihat sangat indah.
Sebelumnya
|| || Selanjutnya