Daijina Mono wa Shitsu Kushite Wakaru Bab 2

Bab 2 — Rutinitas Sehari-Hari

 

Sekarang sudah memasuki musim dingin. Yang namanya musim dingin selalu dikaitkan dengan bebragai macam acara, salah satunya hari perayaan natal. Hari perayaaan Natal tahun ini sudah dekat. Cuaca di pagi hari menjadi semakin dingin.

Di salah satu pagi yang dingin itu, aku memulai hariku dengan menjemput Suzuka sebelum berangkah ke sekolah, seperti yang biasa selalu kulakukan.

Aku membunyikan interkom rumahnya dan menyapa, “Selamat pagi,” lalu di balas segera dengan jawaban “Iyaa!”. Lalu setelah itu, pintu depan tumah terbuka, dan ibunya melangkah keluar.

“Selamat pagi, Hinata-kun. Aku akan memberitahu untuk segera bersiap-siap sekarang,” katanya sambil berjalan kembali ke dalam sebelum aku bahkan bisa menyelesaikan kata -kataku, “Jangan khawatir tentang itu.”

Ngomong-ngomong, namaku adalah Hinata. Amamiya Hinata.

Dari bagian dalam rumah, aku bisa mendengar ibunya berteriak “Suzuka! ayo cepat! Kamu sudah ditunggu!” Beberapa saat kemudian, pintu depan dibuka dengan suara keras.

“Ma-Maaf sudah menunggu! Kamu selalu tepat waktu seperti biasa!”

“Mhm yah, kamu dan ibumu masih sama seperti biasanya.”

Setelah bertukar salam ringan, kami berdua bersama-sama berangkat sekolah. Begitulah rutinitas pagi kami yang biasa bersama.

 

◇◇◇◇

 

 

Jarak antara rumah kami menuju ke sekolah tidak terlalu jauh, jadi kami tidak perlu naik kereta atau kendaraan apa pun untuk menuju ke saja. Cuma butuh waktu 20 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Dan aku selalu menyukai waktu santai yang kumiliki dengannya.

Begitu kami tiba di sekolah, orang-orang selalu berkumpul di sekelilingnya dalam sekejap mata. Kami sering mengalami ini, tetapi saat-saat ketika kami bisa bersama sendiri cukup berharga. Nah, mereka selalu bubar sendiri segera setelah kami masuk ke dalam kelas.

Suzuka sering didekati oleh banyak kenalan dan teman-temannya di sepanjang jalan. Entah itu teman sekelasnya, junior, maupun seniornya. Semua orang sangat ingin berbicara dengannya, dan dia selalu menjawab pembicaraan mereka dengan senyum menawan.

Kurasa semua orang hanya ingin melihat senyum itu.

“Kamu masih sepopuler seperti biasanya,” sindirku.

“Yup, yup! Jadi kamu seharunya lebih menghormatiku, Hinata!”

Sembari menanggapi sedikit sarkasmeku, dia menjawabnya dengan senyum lebar, yang mana hanya membuatku lebih sedih ketika waktu kami bersama-sama sudah mencapai akhir. Dia sama sekali tidak menyadari sedikit pun tentang ketidakbahagiaanku.

“Oh iya! Tadi malam kamu melihat TV enggak?  Dia tiba-tiba mulai berbicara tentang TV, dan sama sekali tidak menyadari kegelisahan batinku. Tetap saja, aku bertanya kepadanya program seperti apa yang dia maksud, dia lalu menjawab, “Itu loh~ Akuarium yang baru saja dibangun! Mereka memberitakan tentang tempat itu, dan aku benar-benar ingin pergi ke sana!” Dia dipenuhi dengan kegembiraan.

Ada banyak sekali pembicaraan mengenai tempat itu belakangan  ini. Tempatnya juga cukup dekat, hanya sekitar dua pemberhentian dengan kereta api. Aku yakin tempat itulah yang dia bicarakan.

Dia selalu menyukai akuarium dan sejenisnya. Kurasa keinginannya untuk pergi ke sana semakin besar setelah melihatnya ditampilkan di televisi. Tapi ini bisa menjadi kesempatan bagiku. Itu sebabnya aku ingin mengajaknya pada kencan di sana pada Hari Natal nanti, dan kemudian aku akan memberitahunya bagaimana perasaanku. Aku pikir itu adalah strategi yang baik, jadi aku memutuskan untuk segera bertindak.

“Um, mengenai akuarium itu. Apa kamu ingin pergi ke sana denganku? Erm, pada hari Natal?”

“Mauu! Aku jadi senang sekali! Aku juga mendengar kalau di sana bakalan ada acara Natal!”

Dia menerima tawaranku dengan cukup gampang, dan aku diam-diam mengepalkan tanganku dengan penuh kemenangan. Semuanya terlihat lancar—

“Ayo ajak teman-teman kita yang lain dan pergi bersama-sama!” Itu adalah pukulan ulu hati yang menyakitkan. Aku hampir tersandung dengan pernyataannya yang tak disengaja itu.

“Hei, umm, Suzuka? Karena itu hari Natal, jadi bukannya mereka juga, umm .... punya rencana mereka sendiri, ‘kan?” Aku mencoba mendorong semuanya ke arah tanggal yang mungkin, entah bagaimana.

“Oh iya, benar juga. Orang-orang yang sudah punya pacar pasti bakalan sibuk, jadi mari pergi sama-sama dengan para kaum jomblo!”

“Tidak, itu seharusnya menjadi kencan kita ...” Suaraku jadi semakin pelan di akhir.

“Hmm? Apa kamu bilang sesuatu, Hinata?”

“…Tidak, bukan apa-apa.”

... Haah, ini benar-benar makan hati berulam jantung. Berbeda denganku yang menangis di dalam batinku, Suzuka mulai dengan senang hati mencatat beberapa rencana. “Aku akan mencari tahu, dan akan mengundang orang-orang yang bisa ...” Dia melakukan semuanya sambil tersenyum.

Perasaanku sama sekali tidak tersampaikan melalui tengkoraknya yang mirip seperti protagonis tidak peka.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama