Eiyuu to Majo Jilid 2 Kata Penutup Bahasa Indonesia


Kata Penutup

 

Aku paling suka akhir yang bahagia.

Kisah ini adalah kisah yang dimulai setelah sebuah tragedi, yang disebut template akhir yang buruk (?), terjadi. Aku selalu menyukai cerita semacam ini. Seperti cerita yang dimulai setelah pahlawan dikalahkan oleh raja iblis, tetapi itu ditulis sedemikian rupa yang mengarah pada akhir yang bahagia.

Bagaimanapun, lama tidak berjumpa, aku Amemiya Kazuki.

Nah, dengan begiini, 'komedi romantis reinkarnasi seorang pahlawan dan penyihir' selesai.

Dua orang yang seharusnya saling membunuh dalam jilid pertama berakhir sebagai sepasang kekasih dalam jilid kedua.

Sejujurnya, aku telah menyiapkan lebih banyak hal untuk pengaturan dan pengembangan cerita. Aku ingin menuliskannya pada awalnya, tetapi setelah menyelesaikan jilid kedua ini dan melihat seberapa pas pahlawan dan penyihir bisa bersama, aku merasa itu tidak diperlukan lagi. Aku sudah merasa puas dengan bagaimana cerita ini berakhir.

Mantan pahlawan dan mantan penyihir. Kisah dua orang yang canggung bersatu untuk mencapai kebahagiaan.

Kepribadian mereka cukup rumit, jadi mereka harus mengambil banyak jalan memutar untuk mencapai titik itu, tapi bukannya begitu yang namanya rom-com? Keduanya mengalami cinta pertama mereka, jadi tidak dapat dihindari bahwa semuanya ternyata seperti itu.

Jika kalian berpikir bahwa cerita ini menarik, hal tersebut membuatku bahagia.

Aku akan senang jika kalian memberi cuitan tentang ceritanya.

Ngomong -ngomong, mari kita beralih ke ucapan terima kasih. Terima kasih M-San, yang bertanggung jawab atas proyek atas realisasi jilid kedua ini. Terima kasih kepada ilustrator, Eru-san, untuk ilustrasi yang indah. Aku terutama menyukai ilustrasi sampul, di mana Mai dalam balutan yukata -nya. Senyuman singkat itu terlihat sangat imut!

Juga, terima kasih banyak untuk semua orang yang terlibat dengan proyek ini!

Dan kepada kamu yang membaca kata penutup ini, terima kasih!

Terima kasih kepada kalian bahwa kami dapat mengirimkan volume kedua ini kepada mu.

Kisah ini akan segera berakhir, tetapi aku berharap aku bisa melihat kalian nanti dalam karyaku yang lain.

Juga, sedikit iklan, aku akhirnya merilis volume kedua 'Haibara's Teenage New Game+' (HJ Bunko) bulan lalu. Aku akan menghargainya jika kamu juga membaca karya itu!

Aku ingin menerbitkan karya lain di Kodansha Ranobe Bunko juga. Aku punya berbagai ide untuk itu. Aku harap kalian dapat membantuku dengan doa-doa  agar salah satu dari mereka akan disetujui oleh pihak penerbit.

Jadi, aku akan meletakkan penaku untuk saat ini.

Ketika aku melihat ilustrasi terakhir, aku merasa senang bahwa aku memutuskan untuk menulis cerita ini.

Aku berharap bahwa keduanya menjalani kehidupan bahagia di masa depan.

 

 

 

Cerita Sampingan —  Kencan Pertama

* Harap membacanya setelah membaca cerita utama

 

Sabtu siang. Aku sedang menunggu Shiina di depan stasiun.

Kami baru saja mulai resmi jadian beberapa hari yang lalu dan saat ini merupakan kencan pertama kami. Sejujurnya, aku tidak tahu harus berbuat apa, tetapi aku memutuskan untuk mengunjungi akuarium setelah mencari ide kencan di internet.

“Ma-Maaf sudah membuatmu menunggu, Godou ...”

Aku mendengar namaku dipanggil dari belakang dan ketika aku berbalik, aku melihat Mai dengan pakaian santainya.

Dia tampak sedikit gugup, tapi wajahnya tampak ceria. Dari leher hingga ke bawah, dia mengenakan cardigan dengan warna hangat dan rok putih panjang. Kesan yang dia berikan sedikit lebih dewasa dari biasanya.

Mai memiringkan kepalanya dalam kebingungan saat aku tutup mulut sambil mengaguminya. Melihat reaksinya itu, aku mendapatkan kembali kesadaranku, berdeham dan merespons dengan kalimat yang sudah kusiapkan.

“Ak-Aku baru saja sampai di sini, jangan pedulikan itu ...”

“…Benarkah? Kedengarannya seperti tanggpan umum yang bisa ditemukan di internet.”

“Mengapa kamu bahkan meragukanku? Lagian juga, bukannya kamu datang terlalu dini! ”

Saat ini jam 12 siang. Kami berjanji untuk bertemu jam 1 siang. Itu berarti kami tiba satu jam sebelum rencana. Juga, aku tidak berbohong ketika aku mengatakan bahwa aku baru saja sampai di sini.

“Kamu benar, sekarang masih sedikit lebih awal.”

“Makanya. Tapi yahh, aku hanya di sini karena aku tidak punya kegiatan apa-apa untuk dilakukan.”

Jelas bukan karena aku tidak tahan menunggu lagi di rumah.

Mai menatapku dengan malu-malu, tapi dia masih menatap mataku.

“… Be-Begitu ya. Aku datang ke sini lebih awal karena aku ingin melihatmu secepat mungkin.”

Perkataan manisnya itu hampir membuatku pingsan. Untungnya, aku berhasil menjaga tubuh aku yang goyah berakar ke tanah.

“… Aku merasakan hal yang sama sepertimu.”

“Benarkah? Kalau gitu, kamu tadi berbohong? ”

“…Ya. Maksudku, rasanya terlalu memalukan mengatakan itu dengan keras ...”

Pipiku memanas. Aku tidak bisa lagi melihat wajahnya dengan benar, jadi aku melihat ke atas langit dan melihat langit biru jernih dengan nyaris tidak ada awan di dalamnya. Hari ini adalah hari yang indah. Melakukan itu berhasil menenangkanku sedikit.

Setelah aku mendapatkan kembali ketenanganku pada tingkat tertentu, aku mengalihkan pandangan ke wajah Mai lagi.

“Hehe, aku sangat senang ...” kata Mai sambil tersenyum bahagia.

Seriusan, gadis ini ... apa dia sebenarnya ingin mencoba membunuhku dengan rasa malu?

Sepertinya dia masih menyimpan dendam terhadapku karena kehidupan kami sebelumnya. Jika aku menghadapinya secara langsung seperti ini, aku akan menjadi orang yang kalah. Situasi ini membutuhkan strategi mengundurkan diri.

“Po-Pokoknya, ayo pergi.”

“Mm. Kitai akan pergi ke akuarium hari ini, kan?”

“Ya, apa kamu pernah ke sana sebelumnya?”

“Aku pergi ke sana dengan orang tuaku dulu ketika aku masih kecil.”

“Aku juga ... tunggu, kurasa aku pergi ke sana dengan Hina dulu ketika kami masih SMP.”

Ketika aku menggumamkan bagian terakhir dari kalimat untuk diriku sendiri sambil menggali kenanganku yang kabur, aku bisa merasakan tatapan dingin Mai.

... Ups, kurasa aku baru saja menginjak ranjau darat.

“Begitu rupanya, jadi kamu pergi dengan Kirishima-san, ya~ hmm? Jadi begitu rupanya. Yah, aku bukannya keberatan atau apapun.” Kata Mai sambil mencibir bibirnya. Dia tidak keberatan, katanya.

“Kejadian itu sudah lama sekali, oke? Aku bahkan tidak mengingatnya!”

“… Mengapa kamu bertingkah seperti ini? Aku bilang aku tidak keberatan, bukan?”

Aku hanya bertindak seperti ini karena dia terlihat marah…

"…Cuma bercanda. Tapi, akulah yang berpacaran denganmu sekarang, jadi ingatlah itu baik-baik, oke?”

Setelah mengatakan ini, Mai meraih lenganku dan memeluknya.

Jarak di antara kami segera menjadi lebih dekat. Sebaliknya, tubuh kita saling menyentuh saat dia menekan tubuhnya ke tubuhku.

Agar lebih spesifik, dia menekan dadanya yang lembut ke lenganku.

“M-Mai?”

Aku memanggilnya karena tindakannya yang terlalu mendadak. Wajahnya kelihatan memerah.

“Ap-Apa? Pa-Pastinya aku diizinkan melakukan ini, ‘kan? Ki-Kita ‘kan sepasang kekasih.”

Dia menjawab dengan cepat meskipun dengan terbata-bata. Mungkin itu karena dia gugup, dia melanjutkan sambil memeluk lenganku dengan erat dan sepertinya dia takkan membiarkannya pergi dalam waktu dekat. Wajahku sampai ikutan memerah juga.

“... Ka-Kalau gitu, ayo pergi.”

“... i-iya.”

Kami sudah berada dalam suasana hati seperti ini meskipun kami belum meninggalkan stasiun.

Kencan pertama kami hampir tidak dimulai, tetapi kami sudah hampir mencapai batas kami.

“... Ba-Bagaimana kalau kita berpegangan tangan saja?... Ak-Aku pikir terlalu dini bagi kita untuk berjalan seperti ini ..."

Posisi ini terlalu merangsang bagi kami. Aku bersumpah akan mati karena terlalu bahagia di sini.

Kami harus melakukannya secara perlahan dan mencoba terbiasa dengan segalanya sedikit demi sedikit.

Hubungan kami masih memiliki jalan panjang untuk bisa bergerak maju.

 

 

Sebelumnya ||  Daftar isi

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama