Chapter 2
“Kamu minum Oron*min C? Tumben
sekali kamu meminum minuman berenergi seperti itu.”
Pada hari Jumat saat upacara
penutupan sekolah, aku menemukan botol cokelat yang familiar di meja Luna, dan
tanpa sadar mengomentarinya.
Setelah seluruh rangkaian upacara
penutupan di auditorium selesai dan kembali ke kelas, itu adalah saat ketika
suasana di dalam kelas terasa sedikit gaduh.
“Eh!? Be-Benarkah?”
Luna tiba-tiba menjadi cemas.
Rasa malunya terhadapku sepertinya masih berlanjut hari ini...
“Ha-Habisnya, hasil ujian sudah
keluar kan? Aku pikir aku harus semangat menghadapinya.”
Usai berkata demikian, Luna
mengambil botol tersebut dan dengan cepat menghabiskan sisa isinya.
“Aku rasa tidak ada banyak
orang yang semangat saat pengumuman hasil ujian. Mungkin beda lagi ceritanya saat
ujian berlangsung.”
Sambil tertawa canggung, Luna
menjadi tersipu malu dan wajahnya memerah.
“Ma-Masa? Aku adalah tipe yang
sangat senang saat pengembalian hasil ujian...!”
Pada saat itu, aku melihat ada dua
gadis yang melirik ke arahku dan sedang mencoba mengajak bicara Luna, jadi aku
memutuskan untuk kembali ke tempat dudukku sendiri.
“Apa kita bisa pulang bersama
hari ini?”
Ketika aku menanyakan hal tersebut
sebelum pergi, Luna menunjukkan ekspresi bermasalah.
“Umm, maaf, hari ini tidak
bisa...”
Sudah kuduga. Kurasa aku harus
merasa puas dengan ini karena kami juga akan bertemu pada hari Minggu nanti.
“Baiklah, coba berikan itu
padaku.”
Ketika aku mengulurkan tangan
ke arahnya, Luna terlihat terkejut.
“Eh?”
“Botol itu. Mumpung sekalian,
jadi aku akan membuangnya ke tempat sampah. Kamu sudah selesai meminumnya,
‘kan?”
“Eh, ja...jangan!”
Luna tiba-tiba memegang botol
kosong Oron*min C di tangannya dengan sangat erat.
“Ehh?”
“A-Aku harus membawanya
pulang...”
“Botol kosong? Memangnya kamu
ingin menggunakannya untuk sesuatu?”
“Me-Menggunakannya...!”
Pada saat itu, wajah Luna mendadak semerah tomat seolah meledak.
Aku mencoba untuk menemukan
kata-kata penghiburan karena aku menduga kalau dia merasa malu karena
terbongkarnya penggunaan ulang botol tersebut.
“Ahh, misalnya seperti untuk dijadikan vas bunga? Aku pernah melihatnya di rumah nenek, kelihatannya
memang bagus ‘kan. Setelah melepas labelnya, kesannya seperti vas yang unik.”
Kemudian, Luna mendapatkan
kembali ketenangannya.
“I-Iya... itu benar. Kalau
begitu aku akan mencucinya dulu!”
Memang, jika dibawa pulang,
lebih baik mencuci agar tidak membuat tas menjadi kotor.
Luna mengambil botol dan menuju
ke koridor dengan cepat, sementara para gadis ekstrovert yang sedang menunggu
momen untuk berbicara dengannya mengejarnya.
Dan saat itu, ketika aku sedang
sendirian dan hendak mengambil tempat dudukku…
“Nee, Kashima-kun!”
Tiba-tiba, Tanikita-san muncul
di depanku dan mengajakku berbicara.
Wajahnya terlihat lebih serius
dari biasanya.
“....Ad-Ada apa, Tanikita-san?”
Dia
datang dengan ekspresi yang sama ketika terakhir kali muncul rumor “Papa Katsu”.... saat
aku berpikiran begitu, Tanikita-san kemudian melihat ke arah lorong dan berbisik.
“...Begini. Mengenai Lunacchi, mungkin
kali ini dia benar-benar selingkuh.”
Dia mengatakan hal yang sudah
bisa ditebak, dan mengajakku dengan gerakan isyarat.
“Ayo pergi ke balkon. Kita bisa
didengar kalau mengobrol di sini.”
“Ba-Baiklah, tapi....”
Setelah itu, kami keluar ke
balkon, dan Tanikita-san melihat sekeliling dengan khawatir. Meskipun hari ini
cuacanya lumayan cerah, udara di luar masih terasa dingin di pertengahan Maret,
jadi tidak ada siswa yang berada di balkon pada waktu seperti ini, termasuk
siswa dari kelas lain.
“Bukannya belakangan ini
tingkah Lunacchi kelihatan aneh?”
Kata-kata itu membuatku agak
terkejut.
Masalah perselingkuhan mungkin
hanya kesalahpahaman Tanikita-san seperti biasa, tapi yang membuatku khawatir
adalah perilaku Luna yang aneh. Jadwal ujian yang hampir penuh dengan urusan
tertentu dan keanehan sikapnya terkait botol kosong Oron*min C dari
sebelumnya...
“....apa kamu tahu sesuatu,
Tanikita-san?”
Ketika aku bertanya, Tani
kita-san menggelengkan kepala dengan tegas.
“Aku tidak tahu apa-apa! Itulah
sebabnya aku ingin mengikuti Lunacchi!”
“Eh, Ehhh!?”
Ini adalah perkembangan berbeda
dari yang kusangka.
“Ayo, Kashima-kun juga harus
ikut! Meskipun aku menemukan bukti perselingkuhannya, kamu pasti tidak akan
percaya jika cuma aku yang mengatakannya, kan?"
“Ehh....”
“Karena pada saat ‘Papa Katsu’ pun kamu tidak percaya
padaku. ‘kan! Yah, untung saja itu cuma kesalahpahaman, sih.”
Tanikita-san melihatku setelah
berbisik-bisik.
“Jadi, apa kamu akan ikut atau
tidak, apa jawabannya!?”
“Eh?”
“Pow───!”
Dengan intimidasi misterius
itu, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku akan mengikuti kekasihku, Luna, sepulang
sekolah hari ini.
◇◇◇◇
“Bukannya Lunacchi jahat
banget? Baru-baru ini, dia jarang banget menemaniku. Tempo hari saja, saat kita
pergi ke Shibuya, dia sendiri yang bilang kalau dia ingin mengenakan kostum
cosplay, kan? Jadi, segera setelah itu, aku meminjamkan kostum cosplay yang aku
buat kepada teman-teman. Namun, saat aku mengiriminya pesan di LINE bertanya, 'Kapan kamu ada waktu luang?' dia hanya
menjawab, ‘Maaf~ aku tidak punya waktu
luang sebelum perjalanan studi~’. Bukannya itu jahat banget? Terus, ketika
aku menanyakan, ‘Apa kamu punya urusan?’
dia hanya menjawab, “Ah iya, ada deh!” atau semacamnya. Aku merasa seperti
pernah mengatakannya sebelumnya, tapi Lunacchi tidak pernah memberitahuku
hal-hal penting. Bahkan ketika Mari Mero pindah sekolah, Nikorun tahu dari awal
bahwa dia adalah adik perempuannya, dan tahu dari awal bahwa Lunacchi berpacaran
dengan Kashima-kun. Aku baru mengetahuinya pada saat yang sama semua orang di
kelas mengetahuinya, kan? Aku mengakui bahwa Nikorun adalah sahabatnya. Tapi
jujur saja, aku setidaknya berada di urutan berikutnya setelah Nikorun, iya
‘kan? Atau itulah yang kupikirkan. Tapi, aku malah mendapat perlakukan semacam
ini? Bukannya itu jahat? Bagaimana menurutmu sebagai pacarnya? Nee,
Kashima-kun?”
Dalam perjalanan pulang dari
sekolah menuju stasiun, Tanikita-san terus mengeluh tentang Luna dengan amarah
yang meluap-luap padaku.
“En-Entah kenapa, aku minta
maaf...”
“Hah? Bukan berarti aku ingin mendapat
permintaan maaf dari Kashima-kun. Kamu ‘kan bukan pengasuhku. Lagian juga,
mendapat permintaan maaf dari pengasuh pun terasa aneh. Yang ku maksud, sebagai
pacarnya, bagaimana pendapatmu tentang sikap Lunacchi di situasi seperti itu?”
“Meski kamu bilang bagaimana
pendapatku…”
Luna memang kadang melakukan
tindakan yang terlihat sembrono di mataku, tapi aku mengerti bahwa dia memiliki
prinsip perilakunya sendiri. Selain itu, aku juga mengerti bahwa Luna
menganggap Tanikita-san sebagai teman yang berharga. Jadi, meskipun dia
menyembunyikan sesuatu yang penting, aku tidak berpikir kalau dia meremehkannya
atau mengabaikannya. Kami telah membangun hubungan saling percaya sehingga jika
dia memiliki rahasia dariku, aku tidak menganggapnya sebagai tindakan
pengkhianatan.
Tapi bahkan jika aku mengatakan
itu pada Tanikita-san, itu bukanlah jawaban yang dia inginkan.
“Entahlah, aku tidak yakin...
Aku tidak begitu mengenal hubungan antara Luna dan Tanikita-san...”
“Hah? Lalu, apa kamu berpikir
kalau aku berbohong?”
“Ti-Tidak, bukan begitu
maksudku, tapi jika kita tidak mendengarkan alasan Luna, kita tidak akan tahu
yang sebenarnya...”
“Karena dia tidak mau
memberitahu meskipun aku bertanya, itu sebabnya aku harus mengikuti jejaknya.
Selain itu, jika dia tidak mengatakannya sendiri, aku takkan pernah tahu apakah
adiknya pindah sekolah ke sini atau dia sudah punya pacar.”
“.....Me-Memang benar sih...”
“Kamu mengerti sampai sejauh
itu, tapi reaksimu malah begitu? Kashima-kun, kamu benar-benar orang yang menyembunyikan
segala sesuatu, ya.”
“.......”
Ca-Capek
banget...!
Jika
gadis seperti ini adalah pacarku, aku khawatir bahwa saat ada masalah, aku akan
diomeli habis-habisan dengan kata-kata kasar... Aku tidak tahu
apakah semuanya akan berjalan lancar di masa depan nanti, tapi aku mulai merasa
khawatir kepada Icchi.
Atau mungkin, Luna sebenarnya
waspada terhadap kecerewetan Tanikita-san, dan menyembunyikan hal-hal penting. Lama
kelamaan, aku mulai merasa seperti itu.
Luna yang menjadi fokus utama
kamu, sedang berjalan sendirian dengan melangkah cukup jauh sehingga aku hampir
tidak bisa melihatnya dengan penglihatanku. Aku berpikir jika ini adalah
mengikuti seseorang, aku harus bersembunyi di balik tiang listrik atau hal sejenisnya,
tapi Luna hanya terus maju tanpa memperdulikan apapun, tanpa mengambil
pandangan ke belakang. Tanikita-san dan aku hanya berjalan di belakangnya
dengan langkah biasa.
“Tapi Tanikita-san, apa kita
benar-benar harus mengikutinya ...”
“Ah, Lunacchi sudah sampai
stasiun. Kita akan naik kereta yang akan datang, Ayo cepat, Kashima-kun!”
“Eh!?”
Tanikita-san tiba-tiba mulai
berlari ketika sosok Luna menghilang di pintu gerbang.
Sambil mengejar sosok kecil
yang berlari di depan, sekali lagi aku merasa kasihan pada seseorang yang
mungkin bisa menjadi pacarnya di masa depan.
◇◇◇◇
Setelah berlarian dengan susah
payah, kami berhasil naik gerbong kereta yang sama dengan Luna. Kereta tersebut
menuju arah Stasiun A, tempat tinggalnya seperti biasa.
Namun...
“…Dia tidak turun, ya?”
Meski kami sudah sampai di
Stasiun A, Luna masih tidak turun dari kereta.
Tanikita-san dan aku memastikannya
dari dekat pintu ujung gerbong sebelah.
Kami bertanya-tanya sejauh mana
dia akan pergi, tapi dia dengan mudah turun di stasiun berikutnya... Stasiun K,
yang merupakan stasiun terdekat dengan rumahku.
“Lunachhi, apa dia punya urusan
di sekitaran Stasiun K?”
“Aku tidak yakin... Sepertinya
dia tidak datang untuk bertemu denganku...”
“Ah, tempat tinggal Kashima-kun
ada di sekitar sini, ya.”
Sambil berbicara seperti itu,
aku mengikuti Luna yang menaiki tangga dan keluar dari gerbang tiket.
“Itu ke arah rumahku ...”
Setelah keluar dari gerbang
tiket, kami berbelok ke kanan, dan melihat Luna menuju pusat perbelanjaan di
depan stasiun, aku bergumam pelan begitu melihat arah tujuannya.
Luna terus berjalan dengan mantap di sepanjang jalan yang
aku kenal dengan baik.
Kemudian dia berhenti di suatu
tempat.
Itu adalah sebuah toko dengan
penampilan yang elegan, dengan eksterior putih yang indah. Jika seseorang tidak
tahu nama tokonya, mereka tidak akan bisa membaca tanda eksterior bergaya Eropa
yang bertuliskan “Patisserie Chan de
Fleur”.
“Bukannya di sini tuh...”
──Kue
yang disajikan oleh ibu Ryuuto tuh rasanya selalu lezat.
Itulah yang pernah dikatakan
Luna, sebuah toko kue yang berada di sekitar lingkunganku.
Luna membuka pintu dan masuk ke
dalam. Ketika aku mengikutinya dengan tatapanku melalui kaca, dia tiba-tiba
mengjilang setelah membuka pintu yang bertuliskan “STAFF”.
“…………”
Ketika melihat wajah
Tanikita-san yang ada di sebelahku, dia membuka mulutnya dengan lebar.
“....Apaan, jadi begitu rupanya.”
Suara yang terdengar seperti
kehilangan tenaga pun terlepas dari sana.
“Kalau kamu mulai bekerja paruh
waktu, seharusnya kamu bilang begitu dari tadi! Lunacchi!”
Walaupun Tanikita-san terlihat sedikit
marah, tapi wajahnya langsung menjadi segar kembali seolah-olah hal yang
menghantuinya itu telah menghilang.
“Kalau begitu aku pulang
duluan, ya. Oh iya, aku menemukan toko Mate di depan stasiun, jadi aku mampir
dulu ah~!”
Setelah mengatakan itu, dia
meninggalkanku dan melenggang pergi dari tempat itu seperti angin.
“Eh, ahh……”
Aku bahkan tidak sempat untuk
mengucapkan sepetah kata pun, dan aku berdiri sendiri dalam keadaan linglung.
Lagi-lagi dia beranggapan
sembarangan dan pulang begitu saja... Yah, jika aku berpikir bahwa aku hanya
mengikuti jalan pulang dengan biasa, itu sudah cukup baik.
“.......”
Namun, yang membuatku terkejut
adalah... Luna ternyata mulai bekerja paruh waktu. Terlebih lagi di dekat
tempat tinggalku.
Tidak peduli bagaimana aku
memikirkannya, aku masih tidak bisa mempercayainya, jadi aku berdiri bengong di
dekat toko untuk sementara waktu.
Kemudian, pintu di samping toko
terbuka dan Luna muncul dari dalam.
Di sebelah toko adalah tempat
parkir di sudut yang cukup jauh, dan pintu masuk-keluar untuk karyawan berada
di sampingnya. Aku yang berdiri di dekat tempat parkir terkejut dan berpindah
dekat dinding kaca toko.
“Ah, halo, Nikoru?”
Luna tampaknya memulai
panggilan telepon dengan ponselnya. Tentu saja, orang yang dia ajak bicara
adalah Yamana-san.
Sementara Luna tidak melihat ke
arahku, aku bergerak di balik papan tanda di tempat parkir dan berjongkok. Arah
menuju rumahku adalah tempat parkir, dan aku berpikir lebih baik pulang setelah
Luna selesai menelepon.
Meskipun aku dibawa paksa oleh
Tanikita-san dan merasa bersalah karena mengikuti secara diam-diam. Entah
apapun alasannya, sepertinya Luna ingin menyembunyikan pekerjaannya paruh waktu
dariku, maka lebih baik untuk menghindari pertemuan yang tidak diinginkan.
“Ya, aman-aman saja kok. Nikoru juga belum mulai bekerja paruh waktu, ‘kan?
Ayo mengobrol dulu sebentar. ... Oh iya, aku datang terlalu cepat karena aku
tidak ingin dilihat oleh teman-teman sekolah, jadi aku tiba lebih awal dari
jadwal shift. Aku bertanya apakah aku bisa masuk lebih awal, dan mereka bilang 'Kamu bisa beristirahat dulu sampai waktu
shift'.”
Aku bisa mendengar suara cerah
Luna dengan jelas tanpa perlu mendengarkannya dengan saksama.
“Kurasa begitu. Tapi kita akan
melakukan perjalanan wisata sekolah minggu depan, iya ‘kan? Aku merasa tidak
enakan karena baru mulai harus meminta cuti, jadi aku harus bekerja pada minggu
ini untuk menebusnya.”
Rupanya, karena alasan itulah
Luna tidak mempunyai waktu luang selama minggu ini.
“Aku baik-baik saja, kok! Karena
aku ingin membelikan Ryuuto hadiah ulang tahun yang bagus!”
Usai mendengar hal tersebut,
aku tersentak kaget.
Ulang tahun... Memang, hari
ulang tahunku jatuh pada akhir bulan ini. Aku melupakan hal itu karena ada
banyak acara seperti ujian, white day, dan perjalanan sekolah, tapi kurasa dia
masih mengingatnya karena aku pernah berbicara dengan Luna di suatu tempat
sebelumnya.
“Ryuuto pasti akan terkejut~!
Aku jadi sangat menantikannya! Ia bahkan belum tahu kalau aku bekerja paruh
waktu, jadi kurasa ia takkan pernah menyangka akan mendapatkan hadiah yang
bagus.”
Secara naluriah, aku
menjulurkan kepalaku keluar dari papan nama.
“Kira-kira , Ryuuto akan senang
enggak ya ...”
Pipi Luna terlihat merah merona
dan dia tersenyum bahagia.
Aku penasaran apakah dia
menunjukkan wajah seperti itu ketika dia membayangkanku yang terlihat bahagia.
Ketika aku berpikir demikian, aku jadi tersentuh.
“Ah, serius? Ya, mungkin aku
harus kembali dan makan siang juga. Senpai bilang kalau ada sepotong kue
untukku. Sampai jumpa!”
Luna berkata dengan
tergesa-gesa dan mengetuk teleponnya. Panggilan teleponnya dengan Yamana-san
pasti sudah berakhir.
Luna kemudian memasuki toko
lagi.
Sambil masih menatap ke arah
pintu karyawan setelah Luna menghilang, aku terhanyut dalam emosi untuk
beberapa saat.
Luna mulai bekerja paruh waktu.
Demi bisa mendapat bayaran upah
pekerjaan paruh waktunya, dia sengaja merahasiakannya supaya bisa
menyiapkan hadiah ulang tahun kejutan untukku.
Sekarang setelah aku mengetahui
hal ini, gejolak yang baru-baru ini terjadi seolah-olah berkumpu di tempat yang
tepat, seperti menyatukan potongan teka-teki.
“...Jadi begitu yang terjadi?”
Secara alami, wajahku dihiasi
senyuman.
Sebenarnya, aku ingin melihat Luna
yang sedang bekerja. Tapi aku memutuskan untuk menyerah karena jika aku berkeliaran
di luar toko dan menatap ke dalam, meski Luna tidak melihatku, kemungkinan
terburuknya, aku akan dilaporkan sebagai orang yang mencurigakan.
Luna
begitu imut dan cantik.
Aku
sangat menyukainya.
Walaupun aku merasa lapar karena
sekarang sudah mendekati jam makan siang, tapi langkahku terasa ringan ketika
berjalan pulang.
Aku pulang ke rumah dengan
suasana hati gembira di bawah sinar matahari siang hari pada bulan Maret yang
cerah.
“...Hmm, tunggu? Jadi,
sebenarnya botol kosong Oron*min C itu untuk apa? Dia tidak menggunakannya di
pekerjaan paruh waktunya, kan?”
Hanya itu satu-satunya misteri
yang masih belum terpecahkan.