SS 4 — Mimpi Menakjubkan Mahiru
Pada malam setelah acara
festival olahraga, Mahiru hendak bersiap-siap tidur saat dia menghembuskan
napas perlahan seraya mencoba menenangkan kegembiraan yang masih berkutat di
hatinya.
“... rasanya seperti mimpi.”
Gumaman tersebut sepertinya
berbaur dengan napasnya. Dia meletakkan tangannya di depan dadanya sambil
merasakannya kalau jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Itu bukannya
karena dia tidak bisa tenang, tapi itu karena dirinya diliputi kegembiraan.
Mahiru akhirnya menjalin
hubungan pacaran dengan Amane, cowok yang sudah dia cintai sejak lama, dan mereka
akhirnya resmi berpacaran.
Hal ini merupakan pertama
kalinya dalam 16 tahun kehidupan Mahiru bahwa dirinya menjalin hubungan dengan
lawan jenis, dan pertama kalinya dia menyukai seseorang. Dia merasakan segala
sesuatu yang terjadi dalam mimpi ini seperti lamunan yang angan-angan dirinya.
Lagi pula, dia berurusan dengan
cowok yang terlalu waspada, sopan — singkatnya, Amane si penakut.
Begitu dia menyadari
perasaannya pada Amane, Mahiru berusaha keras untuk menaklukkan hati Amane, tapi
cowok itu sama sekali tidak pernah menanggapi atau tepatnya, tidak mau jujur.
Amane benar-benar meningkatkan pertahanannya, berpikir kalau dirinya sama
sekali tidak cocok untuk Mahiru.
Mahiru sendiri bukan orang
bodoh dan mulai menebak perasaan Amane padanya, tapi dia tidak percaya diri kecuali
Amane sendiri yang mengungkapkan perasaannya dengan jelas.
Pada akhirnya, Mahiru menjadi
tidak sabaran dan memutuskan untuk mengambil langkah maju, tapi hasilnya cukup
bagus. Mereka menyadari perasaan mereka satu sama lain dan mulai resmi
berpacaran, hubungan mereka jelas untuk dilihat semua orang.
(Sekarang
kita bisa tetap bersama secara terbuka di sekolah.)
Lagi pula, Mahiru sudah secara
terbuka bertingkah akrab dengannya di hadapan semua orang, dan setiap siswa
akan memperhatikan hubungan Mahiru dan Amane.
Bahkan di sekolah, dia selalu ingin
bersama Amane. Amane dulu khawatir tentang bagaimana orang lain melihatnya, tapi
tentu saja mereka akan dapat menghabiskan waktu bersama dengan santai.
(...
Aku takkan pernah meninggalkannya.)
Mahiru tidak bermaksud
menyerahkan Amane kepada siapa pun dan tidak berniat meninggalkannya sampai dia
frustrasi. Mahiru menyadari bahwa dirinya seseorang yang posesif, tapi apa daya, karena dia menemukan seseorang yang sangat dia sukai, dan ingin
menjadi tua bersamanya.
Hatinya dipenuhi gelombang
kegembiraan ketika memikirkan hari-hari mendatang. Hatinya terasa geli,
cenat-cenut, dan yang terpenting, bahagia. Meski tidak ada orang lain yang
melihatnya, tapi Mahiru memiliki dorongan untuk memeluk boneka beruang di
sebelahnya dan mengubur wajahnya di dalamnya.
Hanya memikirkan berjalan berdampingan
dengan Amane sudah membuatnya merasakan sensasi malu namun gembira. Dia benar-benar
percaya bahwa Amane tidak akan pernah melepaskan tangannya.
Mahiru membayangkan dalam
benaknya adegan kebahagiaan yang mempesona yang tidak pernah dia bayangkan. Dia
dengan lembut memejamkan mata dan pergi tidur, sembari ingin mengalami adegan
bahagia itu secepat mungkin.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya