Keiken-zumi Jilid 6 Bab 5 Bahasa Indonesia

Chapter 5

 

Pada keesokan hari setelah melakukan kencan ganda, aku dibuat terkejut ketika membuka smartphone-ku di atas tempat tidur.

 

Yusuke: Mungkin, aku bakalan punya pacar.

 

“Eh!?”

Kurasa itu bukan hal yang mengejutkan, karena sekarang Icchi bertubuh tinggi dan berpenampilan tampan, sehingga tidak aneh jika ia memiliki pacar.

Bagaimana Icchi yang sangat pemalu itu bisa bertemu dengan seorang gadis dan menjadi dekat dengannya?

 

Nishina Ren: Apa maksudmu, oi!? Siapa dia!? Ceweknya cantik enggak!? Ceritakan padaku! Aku akan meneleponmu sekarang juga!

 

Nisshi juga kelihatannya tertarik dan segera mengirimkan pesan bertubi-tubi hingga panggilan grup dimulai.

“Hyaa, kemarin ada acara pertemuan offline, iya ‘kan.”

“Pertemuan offline? Pertemuan antara K-E-N Kids?”

“Atau lebih tepatnya, pertemuan antara penggemarku di Twitter?”

“Hah?”

“Aku bertemu dengan beberapa pengikut yang sering membalas tweet-ku.”

“Oh~?”

“Lalu di sana, ada seorang gadis yang mengaatakan kalau dia sangat menyukaiku.”

“Haa…”

“Ohh, enak tuh.”

“Entah kenapa dia sangat menyukaiku. Dia bahkan memposting tentang kami di Twitter.”

“Hmm~?”

“Dia bahkan memberiku hadiah.”

“Haa...”

“Bukannya itu bagus?”

“Hari ini kami akan bertemu lagi.”

“Hee, jadi rasanya kamu sudah berpacaran?”

Karena Nisshi terlihat layu seperti daun kering, jadi aku berinisiatif bertanya.

“Entahlah~! Mungkin jika dia yang mengatakannya, aku akan menjadi pacarnya~!”

Icchi terlihat dalam keadaan suka cita.

“Begitu ya, semoga kamu bahagia.”

 

Setelah itu, panggilan grup berakhir dan aku merasa sedikit terharu.

“Icchi akhirnya punya pacar ya ...”

Tiba-tiba, aku jadi teringat dengan Tanikita-san.

──Habisnya ia adalah tipe cowok idealku. Tentu saja aku masih menyukainya.

“……..”

Tapi, mau bagaimana lagi, ‘kan?

Jika Icchi menyukai gadis tersebut, maka Tanikita-san tidak mempunyai kesempatan lagi.

Ketika aku entah bagaimana merasa tidak berdaya dan kasihan, smartphone-ku bergetar dan melihat kalau itu ternyata panggilan masuk dari Nisshi.

“Nisshi?”

“Hei, aku menemukan akun Twitter yang sepertinya dimaksudkan oleh Icchi tadi.”

“Eh?”

Ia sangat cepat ... atau mungkin dia merasa kesal karena Icchi punya pacar duluan ketimbang dirinya.

“Gadis ini kelihatannya bahaya banget, loh.”

“Hah?”

“Aku akan mengirimkan link akunnya padamu supaya kamu bisa melihatnya sendiri.”

Setelah selesai mengatakan itu, Nisshi lalu menutup teleponnya.

Ketika aku melihat akun yang dikirimkan, aku terkejut dan spontan mengeluarkan suara,

“Uwaa ...”

 

Chamotaro

Sedang berkencan dengan Oshi

 

Di dalam foto yang diunggah oleh Chamotaro, terlihat dua gelas yang berjejer di atas meja.

Meskipun itu adalah acara pertemuan offline, seharusnya masih ada orang lain juga di sana ...

 

Chamotaro

Serasi~ bakalan ketahuan enggak, ya~ ♡ ?

 

Pada foto berikutnya, dia menunjukkan mug. Karena aku tidak mengerti maksudnya, jadi aku mencoba melihat akun Icchi dan menemukan bahwa foto mug yang sama telah diunggah sebelum postingannya.

 

Yusuke si Ekstrovert

Aku mendapatkannya di acara pertemuan offline~ Terima kasih!

 

── Dia bahkan memberiku hadiah.

Kalau tidak salah Icchi sempat bilang begitu.

Jadi dia membeli barang yang sama dengan hadiah yang diberikan kepada Icchi, dan kemudian membuat cuitan “Serasi~yang menyiratkan hubungan mereka yang dekat?

Meskipun tidak terlalu kasar, tapi caranya yang bertele-tele dalam menunjukkan kasih sayang membuatku merasa tidak nyaman.

Setelah aku melihat-lihatnya sebentar lagi, rupanya ada balasan dari pengguna lain yang terasa sangat pedas.

 

Minami

Itu cuma acara kumpul-kumpul biasa, apanya yang kencan.

 

Chamotaro

Ehwwww, bukannya kamu Minami-san tidak bisa datang ke kumpul-kumpul ini, ‘kan? Wkwkwk apa karena kamu jelek? Hahaha, kamu cemburu ya?

 

“Dia benar-benar memancing keributan...!”

Aku merasa sedikit jijik hanya dengan melihat ini.

“Nisshi, gadis ini benar-benar berbahaya.”

Aku tanpa sengaja langsung menelepon Nisshi.

“Iya, ‘kan!? Tapi Icchi sama sekali tidak menyadarinya. Aku baru saja meneleponnya dan memberitahunya, tapi anak itu malah tertawa dan berkata 'Dia terlalu suka padaku'. Dia benar-benar bodoh.”

“Apalagi mereka bertemu mau berdua hari ini? Itu buruk. Ia mungkin jadi semakin berharap.”

“Makanya, aku bilang padanya 'Izinkan aku dan Kasshi ikut hadir juga'.”

“Eh!? Kenapa kamu memutuskan seenaknya sendiri?”

“Memangnya kamu ada rencana?”

“Aku akan bekerja di departemen editorial mulai jam tiga sore nanti...”

“Ah, tenang saja. Icchi bilang kalau mereka akan bertemu jam dua belas. Semuanya pasti akan selesai sebelum itu.”

“Ehh~...”

Meski demikian, aku memang khawatir dengan Icchi.

Sama seperti kami, dirinya tidak terbiasa dengan lawan jenis dan juga canggung dalam hubungan sosial. Tiga tahun yang lalu, ia mengakui perasaannya kepada Tan kita-san secara tiba-tiba meski bukan merupakan sanksi hukuman game atau apapun di festival budaya, dan dia memiliki sisi berbahaya dalam hal wanita.

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke tempat pertemuan tersebut bersama Nisshi dan mulai bersiap-siap setelah mengakhiri panggilan.

Lalu, aku tiba-tiba berpikir. Aku membuka obrolan LINE dan mulai mengetik pesan ke “A.T.”

 

◇◇◇◇

 

“Senang bertemu denganmu, namaku Chamotaro.”

Gadis yang muncul di restoran tempat kami bertemu mengucapkan salam dengan penuh kecentilan.

Aku bergabung dengan Icchi dan Nisshi setengah jam yang lalu dan kami menunggu dengan tidak sabar di meja empat orang di dalam restoran.

“Ah, duduklah di sini.”

“Okee~

Dia segera duduk di sebelah Icchi di sofa di dinding ..... Aku melihat gadis yang duduk di depanku dengan tatapan ragu-ragu.

Sejujurnya, dia bukan tipeku. Jika harus diungkapkan dengan slogan, dia seperti “Gadis paling imut ke-16 di kelas”.

Dia kelihatannya sangat peduli dengan fashion, dan memakai pakaian yang agak berjumbai dan feminin. Secara gaya, dia mungkin mirip dengan gaya Kurose-san yang dulu.

Karena dia adalah anggota KEN Kids, mungkin dia seorang otaku juga, tapi dia terlihat ceria dan ramah. Mungkin karena dia berada di depan orang yang disukainya.

“….Sialan, ini pasti mustahil, ‘kan~?”

Nisshi yang dduduk di sebelahku langsung mengumpat.

Aku menyodok Nisshi dengan kuat untuk membuatnya diam.

“Teman-temanku bilang mereka ingin bertemu dengan Chamotaro-san. Mereka berdua adalah teman SMA-ku dan dua-duanya merupakan KEN Kids, kami selalu membicarakan hal-hal tentang KEN di sekolah.”

Icchi berbicara dengan penuh semangat. Sepertinya suasana hatinya sedang penuh gembira.

“Wah, keren, bikin iri~! Chamo sih nggak punya teman KEN Kids di sekolah~”

 Chamotaro-san juga menanggapi dengan semangat.

Mereka berdua mungkin kelihatan cocok satu sama lain, tapi aku tahu karakter asli Chamotaro di Twitter, jadi aku tidak mempunyai pandangan yang baik mengenai dirinya.

“Umm, Chamotaro-san? Berapa usiamu?”

Aku bertanya kepadanya karena dia terlihat cukup muda.

Chamotaro-san lalu balas tersenyum padaku dengan ramah.

“Aku masih berusia 17 tahun.”

“Eh, jadi kamu masih anak SMA?”

“Iya.”

“Be-Begitu ya...”

Aku lalu melakukan kontak mata dengan Nisshi.

Selain dia tipe gadis yang sudah cukup buruk dan sekarang, dia ternyata masih SMA...

Semakin lama aku semakin tidak ingin melihat Icchi berpacaran dengan gadis ini.

Namun, aku tidak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan hubungan mereka.

“Chamo-san, kamu benar-benar masih muda ya. Kulitmu juga kelihatan sangat halus.”

“Ahh~ Tapi Ekstrovert-san juga kelihatan sangat tampan, kok.”

Sekarang aku baru sadar akan nama panggilan Icchi “Yusuke si Ekstrovert” dan seberapa ironisnya bahwa julukannya adalah “Ekstrovert-san”.

“...Uwaahh~”

Saat aku mendengar suara dari sebelahku, aku melihat Nishi sedang menatap layar ponselnya di atas pangkuannya.

“Kasshi, lihat ini.”

Aku melihat layar yang Nisshi tunjukkan dan melihat postingan terbaru Chamotaro-san di Twitter.

 

Chamotaro:

Kencan bareng Oshi lagi hari ini Minuman yang sama Love

 

Postingan tersebut dilengkapi dengan gambar dua gelas di atas meja di bar minuman. Meskipun aku tidak tahu kapan foto itu diambil, tapi dia dan Icchi meminum minuman cola yang sama. Dia bahkan menambahkan lokasi pada postingannya, mungkin dia ingin memamerkannya ke seluruh dunia.

Bahkan setelah itu, kemesraan antara Icchi dan Chamotaro-san sama sekali tidak berhenti.

“Bangunan yang dibangun oleh Ekstrovert-san benar-benar keren banget~, seperti Kuil Itsukushima.”

“Ohh~ yang itu, ya? Itu sih gampang! Aku bisa membuatnya dalam satu jam!”

“Ehh? Kamu bohong, deh~!”

“Dibilangin itu sih gampang! Kalau kamu mencapai levelku ...”

“Kamu jenius banget~! Aku jadi sangat menyukaimu~!”

“Iya dong, jangan jatuh cinta padaku, ya.”

“Eh, tapi aku sudah jatuh cinta padamu!”

“Tahahaha~”

Chamotaro-san juga sama-sama anehnya, tetapi pada titik ini Icchi juga tidak bisa disalahkan. Meskipun ini adalah momen pertama dirinya memiliki pacar, ia tidak boleh menjadi pria yang menyedihkan seperti ini.

Ketika aku merenungkan hal itu, perasaan frustrasi mulai muncul di dalam diriku.

Sepertinya Nisshi juga merasakan hal yang sama.

“… Sudah cukup, aku pulang saja. Kasshi, ayo pergi.”

Dia berkata padaku dengan wajah lelah.

“Iya...”

Icchi sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Bahkan jika ia dilarang oleh KEN karena menyentuh penggemar wanitanya atau bahkan jika dia ditangkap karena melakukan tindakan cabul pada anak di bawah umur, tidak ada yang bisa kami lakukan.

Saat kami hendak bangkit dari kursi kami, seorang pria muda berdiri di belakang kursi kami dan berteriak kepada kami.

“Oi, kampret! Kamu lagi ngapain!”

Semua orang di restoran menoleh ke arah kami karena suara keras yang tidak biasa itu.

Aku berasumsi bahwa ia pasti pelanggan di meja lain dan mencoba untuk tidak menatapnya. Namun, ia justru terus berjalan menuju ke arah meja kami.

“... Jadi, mana di antara kalian yang bernama Yusuke si Ekstrovert?”

Pria itu melihat wajah kami bertiga secara bergantian, lalu menatap Chamotaro-san dengan tatapan tajam.

“Hei, cepat jawab, Chamo!”

Pada saat itu, aku segera menyadari bahwa ia mengenal Chamotaro-san.

“.....”

Chamaotaro-san hanya menunduk dan terdiam.

“Apa itu kamu?”

Ia menatapku dan bertanya, aku lalu menggelengkan kepala dengan tegas.

“Lalu, kamu?”

Nisshi, yang berdiri di sampingku, juga menggelengkan kepalanya dengan tegas.

“..,, Berarti kamu?”

Seperti yang diduga, Icchi tidak menyangkal. Namun, dirinya terdiam dan hanya menatap pria itu tanpa bereaksi seolah-olah ia sedang kaget.

Pria itu terlihat jauh lebih muda sekitar kelas dua SMA dan tampak seumuran Chamotaro-san. Meskipun ia memiliki kekuatan kata-kata yang cukup kuat, dia tidak terlihat seperti orang yang sombong, dan tampak seperti remaja biasa yang bisa ditemukan di mana saja dari pakaian yang dikenakannya.

Namun, kemarahan murni dari dirinya sendiri terasa menakutkan.

“Dasar keparat, apa yang kamu lakukan pada pacarku?”

Aku sudah memperkirakan sebagian besar dari situasi ini, tetapi aku mengerti semuanya melalui kata-katanya.

“Pa-Pacar...?”

Icchi terlihat tercengang.

Itu adalah ekspresi yang terlihat seperti dia jatuh dari surga ke neraka.

“Lagian, kamu lagi enggak berkencan atau semacamnya. Kamu lagi ngapain sih? Aku tidak akan menyadarinya jika kamu tidak menulis hal seperti itu di Twitter!”

Chamataro-san menunduk lagi ketika dia dipandang oleh pacarnya.

“M-Maaf. Aku cuma terlalu senang karena bisa bertemu dengan cowok populer seperti Ekstrovert-san…. dan ingin memamerkannya pada penggemar wanita lain... itu saja….”

“Apa kamu tidur dengannya?”

“Tidak, aku tidak melakukannya…”

Chamaotaro-san menjawab dengan suara rendah sambil menunduk.

“…. Benarkah?”

Pacarnya memelototinya dengan curiga.

“Sumpah, beneran. Kami baru saja bertemu di acara pertemuan offline kemarin!”

“Ia masih perjaka! Jadi ia belum pernah melakukannya!”

“Ia bahkan tidak memiliki keterampilan seperti itu!”

Entah kenapa, malah kami berdua yang terpaksa membela Chamotaro-san dengan sepenuh hati kami ketimbang Icchi yang cuma terdiam.

Pandangan orang-orang di dalam toko yang penuh rasa ingin tahu sangat menyakitkan.

“…. Jangan lagi-lagi bertemu dengannya. Paham?”

Chamotaro-san mengangguk dalam-dalam setelah diperingatkan oleh pacarnya.

Icchi menatapnya dengan sedih.

“Kalau begitu ayo pergi”

Chamotaro-san berdiri saat pacarnya memberitahunya, dan entah kenapa, Icchi juga ikut berdiri.

Karena tidak ada gunanaya jika hanya aku dan Nisshi saja yang tinggal di sini, jadi kami sama-sama ikutan berdiri.

Waktu yang canggung berlalu ketika kami semua berbaris di kasir dan diam-diam membayar minuman yang dipesan.

Kemudian, kami pergi keluar dari toko.

“Ayo pergi.”

Chamotaro-san sempat melirik Icchi setelah diberitahu oleh pacarnya yang masih marah, dan mulai berjalan diam mengikutinya.

“…Tunggu sebentar!”

Icchi tiba-tiba memanggil Chamotaro-san.

Chamotaro-san dan pacarnya berhenti dan menatap ke arah Icchi.

Sementara itu, Icchi dengan wajah sedih menatap Chamo-san dan membuka mulutnya.

“... Putus dengan cowok itu dan berpacaran denganku.”

“Hah?”

Pacarnya langsung menjadi marah.

Orang-orang yang lewat di trotoar yang lebar dengan pohon-pohon yang teratur di dekat stasiun mengarahkan perhatian ke arah mereka dengan rasa penasaran.

Masih tidak menyerah, Icchi memohon.

“Aku menyukaimu. Tolong, Chamo-san ...”

Chamotaro-san yang berdiri di samping pacarnya, menatap Icchi yang putus asa dengan kepala tertunduk.

‘’Maaf. Aku menyukai Ekstrovert-san sebagai penggemar saja, tapi aku tidak bermaksud seperti itu ...”

“Apa-apaan itu ...? Jika kamu menyukainya, kenapa tidak saja berkencan denganku!? Kamu adalah penggemarku, ‘kan!? Mendingan berpacaran saja denganku...!”

Icchi mengangkat kepalanya dan berkata dengan keras pada Chamotaro-san.

“Icchi!”

 

Nissi mencengkeram lengan Icchi seolah-olah memperingatkannya untuk berhenti. Namun, karena perbedaan ukuran tubuh mereka, ia dengan mudah melepaskan diri.

“Jangan bercanda, dasar brengsek!”

Pacarnya marah lagi dan mendekati kami.

“Apa kamu cari gara-gara, hah!?”

Ketika pacarnya mengangkat tangannya, Icchi merasa ketakutan dan jatuh ke belakang.

Meskipun aku tidak pernah terlibat dalam perkelahian, jadi aku mengerti perasaannya. Namun, itu sangat tidak keren.

“Chamo-san ...”

Icchi merintih sambil duduk dengan kedua tangannya di belakang tubuhnya.

“Caper banget sih loe, mau beneran aku pukul, hah!?”

Pacarnya menjadi tidak sabaran dan mengangkat tangannya lagi ke arah Icchi.

Tepat pada saat itu, ada seseorang yang melintas dari belakang kami dan muncul di depan Icchi.

“Memangnya kamu ini bodoh apa!?”

Suara wanita yang bernada tinggi bergema di trotoar, diiringi dengan suara tamparan.

“Jangan terus memperlihatkan tingkah memalukanmu!! Aku sudah melihat semuanya dari dalam toko, tau!?”

Dia langsung menunggangi Icchi dan meraih kerahnya sembari berkata demikian.

“Ta-Tanikita-san......!? Seriusan!?”

Nisshi yang berada di sebelahku bergumam dengan tercengang. Memang, karena aku tidak memberitahu Nisshi, jadi wajar saja kalau dirinya terkejut.

 

[Ryuuto]

Icchi mungkin bakalan punya pacar

Kamu yakin membiarkannya begitu saja?

 

[A.T]

Gadis yang bernama Chamotaro, ‘kan? Meskipun sepertinya dia sudah punya pacar, mungkin dia ingin berpaling darinya.

 

[Ryuuto]

Ohh, jadi kamu sudah tahu ya ...

Sekarang aku akan mengirimi lokasi tempat kami bertemu nanti di restoran keluarga.

 

Aku mengingat kembali percakapan kami di LINE sebelumnya. Tanpa kusadari, rupanya dia mungkin melihat semua yang kami lakukan di meja restoran keluarga tadi.

“Mengapa malah gadis itu? Dia tidak seimut aku dan tidak menyukaimu seratus kali seperti aku!”

Icchi yang masih dalam keadaan terjepit terdiam ketika Tanikita-san mulai menembakkan kata-kata kepadanya.

“Jangan mempermalukan dirimu di depan orang seperti itu dan merusak tiga tahun perasaanku kepadamu! Padahal kamu itu sekeren ini!”

“Eh, Tanikita ... eh, ke-kenapa ...”

Icchi akhirnya angkat bicara dan Tanikita-san menjawab dengan wajah tanpa rasa malu.

“…Jika aku bilang 'Minami', apa kamu bisa memahaminya?”

“... Eh, penggemarku yang selalu memberikan balasan di Twitter setiap kali aku mengunggah sesuatu?”

Tanikita-san mengangguk dalam-dalam.

“Akulah Minami. Sebenarnya aku sudah memiliki akun sebelumnya, tapi aku diblokir karena mencela orang, jadi aku membuat akun baru.”

“... Eh ...”

“Apa kamu berpikir kalau aku terlalu jelek karena tidak pernah datang ke acara offline meskipun aku tinggal di Tokyo?”

“... Eh ... eh ... !?”

Icchi membuka mulutnya dengan wajah yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

“Ehh... apa kamu, menyukaiku...?”

“Mana mungkin seseorang akan memberikan balasan setiap hari kepada orang yang mereka benci."”

Tanikita-san menjawab dengan nada yang tidak mencerminkan perasaannya terhadap pria yang sangat disukainya.

“Ap-Apa kamu menyukaiku sebagai 'idola'….?”

Mungkin karena hal yang terjadi dengan Chamotaro-san sebelumnya, Icchi menjadi lebih hati-hati.

“Yang mana saja tidak masalah. Baik itu sebagai Ijichi Yusuke atau Yusuke yang populer, aku suka semuanya. Jika kamu memintaku untuk menjadi pacarmu, aku akan menjadi pacarmu. Jika kamu memintaku untuk melakukan hal begituan, aku akan melakukannya. Aku terlalu suka penampilanmu."

Tanikita-san mengangkat alisnya dan menarik napas dalam-dalam, dan Icchi langsung berubah menjadi panik.

“Eh, tapi aku sudah ditolak habis-habisan saat festival budaya ...”

“Pada saat itu, Ijichii-kun sangat gemuk! Aku seorang otaku, jadi tentu saja aku sangat memperhatikan penampilan! Jika kamu ingin mengajakku berpacaran, datanglah dengan penampilan yang lebih baik!”

Tanikita-san menggigit bibirnya dengan sedih setelah berbicara dengan cepat dan menuduh.

“..Jika begitu, aku bisa menghindari perasaan seperti ini selama bertahun-tahun….”

Orang-orang yang lewat melihat kedua orang itu sambil menghindari mereka dan memperhatikan mereka dengan rasa penasaran.

Sementara aku berdiri sedikit jauh dari Nisshi dan kedua orang itu, aku merasa seperti menjadi bagian dari pertunjukan dan merasa sedikit tidak nyaman.

Namun, kedua orang itu sepertinya tidak memperhatikan hal tersebut.

“Eh, umm, jadi... saat ini, sekarang juga…. kamu masih menyukaiku..?”

Masih dengan wajah kebingungan, Icchi mencoba untuk memperjelas situasi. Namun, Tanikita-san kembali menunjukkan ekspresi wajah yang kaku.

“Kamu ini benar-benar bodoh, ya!? Jangan membuatku mengatakannya berkali-kali! Jika aku tidak menyukaiku, aku tidak akan datang ke tempat seperti ini! Aku merasa malu terlibat dalam drama seperti ini! Bagaimana kamu bisa membuatku merasa seperti ini !?”

“.........”

Wajah Icchi menjadi memerah dalam sekejap.

Dan kemudian...

“Eh!?”

Tanikita-san yang kebetulan duduk di antara selangkangan Icchi, tiba-tiba terkejut dan mengangkat pinggulnya seperti orang yang panik.

“He-Hei, kenapa kamu malah terangsang segala!?”

“A-ah, maaf...”

“Dasar mesum! Cabul!”

Tanikita-san terus-menerus menghina Icchi yang buru-buru meminta maaf dengan wajah memerah.

Namun, dia kemudian menatap Icchi dengan pandangan yang tulus dan berkata,

“Aku menyukaimu...”

Dia berkata dengan suara menggebu-gebu dan mencium bibir Icchi.

“..........”

Aku tidak bisa menahan napas ketika melihat mereka berciuman di tengah jalanan yang ramai.

“Aku selalu ingin melakukan ini.”

Melepaskan bibirnya, Tanikita-san menatap Icchi dengan ekspresi sedih dan terpesona.

".........”

Icchi juga menatap Tanikita-san dengan pipi yang memerah, dengan tatapan tak percaya dan bermimpi-mimpi.

“… Tu-Tunggu dulu, Tanikita-san! Cukup sampai di situ!”

“Hentikan! Hentikan!”

Kami dengan panik menarik Tanikita-san dari Icchi karena terlihat seperti mereka akan mulai melakukan sesuatu di jalanan umum.

Tanpa kusadari, Chamotaro-san dan pacarnya sudah tidak ada di sana. Kurasa itu wajar saja.

 

 

“Baiklah, kalau begitu, apa kalian berdua sudah mulai berpacaran sekarang?”

Nisshi mengatakan itu dengan nada sedikit putus asa.

Icchi juga berdiri dan kami berempat berdiri di samping pohon di trotoar yang tidak mengganggu lalu lintas. Aku merasa lega karena tidak lagi menjadi tontonan orang lain.

“.......”

Icchi dan Tanikita-san saling bertukar pandang tanpa berkata-kata, mencari tahu ekspresi wajah masing-masing.

Dari ekspresi mereka, satu-satunya jawaban yang mungkin adalah “Iya”.

Sembari memikirkan hal itu, aku mengambil tangan kiri Icchi dan tangan kanan Tanikita-san dan saling menggenggamkan tangan mereka.

“…Baiklah. Jadi memang begitulah artinya.”

Kedua orang itu saling memandang sejenak, lalu memalingkan mata mereka dengan tatapan tersipu. Mereka mungkin masih merasakan efek dari ciuman pertama mereka.

“Mungkin masih ada banyak hal yang harus kalian berdua bicarakan, jadi sisanya silakan bicarakan sendiri.”

Nisshi mengatakan sambil mendorong punggung Icchi dan Tanikita-san, dan kedua orang itu berjalan berpegangan tangan di trotoar.

“....Ahh~. Jadi Icchi juga sudah punya pacar sekarang, ya.”

Nisshi mengeluh pelan ketika melihat mereka berdua pergi dan menghilang di antara orang-orang yang lewat.

“Ya, memang.”

“Cih, rasanya jadi membosankan.”

Walaupun Nisshi mengatakan itu sambil mengeluh, tetapi ekspresinya menunjukkan bahwa dirinya merasa lega.

Aku sekali lagi melihat punggung mereka berdua yang menjauh dengan tetap berpegangan tangan seraya bergumam.

“Semoga kalian bahagia.”

 

◇◇◇◇

 

Akari

Kashima-kun, terima kasih banyak hari ini!

Kegiatan “kencan berbayar” sudah diblokir semuanya jadi jangan khawatir lagi ya!

Sekarang aku sangat bahagia!

 

Malam itu, ketika aku melihat pesan LINE dari Tanikita-san.

“…Sudah kuduga, ini dari Tanikita-san.”

Mau tak mau aku tersenyum kecut saat membaca isi pesan yang membuatku ikutan merasa senang.

 

◇◇◇◇

 

Keesokan harinya pada sore hari, aku pergi mengantarkan Sekiya-san ke stasiun. Karena ini hari Sabtu, aku seharusnya memiliki kerja paruh waktu untuk mengajar bimbel, tetapi kelas terakhir telah dibatalkan oleh alasan pribadi siswa.

Karena terlalu mendadak, Sekiya-san tidak dapat memesan penerbangan pada waktu yang tepat selama musim sibuk, jadi ia memutuskan untuk pergi dengan kereta Shinkansen.

“Yo. Maaf ya sudah merepotkanmu sampai mengantarku segala.”

Saat kami bertemu di Stasiun Omiya, Yamana-san sudah berada di samping Sekiya-san. Mereka mungkin telah bersama sepanjang hari ini juga.

Sekiya-san hanya membawa satu koper biru dan tas punggung kecil, terlihat seperti gaya perjalanan selama tiga malam empat hari.

“………”

Yamana-san tidak banyak bicara dan terlihat seperti habis begadang.

“Nikoru...”

Luna mengkhawatirkan teman baiknya dengan tatapan penuh kasih sayang. Setelah mengantar kepergian Sekiya-san, Yamana-san memintanya untuk ikut dengannya karena dia merasa tidak bisa menjaga ketenangannya sendiri. Itulah sebabnya, kami juga bergabung dengan mereka.

“Sekarang waktunya untuk pergi ke peron.”

“Ya...”

Percakapan di antara Sekiya-san dan Yamana-san sedikit. Mereka mungkin tidak tahu apa yang harus dikatakan sekarang karena waktu perpisahan semakin dekat.

Kereta Shinkansen yang akan dinaiki Sekiya-san berangkat sebelum jam enam sore. Tujuannya adalah Hakodate dan ia akan menginap di hotel bisnis malam ini.

Kami berempat berjalan di sepanjang stasiun yang ramai pada sore hari selama liburan musim semi dan tiba di peron Shinkansen.

Para penumpang membentuk antrian di sepanjang garis yang ditarik di atas platform. Lalu, Sekiya-san dan Yamana-san berdiri di ujung antrian.

Waktu keberangkatan yang ditampilkan di bagian atas platform semakin dekat setiap saat.

“Uuu...”

Yamana-san menutupi mulutnya dan mulai menangis.

“Nikoru...”

Sekiya-san memeluk Yamana-san. Ekspresinya terlihat sangat sedih.

“Luna...”

Aku memanggil Luna dan berdiri sedikit menjauh dari mereka.

Sekiya-san dan Yamana-san saling mendekatkan wajah mereka dan berbicara dengan suara kecil.

“Uu...”

Yamana-san terkadang menangis tersedu-sedu dan air mata mengalir di pipinya.

Pengumuman kedatangan kereta terdengar di peron dan kereta Shinkansen yang berbentuk aerodinamis melambat saat memasuki stasiun.

Itu adalah kereta Shinkansen yang akan dinaiki Sekiya-san.

“Sekiya-san...”

Kami berdua pun mendekatinya dan memberikan selamat tinggal pada Sekiya-san yang akan menaiki kereta.

“Jaga dirimu baik-baik.”

“Ya. Sampai jumpa lagi pada liburan musim panas.”

Sekiya-san melambaikan tangannya seolah ingin menghilangkan suasana yang berat.

“Tidak mungkin...”

Lalu, Yamana-san menangis sambil duduk di tanah.

“Musim panas... bahkan musim semi belum tiba...”

“Nikoru...”

Sekiya-san meraih lengan Yamana-san dan membantunya berdiri.

Barisan yang terbentuk di platform telah sepenuhnya masuk ke dalam kereta. Sekiya-san sudah memasukkan kopernya ke dalam kereta terlebih dahulu dan menopang tubuh Yamana-san dengan kedua tangan.

“Yamana...”

Ia membungkuk dan  menatap wajah Yamana-san yang merengek dengan air mata yang mengaburkan pandangannya. Sekiya-san lalu berbisik dengan lembut.

“Ayo ikutlah denganku... Aku tidak ingin berpisah denganmu.”

Baru pertama  kalinya aku melihat Sekiya-san menunjukkan ekspresi semacam itu.

Sikap tenang dan santainya hilang dan digantikan dengan ekspresi sedih yang memohon.

“….!”

Yamana-san membuka matanya seperti mendapat inspirasi tiba-tiba.

“Ah...”

Bibirnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia hanya gemetar tanpa bisa mengeluarkan suara.

Kemueidan, bel keberangkatan berbunyi dengan sangat keras.

“Senpai...”

Air mata mengalir deras seperti air terjun dari kedua mata Yamana-san.

“Aku... aku...”

Dengan suara terengah-engah, seperti orang tenggelam yang berteriak minta tolong di tengah ombak, Yamana-san mengatakan itu.

“Aku…tidak bisa... aku tidak bisa pergi….!”

Air mata terus mengalir dan meninggalkan bekas-bekas layaknya air hujan di lantai stasiun.

“…Begitu ya.”

Sambil berbicara dengan wajah cemas seperti anak kecil yang tersesat, Sekiya-san berbisik demikian.

Sekiya-san melepaskan tangan Yamana-san dan tubuhnya ditarik masuk ke dalam pintu masuk kereta Shinkansen.

Seperti menunggu momen itu, pintu segera tertutup dan mereka dipisahkan oleh pelat baja yang dingin.

Wajah Sekiya-san yang terlihat dari jendela perlahan-lahan menjadi kabur dan hilang dari pandangan.

Satu-satunya penghiburan adalah Sekiya-san tersenyum tipis ketika terakhir kali terlihat.

“Senpai….!”

Yamana-san jatuh berlutut di peron dan menangis

 “Nikoru!”

Luna berlari ke arahnya, membungkuk dan memeluk bahunya.

“Ini terlalu kejam, Senpai. Kamu membuat pernyataan seperti itu di akhir...!”

Sambil menangis, Yamana-san mengeluarkan kata-kata seperti terbatuk.

“Aku sudah bukan anak kecil lagi. Aku sudah memutuskan untuk bekerja di sini dan punya tanggung jawab untuk menjaga hidupku sendiri.”

Luna mengernyitkan kening dan membelai punggung temannya dengan lembut.

“Ibu... aku tidak bisa meninggalkan ibuku sendirian. Hanya dia satu-satunya keluargaku...”

“….Benar sekali, aku memahaminya.”

Luna juga menangis dan memeluk Yamana-san erat-erat.

“Meninggalkan semuanya dan hanya mempercayai Senpai, dan pergi ke tanah yang jauh dan asing...? Musim jatuh cinta seperti itu sudah lama berakhir...”

“Ya...”

“Kita sudah menjadi dewasa, ‘kan….”

“Ya... ya...”

Sambil menganggukkan kepalanya dengan tegas, Luna memeluk sahabatnya dengan erat.

 

Sementara itu, aku hanya berdiri diam di peron sambil menonton mereka. Di dalam kereta Shinkansen, apa yang sedang dipikirkan Sekiya-san saat ini?

 

◇◇◇◇

 

Setelah itu, kami pergi ke sebuah izakaya di pusat kota dekat Stasiun Omiya.

“Aku bakalan tidak sanggup kalau enggak minum-minum di hari seperti ini.”

Yamana-san ternyata lebih kuat daripada yang kupikirkan. Matanya masih bengkak dan merah karena menangis, tapi selain itu dia kembali seperti biasanya.

Suasana di dalam restoran yang cerah dan ramai mengingatkanku pada izakaya tempat Yamana-san bekerja dulu, “Bakkasu”. Mungkin situasi ini membuatnya merasa seperti biasanya.

“Ya betul banget, ayo minum! Aku akan minum juga hari ini!”

Mungkin demi memberi semangat pada temannya, Luna juga bersikap ceria. Seperti yang dia katakan, dia memegang gelas Jim Beam di tangannya.

“Ryuuto, besok kamu akan berusia 20 tahun, ‘kan?”

“Benarkah? Jadi kita bisa bersulang sampai pergantian hari.”

“Eh!?”

Meskipun sekarang masih pukul 7 malam, itu terlalu lama.

“Yang benar saja, itu sih mustahil.”

“Ya, aku juga harus bekerja besok.”

Luna tersenyum dan mendukung penolakanku.

 

Namun...

 

“….Bagaimana nih?”

Dua jam kemudian, Luna berbaring di atas meja di sampingku dan tertidur dengan tenang dengan kedua tangannya di pipinya.

“Uh-Uhmm~, mungkin pilihan terakhirnya harus naik taksi...”

Mungkin itu akan memakan biaya hampir 10.000 yen untuk sampai ke rumah Luna, tapi apa boleh buat dengan keadaannya yang sekarang.

“… Dia tidak perlu memaksakan diri segala. Padahal dia biasanya tidak minum... tapi demi diriku dia sampai mabuk begini.”

Sambil bersandar dengan pipi di tangannya, Yamana-san menatap wajah tidur sahabatnya dengan pandangan yang tenang.

Di dekat tangannya ada gelas anggur yang esnya mulai mencair dan hampir tidak berwarna.

“…Aku mungkin tidak sanggup lagi.”

Tiba-tiba, dia mengatakan hal itu.

“… Mungkin aku harus putus dengan Senpai.”

“…Eh…?”

Perkataannya sangat mengejutkan, jadi aku menatap Yamana-san untuk mencari tahu niatnya yang sebenarnya.

Yamana-san terus menatap Luna dan berkata.

“Ketika Senpai memelukku, rasa cemasku jadi menghilang. Tapi jika kami berjarak satu langkah, kecemasan itu kembali muncul. ... Aku ini memang bodoh, ya.”

Dan dengan bersandar pada sikunya, dia memiringkan kepalanya di atas lengan yang terkulai di atas meja.

“Aku benar-benar bodoh .... Jika memang begitu, aku seharusnya mengikutinya. Jika ia begitu penting bagiku. Jika aku merasa sangat menyesal seperti ini ......”

Dengan mata yang berkaca-kaca, Yamana-san memandang meja sambil berbisik.

Dia duduk di sebelah Luna dan tidak terlihat sangat mabuk. Sepertinya dia minum lebih banyak saat mengemudi, dan ini mungkin adalah ungkapan perasaan sebenarnya karena hatinya yang sedang terluka.

“..... Kamu bilang dulu, 'Aku juga pernah mengalami situasi seperti itu', kan?”

Setelah sedikit berpikir, Aku mengingat pembicaraanku dengan Yamana-san di taman hiburan Magical Sea.

── Aku khawatir. Berbeda dengan diriku, Senpai juga punya pengalaman dengan gadis lain. Aku bahkan berpikir bahwa ia mungkin punya mantan pacar di antara teman sekelas SMA-nya.

──Aku juga pernah merasakan hal yang sama. Ketika aku baru mulai berkencan dengan Luna ... Aku merasa khawatir tentang hal itu.

“Ah, iya....”

“Tapi bagaimanapun juga, kamu dan aku berbeda. Luna takkan pernah berselingkuh ... tapi aku tidak tahu tentang Senpai.”

Dengan ekspresi yang tegang, Yamana-san bangkit dan menghela nafas pelan.

“Aku menyadari bahwa yang tidak bisa aku percayai bukanlah Senpai saat ini ... tapi Senpai di masa depan.”

Dia bersandar pada sikunya lagi dan menatapku.

“Karena ia adalah calon dokter, loh? Setiap wanita di seluruh Jepang pasti mengincarnya. Di tambah lagi, pacarnya berada di Tokyo. Meskipun Senpai tidak berniat berselingkuh, wanita akan datang dan mencoba merebutnya dengan segala cara.”

“Hal seperti itu ...”

“Sulit dipercayai, aku tahu. Kami bahkan tidak berada di tempat yang sama lagi.”

Ketika aku mencoba untuk memberikan bantahan, Yamana-san justru menyela perkataanku dengan tegas.

Dia kemudian terlihat cemas hingga hampir menangis.

“....Mulai sekarang, jika ia sedikit terlambat dalam menghubungiku dari biasanya, aku pasti akan mencurigainya. Aku pasti akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Aku tidak ingin menunjukkan sisi burukku yang seperti itu pada Senpai lagi."

Dengan alisnya yang tertekuk rapat, Yamana-san berkata dengan nada yang menunjukkan tekad yang kuat.

“Jika memang begitu masalahnya…. mungkin lebih baik kalau aku mengakhiri hubungan ini sebagai kenangan yang indah bagi kami berdua.”

Yamana-san berkata demikian dengan senyum yang penuh dengan penghinaan pada dirinya sendiri.

“Selain itu, aku sudah tidak memikirkan cara lain ... Karena aku orang yang bodoh...”

“.......”

Yamana-san bukanlah orang bodoh atau idiot.

Mungkin dia hanya terlalu banyak menahan diri.

Kalau dipikir-pikir, sejak mereka bertemu lagi selama festival budaya kelas 2 SMA, mereka berdua jarang bersenang-senang bersama.

Setelah empat tahun hidup sebagai sorang ronin, Sekiya-san akhirnya berhasil lulus dan meraih kesuksesan, tetapi ia kemudian harus pergi menuju dataran utara Jepang untuk memulai hidup baru.

“Aku tidak tahu mana hal benar yang harus dilakukan. Apa aku harus meninggalkan semuanya, pekerjaanku, keluargaku, teman-temanku ... dan pergi bersama Senpai?”

Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan berkata dengan suara sedih.

“Aku tidak mempunyai kepercayaan besar kepada Senpai untuk membuat keputusan seperti itu secara mendadak. Aku tidak pernah mendapatkan waktu atau kata-kata yang cukup dari Senpai untuk meyakinkan diriku.”

... Aku paham, aku memang memahaminya.

Tapi ...

“Selama tiga tahun sejak aku mulai berpacaran dengan Senpai ... orang yang sudah mendukung hatiku ketika aku tidak bisa bertemu dengan Senpai adalah bukan Senpai.”

Setelah mengatakan semua itu, Yamana-san tersenyum lelah.

“... Sebenarnya, aku ... paling tidak ingin berpisah dengan Ren.”

“........”

Mendengar nama yang secara tidak terduga muncul membuatku terkejut dan terkesiap.

“Mungkin ... aku akan lebih bahagia jika aku berpacaran dengan Ren.”

Yamana-san tersenyum dengan lembut ketika mengatakan itu.

“Aku selalu mengatakan 'aku ingin bertemu' kepada Senpai….Aku selalu khawatir bahwa baik ada maupun tidak ada, keberadaanku tidak terlalu berarti bagi Senpai.

“.........”

Tidak. Itu sama tidak benar, Yamana-san.

 

──Jadi gadis tuh enak, ya. Mereka bisa dengan mudah mengatakan “aku ingin bertemu”.

──Aku ingin bertemu dengan Yamana.

 

Sekiya-san mungkin bukan tipe orang seperti itu.

Kamu juga tahu itu, ‘kan?

Kamu menyukainya, ‘kan?

 

Tapi aku tidak tega mengatakannya.

Jika aku mengatakan itu sekarang, mungkin Yamana-san akan terus memikirkan Sekiya-san yang jauh darinya, tanpa memilih Nisshi.

 

Karena salahku.

Karena kata-kata yang tidak bertanggung jawab dari orang luar seperti aku.

 

──Nikoru boleh saja memikirkan pria lain. Asalkan dia bersamaku.

 

Pada saat ini, mungkin perasaan lama temanku akhirnya terbalaskan.

 

Apa yang harus aku lakukan?

 

Seandainya Yamana-san ada dua orang.

Aku berharap begitu.

 

Aku masih memiliki harapan yang tidak realistis bahkan pada saat-saat seperti ini ...

 

... Jika itu Sekiya-san.

Apa yang diinginkan Sekiya-san dari Yamana-san?

 

──Mana mungkin aku bisa mengatakannya. Terlalu menjijikkan. Itu sama sekali tidak mirip dengan karakterku.

 

“.......”

 

Keputusan untuk “tidak memberitahu” Yamana-san adalah keputusan Sekiya-san sendiri.

Jika begitu, maka aku ...

Aku ingin Yamana-san menghormati keputusan Sekiya-san.

 

──Saat aku kesulitan, aku sering berkhayal. Aku menikahi Yamana, memiliki anak-anak, dan aku menjadi dokter ... Setiap kali aku pulang ke rumah, dia akan merawat anak-anak dan memasak makan malam untukku, dan memberiku sambutan “Selamat datang”. Setelah melihat itu…. semua kelelahanku akan hilang ...

──Aku telah berusaha keras selama tiga setengah tahun untuk mewujudkan masa depan itu.

 

“... Kuh ...”

Tanpa disadari, aku menggertakkan gigiku dan berusaha menahan air mataku.

“... Mengapa malah kamu menangis? Kamu tidak mabuk, kan?”

Yamana-san melihatku dengan tatapan aneh dan terkejut.

Dan kemudian, dia tersenyum pahit dan menatap jauh ke depan.

“... Aneh sekali ya. Mengapa aku menceritakan hal ini padamu, dan bukannya kepada Luna?”

Benar.

Aku juga berpikir begitu.

Kenapa orang yang berdiri di depan Yamana-san saat ini, bukan Luna, Nisshi... atau Sekiya-san, tapi aku??

Aku hanyalah orang tidak berguna yang tidak bisa memeluk dan menghiburnya ketika dia menangis.

“... Tapi yah kurasa kamu saja tidak masalah. Jika tidak ada yang mendengarkanku, aku akan merasa gila.”

Yamana-san berkata dengan suara sedikit konyol dan menatap jauh ke depan.

Restoran sudah melewati waktu sibuknya, piring dan gelas yang kotor dari pesta di sebelah kami telah ditinggalkan begitu saja.

Melihat kekacauan di dalam restoran yang tidak tertata dengan baik, Yamana-san berkata sambil menitikkan air mata.

“Aku bisa berhenti mencintai Senpai sekarang, ‘kan?”

Dia mengedipkan mata. Seolah-olah dihalau oleh bulu mata palsu yang memanjang dari riasannya, tetesan air mata jatuh ke atas meja.

“Aku lelah... aku tidak bisa melakukannya... aku sudah mencapai batasku.”

Yamana-san menyisir rambut cokelat panjangnya dengan jari-jari kuku panjangnya dan bibirnya gemetar.

“Meskipun aku sangat mencintainya, tapi ... ada beberapa cinta yang tidak berhasil ...”

Suara pedih yang hampir tercekik itu membaur dengan tawa jauh dari orang yang mabuk, dan membuatku semakin sedih.

“Hei, aku ... sudah berusaha keras, ‘kan?”

Ya.

Sekarang, aku yakin kalau keputusan itu sudah tidak bisa diubah.

Dia memilih untuk hidup bersama Nisshi, bukan dengan Sekiya-san.

“.........”

Setelah berpikir seperti itu, air mataku tidak lagi mengalir.

Pasti rasanya sangat sulit bagi Yamana-san.

Bahkan pada saat ini, hatinya pasti kesakitan seolah-olah sedang tercabik-cabik.

Aku ingin memberinya kehangatan.

Bahkan bagi Sekiya-san yang tidak berada di sini.

Jika suatu saat aku memiliki anak perempuan di masa depan dan dia sedih di depanku ...

Mungkin aku akan merasakan perasaan seperti ini.

Aku menjadi semakin yakin dengan pikiran itu.

"...!?”

Ketika aku meraih kepalanya dari seberang meja, Yamana-san tampak terkejut sedikit.

“.......”

Namun, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menangis dengan tenang.

 

Tanganku ini sekarang menjadi tangan Sekiya-san.

 

“Kamu sudah berusaha sangat keras untuk waktu yang lama.”

Aku teringat suara Sekiya-san yang lembut dan tenang.

Jika aku adalah dirinya, apa yang akan dikatakan Sekiya-san kepadanya?

Aku berbicara sambil memikirkan hal itu.

“... Sudah cukup. Terima kasih atas kerja kerasmu selama ini.”

Air mata Yamana-san langsung tumpah begitu aku berbisik demikian.

 

Jika tidak ada Yamana-san, kehidupan ronin Sekiya-san pasti akan lebih menyedihkan dan gelap selama bertahun-tahun sebagai pelajar yang gagal.

Aku tahu betapa pentingnya keberadaannya bagi Sekiya-san.

Hanya aku yang tahu.

Oleh karena itu, aku akan menyimpannya di dalam hatiku selamanya.

 

“Sekiya-san…. Ia mencintaimu... dari lubuk hatinya.”

Karena itu, biarkan aku mengatakannya.

Sebagai teman Sekiya-san dan…. Sebagai temanmu.

“Terima kasih atas semuanya.”

 

Terima kasih sudah mencintai Sekiya-san.

Kamu sudah memberinya banyak kebahagiaan.

 

“... Hiks ...”

Aku mulai menangis lagi saat aku memikirkan hal itu.

“Dibilangin, kenapa kamu malah ikutan menangis juga….hiks….”

Yamana-san ikut-ikutan menangis dan menggosok-gosok matanya.

“Karena...”

Aku mengelap air mataku dengan punggung tanganku sambil menjawab.

“Karena ... bukannya kita adalah teman?”

Yamana-san sedikit tertawa sambil mengusap air mata di ujung matanya.

“…Begitu ya.”

Dia mengatakan itu sambil tersenyum dan air mata terakhir jatuh dari sudut matanya.

“…Kamu tuh memang cowok yang benar-benar baik.”

Yamana-san tersenyum ke arahku dengan mata yang sedikit kotor karena riasannya menetes.

Dia mengangkat gelasnya ke arahku.

“Ayo bersulang!”

Kami bersulang dengan minuman anggur prem dan melon soda yang sudah habis.

 

Kira-kira, kemana perginya mimpi yang tidak terwujud?

Rumah tangga bahagia yang ingin diwujudkan oleh Sekiya-san bersama dengan Yamana-san ... kehidupan anak yang mungkin terlahir ...

Di suatu tempat di garis dunia yang berbeda dengan di sini, kehidupan mereka mungkin terus berlanjut.

Aku ingin mempercayai itu.

Karena itu adalah “kenyataan” yang selalu ada di kepala Sekiya-san, rasanya seperti benar-benar ada di sana, menjadi dukungan bagi jiwanya.

 

Karena aku bisa berpikir seperti itu, itulah sebabnya….

 

◇◇◇◇

 

Nishina Ren

Aku mulai berpacaran dengan Nikoru.

 

Beberapa waktu kemudian, aku mendapat kabar semacam itu.

Aku bisa tersenyum dengan tulus dan bergumam pelan,

 

“Selamat ya, Nisshi.”

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama