Eiyuu to Majo Jilid 2 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog — Aku Lebih Memilihmu Daripada Dunia Ini

 

Keesokan harinya. Aku berangkat ke sekolah dengan keadaan kurang tidur karena terlalu gembira.

Ketika aku membuka pintu kelas, aku disambut dengan pemandangan yang biasa …. Atau tidak.

Untuk beberapa alasan, semua orang menatapku. Ditambah lagi, mereka menatapku dengan tatapan yang lembut dan hangat.

Jika diperhatikan lebih dekat lagi, aku melihat kalau Shiina sudah mengambil tempat duduknya. Mungkin karena sudah lama sekali sejak dia muncul di sekolah, dia tampak dikelilingi oleh semua orang di kelas. Untuk beberapa alasan, wajahnya terlihat memerah dan dia terlihat meminta maaf ketika pandangan matanya bertemu denganku.

“Godou? Katanya kamu habis melakukan pengakuan perasaan yang menggairahkan kepada Mai-chan, ya~?”

Hina tiba-tiba memancing dengan ekspresi menyeringai dan tertawa.

...... Dasar Mai, apa dia memberi tahu sampai sejauh itu? Kepada semua orang yang ada di dalam kelas?

“Kamu ……”

“Ak-Aku minta maaf”

“Hei, jangan salahkan Mai-chan, dong. Kamilah yang memaksanya untuk bercerita.”

“Jangan memaksanya untuk bercerita. Aku di sini malah ingin melupakannya karena itu terlalu memalukan dan sudah menjadi sejarah kelam”

“... Iy-Iyakah?”

Jangan terlihat sedih begitu napa. Aku sedang membicarakan tentang tempat atau situasi!

“Tidak, aku sedang membicarkan tentang itu saja. Apa yang dilihat oleh penjaga keamanan ata sesuatu seperti itu.”

“It-Itu benar. Kupikir itu hanya kesalahpahamanku dan berpikir kalau kejadian kemarin hanyalah mimpi ...”

“... ya mana mungkinlah. Aku benar-benar men ...”

Aku hendak melanjutkan kata-kataku ketika aku baru ingat kalau aku sedang berada di dalam ruangan kelas.

Semua orang menatapku dan Shiina dengan ekspresi yang bisa membuat kata “hehe” tertulis di wajah mereka.

“Oi, oi, pagi-pagi udah langsung mesra-mesraan aja.”

“Ciee~ Ciee~”

“Yah, namanya juga baru jadian kemarin, ‘kan? Setidaknya kita perbolehin pada hari pertama mereka.”

Dan seterusnya. Aku belum pernah melihat mereka tampak bersenang-senang begini sejak turnamen sepak bola.

“Eeeeeii! Kalian terlalu nyebelin! Cepetan bubar!”

Aku melambaikan tanganku. Semua orang menertawakanku sebelum kembali ke tempat duduk mereka. Ada beberapa orang yang tetap tinggal, kelompok Hina, Shinji dan Yuuka yang biasa.

“Selamat untukmu, bung.” Kata Shinji sambil memberiku tepuk tangan ringan.

Yuuka menatap Hina dengan ekspresi rumit di wajahnya. Seolah ditarik olehnya, aku mengalihkan pandanganku ke arah Hina juga.

“Jangan khawatir tentang itu. Akulah yang membuatmu melakukannya, ingat?”

Dia mengatakannya sambil menunjukkan senyumnya yang biasa. Paling tidak dia tidak terlihat depresi atau semacamnya.

Senyumnya begitu cerah sehingga sulit bagiku untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya.

“Kamu tahu, kamu harus berterima kasih padaku sebagai gantinya. Akulah yang membuat kalian jadian, ‘kan?”

Dia membusungkan dadanya yang besar. Melihat itu, Mai menganggukkan kepalanya.

“Orang bodoh ini terlalu berat untuk kutangani, jadi Mai-chan, aku serahkan cowok ini padamu, oke?”

“Y-Ya! Aku akan melakukan yang terbaik!"

Mai, kamu mulai bicara formal lagi, ya ampun. Bukannya kalian berdua berteman?

Pokoknya, sepertinya ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. Tapi sepertinya itu bukan sesuatu yang harus aku ketahui. Yah, aku hanya bisa berharap kalau semuanya akan segera kembali normal.

“Tetap saja, aku tidak pernah menyangka bahwa akan datang suatu hari ketika aku mendengarmu meneriakkan pengakuan cintamu.”

Shinji mencoba mengubah topik pembicaraan, dan itu upaya yang bagus. Kecuali bahwa topic yang Ia ungkit sama sekali tidak baik bagi mentalku.

“Aku tidak tahu seberapa banyak Mai memberitahumu, tapi mendingan kamu tutup mulutmu.”

“… Mai?”

“Mai, ya?”

“Heee~”

Berhenti memberiku tatapan hangat itu!

Sial, aku bahkan tidak bisa membantah mereka karena mereka tidak memberiku kesempatan untuk mengatakan apapun!

…Kurasa aku harus menahan tatapan seperti ini lebih lama lagi.

“Ah, uh… A-Aku bilang aku ingin dia memanggilku dengan namaku, jadi…”

Kenapa kamu merasa perlu untuk menjelaskannya kepada mereka?! Itu adalah hal terburuk yang dapat kamu lakukan dalam situasi ini!

“Hm~”

“Jadi begitu rupanya~”

“Hehe~”

Mereka bertiga mengangkat sudut mulut mereka dengan geli.

“Uh! Persetan dengan itu.”

“Aku berharap kalian berdua bahagia~!”

Kemudian mereka bertiga pergi menjauh sambil tertawa.

Hanya ada aku dan Mai saja satu-satunya yang tersisa.

Walaupun aku merasa kalau masih ada beberapa orang yang menatap kami, sih.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Mai, yang berdehem ringan.

“Se-Semua orang khawatir tentang kedaanku, j-jadi mereka bertanya kenapa aku mengambil cuti beberapa hari…”

“Jadi, apa yang kamu katakan kepada mereka?”

“Se-Semuanya…”

“Sudah kuduga bakal begitu! Jadi itu sebabnya mereka menatapku seperti itu!”

Jika seseorang absen dari sekolah untuk waktu yang lama, tiba-tiba datang ke sekolah dan semua orang menemukan bahwa alasan mengapa mereka absen adalah karena masalah cinta, tidak mengherankan kalau mereka akan mengirimkan tatapan hangat kepada orang tersebut seperti itu! Serius, aku berharap mereka bisa berhenti… rasanya terlalu memalukan…

Aku harus menghabiskan sepanjang malam berjingkrak-jingkrak di atas tempat tidur karena rasa malu dan sekarang aku harus berurusan dengan ini…

Ke mana pun aku pergi, aku menerima dampak emosional. Aku bersumpah, aku akan segera mati karena malu.

Sejak aku terlibat dengan Mai dalam kehidupan ini, rasanya aku telah melalui banyak hal yang memalukan.

Aku perlahan-lahan menjadi produser massal sejarah hitam yang hidup. Serius, yang benar saja. Hanya ada begitu banyak yang bisa kulakukan untuk bersembunyi di balik kata 'masa muda'.

“… Boleh aku berbicara denganmu sebentar?”

Setelah sedikit ragu, Mai menanyakan pertanyaan itu kepadaku.

“Apa?”

“Apa kamu ada waktu senggang pada hari Sabtu?”

“Ya, aku tidak memiliki jadwal pada shift hari itu. Memangnya kenapa?”

“A-Apa kamu mau… Be-Berkencan denganku…?”

“Ke-Ke-Kencan?! …Te-Tentu… T-Tapi apa yang ingin kamu lakukan pada kencan itu?”

“A-Aku tidak tahu… T-Tapi sepasang kekasih seharusnya biasa pergi berkencan, jadi…”

“Be-Benar juga…”

Aku sudah tahu itu. Aku sudah mencari informasi mengenai 'hal-hal yang dilakukan kekasih' di internet tadi malam.

“K-Kalau begitu, ayo berkencan…”

“Baiklah… Kalau begitu, aku akan meneleponmu malam ini agar kita bisa memutuskan apa yang harus dilakukan untuk kencan itu.”

Ketika Mai mengatakan itu, guru wali kelas kami memasuki kelas.

Jam pelajaran pagi dimulai dengan damai seperti biasa. Satu-satunya perbedaan adalah Mai dan aku adalah sepasang kekasih.

Aku melirik ke kursi Mai dan melihatnya menatapku sambil melambai ringan.

Ada senyum lembut di bibirnya.

…Imut sekali.

Sulit dipercaya bahwa ini adalah gadis yang sama yang memelototiku saat mata kami bertemu belum lama ini.

Dia pindah ke sekolah ini dua bulan lalu. Kami menjadi teman hanya sebulan setelah itu dan kami menjadi kekasih kemarin. Setelah mengingatnya lagi, ada banyak terjadi selama periode dua bulan tersebut. Atau bisa dibilang kalau dua bulan ini adalah periode waktu yang penting.

Aku, seorang pahlawan dari dunia lain dan dia, seorang penyihir dari dunia lain. Tidak ada yang pernah membayangkan bahwa dua orang yang selalu saling bertarung akan menjadi sepasang kekasih setelah bereinkarnasi di dunia lain.

“Sekarang setelah Shiina kembali, ruang kelas terasa lebih cerah.”

Lelucon guru memaksaku kembali ke kenyataan. Aku bisa melihat Mai menundukkan kepalanya.

Tak lama kemudian, jam wali kelas selesai dan pelajaran pertama kami, fisika, dimulai. Karena kami harus pindah ke kelas lain, aku bangkit dari tempat dudukku sambil membawa buku catatan dan buku pelajaranku.

“Ayo pergi.”

Mai yang sudah selesai bersiap-siap menungguku.

“Ah, kita pergi ke sana bersama?”

Mulai sekarang, kemanapun kita pergi, kita akan bersama.

“Tatapan semua orang membuatku merasa malu…”

“Kamu menuai apa yang kamu tabur."

“Ma-Maksudku, jika aku tidak mengatakan apa-apa, seseorang mungkin mencoba merebutmu dariku…”

“Tidak ada yang akan berpikir untuk melakukan itu.”

“Kamu tidak pernah tahu. Berbeda denganku, kamu populer.”

“Kamu seharusnya bercermin dulu sebelum mengatakan itu. Kamu juga populer di kalangan laki-laki.”

Kami berjalan berdampingan di lorong sambil melakukan percakapan seperti itu.

Tiba-tiba, Mai menggumamkan sesuatu.

“… Aku berharap aku bisa tinggal bersamamu selamanya.”

“Aku juga.”

“Sampai aku mati? Kamum akan berada di sisiku ketika aku mati, ‘kan?”

“Tidak. Kamu akan hidup lebih lama dariku, itu sudah pasti.”

“Enggak mau. Aku hidup lebih lama darimu di kehidupan kita sebelumnya, sekarang giliranmu.”

“Hidupku terasa tidak ada gunanya jika kamu mati.”

“Aku merasakan hal yang sama. Tolong pikirkan perasaanku jika kamu mati sebelum diriku.”

“…Maaf.”

“Aku takkan menerima permintaan maaf itu sampai kamu berjanji padaku bahwa kamu akan hidup lebih lama dariku.”

“Mustahil.”

“Kenapa?!”

“Karena kamu lah alasan mengapa aku hidup.”

“… Be-Begitu ya.”

“…Y-Ya, se-seperti itu…”

“T-Tapi, bagaimana jika kita punya anak?… Atau mungkin bahkan cucu…”

“… An-Anak, ya? Ku-Kurasa mereka bisa menjadi alasanku untuk hidup…”

“T-Tuh, ‘kan?”

“H-Hmm… An-Anak, ya?…”

Aku melirik Mai, yang menatapku dengan wajah merah.

Pada saat itu, tatapannya berubah tegas. Bibirnya berkedut sebelum dia bergumam,

“… Kenapa kamu menatapku seperti itu, dasar mesum?!”

“Jangan minta yang ngaco-ngaco!”

Bukannya kamu sendiri yang mengangkat topik itu!

“Pandanganmu menjijikkan.”

“Tidak! …Mungkin. Setidaknya aku ingin berpikir begitu…”

“Mengapa kamu terdengar sangat tidak yakin?”

Jika aku mengatakan kalau pikiranku tidak mengarah ke sana, aku akan berbohong.

“… Jika itu kamu, aku tidak keberatan bahkan jika kamu melihatku dengan tatapan seperti itu.”

“…O-Oke…”

Dia mengatakannya sambil menggeliat badannya. Aku tidak tahu bagaimana menanggapinya.

“Tapi, kita masih terlalu dini untuk itu. Kita harus menikah dulu.”

“Standarmu terlalu ketinggalan jaman…”

“… Lagipula kita akan menikah, jadi bersabarlah.”

“…Ya, tentu.”

Jika dia berkata demikian, kurasa aku tidak punya pilihan lain selain bersabar dengannya. Aku bisa menahan diri dengan mudah. Lagipula aku sangat mencintainya.

Aku ingin melakukannya dengannya secepat mungkin, tapi aku harus bisa menahan diri.

“… Itu bohong.”

Saat aku mengangkat bahu, Mai mengatakan itu padaku.

“Apa maksudmu?”

“… Aku takkan bisa menunggu sampai kita menikah.”

“…”

Eh, apa? Dia baru saja mengalihkan pandangannya. Apa-apaan itu tadi?

Aku tidak tahu bagaimana menanggapinya setelah mendengar itu.

Serius, apa sih yang kita bicarakan pagi-pagi begini? Terlebih lagi di lorong sekolah!

Kami berbisik satu sama lain, jadi orang lain takkan bisa mendengar apa yang kami bicarakan, tetapi karena fakta bahwa kami berpacaran diketahui semua orang, jadi orang pasti akan memperhatikan kami. Jika mereka melihat wajah merah kami… Sejarah hitamku mulai menumpuk lagi, bukan….?

“Ma-Mari kita berhenti membicarakan ini! Ke-Kenapa kita tidak membicarakan sesuatu yang lebih... Sehat?”

“Y-Ya, ayo lakukan itu!”

Jelas-jelas kalau kami berdua sedang panik.

Aku bisa mendengar suara cekikikan dari orang-orang di sekitar kami.

“Oi, mereka menertawakanmu."

“I-Itu karena kamu menatapku dengan tatapan mata aneh!”

“A-Aku hanya melakukannya karena kamu mulai mengatakan hal-hal aneh!”

“M-Maaf…”

“T-Tidak, A-Aku juga minta maaf…”

Aku merasa setiap kali Mai dan aku bersama, orang-orang akan menertawakan kami seperti ini. Kami akan terus membuat sejarah hitam dan akhirnya berguling-guling di tempat tidur kami untuk merenungkannya setiap malam.

Bagaimanapun, kami berdua masih baru dalam hal ini. Untuk mencintai dan hidup secara umum.

Tapi, jika aku bersamanya… Rasanya tidak seburuk yang kupikirkan sebelumnya.

 

◇◇◇◇

 

Di masa depan yang tidak terlalu jauh, seorang pria bernama Shiraishi Godou berkata,

“Aku mencintaimu. Kumohon menikahlah denganku.”

Di masa depan yang tak terlalu jauh, seorang wanita bernama Shiina Mai berkata,

"…Ya. Aku juga mencintaimu.”



 

 

Sebelumnya  ||  Daftar isi  ||  Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama