Chapter 5
Pada keesokan hari setelah
melakukan kencan ganda, aku dibuat terkejut ketika membuka smartphone-ku di
atas tempat tidur.
Yusuke:
Mungkin, aku bakalan punya pacar.
“Eh!?”
Kurasa itu bukan hal yang
mengejutkan, karena sekarang Icchi bertubuh tinggi dan berpenampilan tampan,
sehingga tidak aneh jika ia memiliki pacar.
Bagaimana Icchi yang sangat
pemalu itu bisa bertemu dengan seorang gadis dan menjadi dekat dengannya?
Nishina
Ren: Apa maksudmu, oi!? Siapa dia!? Ceweknya cantik enggak!? Ceritakan padaku!
Aku akan meneleponmu sekarang juga!
Nisshi juga kelihatannya
tertarik dan segera mengirimkan pesan bertubi-tubi hingga panggilan grup
dimulai.
“Hyaa, kemarin ada acara
pertemuan offline, iya ‘kan.”
“Pertemuan offline? Pertemuan
antara K-E-N Kids?”
“Atau lebih tepatnya, pertemuan
antara penggemarku di Twitter?”
“Hah?”
“Aku bertemu dengan beberapa
pengikut yang sering membalas tweet-ku.”
“Oh~?”
“Lalu di sana, ada seorang gadis
yang mengaatakan kalau dia sangat menyukaiku.”
“Haa…”
“Ohh, enak tuh.”
“Entah kenapa dia sangat
menyukaiku. Dia bahkan memposting tentang kami di Twitter.”
“Hmm~?”
“Dia bahkan memberiku hadiah.”
“Haa...”
“Bukannya itu bagus?”
“Hari ini kami akan bertemu
lagi.”
“Hee, jadi rasanya kamu sudah
berpacaran?”
Karena Nisshi terlihat layu
seperti daun kering, jadi aku berinisiatif bertanya.
“Entahlah~! Mungkin jika dia
yang mengatakannya, aku akan menjadi pacarnya~!”
Icchi terlihat dalam keadaan
suka cita.
“Begitu ya, semoga kamu
bahagia.”
Setelah itu, panggilan grup
berakhir dan aku merasa sedikit terharu.
“Icchi akhirnya punya pacar ya
...”
Tiba-tiba, aku jadi teringat
dengan Tanikita-san.
──Habisnya
ia adalah tipe cowok idealku. Tentu saja aku masih menyukainya.
“……..”
Tapi, mau bagaimana lagi, ‘kan?
Jika Icchi menyukai gadis tersebut,
maka Tanikita-san tidak mempunyai kesempatan lagi.
Ketika aku entah bagaimana
merasa tidak berdaya dan kasihan, smartphone-ku bergetar dan melihat kalau itu
ternyata panggilan masuk dari Nisshi.
“Nisshi?”
“Hei,
aku menemukan akun Twitter yang sepertinya dimaksudkan oleh Icchi tadi.”
“Eh?”
Ia sangat cepat ... atau mungkin
dia merasa kesal karena Icchi punya pacar duluan ketimbang dirinya.
“Gadis
ini kelihatannya bahaya banget, loh.”
“Hah?”
“Aku
akan mengirimkan link akunnya padamu supaya kamu bisa melihatnya sendiri.”
Setelah selesai mengatakan itu,
Nisshi lalu menutup teleponnya.
Ketika aku melihat akun yang
dikirimkan, aku terkejut dan spontan mengeluarkan suara,
“Uwaa ...”
Chamotaro
Sedang
berkencan dengan Oshi ♡
Di dalam foto yang diunggah oleh
Chamotaro, terlihat dua gelas yang berjejer di atas meja.
Meskipun itu adalah acara
pertemuan offline, seharusnya masih ada orang lain juga di sana ...
Chamotaro
Serasi~♡ bakalan ketahuan enggak, ya~ ♡
?
Pada foto berikutnya, dia
menunjukkan mug. Karena aku tidak mengerti maksudnya, jadi aku mencoba melihat
akun Icchi dan menemukan bahwa foto mug yang sama telah diunggah sebelum
postingannya.
Yusuke
si Ekstrovert
Aku
mendapatkannya di acara pertemuan offline~ Terima kasih!
──
Dia bahkan memberiku hadiah.
Kalau tidak salah Icchi sempat
bilang begitu.
Jadi dia membeli barang yang
sama dengan hadiah yang diberikan kepada Icchi, dan kemudian membuat cuitan “Serasi~♡
” yang
menyiratkan hubungan mereka yang dekat?
Meskipun tidak terlalu kasar, tapi
caranya yang bertele-tele dalam menunjukkan kasih sayang membuatku merasa tidak
nyaman.
Setelah aku melihat-lihatnya
sebentar lagi, rupanya ada balasan dari pengguna lain yang terasa sangat pedas.
Minami
Itu
cuma acara kumpul-kumpul biasa, apanya yang kencan.
Chamotaro
Ehwwww,
bukannya kamu Minami-san tidak bisa datang ke kumpul-kumpul ini, ‘kan? Wkwkwk
apa karena kamu jelek? Hahaha, kamu cemburu ya?
“Dia benar-benar memancing
keributan...!”
Aku merasa sedikit jijik hanya dengan
melihat ini.
“Nisshi, gadis ini benar-benar
berbahaya.”
Aku tanpa sengaja langsung
menelepon Nisshi.
“Iya,
‘kan!? Tapi Icchi sama sekali tidak menyadarinya. Aku baru saja meneleponnya
dan memberitahunya, tapi anak itu malah tertawa dan berkata 'Dia terlalu suka padaku'.
Dia benar-benar bodoh.”
“Apalagi mereka bertemu mau
berdua hari ini? Itu buruk. Ia mungkin jadi semakin berharap.”
“Makanya,
aku bilang padanya 'Izinkan aku dan Kasshi ikut hadir juga'.”
“Eh!? Kenapa kamu memutuskan
seenaknya sendiri?”
“Memangnya
kamu ada rencana?”
“Aku akan bekerja di departemen
editorial mulai jam tiga sore nanti...”
“Ah,
tenang saja. Icchi bilang kalau mereka akan bertemu jam dua belas. Semuanya
pasti akan selesai sebelum itu.”
“Ehh~...”
Meski demikian, aku memang
khawatir dengan Icchi.
Sama seperti kami, dirinya
tidak terbiasa dengan lawan jenis dan juga canggung dalam hubungan sosial. Tiga
tahun yang lalu, ia mengakui perasaannya kepada Tan kita-san secara tiba-tiba
meski bukan merupakan sanksi hukuman game atau apapun di festival budaya, dan
dia memiliki sisi berbahaya dalam hal wanita.
Pada akhirnya, aku memutuskan
untuk pergi ke tempat pertemuan tersebut bersama Nisshi dan mulai bersiap-siap
setelah mengakhiri panggilan.
Lalu, aku tiba-tiba berpikir.
Aku membuka obrolan LINE dan mulai mengetik pesan ke “A.T.”
◇◇◇◇
“Senang bertemu denganmu,
namaku Chamotaro.”
Gadis yang muncul di restoran
tempat kami bertemu mengucapkan salam dengan penuh kecentilan.
Aku bergabung dengan Icchi dan
Nisshi setengah jam yang lalu dan kami menunggu dengan tidak sabar di meja
empat orang di dalam restoran.
“Ah, duduklah di sini.”
“Okee~ ♡”
Dia segera duduk di sebelah Icchi
di sofa di dinding ..... Aku melihat gadis yang duduk di depanku dengan tatapan
ragu-ragu.
Sejujurnya, dia bukan tipeku.
Jika harus diungkapkan dengan slogan, dia seperti “Gadis paling imut ke-16 di kelas”.
Dia kelihatannya sangat peduli
dengan fashion, dan memakai pakaian yang agak berjumbai dan feminin. Secara
gaya, dia mungkin mirip dengan gaya Kurose-san yang dulu.
Karena dia adalah anggota KEN
Kids, mungkin dia seorang otaku juga, tapi dia terlihat ceria dan ramah.
Mungkin karena dia berada di depan orang yang disukainya.
“….Sialan, ini pasti mustahil,
‘kan~?”
Nisshi yang dduduk di sebelahku
langsung mengumpat.
Aku menyodok Nisshi dengan kuat
untuk membuatnya diam.
“Teman-temanku bilang mereka
ingin bertemu dengan Chamotaro-san. Mereka berdua adalah teman SMA-ku dan dua-duanya
merupakan KEN Kids, kami selalu membicarakan hal-hal tentang KEN di sekolah.”
Icchi berbicara dengan penuh
semangat. Sepertinya suasana hatinya sedang penuh gembira.
“Wah, keren, bikin iri~! Chamo sih
nggak punya teman KEN Kids di sekolah~”
Chamotaro-san juga menanggapi dengan semangat.
Mereka berdua mungkin kelihatan
cocok satu sama lain, tapi aku tahu karakter asli Chamotaro di Twitter, jadi aku
tidak mempunyai pandangan yang baik mengenai dirinya.
“Umm, Chamotaro-san? Berapa
usiamu?”
Aku bertanya kepadanya karena
dia terlihat cukup muda.
Chamotaro-san lalu balas tersenyum
padaku dengan ramah.
“Aku masih berusia 17 tahun.”
“Eh, jadi kamu masih anak SMA?”
“Iya.”
“Be-Begitu ya...”
Aku lalu melakukan kontak mata
dengan Nisshi.
Selain dia tipe gadis yang
sudah cukup buruk dan sekarang, dia ternyata masih SMA...
Semakin lama aku semakin tidak
ingin melihat Icchi berpacaran dengan gadis ini.
Namun, aku tidak tahu harus
berbuat apa untuk menghentikan hubungan mereka.
“Chamo-san, kamu benar-benar
masih muda ya. Kulitmu juga kelihatan sangat halus.”
“Ahh~♡ Tapi Ekstrovert-san juga
kelihatan sangat tampan, kok.”
Sekarang aku baru sadar akan
nama panggilan Icchi “Yusuke si Ekstrovert” dan seberapa ironisnya bahwa
julukannya adalah “Ekstrovert-san”.
“...Uwaahh~”
Saat aku mendengar suara dari
sebelahku, aku melihat Nishi sedang menatap layar ponselnya di atas
pangkuannya.
“Kasshi, lihat ini.”
Aku melihat layar yang Nisshi
tunjukkan dan melihat postingan terbaru Chamotaro-san di Twitter.
Chamotaro:
Kencan
bareng Oshi lagi hari ini ♡
Minuman yang sama ♡
Love ♡
Postingan tersebut dilengkapi
dengan gambar dua gelas di atas meja di bar minuman. Meskipun aku tidak tahu
kapan foto itu diambil, tapi dia dan Icchi meminum minuman cola yang sama. Dia
bahkan menambahkan lokasi pada postingannya, mungkin dia ingin memamerkannya ke
seluruh dunia.
Bahkan setelah itu, kemesraan
antara Icchi dan Chamotaro-san sama sekali tidak berhenti.
“Bangunan yang dibangun oleh
Ekstrovert-san benar-benar keren banget~♡,
seperti Kuil Itsukushima.”
“Ohh~ yang itu, ya? Itu sih
gampang! Aku bisa membuatnya dalam satu jam!”
“Ehh? Kamu bohong, deh~!”
“Dibilangin itu sih gampang!
Kalau kamu mencapai levelku ...”
“Kamu jenius banget~♡! Aku jadi sangat menyukaimu~♡!”
“Iya dong, jangan jatuh cinta
padaku, ya.”
“Eh, tapi aku sudah jatuh cinta
padamu!”
“Tahahaha~”
Chamotaro-san juga sama-sama
anehnya, tetapi pada titik ini Icchi juga tidak bisa disalahkan. Meskipun ini
adalah momen pertama dirinya memiliki pacar, ia tidak boleh menjadi pria yang
menyedihkan seperti ini.
Ketika aku merenungkan hal itu,
perasaan frustrasi mulai muncul di dalam diriku.
Sepertinya Nisshi juga
merasakan hal yang sama.
“… Sudah cukup, aku pulang
saja. Kasshi, ayo pergi.”
Dia berkata padaku dengan wajah
lelah.
“Iya...”
Icchi sudah tidak bisa diselamatkan
lagi. Bahkan jika ia dilarang oleh KEN karena menyentuh penggemar wanitanya
atau bahkan jika dia ditangkap karena melakukan tindakan cabul pada anak di bawah
umur, tidak ada yang bisa kami lakukan.
Saat kami hendak bangkit dari
kursi kami, seorang pria muda berdiri di belakang kursi kami dan berteriak
kepada kami.
“Oi, kampret! Kamu lagi
ngapain!”
Semua orang di restoran menoleh
ke arah kami karena suara keras yang tidak biasa itu.
Aku berasumsi bahwa ia pasti
pelanggan di meja lain dan mencoba untuk tidak menatapnya. Namun, ia justru
terus berjalan menuju ke arah meja kami.
“... Jadi, mana di antara
kalian yang bernama Yusuke si Ekstrovert?”
Pria itu melihat wajah kami
bertiga secara bergantian, lalu menatap Chamotaro-san dengan tatapan tajam.
“Hei, cepat jawab, Chamo!”
Pada saat itu, aku segera menyadari
bahwa ia mengenal Chamotaro-san.
“.....”
Chamaotaro-san hanya menunduk
dan terdiam.
“Apa itu kamu?”
Ia menatapku dan bertanya, aku
lalu menggelengkan kepala dengan tegas.
“Lalu, kamu?”
Nisshi, yang berdiri di
sampingku, juga menggelengkan kepalanya dengan tegas.
“..,, Berarti kamu?”
Seperti yang diduga, Icchi
tidak menyangkal. Namun, dirinya terdiam dan hanya menatap pria itu tanpa
bereaksi seolah-olah ia sedang kaget.
Pria itu terlihat jauh lebih
muda sekitar kelas dua SMA dan tampak seumuran Chamotaro-san. Meskipun ia
memiliki kekuatan kata-kata yang cukup kuat, dia tidak terlihat seperti orang
yang sombong, dan tampak seperti remaja biasa yang bisa ditemukan di mana saja
dari pakaian yang dikenakannya.
Namun, kemarahan murni dari
dirinya sendiri terasa menakutkan.
“Dasar keparat, apa yang kamu
lakukan pada pacarku?”
Aku sudah memperkirakan
sebagian besar dari situasi ini, tetapi aku mengerti semuanya melalui
kata-katanya.
“Pa-Pacar...?”
Icchi terlihat tercengang.
Itu adalah ekspresi yang terlihat
seperti dia jatuh dari surga ke neraka.
“Lagian, kamu lagi enggak
berkencan atau semacamnya. Kamu lagi ngapain sih? Aku tidak akan menyadarinya
jika kamu tidak menulis hal seperti itu di Twitter!”
Chamataro-san menunduk lagi
ketika dia dipandang oleh pacarnya.
“M-Maaf. Aku cuma terlalu senang
karena bisa bertemu dengan cowok populer seperti Ekstrovert-san…. dan ingin
memamerkannya pada penggemar wanita lain... itu saja….”
“Apa kamu tidur dengannya?”
“Tidak, aku tidak
melakukannya…”
Chamaotaro-san menjawab dengan
suara rendah sambil menunduk.
“…. Benarkah?”
Pacarnya memelototinya dengan
curiga.
“Sumpah, beneran. Kami baru
saja bertemu di acara pertemuan offline kemarin!”
“Ia masih perjaka! Jadi ia
belum pernah melakukannya!”
“Ia bahkan tidak memiliki keterampilan
seperti itu!”
Entah kenapa, malah kami berdua
yang terpaksa membela Chamotaro-san dengan sepenuh hati kami ketimbang Icchi
yang cuma terdiam.
Pandangan orang-orang di dalam
toko yang penuh rasa ingin tahu sangat menyakitkan.
“…. Jangan lagi-lagi bertemu
dengannya. Paham?”
Chamotaro-san mengangguk
dalam-dalam setelah diperingatkan oleh pacarnya.
Icchi menatapnya dengan sedih.
“Kalau begitu ayo pergi”
Chamotaro-san berdiri saat
pacarnya memberitahunya, dan entah kenapa, Icchi juga ikut berdiri.
Karena tidak ada gunanaya jika
hanya aku dan Nisshi saja yang tinggal di sini, jadi kami sama-sama ikutan
berdiri.
Waktu yang canggung berlalu
ketika kami semua berbaris di kasir dan diam-diam membayar minuman yang dipesan.
Kemudian, kami pergi keluar dari
toko.
“Ayo pergi.”
Chamotaro-san sempat melirik
Icchi setelah diberitahu oleh pacarnya yang masih marah, dan mulai berjalan
diam mengikutinya.
“…Tunggu sebentar!”
Icchi tiba-tiba memanggil Chamotaro-san.
Chamotaro-san dan pacarnya berhenti
dan menatap ke arah Icchi.
Sementara itu, Icchi dengan wajah
sedih menatap Chamo-san dan membuka mulutnya.
“... Putus dengan cowok itu dan
berpacaran denganku.”
“Hah?”
Pacarnya langsung menjadi
marah.
Orang-orang yang lewat di
trotoar yang lebar dengan pohon-pohon yang teratur di dekat stasiun mengarahkan
perhatian ke arah mereka dengan rasa penasaran.
Masih tidak menyerah, Icchi
memohon.
“Aku menyukaimu. Tolong,
Chamo-san ...”
Chamotaro-san yang berdiri di
samping pacarnya, menatap Icchi yang putus asa dengan kepala tertunduk.
‘’Maaf. Aku menyukai
Ekstrovert-san sebagai penggemar saja, tapi aku tidak bermaksud seperti itu
...”
“Apa-apaan itu ...? Jika kamu
menyukainya, kenapa tidak saja berkencan denganku!? Kamu adalah penggemarku, ‘kan!?
Mendingan berpacaran saja denganku...!”
Icchi mengangkat kepalanya dan
berkata dengan keras pada Chamotaro-san.
“Icchi!”
Nissi mencengkeram lengan Icchi
seolah-olah memperingatkannya untuk berhenti. Namun, karena perbedaan ukuran
tubuh mereka, ia dengan mudah melepaskan diri.
“Jangan bercanda, dasar
brengsek!”
Pacarnya marah lagi dan
mendekati kami.
“Apa kamu cari gara-gara,
hah!?”
Ketika pacarnya mengangkat
tangannya, Icchi merasa ketakutan dan jatuh ke belakang.
Meskipun aku tidak pernah
terlibat dalam perkelahian, jadi aku mengerti perasaannya. Namun, itu sangat
tidak keren.
“Chamo-san ...”
Icchi merintih sambil duduk
dengan kedua tangannya di belakang tubuhnya.
“Caper banget sih loe, mau
beneran aku pukul, hah!?”
Pacarnya menjadi tidak sabaran
dan mengangkat tangannya lagi ke arah Icchi.
Tepat pada saat itu, ada
seseorang yang melintas dari belakang kami dan muncul di depan Icchi.
“Memangnya kamu ini bodoh apa!?”
Suara wanita yang bernada
tinggi bergema di trotoar, diiringi dengan suara tamparan.
“Jangan terus memperlihatkan
tingkah memalukanmu!! Aku sudah melihat semuanya dari dalam toko, tau!?”
Dia langsung menunggangi Icchi dan
meraih kerahnya sembari berkata demikian.
“Ta-Tanikita-san......!?
Seriusan!?”
Nisshi yang berada di sebelahku
bergumam dengan tercengang. Memang, karena aku tidak memberitahu Nisshi, jadi
wajar saja kalau dirinya terkejut.
[Ryuuto]
Icchi
mungkin bakalan punya pacar
Kamu
yakin membiarkannya begitu saja?
[A.T]
Gadis
yang bernama Chamotaro, ‘kan? Meskipun sepertinya dia sudah punya pacar,
mungkin dia ingin berpaling darinya.
[Ryuuto]
Ohh,
jadi kamu sudah tahu ya ...
Sekarang
aku akan mengirimi lokasi tempat kami bertemu nanti di restoran keluarga.
Aku mengingat kembali
percakapan kami di LINE sebelumnya. Tanpa kusadari, rupanya dia mungkin melihat
semua yang kami lakukan di meja restoran keluarga tadi.
“Mengapa malah gadis itu? Dia
tidak seimut aku dan tidak menyukaimu seratus kali seperti aku!”
Icchi yang masih dalam keadaan
terjepit terdiam ketika Tanikita-san mulai menembakkan kata-kata kepadanya.
“Jangan mempermalukan dirimu di
depan orang seperti itu dan merusak tiga tahun perasaanku kepadamu! Padahal
kamu itu sekeren ini!”
“Eh, Tanikita ... eh, ke-kenapa
...”
Icchi akhirnya angkat bicara
dan Tanikita-san menjawab dengan wajah tanpa rasa malu.
“…Jika aku bilang 'Minami', apa kamu bisa memahaminya?”
“... Eh, penggemarku yang
selalu memberikan balasan di Twitter setiap kali aku mengunggah sesuatu?”
Tanikita-san mengangguk
dalam-dalam.
“Akulah Minami. Sebenarnya aku sudah
memiliki akun sebelumnya, tapi aku diblokir karena mencela orang, jadi aku
membuat akun baru.”
“... Eh ...”
“Apa kamu berpikir kalau aku
terlalu jelek karena tidak pernah datang ke acara offline meskipun aku tinggal
di Tokyo?”
“... Eh ... eh ... !?”
Icchi membuka mulutnya dengan
wajah yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
“Ehh... apa kamu,
menyukaiku...?”
“Mana mungkin seseorang akan
memberikan balasan setiap hari kepada orang yang mereka benci."”
Tanikita-san menjawab dengan
nada yang tidak mencerminkan perasaannya terhadap pria yang sangat disukainya.
“Ap-Apa kamu menyukaiku sebagai
'idola'….?”
Mungkin karena hal yang terjadi
dengan Chamotaro-san sebelumnya, Icchi menjadi lebih hati-hati.
“Yang mana saja tidak masalah.
Baik itu sebagai Ijichi Yusuke atau Yusuke yang populer, aku suka semuanya.
Jika kamu memintaku untuk menjadi pacarmu, aku akan menjadi pacarmu. Jika kamu
memintaku untuk melakukan hal begituan,
aku akan melakukannya. Aku terlalu suka penampilanmu."
Tanikita-san mengangkat alisnya
dan menarik napas dalam-dalam, dan Icchi langsung berubah menjadi panik.
“Eh, tapi aku sudah ditolak
habis-habisan saat festival budaya ...”
“Pada saat itu, Ijichii-kun
sangat gemuk! Aku seorang otaku, jadi tentu saja aku sangat memperhatikan
penampilan! Jika kamu ingin mengajakku berpacaran, datanglah dengan penampilan
yang lebih baik!”
Tanikita-san menggigit bibirnya
dengan sedih setelah berbicara dengan cepat dan menuduh.
“..Jika begitu, aku bisa
menghindari perasaan seperti ini selama bertahun-tahun….”
Orang-orang yang lewat melihat
kedua orang itu sambil menghindari mereka dan memperhatikan mereka dengan rasa penasaran.
Sementara aku berdiri sedikit
jauh dari Nisshi dan kedua orang itu, aku merasa seperti menjadi bagian dari
pertunjukan dan merasa sedikit tidak nyaman.
Namun, kedua orang itu sepertinya
tidak memperhatikan hal tersebut.
“Eh, umm, jadi... saat ini,
sekarang juga…. kamu masih menyukaiku..?”
Masih dengan wajah kebingungan,
Icchi mencoba untuk memperjelas situasi. Namun, Tanikita-san kembali menunjukkan
ekspresi wajah yang kaku.
“Kamu ini benar-benar bodoh, ya!?
Jangan membuatku mengatakannya berkali-kali! Jika aku tidak menyukaiku, aku
tidak akan datang ke tempat seperti ini! Aku merasa malu terlibat dalam drama
seperti ini! Bagaimana kamu bisa membuatku merasa seperti ini !?”
“.........”
Wajah Icchi menjadi memerah
dalam sekejap.
Dan kemudian...
“Eh!?”
Tanikita-san yang kebetulan duduk
di antara selangkangan Icchi, tiba-tiba terkejut dan mengangkat pinggulnya
seperti orang yang panik.
“He-Hei, kenapa kamu malah
terangsang segala!?”
“A-ah, maaf...”
“Dasar mesum! Cabul!”
Tanikita-san terus-menerus
menghina Icchi yang buru-buru meminta maaf dengan wajah memerah.
Namun, dia kemudian menatap
Icchi dengan pandangan yang tulus dan berkata,
“Aku menyukaimu...”
Dia berkata dengan suara
menggebu-gebu dan mencium bibir Icchi.
“..........”
Aku tidak bisa menahan napas
ketika melihat mereka berciuman di tengah jalanan yang ramai.
“Aku selalu ingin melakukan
ini.”
Melepaskan bibirnya,
Tanikita-san menatap Icchi dengan ekspresi sedih dan terpesona.
".........”
Icchi juga menatap Tanikita-san
dengan pipi yang memerah, dengan tatapan tak percaya dan bermimpi-mimpi.
“… Tu-Tunggu dulu, Tanikita-san!
Cukup sampai di situ!”
“Hentikan! Hentikan!”
Kami dengan panik menarik
Tanikita-san dari Icchi karena terlihat seperti mereka akan mulai melakukan
sesuatu di jalanan umum.
Tanpa kusadari, Chamotaro-san
dan pacarnya sudah tidak ada di sana. Kurasa itu wajar saja.
“Baiklah, kalau begitu, apa kalian
berdua sudah mulai berpacaran sekarang?”
Nisshi mengatakan itu dengan
nada sedikit putus asa.
Icchi juga berdiri dan kami
berempat berdiri di samping pohon di trotoar yang tidak mengganggu lalu lintas.
Aku merasa lega karena tidak lagi menjadi tontonan orang lain.
“.......”
Icchi dan Tanikita-san saling
bertukar pandang tanpa berkata-kata, mencari tahu ekspresi wajah masing-masing.
Dari ekspresi mereka,
satu-satunya jawaban yang mungkin adalah
“Iya”.
Sembari memikirkan hal itu, aku
mengambil tangan kiri Icchi dan tangan kanan Tanikita-san dan saling
menggenggamkan tangan mereka.
“…Baiklah. Jadi memang
begitulah artinya.”
Kedua orang itu saling
memandang sejenak, lalu memalingkan mata mereka dengan tatapan tersipu. Mereka
mungkin masih merasakan efek dari ciuman pertama mereka.
“Mungkin masih ada banyak hal
yang harus kalian berdua bicarakan, jadi sisanya silakan bicarakan sendiri.”
Nisshi mengatakan sambil
mendorong punggung Icchi dan Tanikita-san, dan kedua orang itu berjalan
berpegangan tangan di trotoar.
“....Ahh~. Jadi Icchi juga sudah
punya pacar sekarang, ya.”
Nisshi mengeluh pelan ketika melihat
mereka berdua pergi dan menghilang di antara orang-orang yang lewat.
“Ya, memang.”
“Cih, rasanya jadi
membosankan.”
Walaupun Nisshi mengatakan itu sambil
mengeluh, tetapi ekspresinya menunjukkan bahwa dirinya merasa lega.
Aku sekali lagi melihat
punggung mereka berdua yang menjauh dengan tetap berpegangan tangan seraya
bergumam.
“Semoga kalian bahagia.”
◇◇◇◇
Akari
Kashima-kun,
terima kasih banyak hari ini!
Kegiatan
“kencan berbayar” sudah diblokir semuanya jadi jangan khawatir lagi ya!
Sekarang
aku sangat bahagia!
Malam itu, ketika aku melihat
pesan LINE dari Tanikita-san.
“…Sudah kuduga, ini dari
Tanikita-san.”
Mau tak mau aku tersenyum kecut
saat membaca isi pesan yang membuatku ikutan merasa senang.
◇◇◇◇
Keesokan harinya pada sore
hari, aku pergi mengantarkan Sekiya-san ke stasiun. Karena ini hari Sabtu, aku
seharusnya memiliki kerja paruh waktu untuk mengajar bimbel, tetapi kelas
terakhir telah dibatalkan oleh alasan pribadi siswa.
Karena terlalu mendadak,
Sekiya-san tidak dapat memesan penerbangan pada waktu yang tepat selama musim
sibuk, jadi ia memutuskan untuk pergi dengan kereta Shinkansen.
“Yo. Maaf ya sudah merepotkanmu
sampai mengantarku segala.”
Saat kami bertemu di Stasiun
Omiya, Yamana-san sudah berada di samping Sekiya-san. Mereka mungkin telah
bersama sepanjang hari ini juga.
Sekiya-san hanya membawa satu
koper biru dan tas punggung kecil, terlihat seperti gaya perjalanan selama tiga
malam empat hari.
“………”
Yamana-san tidak banyak bicara
dan terlihat seperti habis begadang.
“Nikoru...”
Luna mengkhawatirkan teman
baiknya dengan tatapan penuh kasih sayang. Setelah mengantar kepergian
Sekiya-san, Yamana-san memintanya untuk ikut dengannya karena dia merasa tidak
bisa menjaga ketenangannya sendiri. Itulah sebabnya, kami juga bergabung dengan
mereka.
“Sekarang waktunya untuk pergi
ke peron.”
“Ya...”
Percakapan di antara Sekiya-san
dan Yamana-san sedikit. Mereka mungkin tidak tahu apa yang harus dikatakan
sekarang karena waktu perpisahan semakin dekat.
Kereta Shinkansen yang akan
dinaiki Sekiya-san berangkat sebelum jam enam sore. Tujuannya adalah Hakodate
dan ia akan menginap di hotel bisnis malam ini.
Kami berempat berjalan di
sepanjang stasiun yang ramai pada sore hari selama liburan musim semi dan tiba
di peron Shinkansen.
Para penumpang membentuk
antrian di sepanjang garis yang ditarik di atas platform. Lalu, Sekiya-san dan
Yamana-san berdiri di ujung antrian.
Waktu keberangkatan yang
ditampilkan di bagian atas platform semakin dekat setiap saat.
“Uuu...”
Yamana-san menutupi mulutnya
dan mulai menangis.
“Nikoru...”
Sekiya-san memeluk Yamana-san.
Ekspresinya terlihat sangat sedih.
“Luna...”
Aku memanggil Luna dan berdiri
sedikit menjauh dari mereka.
Sekiya-san dan Yamana-san
saling mendekatkan wajah mereka dan berbicara dengan suara kecil.
“Uu...”
Yamana-san terkadang menangis tersedu-sedu
dan air mata mengalir di pipinya.
Pengumuman kedatangan kereta
terdengar di peron dan kereta Shinkansen yang berbentuk aerodinamis melambat
saat memasuki stasiun.
Itu adalah kereta Shinkansen
yang akan dinaiki Sekiya-san.
“Sekiya-san...”
Kami berdua pun mendekatinya
dan memberikan selamat tinggal pada Sekiya-san yang akan menaiki kereta.
“Jaga dirimu baik-baik.”
“Ya. Sampai jumpa lagi pada
liburan musim panas.”
Sekiya-san melambaikan
tangannya seolah ingin menghilangkan suasana yang berat.
“Tidak mungkin...”
Lalu, Yamana-san menangis
sambil duduk di tanah.
“Musim panas... bahkan musim
semi belum tiba...”
“Nikoru...”
Sekiya-san meraih lengan
Yamana-san dan membantunya berdiri.
Barisan yang terbentuk di
platform telah sepenuhnya masuk ke dalam kereta. Sekiya-san sudah memasukkan
kopernya ke dalam kereta terlebih dahulu dan menopang tubuh Yamana-san dengan
kedua tangan.
“Yamana...”
Ia membungkuk dan menatap wajah Yamana-san yang merengek dengan
air mata yang mengaburkan pandangannya. Sekiya-san lalu berbisik dengan lembut.
“Ayo ikutlah denganku... Aku
tidak ingin berpisah denganmu.”
Baru pertama kalinya aku melihat Sekiya-san menunjukkan
ekspresi semacam itu.
Sikap tenang dan santainya
hilang dan digantikan dengan ekspresi sedih yang memohon.
“….!”
Yamana-san membuka matanya
seperti mendapat inspirasi tiba-tiba.
“Ah...”
Bibirnya terbuka seperti ingin
mengatakan sesuatu, tetapi dia hanya gemetar tanpa bisa mengeluarkan suara.
Kemueidan, bel keberangkatan
berbunyi dengan sangat keras.
“Senpai...”
Air mata mengalir deras seperti
air terjun dari kedua mata Yamana-san.
“Aku... aku...”
Dengan suara terengah-engah,
seperti orang tenggelam yang berteriak minta tolong di tengah ombak,
Yamana-san mengatakan itu.
“Aku…tidak bisa... aku tidak
bisa pergi….!”
Air mata terus mengalir dan
meninggalkan bekas-bekas layaknya air hujan di lantai stasiun.
“…Begitu ya.”
Sambil berbicara dengan wajah
cemas seperti anak kecil yang tersesat, Sekiya-san berbisik demikian.
Sekiya-san melepaskan tangan
Yamana-san dan tubuhnya ditarik masuk ke dalam pintu masuk kereta Shinkansen.
Seperti menunggu momen itu,
pintu segera tertutup dan mereka dipisahkan oleh pelat baja yang dingin.
Wajah Sekiya-san yang terlihat
dari jendela perlahan-lahan menjadi kabur dan hilang dari pandangan.
Satu-satunya penghiburan adalah
Sekiya-san tersenyum tipis ketika terakhir kali terlihat.
“Senpai….!”
Yamana-san jatuh berlutut di
peron dan menangis
“Nikoru!”
Luna berlari ke arahnya,
membungkuk dan memeluk bahunya.
“Ini terlalu kejam, Senpai.
Kamu membuat pernyataan seperti itu di akhir...!”
Sambil menangis, Yamana-san
mengeluarkan kata-kata seperti terbatuk.
“Aku sudah bukan anak kecil
lagi. Aku sudah memutuskan untuk bekerja di sini dan punya tanggung jawab untuk
menjaga hidupku sendiri.”
Luna mengernyitkan kening dan
membelai punggung temannya dengan lembut.
“Ibu... aku tidak bisa
meninggalkan ibuku sendirian. Hanya dia satu-satunya keluargaku...”
“….Benar sekali, aku
memahaminya.”
Luna juga menangis dan memeluk
Yamana-san erat-erat.
“Meninggalkan semuanya dan
hanya mempercayai Senpai, dan pergi ke tanah yang jauh dan asing...? Musim
jatuh cinta seperti itu sudah lama berakhir...”
“Ya...”
“Kita sudah menjadi dewasa,
‘kan….”
“Ya... ya...”
Sambil menganggukkan kepalanya
dengan tegas, Luna memeluk sahabatnya dengan erat.
Sementara itu, aku hanya
berdiri diam di peron sambil menonton mereka. Di dalam kereta Shinkansen, apa
yang sedang dipikirkan Sekiya-san saat ini?
◇◇◇◇
Setelah itu, kami pergi ke
sebuah izakaya di pusat kota dekat Stasiun Omiya.
“Aku bakalan tidak sanggup
kalau enggak minum-minum di hari seperti ini.”
Yamana-san ternyata lebih kuat
daripada yang kupikirkan. Matanya masih bengkak dan merah karena menangis, tapi
selain itu dia kembali seperti biasanya.
Suasana di dalam restoran yang
cerah dan ramai mengingatkanku pada izakaya tempat Yamana-san bekerja dulu, “Bakkasu”. Mungkin situasi ini
membuatnya merasa seperti biasanya.
“Ya betul banget, ayo minum!
Aku akan minum juga hari ini!”
Mungkin demi memberi semangat
pada temannya, Luna juga bersikap ceria. Seperti yang dia katakan, dia memegang
gelas Jim Beam di tangannya.
“Ryuuto, besok kamu akan
berusia 20 tahun, ‘kan?”
“Benarkah? Jadi kita bisa bersulang
sampai pergantian hari.”
“Eh!?”
Meskipun sekarang masih pukul 7
malam, itu terlalu lama.
“Yang benar saja, itu sih
mustahil.”
“Ya, aku juga harus bekerja
besok.”
Luna tersenyum dan mendukung
penolakanku.
Namun...
“….Bagaimana nih?”
Dua jam kemudian, Luna berbaring
di atas meja di sampingku dan tertidur dengan tenang dengan kedua tangannya di
pipinya.
“Uh-Uhmm~, mungkin pilihan
terakhirnya harus naik taksi...”
Mungkin itu akan memakan biaya
hampir 10.000 yen untuk sampai ke rumah Luna, tapi apa boleh buat dengan
keadaannya yang sekarang.
“… Dia tidak perlu memaksakan
diri segala. Padahal dia biasanya tidak minum... tapi demi diriku dia sampai
mabuk begini.”
Sambil bersandar dengan pipi di
tangannya, Yamana-san menatap wajah tidur sahabatnya dengan pandangan yang
tenang.
Di dekat tangannya ada gelas
anggur yang esnya mulai mencair dan hampir tidak berwarna.
“…Aku mungkin tidak sanggup
lagi.”
Tiba-tiba, dia mengatakan hal
itu.
“… Mungkin aku harus putus
dengan Senpai.”
“…Eh…?”
Perkataannya sangat
mengejutkan, jadi aku menatap Yamana-san untuk mencari tahu niatnya yang
sebenarnya.
Yamana-san terus menatap Luna
dan berkata.
“Ketika Senpai memelukku, rasa
cemasku jadi menghilang. Tapi jika kami berjarak satu langkah, kecemasan itu
kembali muncul. ... Aku ini memang bodoh, ya.”
Dan dengan bersandar pada sikunya,
dia memiringkan kepalanya di atas lengan yang terkulai di atas meja.
“Aku benar-benar bodoh ....
Jika memang begitu, aku seharusnya mengikutinya. Jika ia begitu penting bagiku.
Jika aku merasa sangat menyesal seperti ini ......”
Dengan mata yang berkaca-kaca,
Yamana-san memandang meja sambil berbisik.
Dia duduk di sebelah Luna dan
tidak terlihat sangat mabuk. Sepertinya dia minum lebih banyak saat mengemudi,
dan ini mungkin adalah ungkapan perasaan sebenarnya karena hatinya yang sedang
terluka.
“..... Kamu bilang dulu, 'Aku juga pernah mengalami situasi seperti
itu', kan?”
Setelah sedikit berpikir, Aku
mengingat pembicaraanku dengan Yamana-san di taman hiburan Magical Sea.
──
Aku khawatir. Berbeda dengan diriku, Senpai juga punya pengalaman dengan gadis
lain. Aku bahkan berpikir bahwa ia mungkin punya mantan pacar di antara teman
sekelas SMA-nya.
──Aku
juga pernah merasakan hal yang sama. Ketika aku baru mulai berkencan dengan
Luna ... Aku merasa khawatir tentang hal itu.
“Ah, iya....”
“Tapi bagaimanapun juga, kamu
dan aku berbeda. Luna takkan pernah berselingkuh ... tapi aku tidak tahu
tentang Senpai.”
Dengan ekspresi yang tegang,
Yamana-san bangkit dan menghela nafas pelan.
“Aku menyadari bahwa yang tidak
bisa aku percayai bukanlah Senpai saat ini ... tapi Senpai di masa depan.”
Dia bersandar pada sikunya lagi
dan menatapku.
“Karena ia adalah calon dokter,
loh? Setiap wanita di seluruh Jepang pasti mengincarnya. Di tambah lagi,
pacarnya berada di Tokyo. Meskipun Senpai tidak berniat berselingkuh, wanita
akan datang dan mencoba merebutnya dengan segala cara.”
“Hal seperti itu ...”
“Sulit dipercayai, aku tahu.
Kami bahkan tidak berada di tempat yang sama lagi.”
Ketika aku mencoba untuk
memberikan bantahan, Yamana-san justru menyela perkataanku dengan tegas.
Dia kemudian terlihat cemas
hingga hampir menangis.
“....Mulai sekarang, jika ia
sedikit terlambat dalam menghubungiku dari biasanya, aku pasti akan
mencurigainya. Aku pasti akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Aku tidak ingin
menunjukkan sisi burukku yang seperti itu pada Senpai lagi."
Dengan alisnya yang tertekuk
rapat, Yamana-san berkata dengan nada yang menunjukkan tekad yang kuat.
“Jika memang begitu
masalahnya…. mungkin lebih baik kalau aku mengakhiri hubungan ini sebagai kenangan
yang indah bagi kami berdua.”
Yamana-san berkata demikian dengan
senyum yang penuh dengan penghinaan pada dirinya sendiri.
“Selain itu, aku sudah tidak
memikirkan cara lain ... Karena aku orang yang bodoh...”
“.......”
Yamana-san bukanlah orang bodoh
atau idiot.
Mungkin dia hanya terlalu
banyak menahan diri.
Kalau dipikir-pikir, sejak
mereka bertemu lagi selama festival budaya kelas 2 SMA, mereka berdua jarang
bersenang-senang bersama.
Setelah empat tahun hidup sebagai
sorang ronin, Sekiya-san akhirnya berhasil lulus dan meraih kesuksesan, tetapi ia
kemudian harus pergi menuju dataran utara Jepang untuk memulai hidup baru.
“Aku tidak tahu mana hal benar
yang harus dilakukan. Apa aku harus meninggalkan semuanya, pekerjaanku,
keluargaku, teman-temanku ... dan pergi bersama Senpai?”
Dia menutup wajahnya dengan
kedua tangannya dan berkata dengan suara sedih.
“Aku tidak mempunyai
kepercayaan besar kepada Senpai untuk membuat keputusan seperti itu secara
mendadak. Aku tidak pernah mendapatkan waktu atau kata-kata yang cukup dari Senpai
untuk meyakinkan diriku.”
... Aku paham, aku memang
memahaminya.
Tapi ...
“Selama tiga tahun sejak aku
mulai berpacaran dengan Senpai ... orang yang sudah mendukung hatiku ketika aku
tidak bisa bertemu dengan Senpai adalah bukan Senpai.”
Setelah mengatakan semua itu,
Yamana-san tersenyum lelah.
“... Sebenarnya, aku ... paling
tidak ingin berpisah dengan Ren.”
“........”
Mendengar nama yang secara
tidak terduga muncul membuatku terkejut dan terkesiap.
“Mungkin ... aku akan lebih
bahagia jika aku berpacaran dengan Ren.”
Yamana-san tersenyum dengan
lembut ketika mengatakan itu.
“Aku selalu mengatakan 'aku ingin bertemu' kepada Senpai….Aku
selalu khawatir bahwa baik ada maupun tidak ada, keberadaanku tidak terlalu
berarti bagi Senpai.
“.........”
Tidak. Itu sama tidak benar,
Yamana-san.
──Jadi
gadis tuh enak, ya. Mereka bisa dengan mudah mengatakan “aku ingin bertemu”.
──Aku
ingin bertemu dengan Yamana.
Sekiya-san mungkin bukan tipe
orang seperti itu.
Kamu juga tahu itu, ‘kan?
Kamu menyukainya, ‘kan?
Tapi aku tidak tega
mengatakannya.
Jika aku mengatakan itu
sekarang, mungkin Yamana-san akan terus memikirkan Sekiya-san yang jauh
darinya, tanpa memilih Nisshi.
Karena salahku.
Karena kata-kata yang tidak
bertanggung jawab dari orang luar seperti aku.
──Nikoru
boleh saja memikirkan pria lain. Asalkan dia bersamaku.
Pada saat ini, mungkin perasaan
lama temanku akhirnya terbalaskan.
Apa
yang harus aku lakukan?
Seandainya Yamana-san ada dua
orang.
Aku berharap begitu.
Aku masih memiliki harapan yang
tidak realistis bahkan pada saat-saat seperti ini ...
... Jika itu Sekiya-san.
Apa yang diinginkan Sekiya-san
dari Yamana-san?
──Mana
mungkin aku bisa mengatakannya. Terlalu menjijikkan. Itu sama sekali tidak
mirip dengan karakterku.
“.......”
Keputusan untuk “tidak memberitahu” Yamana-san adalah
keputusan Sekiya-san sendiri.
Jika begitu, maka aku ...
Aku ingin Yamana-san
menghormati keputusan Sekiya-san.
──Saat
aku kesulitan, aku sering berkhayal. Aku menikahi Yamana, memiliki anak-anak,
dan aku menjadi dokter ... Setiap kali aku pulang ke rumah, dia akan merawat
anak-anak dan memasak makan malam untukku, dan memberiku sambutan “Selamat
datang”. Setelah melihat itu…. semua kelelahanku akan hilang ...
──Aku
telah berusaha keras selama tiga setengah tahun untuk mewujudkan masa depan
itu.
“... Kuh ...”
Tanpa disadari, aku
menggertakkan gigiku dan berusaha menahan air mataku.
“... Mengapa malah kamu menangis?
Kamu tidak mabuk, kan?”
Yamana-san melihatku dengan
tatapan aneh dan terkejut.
Dan kemudian, dia tersenyum
pahit dan menatap jauh ke depan.
“... Aneh sekali ya. Mengapa
aku menceritakan hal ini padamu, dan bukannya kepada Luna?”
Benar.
Aku juga berpikir begitu.
Kenapa orang yang berdiri di
depan Yamana-san saat ini, bukan Luna, Nisshi... atau Sekiya-san, tapi aku??
Aku hanyalah orang tidak
berguna yang tidak bisa memeluk dan menghiburnya ketika dia menangis.
“... Tapi yah kurasa kamu saja
tidak masalah. Jika tidak ada yang mendengarkanku, aku akan merasa gila.”
Yamana-san berkata dengan suara
sedikit konyol dan menatap jauh ke depan.
Restoran sudah melewati waktu
sibuknya, piring dan gelas yang kotor dari pesta di sebelah kami telah
ditinggalkan begitu saja.
Melihat kekacauan di dalam
restoran yang tidak tertata dengan baik, Yamana-san berkata sambil menitikkan
air mata.
“Aku bisa berhenti mencintai
Senpai sekarang, ‘kan?”
Dia mengedipkan mata. Seolah-olah
dihalau oleh bulu mata palsu yang memanjang dari riasannya, tetesan air mata
jatuh ke atas meja.
“Aku lelah... aku tidak bisa
melakukannya... aku sudah mencapai batasku.”
Yamana-san menyisir rambut
cokelat panjangnya dengan jari-jari kuku panjangnya dan bibirnya gemetar.
“Meskipun aku sangat
mencintainya, tapi ... ada beberapa cinta yang tidak berhasil ...”
Suara pedih yang hampir
tercekik itu membaur dengan tawa jauh dari orang yang mabuk, dan membuatku
semakin sedih.
“Hei, aku ... sudah berusaha
keras, ‘kan?”
Ya.
Sekarang, aku yakin kalau keputusan
itu sudah tidak bisa diubah.
Dia memilih untuk hidup bersama
Nisshi, bukan dengan Sekiya-san.
“.........”
Setelah berpikir seperti itu,
air mataku tidak lagi mengalir.
Pasti rasanya sangat sulit bagi
Yamana-san.
Bahkan pada saat ini, hatinya
pasti kesakitan seolah-olah sedang tercabik-cabik.
Aku ingin memberinya
kehangatan.
Bahkan bagi Sekiya-san yang
tidak berada di sini.
Jika suatu saat aku memiliki
anak perempuan di masa depan dan dia sedih di depanku ...
Mungkin aku akan merasakan
perasaan seperti ini.
Aku menjadi semakin yakin
dengan pikiran itu.
"...!?”
Ketika aku meraih kepalanya
dari seberang meja, Yamana-san tampak terkejut sedikit.
“.......”
Namun, dia tidak mengatakan
apa-apa dan hanya menangis dengan tenang.
Tanganku ini sekarang menjadi
tangan Sekiya-san.
“Kamu sudah berusaha sangat
keras untuk waktu yang lama.”
Aku teringat suara Sekiya-san
yang lembut dan tenang.
Jika aku adalah dirinya, apa
yang akan dikatakan Sekiya-san kepadanya?
Aku berbicara sambil memikirkan
hal itu.
“... Sudah cukup. Terima kasih
atas kerja kerasmu selama ini.”
Air mata Yamana-san langsung tumpah
begitu aku berbisik demikian.
Jika tidak ada Yamana-san,
kehidupan ronin Sekiya-san pasti akan lebih menyedihkan dan gelap selama
bertahun-tahun sebagai pelajar yang gagal.
Aku tahu betapa pentingnya
keberadaannya bagi Sekiya-san.
Hanya aku yang tahu.
Oleh karena itu, aku akan
menyimpannya di dalam hatiku selamanya.
“Sekiya-san…. Ia mencintaimu...
dari lubuk hatinya.”
Karena itu, biarkan aku
mengatakannya.
Sebagai teman Sekiya-san dan….
Sebagai temanmu.
“Terima kasih atas semuanya.”
Terima kasih sudah mencintai
Sekiya-san.
Kamu sudah memberinya banyak
kebahagiaan.
“... Hiks ...”
Aku mulai menangis lagi saat
aku memikirkan hal itu.
“Dibilangin, kenapa kamu malah
ikutan menangis juga….hiks….”
Yamana-san ikut-ikutan menangis
dan menggosok-gosok matanya.
“Karena...”
Aku mengelap air mataku dengan
punggung tanganku sambil menjawab.
“Karena ... bukannya kita
adalah teman?”
Yamana-san sedikit tertawa
sambil mengusap air mata di ujung matanya.
“…Begitu ya.”
Dia mengatakan itu sambil tersenyum
dan air mata terakhir jatuh dari sudut matanya.
“…Kamu tuh memang cowok yang
benar-benar baik.”
Yamana-san tersenyum ke arahku
dengan mata yang sedikit kotor karena riasannya menetes.
Dia mengangkat gelasnya ke
arahku.
“Ayo bersulang!”
Kami bersulang dengan minuman
anggur prem dan melon soda yang sudah habis.
Kira-kira, kemana perginya mimpi
yang tidak terwujud?
Rumah tangga bahagia yang ingin
diwujudkan oleh Sekiya-san bersama dengan Yamana-san ... kehidupan anak yang
mungkin terlahir ...
Di suatu tempat di garis dunia
yang berbeda dengan di sini, kehidupan mereka mungkin terus berlanjut.
Aku ingin mempercayai itu.
Karena itu adalah “kenyataan” yang selalu ada di kepala
Sekiya-san, rasanya seperti benar-benar ada di sana, menjadi dukungan bagi jiwanya.
Karena aku bisa berpikir
seperti itu, itulah sebabnya….
◇◇◇◇
Nishina
Ren
Aku
mulai berpacaran dengan Nikoru.
Beberapa waktu kemudian, aku mendapat kabar semacam itu.
Aku bisa tersenyum dengan tulus
dan bergumam pelan,
“Selamat ya, Nisshi.”