Tanin wo Yosetsukenai Chapter 90 Bahasa Indonesia

Chapter 90 — Kacamata

 

“Ah.”

“Ah…”

Fujisaki dan aku saling tertegun begitu kami bertemu.

Pagi hari yang cerah di dalam ruang kelas. Cahaya matahari bersinar lembut melalui jendela. Aku yang sedang membuka pintu kelas dan hendak masuk,  langsung berpapasan dengan Fujisaki.

Sekarang sudah mulai hari Senin, setelah akhir pekan sejak aku mentraktir Fujisaki dengan kari. Karena suasana yang canggung, aku nyaris tidak bisa berbicara.

“Selamat pagi…”

“Selamat pagi…”

Aku tidak berani melakukan kontak mata. Aku juga tidak bisa berkata apa-apa lagi.

…Dalam perjalanan pulang pada hari itu… Saat aku mengantarnya, Fujisaki memberitahuku banyak hal. Rasanya sudah hampir mirip seperti pengakuan cinta. Walaupun aku menyadari perasaan Fujisaki, dalam situasi seperti itu, aku harus memberikan jawaban tegas.

Akan tetapi, tidak ada yang bisa kulakukan.

Aku hanya bisa berdiri  diam di sana sampai Fujisaki menjauhkan dirinya dariku.

Aku menjadi orang yang lembek. Tetap saja, aku sadar kalau aku tidak bisa memberinya jawaban yang setengah hati. Itu sebabnya kami berpisah dan akhirnya bertemu lagi hari ini.

“…”

Aku hanya bisa terdiam, tapi aku tidak bisa pergi begitu saja. Bila kamu membiarkan momen canggung berakhir dengan canggung, kamu akan terus menerus merasa canggung.

Tepat saat aku hendak mengatakan sesuatu, keheningan dihancurkan oleh kehadiran orang ketiga.

“Selamat pagi! Naocchi, Shio-chan!”

Nishikawa berbicara kepada kami dengan semangat tinggi sejak pagi hari. Aku merasa lega. Fujisaki dan aku sama-sama mengendurkan ekspresi kami seolah-olah momen tampak seperti kebohongan semata.

“Selamat pagi Nishikawa”

“Selamat pagi Nishikawa-san.”

Nishikawa tersenyum tapi akhirnya memiringkan kepalanya saat dia melihat kami.

“Kenapa kalian saling menatap pagi-pagi begini? Apa aku mengganggu sesuatu?”

“Tidak, tidak, enggak sama sekali, kok. Benar ‘kan, Fujisaki?”

“Iya, seperti yang Ookusu-kun katakan.”

“Hmm, tapi sepertinya ada yang aneh.”

Merasakan keanehan tentang reaksi kami, Nishikawa pergi. Dia menyapa “Pagi~” kepada setiap teman sekelas yang dia temui.

Fujisaki dan aku tertawa kecil.

“Nishikawa-san benar-benar luar biasa, ya.”

“Yeah…”

Nishikawa memiliki kemampuan bersosial yang mumpuni. Setiap kali Nishikawa berbicara dengan orang-orang, tempat itu langsung jadi hidup dan meriah. Kupikir tidak ada satu orang pun di kelas ini yang belum berbicara dengan Nishikawa. Dia tidak hanya berbicara dengan otaku sepertiku, tetapi dia juga berbicara dengan orang-orang yang selalu sendirian.

“… Oh iya. Aku punya sesuatu untuk Fujisaki.”

“Eh?”

Aku mengeluarkan kacamata dan kotak kacamata dari tasku. Mereka rupanya ditinggalkan di meja Sayaka.

“Sesuatu yang kamu lupakan.”

“Ah, maaf… aku tidak menyadarinya sampai aku pulang…”

“Apa kamu selalu memakainya?”

“Tidak. Penglihatanku tidak terlalu buruk, jadi aku hanya memakainya saat aku sedang belajar.”

Aku belum pernah melihat Fujisaki memakai kacamata sebelumnya.

“Aku sudah memberi tahu Sayaka-chan, tapi kurasa aku tidak bisa mengawasi belajarnya besok. Aku harus pergi makan malam bersama keluargaku.”

“Ah, tidak apa-apa. Silakan lakukan kapan saja saat kamu punya waktu. ”

“Karena guru tidak ada hari ini, dan tidak ada kegiatan klub, aku akan mengajarinya lagi nanti.”

"Terima kasih."

Waktu untuk jam wali kelas pagi sudah dekat. Fujisaki dan aku kembali ke tempat duduk kami masing-masing.

Aku lega bisa berbicara dengannya seperti biasa. Aku dibuat cemas sebelum berangkat ke sekolah hari ini. Bahkan jika aku harus menjawabnya, aku tidak ingin hubungan kami menjadi canggung.

Sepulang sekolah.

Setelah memberitahu Enami-san dan Nishikawa untuk memulai bersih-bersih duluan, aku menuju ke perpustakaan tempat Fujisaki dan Sayaka berada. Aku diberitahu kalau mereka merasa tidak enakan untuk pergi ke restoran keluarga setiap hari, jadi mereka akan berada di perpustakaan hari ini.

“Hah? Kenapa kuso Aniki ada di sini?”

Sayaka bertanya dengan suara pelan, menyadari kedatanganku.

“Aku harus membantu setidaknya sesekali. Aku juga merasa menyesal karena selalu merepotkan Fujisaki.”

“… Apa kamu tidak masalah meninggalkan gadis cantik itu?”

“Aku sudah bilang padanya aku akan bertemu dengannya nanti. Aku akan pergi sekitar satu jam atau lebih.”

Fujisaki yang duduk di sebelah Sayaka, segera menggunakan kacamata yang kuberikan padanya hari ini. Dia sepertinya tidak terlalu ingin terlihat berkacamata, jadi dia segera membuang muka.

“Eh, fisika hari ini, ya.”

“Ada beberapa bagian yang tidak kupahami … Entah kenapa materinya tidak bisa masuk ke dalam kepalaku…”

Fujisaki dan aku melihat buku soal. Itu adalah masalah musim semi.

Kami berdua dengan hati-hati menjelaskan bagaimana intinya. Jika kamu cuma mencoba mengingat rumus dan teori, kamu pasti akan kesulitan mengikutinya. Buku teks sering meninggalkan bagian seperti itu, jadi aku bisa mengerti mengapa kebanyakan pelajar mengalami kesulitan.

"Hmm, aku mungkin atau mungkin bisa memecahkannya.”

Satu-satunya cara untuk membiasakan diri dengan hal ini adalah dengan memecahkan masalah berulang kali dan secara bertahap membiasakan diri.

Sepertinya ada bagian lain yang tidak dia pahami, aku dan Fujisaki kemudian menjelaskannya lagi padanya.

Waktu semacam ini tidak terlalu buruk. Aku bisa bersenang-senang, meskipun aku belajar sendiri.

Waktu pun berlalu dengan cepat

“Kalau begitu, aku harus pergi dulu…”

Aku menyimpan bahan belajarku dan bangkit dari tempat duduk, tapi Sayaka terus memelototiku.

“…Aku sudah menanyakan ini sebelumnya, tapi apa yang sebenarnya kamu lakukan?”

“Aku sudah memberitahumu sebelumnya kalau itu bukan sesuatu yang aneh, oke.”

“Hmm.”

Sayaka tampaknya masih curiga. Tapi ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Aku tidak ingin mengatakan “Aku akan berhenti” sekarang.

Fujisaki melambaikan tangan kecil ke arahku.

“Sampai ketemu lagi.”

Aku tidak tahu bagaimana perasaannya mengenai perihal ini di dalam batinnya. Meninggalkan gadis yang menyatakan perasaannya padaku untuk mendatangi gadis lain bukanlah tindakan yang biasanya aku hormati.

Namun, aku memutuskan untuk memanfaatkan kebaikan Fujisaki. Aku lalu berkata, “Iya, sampai jumpa lagi,” dan meninggalkan tempat itu.

 

 

Sebelumnya|| Daftar isi || Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama