Otonari no Tenshi-sama Jilid 7 SS 1 Bahasa Indonesia

Spesial Animate — Terlalu Jujur dan Memanjakan

 

Pada kesempatan yang sangat jarang sekali, Amane akan lebih bersemangat untuk dimanjakan daripada yang diharapkan dari sikapnya yang biasa. Amane akan bertindak manja ketika mencapai batas kelelahannya, saat kesadarannya mulai menyerah pada dunia mimpi, dan bagi Mahiru, saat-saat inilah waktu bonus baginya.

“Amane-kun, apa kamu mengantuk?”

“……Nnn—”

Amane melontarkan jawaban yang begitu malas dan menggelengkan kepalanya dengan lesu saat meringkuk memeluk Mahiru saat mereka duduk di sofa.

Pemandangan Amane tertidur dengan setengah wajahnya terkubur di dadanya mengingatkannya pada seorang anak yang sedang beristirahat di pelukan ibunya, dan senyum lembut menghiasi wajah Mahiru, bahkan saat sensasi geli menusuk tepi dirinya melalui kontak mereka, mengganggunya baik secara fisik, maupun mental.

(…..Selain kelelahan secara mental, tapi ia juga telah melakukan banyak pekerjaan fisik hari ini.)

Selain mengurus persiapan festival sekolah, Amane juga berlatih melayani pelanggan, menghubungi orang tuanya untuk mendiskusikan festival, melakukan bagiannya dalam pekerjaan rumah tangga, dan melanjutkan rutinitas olahraganya. Selain itu, setelah menyelesaikan daftar tugas yang diberikan secara bersamaan, ia melahap makanan yang lezat, dan mandi. Amane tampaknya berada di puncak rasa kantuknya.

Mahiru berpikir sejenak tentang bagaimana dia membuka lengannya lebar-lebar, mengundangnya masuk. “Kemarilah,” katanya, terbawa oleh situasi, yang cukup langka baginya.

Tersenyum pada Amane yang benar-benar bersikap manja, Mahiru meletakkan satu tangan di punggungnya dan mengelus kepalanya dengan tangan lainnya. Dia melihat sekilas ekspresi bahagia yang ditunjukkan Amane saat ia benar-benar menikmati perasaan nyaman itu.

“… Amane-kun, kamu pasti lelah. Apa kamu mau tidur sekarang?”

“Tidak, tunggu sebentar lagi.”

“Iya, iya. kamu bisa istirahat sedikit lebih lama, oke? Padahal, aku tidak cukup kuat untuk menggendongmu jika kamu benar-benar tertidur, Amane-kun.”

Mahiru senang karena pacarnya bertingkah manja padanya, tapi dia tidak bisa membiarkan Amane tidur di sofa, jadi dia ingin Amane setidaknya menyimpan energi yang cukup untuk membawa dirinya ke tempat tidurnya. Tidak peduli seberapa kurus Amane, hampir tidak mungkin bagi Mahiru untuk menggendong pria yang tingginya lebih dari seratus delapan puluh sentimeter, dan ditambah lagi dalam keadaan tertidur pula.

Melihatnya bertingkah begitu manja membuatnya terlihat seperti anak kecil.

Amane, menjawab sekali lagi dengan suara teredam dan linglung, memiliki ekspresi yang benar-benar puas di wajahnya saat dia mulai menggosokkan pipinya ke tubuh Mahiru. Dia yakin Amane akan meminta maaf keesokan paginya begitu dirinya tersadar. Itupun jika ia masih mengingatnya.

(Alangkah baiknya jika ia selalu membiarkan keinginannya untuk dimanjakan muncul seperti ini.)

Selain itu, Mahiru tidak terlalu keberatan memanjakannya, tapi Amane sering merasa malu dengan hal-hal aneh, jadi jarang baginya untuk sengaja dimanjakan.

“Mahiru.”

“Ya, ada apa?”

“Ayo kita… tidur bersama.”

Tubuh Mahiru menegang sesaat mendengar perkataan pelan Amane yang halus namun terdengar manis. Dia sangat sadar bahwa Amane tidak memiliki motif tersembunyi, dan selain itu, memang benar bahwa Mahiru pernah tidur dengannya di rumah orang tuanya sekali sebelumnya. Mahiru juga berharap bisa tinggal bersama Amane suatu hari nanti. Namun, dia terkejut ditanya hal seperti itu secara langsung dan begitu mendadak.

Sementara Mahiru benar-benar kebingungan, tidak yakin bagaimana harus menjawab, Amane akhirnya tidak sanggup melawan kantuknya, karena ia mulai tertidur. Amane sekarang membungkuk di atasnya, tapi Mahiru merasakan kejutan yang jauh lebih besar dari berat Amane, dan mengerucutkan bibirnya.

“… Itu adalah sesuatu yang seharusnya hanya kamu katakan ketika kamu benar-benar bangun. Kalau tidak, aku akan bermasalah.”

Mahiru tidak pernah berpikir bahwa diirinya akan tersipu dengan ucapan ngelindur Amane, terutama karena dia bahkan tidak yakin apakah Amane akan mengingatnya atau tidak ketika bangun nanti.

“Ya ampun,” Mahiru menghela nafas sedikit, dan setelah memutuskan untuk membiarkannya tidur sedikit lebih lama sebelum membangunkannya, membelai punggungnya dengan penuh kasih.

Kebetulan, Mahiru hanya bisa menghela nafas berat keesokan paginya, ketika Amane ingat dimanjakan, tapi tidak mengingat mengenai hal yang ia katakan padanya.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama