[LN] Anti-NTR Jilid 1 Bab 7 Bahasa Indonesia

 Chapter 7

 

(…… aku sedang ada dimana?)

Aku bergumam pada diriku sendiri ketika melihat sekeliling pada pemandangan di sekitarku.

Ada momen-momen langka ketika aku menyadari bahwa aku sedang memimpikan pemandangan yang aku lihat, tetapi aku mengenali momen ini secara insting.

Ruangan itu, yang berwarna putih dan terasa hidup, seperti sebuah ruangan di rumah sakit.

(... Apa? Apa ini mimpi?)

Aku tidak ingin berdiam diri terus, jadi aku mencoba bangun dari tempat tidur, tetapi kemudian aku menyadari bahwa tubuhku dalam keadaan di mana aku tidak bisa bergerak.

Lenganku dibalut dan kakiku digantung sehingga tidak bisa bergerak. Rasanya seolah-olah pinggangku juga terasa kaku.

Mimpi itu sangat realistis sehingga aku mulai bertanya-tanya apa ini benar-benar mimpi.

Selain sensasi eksternal yang terasa kuat di tubuhku, ada juga realitas pengalaman membuatku merasa seolah-olah aku sendiri yang mengalaminya.

(Aaaah, tes, tes… aku tidak bisa bicara sama sekali!)

Karena aku tidak dapat menggerakkan mulutku, aku tidak dapat berbicara, jadi aku hanya dapat berbicara dari pikiranku seperti ini.

Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku dan tidak bisa bicara, …… tapi jika aku bermimpi, pasti ada banyak mimpi dimana aku terbang di langit, menggunakan pedang dan sihir, dan mengalahkan musuhku menjadi seonggok daging, tapi itu tidak terlalu bijaksana.

Pintu kamar rumah sakit terbuka tepat saat aku memikirkan tentang apa yang akan kulakukan jika aku tidak bangun.

“….Ah Towa!!”

Ternyata itu adalah Shu yang masuk.

Penampilannya tampak sedikit lebih muda daripada sekarang, tetapi aku tidak bisa mengatakan apa-apa, jadi aku harus menunggu ia mengatakan sesuatu.

Melihat keadaanku yang terbaring di tempat tidur, ekspresi Shu berangsur-angsur berubah dan mulai menangis, air mata mengalir di wajahnya dan ingus mulai bermeleran dari hidungnya.

“Maafkan aku …… maafkan aku, Towa! Aku…..Aku berpaling ke arah lain, dan Towa!”

Aku hanya melihat dan tidak mengerti mengapa Shu menangis.

Tapi untuk beberapa alasan, hatiku mendidih karena amarah, dan aku merasa amarah ini mungkin ditujukan pada Shu.

Tentu saja, aku tidak tahu apa-apa tentang kemarahan ini, ……, tapi entah bagaimana, menurutku tidak ada yang salah dengan kemarahan ini.

“Jangan menangis, Shu.”

Mulutku bergerak dengan sendirinya.

Aku terkejut pada diriku sendiri karena tiba-tiba angkat bicara, tapi aku hanya memberitahu Shu kata-kata yang keluar dari dalam diriku.

“Itu berarti hal semacam ini bisa terjadi. Jangan terlalu khawatir, Shu, aku sangat senang kamu baik-baik saja.”

[….. kenapa …… Kenapa kamu yang menangis? Akulah yang ingin menangis!?]

Terlepas dari kata-kata yang aku ucapkan, suaraku tumpang tindih dengan suara Towa, seolah-olah dengan suara ganda.

Di permukaan, aku khawatir untuk tidak membuat Shu khawatir, namun diam-diam, kemarahanku terhadapnya terkendali.

Ini pasti kemarahan yang ditahan oleh Towa, yang menjadi satu seolah menyatu denganku.

(…… Aah, ini dia!)

Kemudian aku mulai mengingatnya.

Aku ingat mengapa aku berada di ranjang rumah sakit, mengapa tubuhku dibalut banyak perban, dan mengapa aku sangat marah pada Shu.

Secara gampangnya—- Aku mengalami kecelakaan.

Shu dalam keadaan linglung dan berlari ke jalan, dan aku menggantikannya dalam kecelakaan itu.

“Ini mengerikan. Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku dengan benar. Aku tidak tahu bagaimana aku akan pergi ke kamar mandi. Aku malu jika perawat merawatku.”

[Kenapa …… Kenapa malah sekarang! Turnamen sudah dekat …… Aku bekerja sangat keras untuk membuat ibuku bahagia!!!]

Turnamen…… Ya, ada turnamen sepak bola sebentar lagi.

Seluruh klub bekerja keras, berlatih keras, dan banyak orang menyemangati kami, dan aku telah berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi harapan dukungan tersebut!

Ibuku bahkan mengambil cuti untuk menghiburku! Ayana berkata dia pasti akan datang untuk mendukungku juga!!!!

(Menjijikkan… emosiku jadi campur aduk…)

Rasanya begitu aneh karena aku merasa kalau emosiku dan Towa jadi tercampur aduk.

Ketika aku bahkan tidak bisa mengeluarkan suara lemah itu, dan masih menghadapi dua emosi yang campur aduk, seseorang yang sepertinya adalah dokter memasuki ruangan rumah sakit.

“…… Yukishiro-kun.”

Dokter itu tampak seperti kesulitan mengatakannya, tetapi mulai berbicara perlahan, seolah-olah ia dengan tegas mengingatkanku.

“Yukishiro-kun, biarkan aku berterus terang padamu. Patah tulang di tungkai kakimu itu sangat serius, tetapi yang terpenting, punggungmu jauh lebih buruk. Mungkin sulit bagi mu untuk bermain sepak bola di turnamen berikutnya, dan bahkan mungkin untuk berolahraga selama satu tahun atau lebih.”

Perkataan dokter dengan gampangnya menusuk hatiku.

Aku terkejut seolah-olah dadaku ditusuk dengan pisau,......, tapi supaya tetap tenang, aku membuka mulutku sambil tertawa.

“Tentu saja. Mana mungkin aku bisa mengikutinya dalam keadaan ini. …… hahaha, mau bagaimana lagi”

[……]

Aku tidak lagi mendengar suara yang dikendalikan oleh amarah.

Mulutku bergerak tanpa seizinku, kata-kata keluar tanpa seizinku, dan air mata tidak mengalir meski hatiku sedang kacau dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku tidak tahu apakah ini karena kekuatan Towa sendiri atau karena ia sangat terkejut sehingga dirinya tidak dapat menerima kenyataan.

“Kalau begitu aku akan meninggalkanmu.”

“…. Ya.”

Pak dokter kemudian pergi ke pintu dan digantikan oleh Ayana dan ibu Shu, Hatsune-san, yang masuk.

“Apa semuanya baik-baik saja ……?”

Mata Ayana terlihat memerah saat dia mendekatiku dengan cepat dan memegang tanganku.

Melihatnya seperti itu membuatku sangat ingin menangis, dan aku merasa sangat menyesal telah menyebabkan kekhawatiran yang tak terbayangkan.

“Aku sudah membuatmu khawatir ......, iya ‘kan?”

“Tentu sajalah! Saat aku melihat Towa-kun yang pingsan dan berhenti bergerak, aku …… uaaaahhhh!”

Kepala Ayana yang mulai menangis dibelai lembut dengan satu tangan yang bergerak.

Walaupun kedengarannya edikit tidak etis, tapi aku senang melihatnya menangis seperti ini, dan aku berusaha tersenyum karena aku tidak ingin Ayana menangis lagi.

Tapi kemudian aku mendengar suara Hatsune-san.

“Shu, tetaplah di luar dulu bersama Ayana. Aku perlu berbicara dengannya.”

Setelah mendengar kata-kata Hatsune-san, Shu menganggukkan kepalanya dan pergi keluar, tapi Ayana masih tidak beranjak dari tempatnya, seolah-olah dia tidak mau meninggalkanku.

Meskipun dia memberiku tatapan bermasalah dalam menanggapi Ayana, Hatsune-san segera mengalihkan pandangan mencela padaku.

Aku tahu bahwa keluarga Shu, termasuk Hatsune-san, dan ibu Ayana tidak menganggapku baik karena sejarah masa lalu di mana aku membawa Ayana berkeliling. …… Jadi, apa yang akan dia katakan padaku?

“Apa yang akan kamu lakukan jika Shu atau Ayana-chan terluka? Untungnya saja cuma kamu yang terluka.”

“…… eh?”

“!?”

Untuk sesaat, aku tidak mengerti apa yang dia katakan kepadaku.

Ayana tampaknya merasakan hal yang sama dengannku, dia mengangkat wajahnya dari posisi tengkurap dengan kaget dan menatap Hatsune-san seolah-olah dia sedang melihat sesuatu yang tidak bisa dipercaya.

Aku masih dalam keadaan tercengang, tapi Hatsune-san terus berbicara padaku.

“Dengar, aku tidak membutuhkanmu. Shu memiliki Ayana, dan Ayana memiliki Shu. Kamu adalah orang asing, dan kamu memasuki kehidupan, jadi sudah sepantasnya kamu dihukum.”

“Hatsune-san! Apa yang kamu katakan!?”

Saat aku mendengarkan suara keras Ayana, aku juga penasaran apa yang sebenarnya dia bicarakan.

Aku hanya ada di sana bersama mereka sebagai teman mereka, ……memangnya dosa apa yang sudah kuperbuat?

“…… Oh begitu. Jadi begitu rupanya.”

“Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?”

“Tidak, bukan apa-apa."

Begitu ya, dunia mereka sudah lengkap dengan sendirinya.

Dunia di mana Shu dan Ayana bersatu, itulah dunia yang diinginkan orang-orang ini, dan mereka tidak akan mentolerir yang lain …… ah sialan, entah kenapa hal itu membuatku tertawa.

Hal tersebut merupakan ide yang hampir mustahil, setidaknya di dunia tempat aku tinggal, tapi kurasa karena dunia ini ada orang-orang dengan kepribadian yang melenceng seperti mereka.

(…… Aku ingin tahu apa yang dipikirkan Towa tentang ini.)

Berbeda denganku yang dapat melihat situasi ini secara objektif sampai batas tertentu, meskipun aku terkait dengan emosi Towa, aku penasaran bagaimana perasaan Towa ketika menerima kata-kata ini.

Apa ia membencinya atau menyerah begitu saja?

Setelah itu, Hatsune-san sepertinya telah menyelesaikan apa yang ingin dia katakan dan meninggalkan kamar rumah sakit, meninggalkan suasana yang tidak dapat diungkapkan antara Ayana dan diriku.

“Aku tidak menyangka dia sampai segitunya membenciku.”

“Towa-kun,…….”

Meskipun menurutku dia tidak perlu mengatakannya sampai sejauh itu, aku memahami gagasan bahwa Towa seperti hama yang merusak taman bunga mereka,… meskipun aku tidak pernah ingin mengerti, aku memahami gagasan yang mereka miliki.

“………”

Aku tertunduk, tapi sekarang hatiku didukung oleh Ayana, yang ada di sisiku.

Saat aku mengulurkan tangan ke Ayana, dia langsung memelukku, dan aku bisa merasakan kehangatan lengannya.

Dengan perasaan aman di hatiku, aku meminta bantuan Ayana.

Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah aku katakan dalam keadaan normal, tetapi sekaranglah waktunya untuk mengatakannya.

“…… bolehkah aku dipeluk? Apa boleh jika aku menangis?”

“… Ya, kamu boleh menangis kapan saja, Towa-kun.”

Aku kemudian menyandarkan wajahku di dada Ayana.

Sentuhan lembut di pipiku dan aroma wangi yang membuatku merasa nyaman. …… Kehangatan Ayana menyelimutiku seolah-olah menyembuhkan luka yang kuterima di hatiku.

“…… Hiks…… Hiks……!!!”

Dan aku mulai menangis.

Air mataku tak bida terbendung lagi saat aku dipeluk Ayana, dan dia membiarkanku menangis sedalam-dalamnya, seolah mengatakan bahwa aku telah mengeluarkan semua air mataku.

Sepanjang waktu aku menangis dengan keras, Ayana tidak pernah melepaskanku.

Aku tidak tahu seperti apa rupa Ayana, tapi meski begitu, aku benar-benar terselamatkan oleh kehadirannya.

“……?”

Setelah beberapa saat, aku akhirnya sudah merasa tenang dan mencoba menjauh dari Ayana, tetapi dia tidak membiarkanku pergi.

“Ayana?”

Aku memanggil namanya dan mendengar suara terdingin yang pernah aku dengar.

“Rasanya sunguh konyol. Kenapa Towa-kun harus mengalami ini? Kenapa kamu harus dikata-katai sampai seperti itu?”

Perkataan Ayana tidak berhenti dan berlanjut.

“Padahal Towa-kun adalah orang yang paling menderita… kuharap aku bisa menggantikanmu jika aku bisa. Kenapa dia mengatakan hal sekejam itu padamu—”

“……………….”

Ayana sepertinya juga merasakan kemarahanku.

Aku percaya itu adalah kebaikan terbesar yang dapat dimiliki seseorang untuk orang lain, untuk dapat berduka untuk orang lain.

Aku akan sama marahnya pada Ayana jika sesuatu terjadi padanya. …… Namun, sepertinya kemarahan Ayana memiliki arti yang sedikit berbeda.

“Apa-apaan orang-orang itu …… hah? Prang-orang itu? Apa mereka...... orang-orang yang mirip seperti kita? Tidak, mereka itu bukan manusia. …… mereka itu adalah …… orang-orang itu adalah…”

Ayana terus bergumam dengan suara yang kehilangan intonasinya.

Aku merasakan atmosfir aneh dari Ayana, dan aku menjauh darinya seolah memberi sedikit kekuatan pada tubuhku.

Ayana menatapku dengan mata kosong dan hampa, mungkin sedikit terkejut, dan atmosfir yang dia alami sebelumnya hilang.

“……fuuu”

Meskipun aku merindukan perasaan pelukan Ayana, aku berbaring di tempat tidur memunggunginya, merasa kelelahan meski itu hanya mimpi.

Ayana sangat memperhatikanku saat dia membaringkanku di tempat tidur.

“Kamu tidak pulang?”

“Aku akan tinggal sedikit lebih lama. Aku yakin Akemi-san akan berada di sini sebentar lagi.”

"Jadi begitu. …… Ibu seharusnya sedang bekerja.”

“Towa-kun mengalami kecelakaan, jadi wajar saja dia akan datang.”

“……Benar.”

Aku ingin tahu apakah ibuku akan menangis juga, …… aku yakin dia pasti akan menangis.

Aku harus menghibur ibuku entah bagaimana caranya, dan sepertinya aku harus melakukan yang terbaik untuk melakukannya.

“Towa-kun.”

“Ya?”

“Aku akan datang setiap hari untuk mengunjungimu. Aku tidak ingin kamu merasa kesepian.”

“Aku senang mendengarnya, tapi aku tidak ingin kamu datang setiap hari. …… ”

“Tidak. Aku pasti akan datang setiap hari.”

Tekad kuat Ayana mengendurkan ekspresiku.

“Kalau begitu, bisa aku meminta bantuanmu? Aku juga ingin berbicara dengan Ayana setiap hari.”

“Ya!”

Dia akhirnya tersenyum padaku.

Ekspresi sedih di wajahnya sege menghilang, dan senyum yang selalu dia tunjukkan padaku hidup kembali.

(……Aku ingat mimpi ini? Apa aku akan melupakannya saat aku bangun?)

Aku khawatir apakah aku akan melupakan mimpi ini, yang pasti menyentuh hati Towa, tetapi entah bagaimana aku merasa itu akan baik-baik saja.

Aku tidak akan pernah melupakan ini, aku tidak punya bukti, tetapi aku yakin akan hal itu.

Aku bermimpi di mana aku belajar tentang masa lalu Towa yang tersembunyi, dan pada saat yang sama, itu adalah mimpi menyakitkan yang mengoyak-ngoyak  hatiku.

“…… Ayana, aku akan…”

Aku bersumpah semakin kuat untuk melindunginya …… dan untuk melindungi hatinya.

*****

Aku terbangun ketika aku merasakan cahaya bersinar menyinari mataku.

Aku menatap langit-langit dengan kepalaku yang pusing untuk beberapa saat, tapi segera aku mengalihkan perhatianku ke tangan dan kakiku, yang seharusnya bergerak dengan benar.

“Aku masih mengingat semuanya.”

Aku maish mengingat dengan jelas semua yang aku lihat dalam mimpiku tadi.

Aku ingat kecelakaan yang aku alami karena melindungi Shu, turnamen yang gagal aku ikuti karena hal tersebut, dan kata-kata memilukan yang dia katakan kepada aku. Aku tahu hal-hal yang tidak pernah disebutkan dalam game.

Mungkin karena apa yang Ayana ceritakan tentang masa lalunya, atau mungkin karena mimpiku saat ini, aku merasa seolah-olah hatiku telah menjadi satu dengan Towa.

“Aneh ……, tapi kupikir rasanya lebih baik seperti ini sekarang.”

Alasannya adalah aku merasa keinginan untuk hidup sebagai Yukishiro Towa, yang ada di dunia ini semakin kuat, sementara kesadaranku sebagai diriku tetap ada.

Meskipun kebencianku pada Shu dan keluarganya pasti meluap saat aku semakin dekat dengan kehidupan Towa, bukan berarti aku tidak tahan karena aku masih memiliki perasaan tentang siapa diriku.

“…Sebaliknya, sepertinya Towa tidak menyimpan banyak kebencian.”

Kecelakaan itu tentunya menjadi pengalaman yang menyakitkan bagi Towa. Tapi aku juga tahu bahwa ia memang merasa senang karena Shu selamat.

Towa akhirnya tetap baik hati dan terus mengembara tanpa tujuan.

Aku juga sama, aku tidak dapat menerima kenyataan bahwa aku terlahir kembali di dunia ini, dan aku tidak benar-benar melihat Ayana dan yang lainnya.

“Mimpi adalah mimpi, kenyataan adalah kenyataan…… aku meniduri Ayana…….”

Aku mengingat dengan jelas peristiwa kemarin.

Setelah Ayana memberitahuku tentang masa lalunya, aku sangat menginginkannya dan akhirnya berhubungan fisik dengannya.

Saat aku berbaring telungkup dengan Ayana, aku teringat pengalaman pertamaku dengannya, dan ini juga mengungkapkan bahwa Towa memang sudah menjalin hubungan dengan Ayana.

“…… Tubuh Ayana sangat lembut. Dan …… dia sangat imut dan menggemaskan.”

Dalam arti tertentu, hanya mungkin selama pubertas untuk mengingat dan menikmati sisa-sisa perselingkuhan.

Padahal waktunya masih belum menjelang malam, tapi Ayana dan aku terus berhubungan seks sampai sebelum ibuku pulang, lalu kami makan malam dengannya dan aku mengantarnya pulang.

Ayana terlihat sangat sedih saat kami berpisah hingga sulit bagiku untuk melepaskan tangannya yang tergenggam di tanganku.

“Heave-ho”

Aku berdiri dan mengintip ke cermin.

Aku masih ragu apakah itu wajahku atau bukan, tapi aku juga berpikir bahwa wajahku cukup imut ketika aku bangun dari tidur.

“…… Hei Towa, apa kamu merasakan hal ini juga? Apa itu sebabnya kamu merebut Ayana darinya seperti itu?”

Rasanya tidak adil untuk mengatakan bahwa aku datang sejauh ini untuk mengambil darinya.

Aku telah berubah pikiran tentang Ayana dan bagaimana aku ingin bersamanya, dan aku ingin tetap di sisinya.

Tapi tentu saja, masih ada hal-hal baru yang menggangguku.

[Aku …… tidak bisa hidup tanpa Towa-kun. Jika Towa-kun tidak ada di sini, aku …… tidak bisa hidup.]

Itulah kata-kata yang dia ucapkan di pelukanku setelah menyelamatkan anak kecil.

Ketidakstabilan mental Ayana disorot oleh fakta bahwa dia pasti akan hancur ketika keberadaanku menghilang darinya.

Mau tidak mau aku mengerti bahwa akulah pendukung dan kehadiran penting bagi Ayana, tapi sejujurnya, kondisinya saat itu masih terlihat tidak normal.

Mungkin itulah arti yang dia sebutkan sebelumnya dengan “Master”, mungkin itu sebabnya dia terlalu memikirkan Towa sehingga dia akan mengatakan itu.

[Aku akan merebut semuanya darimu]

“?!”

Tiba-tiba, aku terkena sakit kepala yang kuat dan jatuh berlutut.

Tapi sama seperti hari-hari lainnya, sakit kepala itu cepat berlalu dan aku bisa bangun dengan cepat.

“…… apa itu suara Ayana yang baru saja kudengar?”

Suara yang kudengar tadi, pasti terdengar seperti suara Ayana.

Aku menertawakan suara Ayana, yang begitu rendah dan dingin bahkan terdengar kejam, seolah-olah dia memotong segalanya dan semua orang.

“Ayana tidak akan membuat suara seperti itu. Aku tidak tahu apa yang sudah aku pikirkan.”

Aku berjalan menuju ibuku, yang mungkin sedang membuat sarapan, berpikir bahwa Ayana tidak akan pernah melakukan itu.

Ketika aku menuju ke ruang tamu, sarapan baru saja disiapkan, dan pandangan mataku bertemu dengan ibu saat dia melipat celemeknya.

“Selamat pagi, Towa.”

“Selamat pagi Ibu.”

Setelah bertukar sapa dengan Ibu, aku duduk di kursi dan mulai sarapan.

Menu sarapannya tidak mewah-mewah karena ini hnya sarapan pagi, tetapi aku senang saat ini ketika aku benar-benar dapat merasakan kelezatannya karena aku dapat melihat bahwa cinta ibuku telah dituangkan ke dalam hidangan ini.

“Aku sangat senang karena kamu memakannya dengan sangat lezat.”

“Karena ini sangat enak. Terima kasih untuk semuanya, Bu.”

Ketika aku mengatakan ini padanya, dia tertawa dan terlihat sangat bahagia.

Beberapa minggu yang lalu, ketika aku baru menjadi Towa, aku sedikit panik, tetapi sekarang aku sudah mulai beradaptasi.

Aku mulai merasa nyaman ketika membicarakan apa pun, dan aku sadar semuanya normal.

“…Sangat lezat.”

Saat aku sedang mendinginkan sup miso panasku, aku melihat ibuku menatapku.

“Apa ada yang salah?”

“Tidak, menurutku Towa terlihat lebih baik.”

“….Apa begitu?”

Dia melanjutkan, “Aku senang kamu baik-baik saja.”

Aku tidak begitu mengerti arti dari kata-kata itu, tapi ibuku terus berbicara seperti ini.

“Setelah kecelakaan itu, kamu sempat murung sebentar lho? Kamu bertindak cukup berani di depanku, tapi itu cukup jelas.”

“… .Heh, benarkah?”

“Ya.”

“Jawaban instan?”

Aku merasa aneh ketika melihat ibuku tertawa dan bahunya gemetar.

Mengetahui kata-kata apa yang harus diucapkan, hal-hal apa yang harus dikomunikasikan, itu secara alami keluar dari mulutku.

“Tapi meskipun kamu seperti itu, berkat kamu, Ayana mulai lebih sering datang ke rumah kami dan menjadi lebih cerah. Aku sangat menghargai itu tentang dia. Kemarin, dia menunjukkan banyak hal kepada kita, bukan?”

“…..Uuh, itu….”

Ayana menyuapiku makan sambil mengatakan “ahhh” saat makan malam. Ibuku tersenyum saat menontonnya, dan tentu saja aku merasa malu.

Perawakan seorang pria dalam situasi seperti itu sangat kecil, dan aku merasakannya dengan tajam.

“Terima kasih atas makanannya”

“Terima kasih atas makanannya”

Aku hendak kembali ke kamarku untuk bersiap-siap ke sekolah ketika ibuku tiba-tiba memanggilku.

Ibu, dengan ekspresi serius di wajahnya saat dia menatapku, mengatakan sesuatu seperti ini padaku.

“Sia Ayana, dia gadis yang sangat baik. Dia gadis yang baik sehingga sulit dipercaya kalau dia masih anak SMA. Tapi entah bagaimana, entah bagaimana, sepertinya dia membawa sesuatu di dalam dirinya. Jadi, Towa, tolong awasi dia.”

“…… Aku tahu. Itu akan baik-baik saja.”

Aku menganggukkan kepalaku dengan kuat, mengatakan bahwa aku berniat melakukannya bahkan jika dia tidak memberitahuku.

Dia mengangguk puas atas tanggapanku dan hendak mencuci piring lagi ketika dia menggumamkan sesuatu yang mau tidak mau aku tanyakan balik.

“Ayana bercerita tentang apa yang terjadi di rumah sakit dulu. Jadi aku pernah secara tidak sengaja berpikir untuk mengambil tongkat baseball dan memukul wajah si nenek tua itu~!”

“Kamu tidak melakukannya, ‘kan?”

Aku sangat menyadari bahwa Ibu memiliki kasih sayang untuk putranya, tetapi menurut aku dia tidak akan sejauh itu. Itu sebabnya aku khawatir—

“Tentu saja tidak. Aku baru saja mendengar bahwa ketika aku meminta Ayana untuk menjembatani kesenjangan tanpa memberi tahumu, dia mengatakan sesuatu yang bodoh kepada anak aku. Aku berkata, ‘Aku akan mengikat kencang si nenek tua itu~♪’”

“Apa katamu?!”

“Maaf, maaf ♪ Yah, itu hanya sisa-sisa terakhir dari masa-masa premanku yang tak sengaja keceplosan.”

“…….”

Apa yang Kamu maksud dengan “Masa-masa preman”? Memangnya Ibu dulu seorang preman?

Kalau dipikir-pikir, ketika aku sedang menggeledah rumah untuk menilai situasi, aku menemukan foto ibuku yang membuatku berpikir dia cukup mencolok saat itu…Jangan bilang bahwa wanita yang terkadang datang untuk mengunjungi ibuku adalah adik ibuku?

“Aku tahu kamu kuat, Bu. …… ”

Aku akan menanyakan detail lebih lanjut jika ada kesempatan untuk melakukannya.

Kemudian aku bersiap-siap dan meninggalkan rumah, tetapi aku merasa bahwa caraku menghabiskan waktu tidak akan banyak berubah begitu aku terhubung kembali dengan Ayana.

Tetap saja, …… Aku masih berpikir aku akan melanjutkan sesuai keinginanku.

“Aku masih agak terjebak dengan itu.”

Masa lalu yang disembunyikan dari Towa, perasaan yang disembunyikan Ayana, dan hubungan yang terungkap,……, aku mengerti apa yang telah terjadi sejauh ini, tapi aku masih memiliki perasaan aneh bahwa ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokanku.

[……Tidak menyenangkan. Ayana dalam masalah.]

“Eh?”

Aku tiba-tiba berpikir kalau aku baru saja mendengar suara seseorang.

Itu adalah suara yang membangkitkan rasa nostalgia, tapi aku tidak pernah mendengarnya lagi.

Kupikir aku tidak bisa mengabaikannya sebagai imajinasiku, setelah sampai sejauh ini.

Setiap hal kecil yang aku lakukan terhubung ke dunia ini.

Dan yang terpenting, ada kemungkinan kuat bahwa itu adalah sesuatu yang membangkitkan ingatan yang selama ini terkubur di dalam diriku. …… Jadi aku pikir sangat penting untuk memperhatikannya sebanyak mungkin.

Ketika aku menuju ke tempat pertemuan biasa, mereka sudah ada di sana.

“Selamat pagi, Towa.”

“Selamat pagi, Towa-kun.”

“Selamat pagi, Shu. Ayana juga.”

Aku sangat senang melihat Ayana, bahkan setelah apa yang terjadi kemarin, dia masih tetap sama seperti biasanya.

Dan itu sama untukku, tetapi tetap saja, dengan perubahan hati yang baru, aku yakin sesuatu akan berubah secara drastis.

Itulah sebabnya aku merasa bahwa hubungan antara kami bertiga akan berubah secara drastis.

Terus memojokinya….. Terus memojokinya…..

Buat ia menderita…… Buat ia menderita….

Dan terakhir, merebut sesuatu yang paling berharga. …… Maka tidak akan ada apa-apa selain keputusasaan, bukan?

Aku tidak akan pernah melupakan kata-kata yang kalian ucapkan.

Aku tidak akan pernah melupakan air mata yang dia tumpahkan.

Jadi aku akan [merampas segalanya].


*****


“….Apa-apaan ini?”

Pria yang mencoba memainkan fan disk yang diterimanya langsung memiringkan kepalanya dan bergumam pada dirinya sendiri.

Saat ia menginstal game dan memulainya, teks di atas muncul dan menghilang mirip seperti pembuka film.

Sekarang sudah ada di layar judul, sebuah lagu yang sedikit sepi tapi fantastis diputar, dan Ayana ditampilkan mengenakan tudung hitam.

Awalanya benar-benar berbeda dari game yang terakhir.

Di karya sebelumnya, judul dibacakan oleh heroine secara acak dengan musik yang riuh, tapi kali ini suara itu tidak direkam.

Pria itu menenangkan diri dan memilih “Dari Awal” untuk memulai permainan.

“……………….”

Ia memainkan isi game tersebut sampai selesai tanpa istirahat.

Kemudian, ia menatap layar akhir sembari terkesiap, lalu bersandar dalam-dalam ke sandaran kursinya, dan membuka mulutnya.

“…… Tidak menyenangkan. Ayana dalam masalah.”

Itulah kata yang akhirnya berhasil pria itu ucapkan.

Itu adalah karya yang telah menerima banyak peringkat tinggi di Internet, dan mempunyai isi yang lumayan rumit karena itu pada awalnya berasal dari game eroge NTR, yang membuatnya enggan untuk membelinya.

Namun, setelah benar-benar memainkan game tersebut, pria itu memikirkannya, yang semuanya terkandung dalam kata-kata yang baru saja diucapkan pria itu.

“Game erotis semacam ini tidak umum. Siapa yang bisa meramalkan hal seperti itu?”

Di dalam fan disk “Aku telah kehilangan segalanya”— itu adalah cerita yang berpusat pada Ayana, yang tidak digambarkan dalam cerita utama, dan itu adalah kisah balas dendam terhadap mereka yang telah membuat Towa putus asa, pria yang sangat dia cintai.

Pria tersebut sangat terkejut mengetahui bahwa Ayana terlibat dalam semua kasus Senpai, Kouhai, adik perempuannya, dan ibunya, yang digambarkan sebagai heroine korban NTR, dan bahwa pertemuannya dengan Shu dan bimbingan selanjutnya dalam membangun hubungan dengan dia dijelaskan dengan hati-hati.

Walaupun rasanya mengejutkan melihat Ayana didorong oleh kebencian sampai tingkat yang tidak pernah terbayangkan dari cerita utama, dia selalu tersenyum dan sangat manis nan menawan di hadapan Towa.

[Aku mencintaimu, Towa-kun. …… Aku mencintaimu.]

Selain saling bermesraan di belakang Shu, ada juga banyak adegan intens, dan sejumlah adegan seks, yang hanya terjadi sekali di seri utama, telah meningkat ke titik di mana itu tampak seperti kebohongan.

Tentu saja, penampilan Ayana hanya di depan Towa, dan melihat dia menikmati kebahagiaan dan kesenangan dengan cara yang tidak teratur benar-benar hak istimewa yang hanya diperuntukkan bagi Towa.

“Bagi Ayana, sosok Towa sangat spesial. …… Begitu, jadi itu sebabnya banyak yang bilang itu cinta yang murni.”

Pria itu akhirnya mengerti apa artinya itu bukan sebagai NTr melainkan cinta murni, yang pernah i abaca dalam kolom komentar kesan.

Pria tersebut terkekeh melihat sifat tersembunyi Ayana, atau lebih tepatnya, karena fan disk itu sebagian besar dari sudut pandang Ayana, jadi mungkin untuk memahami apa yang ada di pikirannya.

Perasaan Ayana yang sebenarnya terungkap, dan dia benar-benar mengomel tentang hal-hal yang tidak disukainya, meski lebih jarang.

“Misalnya saja adegan ini .....”

Suara Ayana bergema keras begitu pria itu mulai memutar ulang adegan yang mengganggunya.

[Yang benar saja, si jalang itu! Dia mengganggu waktuku bersama Towa!]

Suara Ayana terdengar di tempat kejadian.

Karena isi fan disc melengkapi cerita utama, menghubungkan semua jenis adegan juga membuat para pria senang dan bersemangat.

Momen buruknya adalah ketika Ayana pulang dengan Towa dan bertemu Kotone secara kebetulan, lalu setelah mereka mengatakan beberapa hal satu sama lain.

Penggunaan gelar kehormatan Ayana pada awalnya merupakan penghalang untuk menjaga jarak dari Shu dan anggota keluarganya yang lain, tetapi memainkan peran dirinya yang sopan memiliki cara untuk menekannya.

Kisah bagaimana Ayana menggunakan honorifik dan pelepasan perasaan tertekannya dengan menjadi gadis bermulut pedas juga menjadi pengaturan menarik yang meninggalkan kesan kuat bagi penonton.

Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pria tersebut  menyukai Ayana sejak cerita utama, tetapi ia semakin menyukainya sekarang karena telah memainkan fan disc-nya.

“…Oh, aku tidak pernah membayangkan hal semacam ini.”

Pria itu kembali berselancar di Internet untuk menuliskan kesannya terhadap fan disk dan menemukan komentar pengembang di situs web resmi.

Biasanya, pria itu tidak akan tertarik pada hal semacam itu, tetapi karena mereka adalah pembuat game ini, dirinya merasa penasaran dan membuka halaman, dan dibuat terheran-heran.

[Aku pikir orang-orang yang memainkan game tersebut mungkin merasakan kebencian terhadap Shu dan keluarganya. Ada beberapa adegan yang sejujurnya menurutku terlalu berlebihan, tapi ketika aku mencoba mengungkapkan kegilaan Ayana secara detail, malah berakhir seperti itu. Staf menyesal bahwa mereka merasa kasihan pada nasib Senpai dan Kouhai. Sekarang, apa kamu sudah memainkan putaran kedua permainan? Akhir dari putaran kedua sedikit mengubah arah.]

Itulah komentar dari pihak pengembang.

“Apa?!”

Komentar itu tidak didengar oleh pria tersebut.

Meninggalkan halaman di belakang, pria itu memulai permainan lagi dan memanfaatkan lompatan untuk segera mencapai akhir.

"Aku sudah mencapai akhir, dan itu masih sama ......?”

Tidak ada perubahan khusus pada adegan di mana kredit dimainkan, dan gambar Towa dan Ayana yang berpegangan tangan dan berjalan menuju cahaya juga tidak berubah.

"…… Hmm?"

Namun, gambaran tentang dua orang yang berbahagia ini mulai berubah.

Sosok Ayana menghilang dan yang tersisa hanyalah Towa, lalu sosok Towa juga menghilang. Kata-kata semacam ini mulai muncul di layar.

“Ayana berada di pelukanku. Dia tersenyum sepanjang waktu. Melihat senyumnya membuatku bahagia juga. Tapi …… apa ini benar-benar hal yang benar untuk dilakukan?”

Kata-kata itu menghilang dan kemudian muncul kembali.

“Dia bertindak karena cintanya untukku. Tapi dalam arti sebenarnya, akulah yang menghancurkan hatinya karena aku tidak bisa …… menyadari apapun. Mungkin juga …… diriku sendiri yang mengambil gadis baik itu dariku.”

Permainan diakhiri dengan kata-kata itu sebagai akhir yang sebenarnya.

Pria itu tertegun sejenak, tetapi kemudian dirinya tersadar dan mengalihkan pandangannya kembali ke bagian komentar pengembang lagi.

[Faktanya, Towa tidak tahu apa yang dilakukan Ayana di dalam cerita utama. Jadi ini adalah fitur yang ditambahkan staf hanya untuk bersenang-senang, kalau-kalau Towa menyadarinya nanti. Yang ingin aku katakan adalah bahwa Ayana sudah hancur dan tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan apa yang dia lakukan. Ini adalah akhir dari permainan ini, tapi …… ya aku kira begitu. Jika ada seseorang dengan perspektif yang lebih istimewa, bukan Towa atau Ayana di dalam game, aku pikir itu akan menjadi akhir yang lebih bahagia bagi mereka berdua. Balas dendam memberimu rasa pencapaian sesaat, tetapi yang muncul setelahnya hanyalah perasaan hampa. Yah, bagaimanapun hasilnya, itu akan menjadi akhir yang pahit bagi Shu (wkwkwk).]

Komentar pengembang menyimpulkan begitu di akhir.

“Pihak ketiga dengan sudut pandang khusus……ya.”

Pria itu bergumam pelan dan memikirkannya.

Akhir permainan seolah-olah merupakan akhir yang bahagia untuk Towa dan Ayana, tetapi pada akar dari semuanya, tidak ada yang terselesaikan dan Ayana dibiarkan hancur.

Fan disk tersebut tidak hanya berbicara tentang Ayana, tetapi juga tentang Towa, yang benar-benar mencintai Ayana dengan sepenuh hati.

“… Aku yakin ia tidak akan memaafkannya. Jika Towa tahu tentang Ayana…”

Pria itu menganggukkan kepalanya dan mengangguk bahwa dirinya pasti takkan mengizinkannya.

Kesan Pria itu terhadap Towa telah berubah drastis, dia hanyalah anak laki-laki baik hati yang memiliki perasaan terhadap Ayana.

Namun Towa tidak menyadari sampai akhir bahwa Ayana selalu terjebak dalam masa lalunya dan membencinya.

“Aku yakin rasanya akan lebih menyenangkan jika ada semacam pemicu ……”

Ya, seandainya saja ada kesempatan, Towa dan Ayana pasti bisa berjalan menuju kebahagiaan dalam arti sebenarnya.

Jika ada peristiwa yang menerima lingkungan di sekitar Towa dan kemudian mengatasi kesedihan dan kebencian saat Towa menarik diri dari tangan Ayana, maka pasti akan terjadi…….

“Haha, mau tak mau aku jadi kepikiran seperti ini.”

Game ini sekarang sudah selesai, jadi tidak ada gunanya berimajinasi.

Tetap saja, karena keterlibatan emosional mereka dengan para karakter, pria tersebut jadi memimpikan dunia yang mungkin bisa menjadi kenyataan.

“……Hmm?”

Pria itu melihat ke layar komputer seolah-olah ia baru saja menyadari sesuatu, tetapi tidak secara khusus.

Memiringkan kepalanya dengan cara yang lucu, pria itu meninggalkan ruangan, tetapi tak lama kemudian, layar komputer menyala dengan cara mencurigakan.

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama