Keiken-zumi Jilid 5 Bab 2 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Chapter 2

Part 1 

 

“Kamu minum Oron*min C? Tumben sekali kamu meminum minuman berenergi seperti itu.”

Pada hari Jumat saat upacara penutupan sekolah, aku menemukan botol cokelat yang familiar di meja Luna, dan tanpa sadar mengomentarinya.

Setelah seluruh rangkaian upacara penutupan di auditorium selesai dan kembali ke kelas, itu adalah saat ketika suasana di dalam kelas terasa sedikit gaduh.

“Eh!? Be-Benarkah?”

Luna tiba-tiba menjadi cemas. Rasa malunya terhadapku sepertinya masih berlanjut hari ini...

“Ha-Habisnya, hasil ujian sudah keluar kan? Aku pikir aku harus semangat menghadapinya.”

Usai berkata demikian, Luna mengambil botol tersebut dan dengan cepat menghabiskan sisa isinya.

“Aku rasa tidak ada banyak orang yang semangat saat pengumuman hasil ujian. Mungkin beda lagi ceritanya saat ujian berlangsung.”

Sambil tertawa canggung, Luna menjadi tersipu malu dan wajahnya memerah.

“Ma-Masa? Aku adalah tipe yang sangat senang saat pengembalian hasil ujian...!”

Pada saat itu, aku melihat ada dua gadis yang melirik ke arahku dan sedang mencoba mengajak bicara Luna, jadi aku memutuskan untuk kembali ke tempat dudukku sendiri.

“Apa kita bisa pulang bersama hari ini?”

Ketika aku menanyakan hal tersebut sebelum pergi, Luna menunjukkan ekspresi bermasalah.

“Umm, maaf, hari ini tidak bisa...”

Sudah kuduga. Kurasa aku harus merasa puas dengan ini karena kami juga akan bertemu pada hari Minggu nanti.

“Baiklah, coba berikan itu padaku.”

Ketika aku mengulurkan tangan ke arahnya, Luna terlihat terkejut.

“Eh?”

“Botol itu. Mumpung sekalian, jadi aku akan membuangnya ke tempat sampah. Kamu sudah selesai meminumnya, ‘kan?”

“Eh, ja...jangan!”

Luna tiba-tiba memegang botol kosong Oron*min C di tangannya dengan sangat erat.

“Ehh?”

“A-Aku harus membawanya pulang...”

“Botol kosong? Memangnya kamu ingin menggunakannya untuk sesuatu?”

“Me-Menggunakannya...!”

Pada saat itu, wajah Luna mendadak semerah tomat seolah meledak.

Aku mencoba untuk menemukan kata-kata penghiburan karena aku menduga kalau dia merasa malu karena terbongkarnya penggunaan ulang botol tersebut.

“Ahh, misalnya seperti untuk dijadikan vas bunga? Aku pernah melihatnya di rumah nenek, kelihatannya memang bagus ‘kan. Setelah melepas labelnya, kesannya seperti vas yang unik.”

Kemudian, Luna mendapatkan kembali ketenangannya.

“I-Iya... itu benar. Kalau begitu aku akan mencucinya dulu!”

Memang, jika dibawa pulang, lebih baik mencuci agar tidak membuat tas menjadi kotor.

Luna mengambil botol dan menuju ke koridor dengan cepat, sementara para gadis ekstrovert yang sedang menunggu momen untuk berbicara dengannya mengejarnya.

Dan saat itu, ketika aku sedang sendirian dan hendak mengambil tempat dudukku…

“Nee, Kashima-kun!”

Tiba-tiba, Tanikita-san muncul di depanku dan mengajakku berbicara.

Wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya.

“....Ad-Ada apa, Tanikita-san?”

Dia datang dengan ekspresi yang sama ketika terakhir kali muncul rumor “Papa Katsu”.... saat aku berpikiran begitu, Tanikita-san kemudian melihat ke arah lorong dan berbisik.

“...Begini. Mengenai Lunacchi, mungkin kali ini dia benar-benar selingkuh.”

Dia mengatakan hal yang sudah bisa ditebak, dan mengajakku dengan gerakan isyarat.

“Ayo pergi ke balkon. Kita bisa didengar kalau mengobrol di sini.”

“Ba-Baiklah, tapi....”

Setelah itu, kami keluar ke balkon, dan Tanikita-san melihat sekeliling dengan khawatir. Meskipun hari ini cuacanya lumayan cerah, udara di luar masih terasa dingin di pertengahan Maret, jadi tidak ada siswa yang berada di balkon pada waktu seperti ini, termasuk siswa dari kelas lain.

“Bukannya belakangan ini tingkah Lunacchi kelihatan aneh?”

Kata-kata itu membuatku agak terkejut.

Masalah perselingkuhan mungkin hanya kesalahpahaman Tanikita-san seperti biasa, tapi yang membuatku khawatir adalah perilaku Luna yang aneh. Jadwal ujian yang hampir penuh dengan urusan tertentu dan keanehan sikapnya terkait botol kosong Oron*min C dari sebelumnya...

“....apa kamu tahu sesuatu, Tanikita-san?”

Ketika aku bertanya, Tani kita-san menggelengkan kepala dengan tegas.

“Aku tidak tahu apa-apa! Itulah sebabnya aku ingin mengikuti Lunacchi!”

“Eh, Ehhh!?”

Ini adalah perkembangan berbeda dari yang kusangka.

“Ayo, Kashima-kun juga harus ikut! Meskipun aku menemukan bukti perselingkuhannya, kamu pasti tidak akan percaya jika cuma aku yang mengatakannya, kan?"

“Ehh....”

“Karena pada saat ‘Papa Katsu’ pun kamu tidak percaya padaku. ‘kan! Yah, untung saja itu cuma kesalahpahaman, sih.”

Tanikita-san melihatku setelah berbisik-bisik.

“Jadi, apa kamu akan ikut atau tidak, apa jawabannya!?”

“Eh?”

“Pow───!”

Dengan intimidasi misterius itu, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku akan mengikuti kekasihku, Luna, sepulang sekolah hari ini.

 

◇◇◇◇

 

“Bukannya Lunacchi jahat banget? Baru-baru ini, dia jarang banget menemaniku. Tempo hari saja, saat kita pergi ke Shibuya, dia sendiri yang bilang kalau dia ingin mengenakan kostum cosplay, kan? Jadi, segera setelah itu, aku meminjamkan kostum cosplay yang aku buat kepada teman-teman. Namun, saat aku mengiriminya pesan di LINE bertanya, 'Kapan kamu ada waktu luang?' dia hanya menjawab, ‘Maaf~ aku tidak punya waktu luang sebelum perjalanan studi~’. Bukannya itu jahat banget? Terus, ketika aku menanyakan, ‘Apa kamu punya urusan?’ dia hanya menjawab, “Ah iya, ada deh!” atau semacamnya. Aku merasa seperti pernah mengatakannya sebelumnya, tapi Lunacchi tidak pernah memberitahuku hal-hal penting. Bahkan ketika Mari Mero pindah sekolah, Nikorun tahu dari awal bahwa dia adalah adik perempuannya, dan tahu dari awal bahwa Lunacchi berpacaran dengan Kashima-kun. Aku baru mengetahuinya pada saat yang sama semua orang di kelas mengetahuinya, kan? Aku mengakui bahwa Nikorun adalah sahabatnya. Tapi jujur saja, aku setidaknya berada di urutan berikutnya setelah Nikorun, iya ‘kan? Atau itulah yang kupikirkan. Tapi, aku malah mendapat perlakukan semacam ini? Bukannya itu jahat? Bagaimana menurutmu sebagai pacarnya? Nee, Kashima-kun?”

Dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju stasiun, Tanikita-san terus mengeluh tentang Luna dengan amarah yang meluap-luap padaku.

“En-Entah kenapa, aku minta maaf...”

“Hah? Bukan berarti aku ingin mendapat permintaan maaf dari Kashima-kun. Kamu ‘kan bukan pengasuhku. Lagian juga, mendapat permintaan maaf dari pengasuh pun terasa aneh. Yang ku maksud, sebagai pacarnya, bagaimana pendapatmu tentang sikap Lunacchi di situasi seperti itu?”

“Meski kamu bilang bagaimana pendapatku…”

Luna memang kadang melakukan tindakan yang terlihat sembrono di mataku, tapi aku mengerti bahwa dia memiliki prinsip perilakunya sendiri. Selain itu, aku juga mengerti bahwa Luna menganggap Tanikita-san sebagai teman yang berharga. Jadi, meskipun dia menyembunyikan sesuatu yang penting, aku tidak berpikir kalau dia meremehkannya atau mengabaikannya. Kami telah membangun hubungan saling percaya sehingga jika dia memiliki rahasia dariku, aku tidak menganggapnya sebagai tindakan pengkhianatan.

Tapi bahkan jika aku mengatakan itu pada Tanikita-san, itu bukanlah jawaban yang dia inginkan.

“Entahlah, aku tidak yakin... Aku tidak begitu mengenal hubungan antara Luna dan Tanikita-san...”

“Hah? Lalu, apa kamu berpikir kalau aku berbohong?”

“Ti-Tidak, bukan begitu maksudku, tapi jika kita tidak mendengarkan alasan Luna, kita tidak akan tahu yang sebenarnya...”

“Karena dia tidak mau memberitahu meskipun aku bertanya, itu sebabnya aku harus mengikuti jejaknya. Selain itu, jika dia tidak mengatakannya sendiri, aku takkan pernah tahu apakah adiknya pindah sekolah ke sini atau dia sudah punya pacar.”

“.....Me-Memang benar sih...”

“Kamu mengerti sampai sejauh itu, tapi reaksimu malah begitu? Kashima-kun, kamu benar-benar orang yang menyembunyikan segala sesuatu, ya.”

“.......”

Ca-Capek banget...!

Jika gadis seperti ini adalah pacarku, aku khawatir bahwa saat ada masalah, aku akan diomeli habis-habisan dengan kata-kata kasar... Aku tidak tahu apakah semuanya akan berjalan lancar di masa depan nanti, tapi aku mulai merasa khawatir kepada Icchi.

Atau mungkin, Luna sebenarnya waspada terhadap kecerewetan Tanikita-san, dan menyembunyikan hal-hal penting. Lama kelamaan, aku mulai merasa seperti itu.

Luna yang menjadi fokus utama kamu, sedang berjalan sendirian dengan melangkah cukup jauh sehingga aku hampir tidak bisa melihatnya dengan penglihatanku. Aku berpikir jika ini adalah mengikuti seseorang, aku harus bersembunyi di balik tiang listrik atau hal sejenisnya, tapi Luna hanya terus maju tanpa memperdulikan apapun, tanpa mengambil pandangan ke belakang. Tanikita-san dan aku hanya berjalan di belakangnya dengan langkah biasa.

“Tapi Tanikita-san, apa kita benar-benar harus mengikutinya ...”

“Ah, Lunacchi sudah sampai stasiun. Kita akan naik kereta yang akan datang, Ayo cepat, Kashima-kun!”

“Eh!?”

Tanikita-san tiba-tiba mulai berlari ketika sosok Luna menghilang di pintu gerbang.

Sambil mengejar sosok kecil yang berlari di depan, sekali lagi aku merasa kasihan pada seseorang yang mungkin bisa menjadi pacarnya di masa depan.

 

◇◇◇◇

 

Setelah berlarian dengan susah payah, kami berhasil naik gerbong kereta yang sama dengan Luna. Kereta tersebut menuju arah Stasiun A, tempat tinggalnya seperti biasa.

Namun...

“…Dia tidak turun, ya?”

Meski kami sudah sampai di Stasiun A, Luna masih tidak turun dari kereta.

Tanikita-san dan aku memastikannya dari dekat pintu ujung gerbong sebelah.

Kami bertanya-tanya sejauh mana dia akan pergi, tapi dia dengan mudah turun di stasiun berikutnya... Stasiun K, yang merupakan stasiun terdekat dengan rumahku.

“Lunachhi, apa dia punya urusan di sekitaran Stasiun K?”

“Aku tidak yakin... Sepertinya dia tidak datang untuk bertemu denganku...”

“Ah, tempat tinggal Kashima-kun ada di sekitar sini, ya.”

Sambil berbicara seperti itu, aku mengikuti Luna yang menaiki tangga dan keluar dari gerbang tiket.

“Itu ke arah rumahku ...”

Setelah keluar dari gerbang tiket, kami berbelok ke kanan, dan melihat Luna menuju pusat perbelanjaan di depan stasiun, aku bergumam pelan begitu melihat arah tujuannya.

Luna terus  berjalan dengan mantap di sepanjang jalan yang aku kenal dengan baik.

Kemudian dia berhenti di suatu tempat.

Itu adalah sebuah toko dengan penampilan yang elegan, dengan eksterior putih yang indah. Jika seseorang tidak tahu nama tokonya, mereka tidak akan bisa membaca tanda eksterior bergaya Eropa yang bertuliskan “Patisserie Chan de Fleur”.

“Bukannya di sini tuh...”

──Kue yang disajikan oleh ibu Ryuuto tuh rasanya selalu lezat.

Itulah yang pernah dikatakan Luna, sebuah toko kue yang berada di sekitar lingkunganku.

Luna membuka pintu dan masuk ke dalam. Ketika aku mengikutinya dengan tatapanku melalui kaca, dia tiba-tiba mengjilang setelah membuka pintu yang bertuliskan “STAFF”.

“…………”

Ketika melihat wajah Tanikita-san yang ada di sebelahku, dia membuka mulutnya dengan lebar.

“....Apaan, jadi begitu rupanya.”

Suara yang terdengar seperti kehilangan tenaga pun terlepas dari sana.

“Kalau kamu mulai bekerja paruh waktu, seharusnya kamu bilang begitu dari tadi! Lunacchi!”

Walaupun Tanikita-san terlihat sedikit marah, tapi wajahnya langsung menjadi segar kembali seolah-olah hal yang menghantuinya itu telah menghilang.

“Kalau begitu aku pulang duluan, ya. Oh iya, aku menemukan toko Mate di depan stasiun, jadi aku mampir dulu ah~!”

Setelah mengatakan itu, dia meninggalkanku dan melenggang pergi dari tempat itu seperti angin.

“Eh, ahh……”

Aku bahkan tidak sempat untuk mengucapkan sepetah kata pun, dan aku berdiri sendiri dalam keadaan linglung.

Lagi-lagi dia beranggapan sembarangan dan pulang begitu saja... Yah, jika aku berpikir bahwa aku hanya mengikuti jalan pulang dengan biasa, itu sudah cukup baik.

“.......”

Namun, yang membuatku terkejut adalah... Luna ternyata mulai bekerja paruh waktu. Terlebih lagi di dekat tempat tinggalku.

Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, aku masih tidak bisa mempercayainya, jadi aku berdiri bengong di dekat toko untuk sementara waktu.

Kemudian, pintu di samping toko terbuka dan Luna muncul dari dalam.

Di sebelah toko adalah tempat parkir di sudut yang cukup jauh, dan pintu masuk-keluar untuk karyawan berada di sampingnya. Aku yang berdiri di dekat tempat parkir terkejut dan berpindah dekat dinding kaca toko.

“Ah, halo, Nikoru?”

Luna tampaknya memulai panggilan telepon dengan ponselnya. Tentu saja, orang yang dia ajak bicara adalah Yamana-san.

Sementara Luna tidak melihat ke arahku, aku bergerak di balik papan tanda di tempat parkir dan berjongkok. Arah menuju rumahku adalah tempat parkir, dan aku berpikir lebih baik pulang setelah Luna selesai menelepon.

Meskipun aku dibawa paksa oleh Tanikita-san dan merasa bersalah karena mengikuti secara diam-diam. Entah apapun alasannya, sepertinya Luna ingin menyembunyikan pekerjaannya paruh waktu dariku, maka lebih baik untuk menghindari pertemuan yang tidak diinginkan.

“Ya, aman-aman saja kok.  Nikoru juga belum mulai bekerja paruh waktu, ‘kan? Ayo mengobrol dulu sebentar. ... Oh iya, aku datang terlalu cepat karena aku tidak ingin dilihat oleh teman-teman sekolah, jadi aku tiba lebih awal dari jadwal shift. Aku bertanya apakah aku bisa masuk lebih awal, dan mereka bilang 'Kamu bisa beristirahat dulu sampai waktu shift'.”

Aku bisa mendengar suara cerah Luna dengan jelas tanpa perlu mendengarkannya dengan saksama.

“Kurasa begitu. Tapi kita akan melakukan perjalanan wisata sekolah minggu depan, iya ‘kan? Aku merasa tidak enakan karena baru mulai harus meminta cuti, jadi aku harus bekerja pada minggu ini untuk menebusnya.”

Rupanya, karena alasan itulah Luna tidak mempunyai waktu luang selama minggu ini.

“Aku baik-baik saja, kok! Karena aku ingin membelikan Ryuuto hadiah ulang tahun yang bagus!”

Usai mendengar hal tersebut, aku tersentak kaget.

Ulang tahun... Memang, hari ulang tahunku jatuh pada akhir bulan ini. Aku melupakan hal itu karena ada banyak acara seperti ujian, white day, dan perjalanan sekolah, tapi kurasa dia masih mengingatnya karena aku pernah berbicara dengan Luna di suatu tempat sebelumnya.

“Ryuuto pasti akan terkejut~! Aku jadi sangat menantikannya! Ia bahkan belum tahu kalau aku bekerja paruh waktu, jadi kurasa ia takkan pernah menyangka akan mendapatkan hadiah yang bagus.”

Secara naluriah, aku menjulurkan kepalaku keluar dari papan nama.

“Kira-kira , Ryuuto akan senang enggak ya ...”

Pipi Luna terlihat merah merona dan dia tersenyum bahagia.

Aku penasaran apakah dia menunjukkan wajah seperti itu ketika dia membayangkanku yang terlihat bahagia. Ketika aku berpikir demikian, aku jadi tersentuh.

“Ah, serius? Ya, mungkin aku harus kembali dan makan siang juga. Senpai bilang kalau ada sepotong kue untukku. Sampai jumpa!”

Luna berkata dengan tergesa-gesa dan mengetuk teleponnya. Panggilan teleponnya dengan Yamana-san pasti sudah berakhir.

Luna kemudian memasuki toko lagi.

Sambil masih menatap ke arah pintu karyawan setelah Luna menghilang, aku terhanyut dalam emosi untuk beberapa saat.

Luna mulai bekerja paruh waktu.

Demi bisa mendapat bayaran upah pekerjaan paruh waktunya, dia sengaja merahasiakannya supaya bisa menyiapkan hadiah ulang tahun kejutan untukku.

Sekarang setelah aku mengetahui hal ini, gejolak yang baru-baru ini terjadi seolah-olah berkumpu di tempat yang tepat, seperti menyatukan potongan teka-teki.

“...Jadi begitu yang terjadi?”

Secara alami, wajahku dihiasi senyuman.

Sebenarnya, aku ingin melihat Luna yang sedang bekerja. Tapi aku memutuskan untuk menyerah karena jika aku berkeliaran di luar toko dan menatap ke dalam, meski Luna tidak melihatku, kemungkinan terburuknya, aku akan dilaporkan sebagai orang yang mencurigakan.

Luna begitu imut dan cantik.

Aku sangat menyukainya.

Walaupun aku merasa lapar karena sekarang sudah mendekati jam makan siang, tapi langkahku terasa ringan ketika berjalan pulang.

Aku pulang ke rumah dengan suasana hati gembira di bawah sinar matahari siang hari pada bulan Maret yang cerah.

 

“...Hmm, tunggu? Jadi, sebenarnya botol kosong Oron*min C itu untuk apa? Dia tidak menggunakannya di pekerjaan paruh waktunya, kan?”

Hanya itu satu-satunya misteri yang masih belum terpecahkan.

 


Sebelumnya  |     |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama