Keiken-zumi Jilid 6 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog

 

Pada keesokan harinya pukul tiga sore, aku bertemu dengan Luna di Shinjuku. Kelihatannya dia ingin merayakan ulang tahunku.

Sebenarnya, dia telah mengambil cuti sehari penuh untuk merayakannya, tetapi karena sering mengambil cuti mendadak akhir-akhir ini seperti berkencan ganda di Magical Sea dan mengantar Sekiya-san, kali ini dia hanya bisa mencapatkan cuti setengah hari untuk menebusnya.

“Ryuuto!”

Luna berlari mendekatiku di keramaian di dekat pintu masuk Bic Camera.

“Apa kamu sudah menunggu lama?”

“Tidak juga, kok.”

“Kamu tuh selalu datang lebih dulu ya, Ryuuto. Aku juga berusaha untuk tidak terlambat, tapi aku merasa kesal karena keduluan terus.”

“Haha.”

Sambil membicarakan hal seperti itu, kami mulai berjalan.

Tangan Luna masuk ke dalam saku jaketku dan memegang tanganku yang dingin karena musim dingin. Suhu udara sudah mulai naik dan suhu maksimum hari ini diperkirakan mencapai 20 derajat Celsius.

Bunga sakura di Tokyo sedikit lebih lambat mekar dari yang diharapkan, tetapi dalam satu atau dua hari ke depan pasti akan mekar sepenuhnya. Musim semi sudah di depan mata.

 

Kami bergerak ke arah Kabukicho dari gerbang timur dan menuju ke bioskop. Hari ini kami berencana akan menonton film bersama setelah sekian lama.

Tahun lalu, film terbaru dari seorang sutradara anime terkenal dirilis dan sekarang sudah memasuki akhir penayangan. Kami kemudian memutuskan untuk menontonnya sebelum film itu tidak lagi diputar.

Aku tidak pernah datang ke bioskop sejak Hari Valentine tiga tahun yang lalu dan merasa gugup ketika mengingatnya. Ketika kami mencoba menuju ke loket tiket dari kerumunan orang, Luna menarik lengan bajuku dan berkata, “Sebelah sini”.

“Ehh?”

Kami naik lift kecil yang tidak ada orang lain di dalamnya dan turun di lantai yang kami tuju dengan bimbingan Luna.

“Pl-Platinum Lobby?”

Aku sedikit tercengang ketika melihat area resepsionis yang terlihat mewah dengan dominasi warna putih.

“Karena ini ulang tahun ke-20 Ryuuto, jadi aku sedikit memperlihatkan kemewahan.”

“Eh!?”

Ketika Luna memberitahu namanya di meja resepsionis, petugas bioskop lalu memandu kami ke lorong dan membawa kami ke ruang tunggu pribadi.

Meskipun tempatnya tidak terlalu luas, ruangan itu terasa mewah dengan sofa kain berkualitas tinggi yang ditempatkan di tengah dan pencahayaan yang terasa sedikit gelap.

“…Ehh, tempat ini? Bukannya di sini mahal ya?”

Aku bertanya setelah duduk di sofa dan petugas keluar dari ruangan. Luna yang duduk di sebelahku hanya tertawa riang.

“Jangan khawatir. Karena aku sudah menjadi pekerja.”

Luna menjawab sambil mengeluarkan kotak dari tas kertas yang dibawanya.

“Tapi aku mungkin sedikit terlalu boros, jadi kamu tidak keberatan ‘kan kalau hadiahnya ini saja?”

Dia lalu meletakkan kotak di atas meja dan membuka tutupnya.

“Aku sendiri yang membuat kue ini. Selamat ulang tahun, Ryuuto.”

“Waahh luar biasa!”

Kue itu dihiasi dengan jenis hiasan yang jarang ditemukan di toko-toko. Permukaan kue tersebut ditutupi oleh kue pastel berwarna-warni dengan berbagai bentuk seperti angka “20” dan hati dengan tulisan “Selamat Ulang Tahun Ryuuto”.

“Misuzu-chan dulu pernah mengambil kelas menghias kue ketika masih berada Osaka. Jadi, aku belajar sedikit darinya baru-baru ini.”

“Menghias kue...?”

“Maksudnya menggambar dengan gula. Yang seperti ini.”

Ucap Luna sambil menunjuk kue pastel berwarna-warni di atas kue.

“Jadi begitu ya.”

“Aku lalu menyempurnakan kue ini dengan tips dari seorang pastry chef yang pernah mengajariku di Chand de Fleurs!”

Semakin banyak orang yang terlibat dalam hidup Luna, dirinya semakin berkembang. Meskipun dia sudah menjadi gadis yang sangat menarik sebelumnya, dia semakin menarik dan menawan seiring bertambahnya pengalaman hidupnya.

“… Terima kasih, Luna.”

Aku mengucapkan itu sambil tersenyum saat melihat kue yang dihiasi dengan gambar-gambar yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

“Aku minta maaf atas kemarin malam, ya..... Aku tidak menyangka kalau aku akan tertidur setelah minum satu gelas highball doang.”

Luna lalu menyimpan baik-baik kuenya dan menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya.

“Sama sekali tidak masalah, kok. Apa kamu bangun tepat waktu pagi ini?”

“Ya, aku bangun jam empat.”

“Eh, bukannya itu terlalu cepat?”

“Tapi, aku harus membuat kue sejak pagi karena ada pekerjaan, dan aku ingin mempercantik diri juga. Aku sudah membuat kue kering kemarin malam... tapi karena itu aku jadi kurang tidur dan malah tertidur di bar, hehe.”

Luna sibuk membuat alasan supaya tidak membuatku khawatir.

“Aku sedikit khawatir tentang pekerjaan akhir-akhir ini, jadi mungkin aku merasa lelah.”

“Oh iya, ngomong-ngomong tentang pekerjaan itu...”

Luna mengangguk seolah-olah dia sudah tahu apa yang akan aku katakan.

“Ya, aku sudah bilang kepada Manajer Wilayah. Aku merasa sangat menyesal. Karena ia orang yang baik, ia sangat memperhatikan perasaanku.”

“Eh...”

Itu berarti... Ketika aku berpikir seperti itu, dan Luna menatapku dengan serius.

“Aku tidak akan pergi ke Fukuoka.”

Suara napas tercekat dari mulutku terdengar jelas di ruangan yang sepi.

“Hari ini, sudah ada pemberitahuan resmi kalau jabatan tersebut sudah diberikan kepada orang lain. Jadi, aku akhirnya bisa memberitahumu.”

Dengan mengingat hal itu, Luna tersenyum padaku.

“Mulai sekarang, aku akan selalu berada di sampingmu, Ryuuto.”

“... Begitu ya...”

Itu sebabnya aku merasa lega, rasanya seperti setelah bertahun-tahun menjalani hubungan jarak jauh, merasa lega dan rileks.

Kemudian aku teringat pada apa yang dikatakan Luna sebelumnya.

──Aku sudah memutuskan perasaanku. Tapi kupikir ini akan menjadi jalan yang lebih sulit daripada sekarang... Aku hanya belum memutuskan keputusan terakhir.

Apa maksudnya itu?

“... Kamu sendiri tidak masalah dengan itu, Luba?”

“Ya. Karena aku memiliki pekerjaan lain yang ingin aku lakukan.”

Pada saat itu, pintu kamar dibuka dengan ketukan dan karyawan bioskop membawakan minuman yang dipesan saat kami duduk.

Ada dua minuman berwarna emas muda dengan gelembung halus dalam gelas tinggi.

“Saya membawakan dua sampanye pesanan Anda.”

Selain itu, ada cokelat mewah dalam kemasan kaca, es krim dan Madeleine di atas meja. Kemudian karyawan bioskop itu pergi meninggalkan ruangan.

“Kelihatannya mau meleleh, ya... Pertama-tama ayo kita makan ini dulu.”

Setelah makan es krim, Luna berkata dengan senyum kecil di wajahnya.

“Aku ingin menjadi pengasuh anak.”

“Eh...”

Aku berhenti bergerak ketika mendengar pengakuan yang tidak terduga ini sambil memasukkan cokelat ke dalam mulutku.

“Pe-Pengasuh anak? Maksudnya seperti guru di taman kanak-kanak dan PAUD gitu?”

Luna balas mengangguk pada kata-kataku.

Dia kemudian tersenyum.

Dengan tatapan yang lembut dan penuh perhatian, dirinya berkata.

“Aku menyukai bayi. Sebelum bertemu dengan Haruna dan Haruka, aku bahkan tidak menyadarinya sendiri.”

Dia memandang sekitar gelas sampanye di atas meja dengan mata menyipit.

“Anak-anak itu mirip seperti gumpalan kecil kemungkinan. Aku berpikir setiap hari, 'bunga apa yang akan mekar untuk anak ini?'. Ketika melihat mereka bermain-main dengan rambutnya, aku akan berpikir apakah dia akan menjadi penata rambut, atau jika mereka sedang bermain bola, apa mereka akan menjadi pemain bola voli. Apa itu terlalu sederhana?”

Dia tersenyum padaku dengan malu-malu dan kemudian menghadap ke arahku lagi.

“Tapi ketika aku terus mengawasi mereka seperti itu, suatu hari aku menyadari tanda-tanda pertumbuhan yang tak terelakkan.”

Matanya bersinar dengan cahaya yang kuat.

“Dan kemudian aku merasakan sesuatu. Aku juga hidup dalam masa kini yang hanya terjadi sekali, sama seperti anak-anak ini.”

Dia melihat ke arahku dengan wajah yang sedikit malu-malu dan kemudian mengurangi ekspresi seriusnya.

“Dalam bidang fashion, tren berubah terlalu cepat. Aku bisa selalu mengenakan pakaian modis baru, tetapi ketika berada di lokasi kerja, aku merasa sedikit lelah. Beberapa hal yang populer musim lalu mungkin sudah tidak lagi populer sekarang. Aku merasa kesulitan untuk mengikuti semuanya ... Dan kadang-kadang aku merasa seperti sedang berbohong ketika merekomendasikan sesuatu kepada pelanggan….. dan kemudian harus memberitahu mereka bahwa baju yang dipilhnya itu sudah tidak populer lagi…Bukannya itu kedengarannya seperti aku benar-benar seorang penipu?”

Aku tahu betul kalau Luna bukanlah orang yang suka berbohong.

“Hal seperti itu membuatku merasa sedikit menyakitkan.”

Ucap Luna sambil tersenyum dengan wajah yang terlihat seperti tersenyum getir.

“Pada awalnya, kupikir aku cocok dengan pekerjaan ini karena aku menikmati melayani pelanggan, tetapi kadang-kadang ... Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres.”

Meskipun Luna mempunyai kepribadian extrovert, tapi aku merasakan kalau dia sedikit canggung dalam beberapa hal. Mungkin itu sebabnya dia merasa seperti itu.

“Tapi, Luna, kalau kamu ingin menjadi pengasuh anak…. apa kamu akan mengambil ujian kualifikasi? Lalu, bagaimana dengan pekerjaanmu yang sekarang?”

Luna mengangguk dengan tenang.

“Ya. Karena aku hanya lulusan SMA, sepertinya aku harus masuk sekolah kejuruan untuk mendapatkan kualifikasi. Jadi, aku akan meminta untuk diturunkan dari posisi wakil manajer supaya aku bisa memiliki fleksibilitas dalam jadwal kerjaku... jika tidak memungkinkan, mungkin aku akan kembali bekerja paruh waktu? Tapi aku belum membicarakannya, jadi aku tidak yakin.”

“Begitu ya….”

“Tapi, jika aku tidak bekerja, aku tidak akan punya cukup uang untuk sekolah, ‘kan? Jadi, kupikir aku harus bekerja sambil belajar di sekolah kejuruan... Aku pikir aku akan lebih sibuk daripada sekarang.”

Dia merenungkan masa depannya, dan kerutan di dahinya menjadi lebih dalam.

“Selain itu, aku tidak terlalu suka yang namanya belajar~ jadi, itu juga membuatku khawatir.”

Luna tertawa dengan malu-malu setelah mengatakan itu. Tetapi, dia sendiri yang memilih untuk terus belajar. Itu artinya dia menemukan pekerjaan yang ingin dia lakukan.

“Tapi aku sudah memutuskan untuk melakukannya. Jika aku terus berpikir 'ada sesuatu yang salah', dan terus bekerja di sini sebagai manajer toko di Fukuoka, dan membangun karirku di jalur tersebut, aku tidak akan pernah sampai ke tempat yang ingin aku tuju, bukan?”

Dia berkata demikian sambil menatap mataku.

“Jadi, satu-satunya pilihan yang ada adalah berusaha yang terbaik.”

“….Begitu ya.”

Melihat Luna yang terlihat begitu bersemangat, aku merasa tidak perlu mengatakan apa-apa lagi.

“Aku mendukung keputusanmu.”

“Terima kasih!”

Luna menanggapi sambil tersenyum manis.

Senyuman yang seperti dewi dan membuatku tak bisa melepaskannya.

“Ayo kita minum!”

Luna mengajakku sambil mengambil gelas sampanye, dan aku juga mengambil gelasku sendiri.

“Selamat ulang tahun, Ryuuto.”

Dia mengucapkan dengan suara lembut di ruangan pribadi yang hanya dihuni oleh kami berdua.

“Ini untuk merayakan ulang tahunmu yang ke-20 dan….”

Dia mengangkat gelasnya dan aku pun mengikuti dengan gelasku sendiri.

“Pada awal kehidupan baru Luna.”

Usai mendengar kata-kataku, Luna tersenyum geli.

“Bersulang~

Dengan suara dentingan pelan, gelas kami saling menempel.

Melihat Luna meminum sampanye-nya, aku juga mengambil sedikit dari minuman sampanye-ku.

“.........”

“….Bagaimana rasanya dengan minuman dewasa?”

Luna menatapku dengan wajah ala kakak perempuan yang menarik.

Oleh karena itu, rasanya sedikit mengecewakan untuk mengatakan dengan jujur..

“Rasanya sedikit pahit….”

Melihatku mengernyitkan wajah setelah menjilat tetesan air di bibirku, Luna tertawa dengan wajah yang ceria.

“Fufu, kamu lucu banget, Ryuuto

Lalu dia mendekatkan dirinya kepadaku dan memberikan ciuman ringan sambil menatapku.

 

◇◇◇◇

 

Platinum Room di mana kami ditempatkan oleh karyawan bioskop lagi sebelum film dimulai adalah tempat duduk balkon khusus untuk dua orang.

Sofa yang terlalu empuk untuk dua orang dan terlalu luas untuk duduk membuat pandangan kami menjadi sejajar dengan layar. Jika melihat ke bawah, aku bisa melihat kursi umum yang tersusun rapi. Tempat ini membuatku merasa seperti bangsawan abad pertengahan yang menonton opera dengan anggun dari balkon. Meskipun aku tidak tahu banyak tentang itu, sih.

“Waaah, empuk banget!”

Luna dengan riang duduk di sofa.

“Entah kenapa aku bakalan bisa tidur di sini!”

 

Aku baru menyadari bahwa kata-katanya adalah pembuka setelah sekitar satu jam film berlalu.

“...?”

Aku merasakan bahunya menyentuhku dan melihat bahwa Luna bersandar pada bahuku. Matanya tertutup dan dia terdengar tidur lelap.

“........”

Kurasa dia kurang tidur hari ini dan minum sampanye sebelum film dimulai membuat rasa kantuknya menjadi tak tertahankan. Karena dia terlihat sangat nyaman tidur, aku tidak tega membangunkannya.

Aku teringat ketika kami menonton film tiga tahun yang lalu. Pada saat itu juga, aku membiarkan Luna bersandar pada bahuku.

Sudah tiga tahun sejak itu, dan aku memikirkannya lagi.

Di atas meja di depanku, gelas sampanye yang tidak habis diminum berdiri. Gelembung kecil masih naik dari bagian bawah gelas tanpa henti.

Ketika aku diam-diam memeriksanya di toilet, sepertinya harga Platinum Room ini adalah tiga puluh ribu yen untuk dua orang.

── Jangan khawatir. Karena aku sudah menjadi pekerja.

── Tapi aku mungkin sedikit terlalu boros, jadi kamu tidak keberatan ‘kan kalau hadiahnya ini saja?

Mungkin karena dia ingin merayakan tahun penting dalam hidupku, jadi dia memberi perayaan khusus yang terlalu sulit untuk dilakukan.

Ketika aku berpikir begitu, rasa sayang dan terima kasih yang mendalam muncul dari dalam hatiku.

Hanya dengan kehadiran Luna di sisiku, aku sudah merasa cukup bahagia.

Aku mengambil tangan Luna yang tergeletak di pangkuanku dan mengaitkan tanganku dengannya.

“.........”

Aku mencoba untuk melihat reaksinya, tapi Luna hanya sedikit menggerakkan kepalanya dan tidak membuka matanya. Jika begitu, tidak apa-apa.

Sambil merasakan aroma dan kehangatan Luna, aku kembali fokus pada film yang sedikit kabur.

 

◇◇◇◇

 

“Ahh~ aku tidak menyangka kalau malah ketiduran lagi hari ini~!”

Di restoran Jepang di sebelah bioskop, Luna menutupi wajahnya seolah-olah dia baru saja teringat sesuatu yang memalukan.

Kami sedang makan malam di ruang tatami bergaya igloo yang dipesan oleh Luna.

“Mau bagaimana lagi, karena kamu sedang kelelahan.”

“Jadi bagaimana ceritanya? Apa dunia berhasil diselamatkan?”

“Iya, berhasil diselamatkan,  itu semua berkat kekuatan cinta protagonist dan pasangannya.”

“Lalu apa yang terjadi kepada mereka berdua?”

“Hmm~, mereka akan bertemu lagi suatu saat nanti. Si heroine sudah kembali ke rumahnya.”

“Hah, apa-apaan itu?! Padahal mereka sangat mencintai satu sama lain!"

“Yah, akhir filmnya selalu saja seperti ini dalam film sutradara itu.”

“Ehh~ ...”

Luna tampak tidak puas dengan akhir film yang aku beritahukan padanya.

“Jika mereka jatuh cinta seperti itu, aku ingin mereka menikah.”

Setiap kali dia menonton film dengan unsur romantis, Luna selalu berkata “Aku ingin mereka menikah.”

Itu mungkin karena impian cintanya terletak di sana.

Karena aku berusaha untuk memenuhi impian itu.

Meskipun tidak puas dengan akhir cerita cinta fiksi, tolong maafkan aku sekarang.

Pada dasarnya, di dalam hatiku, aku adalah seorang penyair yang pandai bersilat lidah.

“Hei, meski ini tidak ada hubungannya, tapi ...”

Tiba-tiba, Luna mengubah topik pembicaraan.

“Aku baru saja dibilang hal yang sangat tidak menyenangkan oleh Manajer Wilayah!”

Wajahnya menunjukkan kemarahan yang jarang terlihat padanya.

“Ketika aku mengatakan bahwa aku jarang bertemu pacarku akhir-akhir ini, ia malah bilang, 'Pacarmu pasti pergi ke tempat pelac*ran.'

“Eh…”

“Ryuuto ... Kamu tidak pernah pergi ke tempat seperti itu, ‘kan ...?”

"”idak, aku tidak pernah pergi kesana.”

Aku menjadi terkejut karena tuduhan yang tak terduga dan semakin bingung.

“….Benarkah?”

Tentu saja, Luna menanyakan dengan tatapan yang penuh kekhawatiran.

“Ya.”

Aku mengangguk dalam-dalam.

“Selain aku tidak ingin bergaul dengan orang yang tidak dikenal dan membayar uang mahal untuk melakukan itu... Aku takut ketularan penyakit ... Terlebih lagi, aku sudah memiliki Luna.”

“Tapi Manajer Wilayah berkata 'Semua pria pasti pergi ke sana'.”

Wajah Luna hampir menangis. Ekspresinya itu membuatnya terlihat lucu dan kasihan, dan aku merasa tergesa-gesa untuk membuktikan ketidakbersalahanku.

“Tidak, tentu saja 'semua pria' tidak melakukannya ... Mungkin orang-orang di sekitar Manajer Wilayah melakukannya, tapi aku mungkin tidak bisa berteman dengan orang-orang seperti itu ... Setidaknya, kupikir tidak ada teman laki-laki di sekitarku yang pernah pergi ke sana ...”

“Benar begitu? Apa benar-benar seperti itu?”

“Ya ... Beneran.”

Aku mengangguk sekali lagi, dan Luna tampaknya menjadi tenang untuk sementara waktu.

“Lalu apa yang kamu lakukan saat menjadi terangsang?”

“... Aku akan melihat video dewasa atau memikirkan Luna dan melakukannya sendirian ...”

“Kamu masih melakukannya dengan membayangkanku?”

Luna akhirnya merasa tenang dan mencondongkan tubuhnya ke arahku.

Meskipun topik semacam ini terasa memalukan, tapi sepertinya Luna cukup menyukai topik ini.

“Padahal sudah hampir empat tahun kita berpacaran, tau?”

“Aku akan melakukannya sampai mati.”

Mata Luna sedikit berbinar mendengar jawabanku yang menjijikkan, lalu dia menggembungkan pipinya.

“Eh, aku tidak suka itu ... Ayo kita lakukan bersama-sama.”

“Eh ...!?”

Aku terkejut mendengar kata-kata berani Luna dan kehilangan kata-kata.

Luna kemudian sedikit malu-malu memalingkan pandangannya dariku.

“... Ketika aku kembali menjadi pekerja paruh waktu, aku bisa mendapatkan jadwal libur yang lebih banyak, ‘kan? Jadi ... bagaimana jika kita pergi berlibur bersama? Misalnya ke Okinawa pada musim panas. Mungkin selama tiga malam.”

“Ti-Tiga malam ...”

Bayangan menghabiskan malam yang penuh gairah di pulau selatan bersama Luna terlintas di benakku, dan aku menelan ludah.

“... Aku tidak bisa bernapas dengan baik jika Ryuuto tidak ada di sisiku.”

Luna melihat secangkir teh hitam di atas meja saat dia tiba-tiba berbisik.

“Hanya ketika aku bersamamu, aku merasa hidup dengan benar.”

Senyuman kecil muncul di bibirnya, dan matanya memancarkan semacam kehangatan yang menggoda.

“Hati Ryuuto adalah hatiku yang lain.”

Lalu, Luna menatap lurus ke arah mataku.

“Aku selalu merasa seperti itu sejak kita lulu dua tahun yang lalu.”

Luna berbisik pelan sambil melihatku dengan malu-malu.

“Jadi, mungkin sekarang ...sudah waktunya, ya?”

“Ya ...”

Aku mengangguk canggung sambil mendengarkan detak jantung yang berpacu semakin cepat dan minum teh hitamku.

 

Setelah selesai makan malam, kami keluar dari restoran dan membuka pintu untuk keluar ke jalan setelah turun dari lantai 7 bangunan menuju lantai 1 bawah tanah.

Untuk mencapai jalanan, kami harus naik beberapa anak tangga. Di atas anak tangga, ada sepasang muda-mudi yang sedang berpegangan tangan dengan punggung menghadap ke arah kami.

Dua orang itu berpakaian serba hitam seperti punk rock, dan tangan si cowok mencapai rok mini hitam pacarnya.

“...!?”

Pada saat berikutnya, tangan itu mengangkat rok dan pant*t putih yang montok dari celana dalam hitam yang seksi muncul dengan gemerlap.

Tangan si cowok membelai pantat itu dengan penuh kasih sayang.

Kami yang berada di belakang mereka langsung terkaget-kaget dan terpaku melihat adegan yang terjadi tepat di depan kami.

“... Ungh, uhuk.”

Luna berdehem pelan dengan ramah.

Tangan si cowok segera melepaskan pantat pacarnya dan pasangan itu berbalik dengan panik untuk melihat kami.

“...........”

Selama sekitar sepuluh detik setelah mereka melewati kami, keduanya tetap bungkam.

“... Pant*tnya indah banget ya. Kecil imut begitu.”

Luna mengoceh pelan.

“... Ya.”

“Lah, kamu juga melihatnya ya, Ryuuto?”

“Eh, karena mereka tepat berada di depan mataku, mau tak mau aku jadi melihatnya.”

Melihat kegelisahan di wajahku, Luna yang tadinya terlihat sedikit marah, kemudian tertawa “Fufu” sambil mengernyitkan keningnya.

“Mungkin pacarnya tidak bisa menahan diri sampai mereka berduaan.”

“Mungkin ya.”

Setelah menekan perasaan gugup yang muncul dari insiden aneh itu, kami berjalan berpegangan tangan menuju stasiun. Meskipun cuaca siang hari masih cukup hangat, angin malam masih sedikit dingin.

──Bagaimana kalau kita pergi berlibur bersama? Misalnya ke Okinawa pada musim panas. Mungkin selama tiga malam.

Aku mengingat perkataan Luna dan jantungku berdebar-debar ketika merasakan kehangatan di tanganku.

“... Mungkin kita sedikit aneh ya.”

Beberapa saat kemudian, Luna bergumam agak malu-malu.

“... Mungkin.”

Aku juga merasa malu dan menahan senyum kecil.

 

Dunia ini berputar di sekitar hawa nafsu.

Seisi kota penuh dengan gambar model pria dan wanita yang cantik, dan jika kamu membuka media sosial, kamu akan melihat gambar-gambar gadis cantik dalam pose seksi.

Aku pernah membaca artikel yang menyatakan bahwa pria memikirkan sesuatu yang seksual setiap lima puluh dua detik. Tapi kupikir hal tersebut terlalu berlebihan.

Otak pria selalu dikuasai oleh hasrat seksual. Terutama bagi orang-orang yang masih muda seperti kami.

Tapi, aku merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar hasrat seksual padamu.

Meskipun aku tidak pernah mengatakannya dengan terang-terangan karena malu. Perasaan itu selalu ada di dalam diriku.

Cinta itu menahan binatang yang ada di dalam diriku.

Aku sudah membayangkannya berulang kali tentang fantasi kita bercinta hingga membuatmu menangis meskipun kamu seorang wanita yang anggun dengan tubuh yang seksi.

Namun, ketika aku bertemu denganmu di dunia nyata, aku ingin bersikap lembut padamu.

Aku tidak ingin melihatmu sedih, aku ingin melihatmu selalu tersenyum bahagia.

Aku ingin menjagamu selamanya.

Baik hatimu maupun tubuhmu, bahkan satu tetes air matamu pun.

Aku tidak ingin orang asing yang lewat melihat sebagian tubuhmu yang penting.

Itulah sebabnya, jika kita melakukan hal-hal semacam itu, kita harus berada di tempat yang hanya ada kita berdua saja.

Dan itu harus dilakukan ketika kamu sudah sepenuhnya setuju.

 

Waktunya telah tiba.

 

Waktu tersebut benar-benar sudah tiba.

 

◇◇◇◇

 

Sekarang sudah memasuki bulan April. Setelah jadwal perkuliahan dimulai, aku bertemu dengan Kujibayashi-kun untuk menentukan jadwal kuliah tahun ini.

“Kashima-dono, apa Dikau sudah melihat bunga sakura di Zojoji?”

“Belum, emangnya mereka sudah mekar?”

“Mereka sudah mekar sepenuhnya, loh. Sangat indah sekali. Pemandangan dari Menara Tokyo pasti sangat spektakuler."”

“Benarkah?”

“Apa kamu ingin pergi melihatnya? Jika ya, aku akan menemanimu.”

Dalam suasana seperti itu, aku tiba-tiba memutuskan untuk pergi bersama Kujibayashi-kun berjalan-jalan ke Menara Tokyo.

 

Pemandangan bunga sakura di di Taman Shiba dari dek utama Menara Tokyo memang spektakuler. Tidak banyak orang yang datang ke sini hanya untuk melihat bunga sakura, jadi para turis terkejut dengan pemandangan yang tak terduga ini.

“...Rasanya benar-benar sudah musim semi ya.”

Aku juga merasa terbawa suasana dan tidak sengaja mengucapkan kata-kata tersebut.

“Orang-orang mengatakan kalau musim semi sudah tiba, tetapi selama burung bulbul masih belum bernyanyi, kupikir musim semi masih belum tiba...”

“Ehh?”

Ketika aku masih merasa bingung dengan pembacaan puisi yang tiba-tiba dibacakan oleh Kujibayashi-kun, ia lalu berkata sambil menatap pemandangan melalui kaca.

“Puisi ini mengatakan bahwa meskipun orang mengatakan 'musim semi telah tiba', namun aku merasa bahwa musim semi belum benar-benar datang sampai burung bulbul mulai bernyanyi. Puisi ini ditulis oleh Mibuno Tadamine dari zaman Heian dan termuat dalam Kumpulan Puisi Lama dan Baru.”

“Jadi begitu ya.”

“Di kota-kota besar modern sekarang, burung bulbul tidak lagi bernyanyi, jadi musim semi tidak akan pernah tiba.”

“Haa.”

“Sama seperti hidupku.”

“............”

Makna 'musim semi' yang dimaksud adalah dalam konteks asmara, ya?

Kujibayashi-kun terlihat sedih saat memandang bunga sakura di bawahnya, dan aku merasa sedikit tidak enakan padanya.

 

Kami kemudian duduk di kafe di dek utama dan membicarakan jadwal kuliah sambil melihat panduan kuliah yang kami letakkan di atas meja.

“…. Kujibayashi-kun, apa kamu juga mengambil kelas bahasa Jepang di jam ketiga? Kalau begitu, aku juga akan mengambilnya.”

“Tapi, jika begitu, bukannya Dikau terlalu banyak mengambil kelas? Dikau sudah memasuki tahun ketiga sekarang... dan Dikau juga harus mempersiapkan diri untuk mencari pekerjaan nanti ‘kan, Kashima-dono?”

“Karena aku ingin menjadi guru, jadi mungkin aku harus mengambil banyak kelas. Aku ingin mengambil seminar di tahun keempat.”

“Tapi, bukannya waktu yang dihabiskan bersama pacarmu malah jadi makin sedikit?”

Kujibayashi-kun menyindirku dengan nada suara yang sedikit menyakitkan, tapi aku hanya tersenyum.

“Jangan khawatir, dia juga sibuk. Selain itu...”

Aku menatap ke arah jendela. Di atas kepala para turis, aku bisa melihat pemandangan Tokyo dan langit yang cerah menjelang sore.

“...kami akan pergi berlibur bersama selama liburan musim panas nanti.”

Setelah aku mengatakan hal itu dengan hati yang berdebar-debar, Kujibayashi-kun hanya mengangguk  sambil berkata, “Fumu”.

“Jadi itu sebabnya kamu terlihat begitu gembira hari ini.”

“Eh?”

Saat menyadari bahwa aku mungkin telah terbongkar, aku merasa malu dan wajahku memerah.

“…Apa ini perjalanan pertama kalian berdua?”

Kujibayashi-kun menatapku dengan pandangan menyelidik yang membuatku sedikit panik.

“”Ti-Tidak juga. Karena sebelumnya pacarku selalu sibuk...”

“Meski begitu, kalian terlihat sangat gembira seolah-olah kalian baru saja melakukan hubungan intim. Meski ini perjalanan pertama, bukan berarti ini adalah malam pertama kalian tidur bersama, ‘kan.”

Pandangan Kujibayashi-kun melalui kacamatanya semakin tajam, seolah-olah aku sedang diinterogasi oleh seorang detektif yang cerdas.

Melihat itu, aku merasa bahwa mungkin saatnya bagiku untuk memberitahunya kebenaran.

“Tidak, yah… sebenarnya...”

Kujibayashi-kun mengawasiku dengan ekspresi waspada di wajahku saat aku mulai menjelaskan dengan terbata-bata.

“Memang, beberapa tahun yang lalu, aku dan pacarku memiliki keinginan untuk melakukan hal seperti itu, tapi...”

Aku merasa malu dan mengalihkan perhatianku ke arah buku panduan kuliah. Namun, mataku dengan cepat meluncur pada huruf yang tercetak di atas panduan kuliah.

“Lebih tepatnya, kami masih merasakannya sampai sekarang. Hanya saja...”

Ketika aku menndongak ke atas, Kujibayashi-kun masih menatapku dengan tajam.

“Ini mungkin akan menjadi cerita yang panjang, tapi... apakah kamu mau mendengarkanku?”

Pada saat itu, ekspresi ketidaksabaran muncul di wajah Kujibayashi-kun.

“Tu-Tunggu sebentar, Kagashima-san.”

Ia mengangkat kedua tangannya ke depan dadanya dan memberikan isyarat 'tunggu'.

“Apa mungkin... apa mungkin... jangan-jangan...”

Kujibayashi-kun membuka mulutnya sambil memasang wajah tidak percaya.

“Apa jangan-jangan…”

Setelah mengatakan itu, ia menahan napas sejenak.

“Kamu juga... seorang youkai perjaka…?”

Melihat Kujibayashi-kun yang bertanya padaku dengan ragu-ragu,

Aku hanya mengangguk dengan canggung.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama