Chapter 1 — Gadis yang Mencoba Bunuh Diri
“Sampai jumpa lagi, Chinatsu.”
“Sampai ketemu lagi ya,
Nacchan.”
“Ya! Sampai jumpa besok!”
Ketika matahari sudah terbenam
dan suasana di sekitar semakin gelap, ada seorang cowok yang berjalan memunggungi
dua sejoli. Nama cowok tersebut adalah Honda Chinatsu, dan Ia hanyalah anak SMA
yang bisa ditemukan di mana saja.
“Kampret, enggak lagi-lagi deh ngikutin
kencan orang yang pacaran.”
Seperti yang baru saja disebutkan
Chinatsu, Ia baru saja jalan-jalan bersama temannya. Ia awalnya berencana untuk
pulang sendiri, tapi Ia diajak oleh pasangan itu.
Tentu saja awalnya Ia menolak,
tetapi karena mereka selalu berbicara begitu akrab di sekolah, itu bukanlah hal
baru. Jadi mereka bertiga nongkrong bersama, terkadang Chinatsu hampir saja memuntahkan
gula saat melihat kemesraan mereka.
“Masa bodo lah, mendingan cepet
pulang saja.”
Chinatsu kemudian terus
melangkahkan kakinya.
Setiap kali Ia merasa kesepian
ketika berjalan sendirian, Chinatsu selalu berpikir untuk mendapatkan pacar.
Namun sayangnya, walaupun Ia memiliki banyak teman, entah itu yang laki-laki
maupun yang gadis, Ia tidak pernah bisa memiliki hubungan sedekat itu dengan lawan
jenis. Dengan kata lain, umurnya setara dengan masa keperjakaannya.
“…Yah, aku memang memiliki
seseorang yang membuatku tertarik, sih.”
Namun, bukannya berarti Ia
tidak tertarik pada masalah percintaan, karena Chinatsu sendiri sedang jatuh
cinta. Orang yang berhasil merebut hatinya adalah seorang Onee-san yang tinggal
di kamar sebelah apartemen Chinatsu. Dia adalah gadis cantik yang memancarkan pesona
keseksian orang dewasa.
Dia memiliki rambut hitam
panjang yang indah dan wajah yang tegas, tetapi yang paling mengesankan adalah
gayanya. Dia memiliki pesona menggairahkan yang akan mengundang nafsu pria, dan
gadis tersebut sangat menarik sampai-sampai membuat Chinatsu memiliki perasaan
yang samar padanya.
Suara merdu yang terpancar dari
bibirnya yang cemberut dan mata biru safirnya terlihat begitu indah sampai-sampai
membuat orang melihat ilusi kalau mereka seperti tersedot.
Karena mereka tinggal bersebelahan,
jadi mereka sesekali berpapasan satu sama lain dan berbasa-basi sampai batas
tertentu. Tapi meski begitu, Chinatsu tidak pernah dekat dengan gadis yang
dimaksud…karena gadis itu juga sudah mempunyai pacar.
“Pacarnya pasti sudah melakukan
banyak perbuatan baik dalam kehidupan sebelumnya sampai bisa memiliki pacar
seperti itu, aku jadi iri padanya!”
Sebagai seorang remaja pada
umumnya, Chinatsu juga mendambakan pesona wanita dewasa. Cara bicaranya yang
lembut, dan gayanya yang menggairahkan merupakan sesuatu yang menarik
perhatiannya… Bagaimanapun juga, Chinatsu tertarik pada Onee-san yang satu ini.
“…Tidak. Mengeluh begini malah
membuatku jadi semakin terlihat menyedihkan. Mendingan ayo pulang saja.”
Chinatsu tidak bisa menahan
tawa kering pada kenyataan bahwa gadis yang disukainya tinggal di sebelah, tapi
dirinya justru tidak memiliki kesempatan sejak awal.
Tapi belakangan ini Chinatsu merasak
sedikit khawatir. Gadis yang disukainya itu kadang-kadang terlihat agak pucat. Bukannya
dia sedang tidak enak badan atau semacamnya, tapi lebih seperti keadaan
mentalnya sedang tidak baik.
“Aku tidak tahu apa yang sedang
terjadi… aku hampir tidak mengenalnya, dan aku tidak tahu apa aku boleh terlalu
mencampuri urusannya. Apa sih yang sedang dilakukan pacarnya…?”
Aku
takkan membuatnya terlihat seperti itu, pikir Chinatsu karena Ia masih anak-anak.
Dengan perasaan samar-samar ini di benaknya, Ia pulang ke apartemennya dan hendak
menuju unit kamarnya sendiri, ketika…
“……?”
Di tengah jalan, Ia menyadari
kalau pintu di kamar sebelahnya terbuka. Karena waktunya sudah lumayan malam, Chinatsu
jadi merasa terganggu karena Onee-san itu bertingkah ceroboh, jadi Ia
memanggilnya.
“Permisi, Saiki-san, pintumu
terbuka, loh.”
Ketika Ia mengatakan ini dengan
suara yang bergema di seluruh ruangan, ada suara keras seperti benda yang terjatuh
disertai dengan suara terkejut.
“!!! …Saiki-san!! Apa kamu
baik-baik saja!?”
Suara yang didengarnya sangat tidak
biasa, jadi tentu saja Chinatsu merasa terkejut. Pada saat yang sama, Ia mendapat
firasat yang buruk. Apa ada pencuri yang masuk ke rumah itu? Setelah berpikir
begitu, Chinatsu tidak bisa tingggal diam dan menerobos masuk ke dalam ruangan.
“Saiki-san! Apa ada sesuatu …. yang
salah?”
Chinatsu yang sudah siap untuk
dimarahi dan dibenci olehnya karena masuk tanpa permisi, dibuat terkejut saat
melihat…
“Chinatsu-kun…”
“……”
Gadis yang diidam-idamnya, Saiki
Madoka, sedang jatuh terduduk ketika kursi itu jatuh. Tidak, jika hanya itu
saja sih tidak ada masalah. Tapi masalahnya, terdapat tali yang tergantung di
langit-langit… Ya, itu adalah tali yang dia siapkan untuk menggantung dirinya
sendiri.
“…Apa … yang sedang ingin kamu lakukan…?”
“……”
Madoka menunduk ke bawah ketika
mendengar perkataan Chinatsu, yang bertanya dengan tatapan tidak percaya. Dan
begitu dia mendongak, Madoka menjawab sambil beruraian air mata.
“…Aku berpikir untuk bunuh
diri… Ahaha…”
“!?”
Ketika Madoka mengatakan kepadanya
bahwa dia ingin mati, Chinatsu merasa seolah-olah waktu telah berhenti.
Kata-kata yang paling tidak ingin dia dengar bahkan membuat Chinatsu merasa
sedih.
“…Ah, kenapa Chinatsu-kun malah
menangis?”
“Kamu malah bertanya kenapa…?”
Secara alami, Chinatsu tidak pernah
menyaksikan seseorang yang mencoba mengakhiri hidup mereka sendiri. Itu
sebabnya Ia kebingungan… dan pada saat yang sama, Madoka adalah orang yang
dicintai Chinatsu. Gadis pujaan hatinya berencana mengakhiri hidupnya sendiri,
bagaimana mungkin Ia tidak merasa sedih?
“Karena … karena aku…”
Emosi Chinatsu jadi tidak
karuan.
Tentu saja Ia tidak tahu harus
berkata apa. Tapi Chinatsu meyakini jika dirinya tidak mengatakan apa-apa, Ia
akan menyesalinya.
“Aku menganggap Saiki-san
sebagai… tetangga yang penting. Aku suka melihat senyum yang muncul di wajahmu
saat kita bertatap muka, suasana tenang saat kita berbicara dan… dan … dan!”
Melihat Chinatsu yang panic dan
tidak bisa berpikir jernih, ekspresi muram Madoka segera berubah dan tersenyum
kecil. Meski begitu, perasaan negatif di matanya masih belum hilang, jadi
sepertinya dia masih belum menyerah untuk berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
“…Chinatsu-kun benar-benar orang
yang baik. Jika kamu berpikir seperti itu, pasti orang yang menjadi pacar
Chinatsu-kun akan merasa senang. Aku jadi merasa sangat iri padanya.”
Chinatsu mengerti bahwa itu
bukan hal yang mulia, itu hanya upaya egois untuk mengikatnya ke dunia ini.
Pasti ada alasan yang jelas atas upaya bunuh dirinya, akan tetapi dirinya
mengganggu usaha Madoka untuk mati atas kemauannya sendiri.
Tapi meski begitu, Chinatsu
menginginkan dia untuk tetap hidup.
Hanya itu, hanya itu saja yang
diinginkan Chinatsu.
“…Apakah kamu sudah sedikit
tenang? Maaf, Chinatsu-kun, aku sudah seperti itu–”
Madoka berhenti sebentar, tapi
kemudian dia menjatuhkan ponselnya. Layarnya kebetulan menyala dan Chinatsu
bisa melihat semuanya. Layar ponselnya menunjukkan pertukaran pesan pacar
Madoka, dan Chinatsu bisa melihat serangkaian kata yang menyangkal segala
sesuatu tentang Madoka, bersama dengan ledakan yang mengerikan.
“…Bisakah kamu mendengarkanku
sebentar?”
“Tentu saja!”
Chinatsu mengangguk pada
pertanyaan itu, sedikit putus asa, tetapi Ia lebih suka mengambil tindakan
ketimbang tidak melakukan apa-apa dan menyesalinya.
◇◇◇◇
[TN: Bagian ini dari Sudut Pandang Saiki Madoka]
[Aku
benar-benar berpikir kalau kamu itu menjijikkan.]
[Sudah
kubilang, aku tidak tahu. Jangan menghubungiku lagi, oke? Mari kita putus. Aku sudah
bosan denganmu.]
[Aku
sudah berhubungan dengan seorang gadis yang baik. Dia jauh lebih cocok untukku
daripada kamu. Aku tidak menginginkanmu lagi, jadi hubungan kita sudah selesai.]
Bagi Madoka, kalimat-kalimat
itu dengan mudah merobek hatinya.
Sebagian dari keinginannya
untuk merasakan cinta membuatnya jadi berpacaran dengan cowok yang ditemuinya di kampus. Pada
awalnya, cowok itu bersikap baik hati dan Madoka langsung tertarik padanya,
tapi baru belakangan ini sifat pemarahnya mulai sering muncul.
Pacarnya itu sering
menghabiskan banyak uang, Ia bahkan tidak mendengarkan perkataan Madoka ketika
memintanya untuk berhenti merokok di dalam ruangan, dan melakukan kekerasan
jika dia memberinya perhatian sedikit pun. Madoka penasaran kenapa sifat pacarnya
bisa berubah begitu banyak.
Saat itulah dia menyadari bahwa
jika kamu dekat dengan seseorang, bahkan fitnah kecil pun akan terasa
menyakitkan.
Terlebih lagi, Madoka belum
pernah mendengar pernyataan jahat yang begitu jelas sebelumnya, jadi dia tidak
tahu harus berbuat apa.
[Madoka,
mending putus saja sama cowok brengsek itu! Aku yakin kalau masih ada banyak
cowok yang lebih baik di luar sana!]
Meskipun dinasihati oleh
teman-temannya, hubungannya dengan pacarnya masih terus berlanjut.
Namun, bahkan Madoka sendiri
masih merasa sangat terganggu oleh kata-kata yang menusuk seperti itu. Dalam
keadaan dirusak oleh kata-kata dan perselingkuhan yang begitu terang-terangan,
dia mulai muak dan lelah memikirkannya.
“……”
Dia ingin menggantung tali dari
langit-langit dan mati, tetapi sejujurnya, dia tidak memiliki keberanian untuk
melakukannya. Itu semua hanya untuk pertunjukan. Pada akhirnya, dia merasa
jijik pada dirinya sendiri karena tidak bisa melakukan apa-apa, dan tepat
ketika dia berpikir bahwa dirinya begitu menyedihkan, sebuah suara—suaranya—memanggilnya.
“Saiki-san, kamu baik-baik saja!?”
“Eh? …KYAAA!”
Karena terkejut, kursi yang
menjadi pijakannya bergoyang dan Madoka terjatuh ke atas lantai.
Kemudian orang yang
memanggilnya, seorang anak laki-laki baik hati yang tinggal di kamar sebelah – Chinatsu – muncul di depannya.
Chinatsu muncul dan sambil
berlinangan air mata, Ia membuka mulutnya untuk mengungkapkan perasaannya pada
Madoka.
Semuanya begitu membahagiakan
dan seolah-olah mencerahkan hati Madoka yang gelap… Pertama-tama, dia sudah sering
memikirkan bagaimana jadinya jika anak laki-laki ini menjadi pacarnya dan bukan
cowok brengsek yang sudah menyelingkuhinya.
Saat Chinatsu muncul untuk melindungi
hatinya yang hampir hancur, jantung Madoka berdebar kencang saat melihat wajahnya.
Catatan Penerjemah: Mimin membawakan project baru lagi buat
pengganti Eiyuu to Majo no Tensei Love Comedy yang sempat dibatalkan. Sama
seperti project tempo hari yang baru selesai, mimin ngambil WN baru dengan
heroine yang agak “berbahaya” dan karena WN ini cukup pendek, jadi cocok buat
jadi project sampingan, semoga kalian menyukainya.