[LN] Anti-NTR Jilid 1 Bab 2 Bahasa Indonesia

 Chapter 2

 

Shu sedang berulah lagi, aku mengalihkan perhatianku pada gumamannya.

“Cowok yang bernama Sasaki ini selalu bikin eneg akhir-akhir ini, ‘kan?”

“Iya-, ‘kan? Kenapa pria semacam itu bisa dekat dengan Honjo-senpai?”

“Ayo kita habisi anak itu?”

Percakapan tersebut berasal dari tiga pria yang tampak relatif mencolok.

Meski mereka membicarakannya, tetapi Shu juga dibawa pergi oleh Iori, yang muncul segera setelah pertemuan akhir hari itu selesai.

Meskipun Shu diambil tanpa pertanyaan, Shu tidak terlihat tidak nyaman karena pihak lain adalah Iori.

“…..Nah, ini adalah badai api lainnya.”

Aku bahkan terkesan bahwa Iori muncul begitu saja seperti badai dan membawa Shu pergi, tetapi tampaknya orang-orang di sekitarnya tidak menganggapnya seperti itu.

“Ia berlagak sedikit sombong untuk seseorang yang tidak terlalu pintar.”

“Dengar-dengar katanya ia juga dekat dengan Kouhai imut tahun lalu, loh?”

“Ayo ajari dia sopan santun.”

Aku hanya menyebut mereka sebagai tiga individu yang menarik perhatian, tetapi penampilan dan suasana mereka benar-benar membuat mereka tampak seperti tipikal pria tampan dengan rasa bangga yang tinggi. Mereka sangat iri dengan bagaimana seseorang yang tampaknya biasa-biasa saja seperti Shu bisa begitu dekat dengan seseorang seperti Iori yang sangat cantik.

“…Haa.”

Aku menghela nafas kecil saat aku melihat mereka.

Terlepas dari siapa yang mungkin memiliki perasaan untuk siapa, itu bukanlah sesuatu yang harus diganggu oleh orang lain. Mereka seharusnya mengetahui hal tersebut, tetapi harga diri mereka mungkin menghalangi rasionalitas mereka dan menyebabkan situasi meningkat.

Sebagai teman masa kecil Shu dan orang kepercayaan terdekat, aku tidak bisa tinggal diam dan hanya menonton saja.

“Ayolah, jangan terlalu bersemangat begitu.”

“….Yukishiro”

Aku mendekati kelompok itu dan meletakkan tanganku di bahu anak cowok dengan punggung yang menghadapku. Ia berbalik, terkejut, dan kupikir namanya adalah Somiya. Dia menatapku dengan sedikit gelisah dan memalingkan muka dengan canggung.

Mungkin dirinya kehilangan keberanian karena aku sangat dekat dengan Shu. Aku tidak bermaksud mengambil keuntungan dari situasi ini, tetapi karena aku telah bertindak, aku perlu memastikan untuk menyampaikan maksudku.

“Terlepas dari siapa yang mungkin memiliki perasaan untuk siapa, itu bukan sesuatu untuk dibicarakan orang lain. Kamu harus tahu bahwa menimbulkan masalah atau mengambil tindakan hanya karena kamu frustrasi takkan menghasilkan sesuatu yang baik.”

Somiya dan yang lainnya pasti sudah paham akan hal ini.

Bahkan jika mereka merasa iri dengan hubungan dekat Shu dengan gadis-gadis cantik, itu takkan ada gunanya bagi mereka. Sekolah SMA kami adalah sekolah unggul dengan reputasi yang baik, jadi menggunakan kekerasan atau semacamnya akan berdampak buruk pada evaluasi internal kami.

“Tapi tetap saja…”

“Kenapa anak itu….”

Suasana riuh beberapa menit yang lalu sudah mereda, namun sepertinya kecemburuan terhadap Shu belum juga menghilang.

Sejujurnya, aku takut kalau-kalau aku akan disebut menjengkelkan dan dipukuli ketika berbicara dengan mereka, tetapi ketika aku memikirkannya, tidak salah lagi bahwa Towa merupakan sosok pusat kelas bersama dengan Ayana.

Penampilan mereka yang luar biasa menarik baik pria maupun wanita, dan upaya mereka untuk melindungi teman masa kecil mereka Shu diterima dengan baik oleh teman sekelas mereka.

Semua ini telah disebutkan sampai batas tertentu dalam game, tetapi ketika aku memikirkannya secara objektif, aku menyadari sekali lagi bahwa Towa adalah karakter tanpa adanya kekurangan.

“Jangan pernah memukul siapa pun karena cemburu. Itu tidak ada gunanya bagimu, dan yang terpenting, jangan menurunkan harga dirimu dengan omong kosong seperti itu.”

“Yukishiro ......”

“……………”

Aku ingin memberi tahu mereka bahwa mempermalukan atau menyakiti seseorang juga dapat merusak reputasi mereka, itulah sebabnya aku memberi tahu mereka untuk tidak melakukannya.

Satu dorongan lagi dan aku bisa membuat mereka menyerah pada Shu,…… dan saat aku memikirkan itu, aku mendengar suara lain di belakangku.

“Berbicara buruk tentang seseorang takkan pernah membawa hasil yang baik. Sudah lama sejak aku berada di kelas ini, tetapi semua orang, termasuk diriku, menganggap kalian sebagai teman sekelas yang penting.”

Rupanya itu suara Ayana yang mendekati kami.

Ayana tersenyum padaku lalu mengalihkan perhatiannya kepada Somiya dan yang lainnya.

“Shu-kun ……jago menyanjung, tapi ia tidak pernah pandai berinteraksi dengan orang. Tapi bagiku dan Towa, dia adalah teman masa kecil yang sudah lama bersama kami. Aku tentu ingin melindunginya, dan aku tidak ingin kalian membuat pilihan yang akan kalian sesali.”

Perkataan Ayana sangat sopan, tapi dia juga memikirkan pihak lain dengan hati-hati, jadi Somiya dan yang lainnya mendengarkan dengan penuh perhatian.

Mungkin karena bukan hanya aku tapi juga Ayana dengan lembut memberitahunya, tapi Somiya dan yang lainnya sudah tidak menunjukkan permusuhan terhadap Shu, dan sebaliknya, mereka bahkan berbicara tentang mengubah sikap mereka terhadapnya.

“Jadi sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang?”

“Ya.”

Hanya dengan perkataanku saja, aku tidak yakin apakah mereka akan mendengarkanku dengan jujur, dan aku harus berterima kasih kepada Ayana untuk itu.

“Aku tidak tahu banyak tentang itu, tapi aku senang Honjo-senpai peduli pada Shu-kun. Bukan hanya kita. Artinya ada orang lain yang melihat kebaikan di dalam Shu-kun.”

Ayana menyimpulkan dengan kata-kata tersebut.

Senyum lembut Ayana saat itu cukup berdampak, Somiya dan yang lainnya yang melihat Ayana dari depan langsung memerah dan langsung menunduk.

Ayana adalah seorang gadis menakutkan yang bisa tersenyum sedemikian rupa untuk mencuri hati orang lain dalam sekejap, meskipun dia mungkin tidak berniat melakukannya.

“Sepertinya kita telah mencapai kesepakatan yang baik, Somiya dan yang lainnya! Bagaimana kalau pergi ke karaoke bersamaku dan teman-temanku sepulang sekolah? Aku yakin kamu akan merasa lebih baik jika kamu bernyanyi sepuasnya!”

Teman-teman Ayana mengangguk setuju.

Udara terasa santai, dan aku menghela napas lega.

“Fuu. Serius, Ayana melakukan pekerjaan dengan baik.”

“Tidak, tidak, tidak sama sekali …… haha.”

Ayana juga sepertinya cukup lelah untuk menghela nafas.

Namun, aku benar-benar berpikir itu bagus bahwa semuanya brubah menjadi baik-baik saja… Tapi aku menyadari bahwa kepribadian protagonis, dalam arti tertentu, membuatnya mudah untuk menciptakan musuh.

Tetap saja, setelah melihat Ayana dalam keadaan seperti itu, kupikir jumlah orang yang akan mencoba mempersulit Shu akan berkurang.

(Sebuah akhir yang bahagia untuk Shu adalah kebahagiaan yang melampaui akhir game. …… Ada banyak hal yang harus dipikirkan dengan para heroine lainnya, tapi untuk saat ini, pikirkan saja tentang Shu dan Ayana.)

Aku masih tidak tahu bagaimana diriku bisa berakhir menjadi Towa dan aku tidak tahu penyebabnya.

Tetapi karena ini dunia permainan NTR yang pernah aku mainkan, aku akan mencapai akhir bahagia yang tak terlihat dan tidak ada!

Setelah itu, Ayana dan aku menunggu kemungkinan Shu kembali, tapi tidak ada tanda-tanda ia akankembali.

“Ia masih belum kembali”

Benar. Aku pikir dia akan segera kembali, tetapiternyata pemikiranku masih naif.

Pada dasarnya, upacara akhir sekolah di sekolah SMA kami berakhir sekitar pukul 3:30, tetapi jam hampir menunjukkan pukul 5:00.

“Towa-kun.”

“Hmm?……Ayana?”

Ruangan kelas sudah sepi, di sini hanya ada aku dan Ayana saja.

Sejenak aku berada di bawah ilusi bahwa Ayana di depanku benar-benar dia ketika dia meneleponku dan aku menatapnya.

“Sekarang cuma ada kita berdua saja ……, bukan?”

“Y-ya….”

Dia berdiri di depanku di kursi, tetapi dia duduk di pangkuanku seolah-olah dia bersentuhan dengan tubuhku.

Dia duduk dengan kaki terbuka lebar dengan cara yang tidak sesuai dengan penampilannya yang rapi dan sopan.

“O-Oi….”

“Towa-kun.”

Dia bahkan semakin mendekat ke arahku, dan aroma yang tercium di udara berbau harum, belum lagi kelembutan yang langsung menjalari tubuhku.

Aku sangat terkejut dengan kejadian yang terlalu mendadak ini sehingga aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya menerima sensasi yang diberikan Ayana kepadaku.

“Sudah lama sejak aku melakukan ini. Aku bisa mencium aromamu, Towa-kun.”

“……………”

Apa-apaan ini….?

Aku merasa sangat pusing saat melakukan hal semacam ini dengan Ayana.

Mungkin karena aku merasakan nafsu seksualitas yang belum pernah aku lihat dari Ayana dalam kehidupannya yang biasa, dan aku juga merasakannya di sini.

“…… Ayana?”

“Fufu~♪”

Dia tertawa menyihir, membenamkan wajahnya di leherku, dan terus menggunakan lidahnya untuk menjilatku.

Dan dia menggerakkan pinggulnya, yang membuatku merasa lebih aneh ……, tapi ini mungkin telah memastikan dugaanku.

Alasan ketidaknyamanan yang aku rasakan di pagi dan sore hari mungkin karena Towa dan Ayana memiliki semacam hubungan, yang mana ceritanya bahkan belum dimulai.

“…… Ayana.”

“Towa-kun.”

Ketika kami berdua saling menatap, semuanya tampak tidak penting.

Terlebih lagi, gadis di depanku terlihat sangat menarik, dan mungkin jiwaku ditarik oleh tubuhku untuk tersapu.

Lonceng yang menyadarkanku terdengar tepat saat wajah Ayana perlahan mendekatiku.

“Ah……”

Aku meletakkan tanganku di bahu Ayana dan membantunya berdiri, menariknya menjauh dariku.

Ayana terlihat kecewa, tapi kupikir lonceng itu benar-benar menyelamatkan hidupku karena bahkan aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku tidak melakukan itu.

(……Aneh. Tidak diragukan lagi aku dibuat kebingungan dengan semua itu, tapi itu hanya sesaat. Hei Towa, apa yang sudah kamu lakukan?)

Aku bertanya pada diriku sendiri, tetapi tentu saja tidak ada jawaban.

Akhirnya kami menunggu beberapa saat setelah itu, tapi Shu tidak kembali, jadi kami berdua memutuskan untuk pulang dulu.

Saat kami berjalan keluar dari pintu depan dan dalam perjalanan pulang, aku melirik Ayana, tapi dia terlihat sama seperti biasanya.

“…….Cih.”

Mau tak mau aku mendecakkan lidahku untuk memastikan Ayana tidak menyadarinya.

Selama aku hidup di masa sekarang sebagai Towa, aku tidak pernah berpikir akan sangat membuat frustrasi jika tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang terjadi di masa lalu.

Cara hidup Towa yang tersisa di tubuh ini dan ingatannya juga masih setengah matang, dan jika memang ada Tuhan yang membimbingku di dunia ini, aku ingin bertanya padanya apa yang diinginkannya.

“……?”

Saat aku memikirkan hal ini, ponsel di kantongku bergetar.

Aku mengambilnya dan melihatnya untuk melihat bahwa aku mendapat pesan dari ibuku, yang memintaku untuk membeli makanan karena isi kulkas sudah  mulai kosong.

“Apa ada yang salah?”

“Oh. Ini dari Ibu.”

Aku menunjukkan pesan dari Ibu kepada Ayana.

Kalau sudah sampai, sepertinya aku harus berpisah dengan Ayana dan pergi ke distrik perbelanjaan, dan karena aku tidak akan menolak permintaan ibuku sejak awal, aku akan pergi ke sana sebagai secepatnya.

“Yah, aku akan pergi berbelanja dulu dan pulang.”

“Ah iya.”

Aku mengucapkan selamat tinggal dan mulai berjalan pergi, tetapi Ayana masih tepat di sebelahku.

Aku memandangnya dan merasa penasaran apa ada yang salah, tapi dia hanya tertawa.

“Tolong izinkan aku membantu mu berbelanja. Aku mungkin tahu lebih banyak tentang distrik perbelanjaan daripada Towa-kun, dan aku tahu bahwa saat ini, ada toko yang menjual daging dan sayuran dengan harga murah.”

“Be-Begitu ya…… ”

Kemuidan, aku mulai berpikir kalau rasanya akan lebih nyaman bagi Ayana untuk tetap bersamaku dalam banyak hal.

Sepertinya akan lebih baik jika Ayana ada di sini.

Aku sedikit khawatir apakah tidak apa-apa untuk bersama dengannya, karena gambaran Ayana dari sebelumnya terlintas di benakku, tapi pada akhirnya, aku mengangguk… atau lebih tepatnya, aku dibuat mengangguk.

“Aku akan membantu. Sebaliknya, izinkan aku membantu… Maksudku, aku ingin tetap bersama sedikit lebih lama. Apa itu boleh…?”

“…Silakan.”

Mana mungkin aku bisa menolak ketika seorang gadis imut dan cantik mengatakan hal seperti itu kepadaku.

Aku pergi ke distrik perbelanjaan bersama Ayana, dan di sana, aku melihat pemandangan yang membuatku benar-benar berpikir bahwa aku senang dia bersamaku, di mana aku bisa melihat sifat ibu rumah tangganya, jika itu yang kamu sebut.

“Daging ini segar. Gimana kalau kita pergi melihat ikan di sana selanjutnya? Dan barusan, kubis dan kubis Cina sedang diobral, jadi ayo kita pergi ke sana selanjutnya.”

Ayana sangat akrab dengan distrik perbelanjaan ini.

Aku melihat ke arah Ayana, yang sedang memasukkan bahan-bahan ke dalam keranjang belanjanya satu demi satu di depanku, dan berpikir dia luar biasa.

“…? Ada apa?”

“Yah ... bagaimana bilangnya ya, aku berpikir bahwa kamu memiliki sisi yang sangat sederhana.”

“Fufu, begitukah ~♪?”

Setelah itu, aku berkeliling melihat-lihat bahan dengan Ayana di sisiku.

Itu adalah waktu yang menyenangkan untuk belajar bagaimana melihat sesuatu dan bagaimana memilih bahan-bahan yang tepat, meskipun sepertinya aku tidak pernah bisa mengingat semuanya sekaligus.

“Saat kita berbelanja bersama seperti ini, kita terlihat seperti pasangan suami istri, ya. Aku adalah mempelai wanita dan kamu adalah suamiku.”

“Sua…..”

Jantungku berdegup kencang.

Aku tidak menyadari bahwa kata-kata Ayana membuatku sedikit berfantasi tentang itu dan aku memikirkan betapa menyenangkannya memiliki masa depan seperti itu.

Ayana tidak hanya berparas cantik, tetapi dia juga bisa belajar, memiliki keberanian untuk peduli dan melindungi orang lain yang dia tunjukkan di kelas, …… dan memiliki sisi ramah keluarga yang membuatnya menjadi pasangan yang sempurna.

(......Begitu ya, pasti inilah mengapa dia terpilih sebagai nomor satu dalam jajak pendapat popularitas.)

Jika aku ingat dengan benar, mereka tidak menyelidikinya sedalam ini, tetapi dia masih memiliki semua elemen yang membuatnya begitu populer.

Tapi posisinya di eroge hanyalah sebagai heroine yang diNTR, tapi apakah dia punya rahasia lain yang membuatnya begitu populer?

“…..”

Ketika aku hendak memikirkannya, aku terkena sakit kepala ringan dan terhuyung-huyung.

Untungnya, Ayana tidak melihat keadaanku yang sekarang, dan aku lega bahwa aku tidak membuatnya khawatir yang tidak perlu.

Setelah itu, belanja selesai tanpa insiden dan aku mengantar Ayana ke posisi di mana aku bisa melihat rumahnya.

“Tolong biarkan aku mengunjungi rumah Towa-kun lagi, oke?”

“……Ya.”

Lingkungan sudah gelap, dan tidak aman bagi seorang gadis untuk berjalan sendirian.

Itu sebabnya aku di sini untuk menemaninya. Tapi aku mulai berpikir tanpa sadar.

(… Rasanya menyenangkan bisa berada di sisi Ayana. Aku tidak mengerti banyak hal, tapi kenapa aku merasa Ayana sangat penting bagiku…?)

Tunggu, kenapa aku mulai berpikir seperti itu?

Aku dibuat bingung lagi oleh perasaan asing yang sepertinya menarikku ke arah Towa, bukan perubahan perasaanku sendiri.

(…Towa, apa yang kamu rasakan terhadap Ayana? Apa yang kamu cari di dalam Ayana?)

Sambil berjalan dengan Ayana, aku terus memikirkannya. Ketika rumah Ayana semakin dekat, itu berarti rumah Shu yang tinggal di lingkungannya juga sudah lumayan dekat.

Aku mengajak Ayana keluar di malam hari seperti ini, tapi meski ada kesempatan kecil, tidak pantas untuk menunjukkan momen ini pada Shu.

“Yah, Ayana, terima kasih untuk hari ini.”

“Tidak, itulah yang ingin aku lakukan. Tapi… aku masih tidak ingin pergi.”

“…”

Sosok Ayana, yang diterangi lampu jalan, entah bagaimana misterius, dan jika dia mengatakan hal seperti itu sambil menatapku, aku juga terguncang.

Ketika kami saling memandang untuk beberapa saat, sebuah suara datang dari belakang.

"Ayana-neechan?"


*****

[Sudut Pandang Shu]

“…… Kira-kira, apa Towa dan Ayana sudah pulang?”

Sambil membantu Iori-senpai di ruang OSIS, aku menggumamkan ini pada diriku sendiri.

Biasanya aku akan pulang bersama Ayana dan Towa, tapi karena aku dipanggil oleh Iori-senpai, jadi aku tidak bisa menolaknya.

“…Haa.”

“Apa ada yang salah?”

“Tidak, bukan apa-apa.”

Aku menyadari kalau aku baru saja menghela nafas, tetapi aku berhasil menutupinya.

“……”

Bisa berduaan di ruang OSIS bersama Iori-senpai memang sangat menyenangkan, tapi kehadiran Ayana selalu ada di pikiranku.

(……Ayana)

Bagiku, Ayana adalah teman masa kecil yang sangat penting.

Aku sudah bersamanya sejak aku masih kecil, dan hubungan kami sangat baik karena kami sudah lama bersama seperti keluarga.

[Ayana-chan!]

[Shu-kun!]

Ketika kami masih muda, rasanya wajar bagi kami untuk memanggil satu sama lain dengan nama julukan satu sama lain, dan bahkan sekarang, kami masih mengunjungi rumah satu sama lain seperti keluarga.

Ayana telah menjadi bagian dari keseharianku, dan bersamanya adalah kebahagiaan terbesar bagiku.

(Aku pasti akan…bersama dengan Ayana)

Rasanya memalukan untuk mengungkapkannya dengan kata-kata, tetapi aku memiliki intuisi tertentu.

Sejak aku masih kecil, Ayana telah berada di sisiku, dan itu masih tidak berubah bahkan sampai sekarang ketika aku sudah menginjak kelas 2 SMA… Dia akan selalu berada di sisiku.

[Shu dan Ayana adalah pasangan yang sempurna.]

[Ya, ya! Onii-chan dan Ayana pasti akan menikah!]

Aku dulu sering menyuruh ibu dan adik perempuanku untuk berhenti membicarakannya karena itu memalukan… Yah, adik perempuanku masih sering mengatakannya, sih.

“…Hahaha.”

Aku hanya bisa tersenyum saat memikirkan Ayana dan keluargaku.

Iori-senpai menatapku dengan aneh ketika aku tiba-tiba tertawa, tapi aku hanya terbatuk dan berpura-pura tidak ada apa-apa.

Aku sangat senang bisa membantu Iori-senpai dan kembali ke ruang kelas.

“…… haha, aku sudah menduga kalau mereka tidak akan ada di sini….”

Dua orang yang kukira sedang menungguku, Ayana dan Towa, sudah pergi seperti yang diharapkan.

Aku melihat ponsel ku untuk memastikan, dan menemukan pesan dari Ayana, mengatakan bahwa dia dan Towa akan pulang dulu.

“Kalau begitu kurasa aku akan pulang saja.”

Aku meninggalkan sekolah dengan tas di punggungku.

Sudah lama sejak aku berjalan keluar sendiri seperti ini, tapi terkadang kupikir rasanya tidak terlalu buruk untuk mengalami hari seperti ini.

Mungkin karena keseharianku bersama Ayana dan Towa sudah menjadi hal sewajarnya bagiku.

Aku diberkati tidak hanya dengan Ayana dan Towa, tetapi juga dengan keluargaku.

Ya, aku benar-benar diberkati dengan keluargaku juga.

Aku memiliki seorang ibu, seorang adik perempuan, dan seorang ayah yang tinggal jauh dari rumah.

Ibuku selalu membuatkanku makanan dan kotak makan siang yang enak, dan dia membuatku bahagia dengan memujiku bahkan untuk hal-hal terkecil.

[Shu adalah kebanggaan dan kegembiraan kita, oke? Kamu benar-benar anak yang manis dan baik, aku sangat mencintaimu.]

Saat dia memelukku seperti itu, aku merasa sangat aman.

Ibu sepertinya memahaminya, dan dia akan langsung menyadari jika aku gelisah… Yah, aku mengerti bahwa ibuku sangat menghargaiku. Tentu saja, tidak hanya ibuku tetapi juga adik perempuanku juga mencintaiku.

[Onii-chan, ajari aku belajar!]

Aku tidak pandai belajar, tetapi bahkan adik perempuanku yang masih SMP ingin belajar denganku… Yah, aku tidak tahu apakah itu karena dia adik perempuanku, tetapi dia suka bersamaku. Dia sangat penting bagiku dan juga imut.

“Dan ayah aku mengandalkanku berada di sana untuk mereka.”

Aku sering berbicara di telepon dengan ayahku yang sedang dalam perjalanan bisnis, dan ia selalu mengatakan kepadaku untuk bergantung pada ibu dan adik perempuanku.

Aku tidak berpikir kalau aku bisa menjadi pengganti ayahku, tetapi karena aku satu-satunya pria yang tersisa di rumah, aku berencana untuk melindungi mereka berdua dengan tegas.

“Tentu saja, aku juga akan melindungi Ayana.”

Ayana yang selalu berada di sisiku sebagai teman masa kecil, aku juga akan melindunginya.

Karena dia adalah teman masa kecilku yang penting… karena dia adalah teman masa kecilku yang tercinta, aku akan terus melindunginya mulai sekarang.

“Ayana selalu membantuku saat aku dibully.”

Aku sudah terbiasa dicemburui orang lain karena Ayana sejak SMP.

Jadi terkadang aku dibully oleh berbagai orang, tapi setiap kali itu terjadi, Ayana selalu melindungiku.

“Ah, benar, Towa juga.”

Towa juga melindungiku bersama Ayana, aku yakin begitu.

“Towa benar-benar banyak membantu.”

Aku juga sangat peduli dengan Towa yang sudah lama aku kenal, sama seperti Ayana.

Aku berharap kalau aku bisa menjadi orang yang tampan, penuh perhatian, dan ...... menjadi cowok yang takkan pernah dikeluhkan Ayana saat berdiri di sampingnya.

[Hei, Towa, aku ingin kamu mendukungku dan Ayana.]

Dulu sekali, aku pernah mengatakan itu padanya dan ia menganggukkan kepalanya.

Oleh karena itu, aku bisa mempercayai bahwa tidak ada apa-apa di antara Towa dan Ayana, dan aku tahu bahwa Towa akan selalu berada di pihakku.

Mungkin karena aku terlalu banyak berpikir, aku berdiri diam untuk waktu yang lama.

“Ah.”

Perutku keroncongan, dan aku tertawa saat bergegas pulang.

Dalam perjalanan pulang, aku mendengar sirene ambulans, seolah-olah telah terjadi kecelakaan di suatu tempat, dan aku secara alami mengalihkan perhatian aku ke arah tersebut.

“…..”

Aku benci suara sirene ambulan.

Bukan karena suaranya mengganggu, tapi karena membawa kembali kenangan buruk bagiku.

[Shu!]

[…… eh?]

Aku menggelengkan kepalaku dan segera berlari menuju rumah, mencoba melupakan kenangan yang hampir kembali terlintas padaku.

Pada saat aku tiba di rumah dan berjalan melewati pintu depan, aku tidak lagi peduli dengan hal-hal tidak menyenangkan yang hampir aku ingat.

“Aku pulang~!”

Sepertinya dia belum pulang, yang tidak biasa hari ini, karena aku tidak melihat adik perempuanku, yang biasanya menjawab dengan mengucapkan selamat datang di rumah.

“Selamat datang di rumah, Shu.”

Seolah menggantikan adikku, ibuku keluar dari ruang tamu.

Ketika dia melihatku, dia mendekatiku dengan senyuman lembut di wajahnya dan memeluk wajahku ke dadanya yang besar.

“Hei, bu?”

“Sekarang jangan mencoba menarik diri. Putraku yang manis akhirnya pulang dan ingin melakukan ini, kan?”

“…Apa iya?”

“Ya~♪”

Rasanya sangat memalukan untuk melakukan hal semacam ini kepada seorang cowok SMA. Tapi karena pihak lain adalah ibuku, aku melakukan apa yang diperintahkan.

“Apa ada sesuatu yang terjadi hari ini? Kamu pulang terlambat. Apa kamu habis kencan dengan Ayana?”

“Tidak, aku menemani ketua OSIS hari ini. Ayana seharusnya sudah pulang duluan.”

“Ah, benarkah? Haha, kamu benar-benar hebat. Membantu pekerjaan ketua OSIS bukanlah tugas kecil.”

Sebenarnya itu bukan sesuatu yang patut dipuji, tapi aku tersenyum ambigu pada ibuku, berpikir tidak baik terlalu merendahkan diriku sendiri.

“Aku sudah menyiapkan bak mandi untukmu, jadi pergilah mandi.”

“Oke.”

Setelah meletakkan barang bawaan aku di kamar, aku menuju kamar mandi.

Sambil menikmati mandi air hangat, aku sekali lagi berpikir tentang betapa aku sangat diberkati memiliki keluarga yang luar biasa.

Ini adalah sesuatu yang sudah kupikirkan sebelumnya, tetapi aku benar-benar bersyukur atas nasib ini.

Di dunia di mana ada banyak jenis keluarga, aku pasti dikelilingi oleh keluarga terbaik dan itu tidak berlebihan.

Seorang ibu yang baik hati, seorang adik perempuan yang lucu, seorang ayah yang dapat diandalkan… dan sahabat masa kecilku yang selalu berada di sisiku. Pada saat-saat seperti ini, aku merasa seperti protagonis dari sebuah game dan pipiku secara alami rileks.

"Tetapi……"

Namun, masih ada satu hal yang menggangguku.

Aku tidak yakin mengapa keluargaku begitu baik kepadaku, tetapi untuk beberapa alasan mereka mengalami kesulitan dengan Towa, atau lebih tepatnya, ketika aku berbicara tentang dirinya, mereka membuat wajah yang sangat tidak menyenangkan.

“……Aku ingin tahu apa ada sesuatu yang terjadi.”

Aku ingin kita berteman, tetapi aku pikir hal-hal ini mudah diselesaikan ketika kita menyadarinya dan aku yakin suatu hari nanti kita akan berteman dengan Towa juga.

“Ayana, Towa dan aku selalu bersama. Itu sebabnya aku berharap kami semua bisa berteman.”

Suatu hari nanti… jika aku benar-benar akhirnya menikahi Ayana suatu hari nanti… aku masih berharap Towa akan berbicara di pernikahan kami sebagai perwakilan teman.

“Haha, aku terlalu tidak sabar. Tapi… Aku harap masa depan seperti itu akan datang.”

Rasanya sedikit memalukan untuk mengatakannya sendiri, tapi tidak ada salahnya melamun seperti ini, dan tidak ada yang mengomentari tentang hal itu.

Dan aku percaya bahwa masa depan ini benar-benar akan datang.

[Shu-kun]

[Shu]

Sembari memikirkan dua orang yang telah bersamaku selama ini, aku selesai mandi dan kembali ke ruang tamu tempat ibuku menunggu.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama