ED/PR: Kareha
Ronde Ke-3 —
“Sebelah mana? Hei, Di sebelah mananya?”
Pada suatu hari, kepala rumah
tangga yang menjadi tulang punggung keluargaku tiba-tiba pingsan di pintu depan
rumah tanpa alasan yang jelas, dan langsung dibawa ke rumah sakit. Penyebabnya
adalah kelelahan bekerja dan kekurangan gizi.
Awalnya, semua orang bingung.
Setiap hari setelah pulang sekolah, ayahku hanya duduk di depan televisi tanpa
bergerak. Ibuku bekerja penuh waktu jadi tidak ada masalah dengan pendapatan, tetapi
masalahnya adalah makanan.
Setelah kami mulai makan malam
bersama, kami hanya berbagi hidangan sisa. Tidak ada percakapan antara orang
tua dan anak. Dalam keadaan seperti itu, aku
berpikir kalau ayahku takkan bisa pulih dari kondisi kesehatannya yang
buruk.
Jadi aku mulai mencari resep di
internet dan mencoba memasak melalui panduan video. Hidangan pertama yang aku
coba adalah telur mata sapi. Aku mengorbankan empat telur sebelum berhasil
memasaknya dengan baik. Aku juga mencoba membuat kari. Meskipun aku mengikuti
petunjuk di kotak, ternyata kuahnya terlalu encer dan sayurannya masih mentah.
Ayahku tidak mengatakan apa-apa
dan terus makan hidangan buatanku yang gagal. Setiap hari, terus-menerus.
Akhirnya, hari terakhir cuti
sakit tiba. Aku ingin setidaknya memperbaiki lingkungan makan kami dan
memberikan sedikit kebahagiaan dalam kehidupan ayahku.
Aku menyajikan hidangan
istimewa dengan segala kemampuan yang aku punya. Itu adalah menu yang sudah aku
latih berkali-kali dengan bahan makanan yang aku beli dengan uang sakuku
sendiri.
Seperti biasa, ayahku diam-diam
memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Kemudian dia terkejut, memegang sumpit
dengan semangat, dan dengan cepat melahap hidangan tersebut.
Akhirnya, setelah menelan
suapan terakhir, ayahku mengucapkan kalimat pujian.
“... Rasanya enak sekali.”
Ini adalah pertama kalinya
dalam beberapa tahun aku mendengar suara ayahku.
Di atas meja ada semangkuk
daging babi tanpa satu butir nasi pun tersisa.
Segera setelah kembali bekerja,
ayahku berhenti dari pekerjaannya. Dia bahkan sering tidak berada di rumah.
Kemudian, pada suatu hari saat
makan malam, yang jarang terjadi, kami bertiga duduk bersama di meja makan,
ayahku tiba-tiba mengeluarkan pernyataan mengejutkan.
“Kali ini, aku akan mewarisi
sebuah restoran izakaya milik kenalanku.”
Ternyata, saat dia tidak ada di
rumah, dia berlatih di restoran atau mengambil kualifikasi terkait makanan dan
minuman.
Kemudian, aku bertanya padanya.
Mengapa seorang pria yang tidak tahu apa-apa tentang memasak memiliki minat
dalam industri makanan dan minuman?
“Setelah mencicipi masakan
Suzufumi, aku berpikir ‘Aku juga ingin
membuat orang bahagia dengan masakanku sendiri,” jawab ayahku dengan
tertawa sambil mengusap rambutku dengan lembut.
Makanan adalah jalan yang pasti
untuk membuat orang bahagia.
Itulah sebabnya aku tidak bisa
membiarkannya sendirian begitu saja.
☆ ☆ ☆
Hari terakhir liburan musim
semi. Suara bel itulah yang membangunkanku dari tidur lelap.
“Iyaa.”
Sambil menggosok mataku, aku
pergi ke pintu depan dengan masih mengenakan baju tidurku. Mungkin itu dari
pengantar barang.
Ayahku kadang-kadang mengirimkan
makanan dalam jumlah besar ke rumah. Bersamaan dengan surat yang berisi tulisan
“Kamu bisa mencoba untuk memakannya juga
karena ini sangat direkomendasi!” Kadang-kadang daging berkualitas, atau
sayuran organik, dan juga terkadang manisan dengan edisi terbatas.
Aku merasa sangat bersyukur padanya. Tapi masalahnya, jumlah makanan
yang datang tidak bisa dihabiskan sendirian. Meski totalnya mungkin cukup untuk
sepuluh orang, aku kesulitan untuk menghabiskannya.
Aku lalu memakai sandal dan membuka pintu.
“Pagi, Suzufumi.”
Orang yang muncul di depan mataku adalah penghuni kamar 810,
Sasaki Yuzuki.
“Sekarang sudah jam delapan, loh? Apa kamu masih tidur?”
Tetanggaku melihatku dengan mata yang mirip seperti guru yang
sedang memberi peringatan kepada muridnya yang tertidur di kelas.
“Selamat pagi juga, Yuzuki.”
Begitu rupanya, dia datang langsung untuk membangunkanku karena
mengira aku sudah bosan dengan suara alarm.
Dia memakai kemeja dan celana pendek. Kaki panjangnya yang ramping
terlihat berkilauan.
“Aku sudah bangun dari tadi, kok.”
“Jawabanmu terdengar seperti kamu sudah biasa bilang begitu.”
Ya, jika ini hari biasa, aku sudah bangun dan makan pagi, tapi
liburan musim semi masih belum berakhir, jadi tidak ada alasan untuk
menyalahkanku.
“Kamu sudah siap-siap pergi kerja, kah? Kamu memang sangat
populer, ya.”
“Hari ini aku bangun lebih lambat dari biasanya, tahu? Tapi,
sebelum itu, ini...”
Yuzuki menyerahkan sebuah buku. Di bagian sampulnya, ada gambar
gadis cantik yang tengkurap di tempat tidur.
“Ini adalah album foto idol pertamaku yang baru saja dirilis hari
ini! Aku mau memberikan ini kepadamu, Suzufumi.”
Foto Yuzuki di sampul depan terlihat sangat feminin dan sampul itu
terasa seperti sedang menatapku. Aku merasa seperti benar-benar berada di
tempat tidur bersamanya, dan jantungku berdebar kencang. Rasa ngantuk yang
masih tersisa tiba-tiba langsung hilang begitu saja.
“Karena stoknya sudah dicetak ulang sejak tahap pemesanan, kamu
mungkin tidak bisa mendapatkannya di toko buku sekarang, loh.”
Di sampul depannya tertulis, “Berbelanja,
makan malam, berenang...Ikuti liburan Arisu Yuzuki, ace abadi dari [Spotlights]!”
“Ah, sudah waktunya, ya? Aku harus pergi sekarang nih.”
Setelah memaksakan secara sepihak album fotonya kepadaku, Yuzuki kemudian
mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik.
“Silahkan dinikmati sepuasnya,
ya?”
Telingaku terasa geli, dan tanpa sadar aku menjauh. Yuzuki
tersenyum nakal, lalu melambaikan tangan dan menuju lift.
Aku masih memegang telingaku dan melihat sosok Yuzuki pergi dari
pintu depan.
Dia pasti bicara tentang
menikmati liburan musim semi....
Jika aku tidak meyakinkan diriku sendiri mengenai hal itu, detak
jantungku mungkin tidak akan mereda.
☆ ☆ ☆
Setelah menyelesaikan cucian, beres-beres, dan berbelanja di pagi
hari, aku pergi mengambil seragam yang sudah dicuci di tempat laundry. Pada
siang hari, aku menuntaskan sisa barang-barang pindahan dan mengganti makanan
dalam tas evakuasi darurat. Selain itu, aku menonton program yang sudah aku
rekam dan merawat tanaman di balkon.
Ketika sore hari tiba, aku benar-benar tidak memiliki kegiatan
lain. Aku benar-benar senggang sampai-sampai bingung mau melakukan apa lagi.
“.....”
Aku kembali ke dalam kamarku dan duduk bersila di tempat tidur. Di
tanganku ada buku album foto yang baru saja kuterima pagi ini.
Album foto, atau pada dasarnya bisa dianggap sebagai kumpulan “kecantikan”. Dengan kata lain,
melangkah masuk ke dalam wilayah mereka. Bagi Yuzuki yang mencoba membuatku
menjadi penggemarnya, cara ini pasti langkah terbaiknya.
Langkah terbaik yang seharusnya kulakukan ialah tidak membuka
album foto itu dan menyegelnya. Tapi hal tersebut justru membuatku tidak enakan
pada Yuzuki, dan sejujurnya aku sangat ingin melihatnya. Karena pasti kumpulan
foto dirinya sangat cantik.
Aku menarik napas dalam-dalam, memantapkan hati, dan membuka
sampulnya.
Hal yang pertama kali kulihat adalah foo Yuzuki yang berjalan-jalan
di tempat yang tampak seperti taman. Dia mengenakan kaos putih dan celana
olahraga, memberikan nuansa sporty dan kasual.
Setiap kali aku membalik halaman, dia menunjukkan berbagai sisi
dirinya, misalnya seperti memakai setelan model one-piece, atau seperti maid,
atau memakai gaun mewah.
Album fotonya mulai memasuki bagian tengah, dan adegannya
berpindah ke pantai. Yuzuki mengikat ujung kaosnya di pinggang, memperlihatkan
perutnya. Kaos yang menempel erat di tubuhnya menekankan lekuk dada dan
pinggangnya.
─Silahkan dinikmati sepuasnya,
ya?
Aku tiba-tiba teringat kata-kata yang dibisikkan Yuzuki tadi dan
hal itu membuat kepalaku pusing.
Aku tidak boleh memikirkannya terlalu dalam. Pada akhirnya, album
foto hanyalah seperti lukisan yang dipajang di museum. Tidak ada lagi tujuannya
selain untuk menikmati dan memperdalam pengetahuan. Jangan sampai terbawa
suasana.
Aku mengatur napasku sebentar , dan membalik halaman lagi.
“...Uwaaah!”
Di sana, ada foto Yuzuki yang mengenakan bikini.
Dia mengenakan bikini biru yang tidak kalah dengan langit cerah
dan laut hijau zamrud. Di tengah dua potongan kain berbentuk segitiga yang
diberi rumbai, terlihat jelas lekukan dadanya yang menakjubkan seakan
menegaskan keberadaannya. Ukurannya tidak terlalu kecil atau terlalu besar,
ukuran sangat pas. Bagian bawahan berupa pareo, memberikan kesan imut dan
suasana musim panas.
Pemandangan orang yang aku cintai saat memakai bikini. Gawat, ini
benar-benar gawat. Jika aku melanjutkannya, akan banyak hal yang mungkin akan
terjadi.
Aku menutup album foto itu dan menyimpannya di laci bawah meja.
Aku bergegas ke dapur dan minum teh hijau dingin dari kulkas dalam satu
tegukan. Sensasi dingin menyebar di dalam tenggorokan lalu menjalar untuk
mendinginkan kepalaku, dan itu berhasil menghilangkan hasratku.
Mungkin Yuzuki memberikan album foto tersebut karena sudah
mengantisipasi reaksi seperti ini. Semakin aku merasa terganggu, semuanya akan
berjalan sesuai keinginannya. Membuka halaman lebih jauh lagi berbahaya.
“Aku pulang~”
Suara dan suara pintu dari rumah sebelah memberitahuku kalau dia
sudah pulang.
Leganya. Demi mengambil inisiatif, mari kita mulai mempersiapkan
makan malam.
Menu malam ini adalah mie goreng.
Pertama-tama, aku menyiapkan beberapa bahan sayuran. Setelah
itu,aku memotong besar kubil, dan memotong wortel menjadi potongan-potongan
kecil. Aku bisa saja menambahkan bahan lain seperti tauge, bawang, atau jamur,
tapi jika ada terlalu banyak tambahan bahan lain, rasanya tidak akan menyatu,
jadi saat membuat mie goreng, aku selalu membatasi bahan selain daging menjadi
dua jenis.
Setelah selesai memotong sayuran, aku memasukkan lemak babi ke
dalam penggorengan yang sudah dipanaskan. Meskipun bisa menggunakan minyak
biasa, menggunakan lemak babi akan meningkatkan aroma sedap makanan. Aku
kemudian memasukkan tumis daging babi dan sayuran dengan benar, lalu menambakan
mie yang sudah dipotong.
Setelah mencampurkan semua bahan dan mie, aku baru menuangkan saus
khusus dan mencampurkannya. Aku lalu menambahkan sedikit saus tiram sebagai
penyedap untuk memberikan nuansa kaya rasa. Mulai dari sini, aku perlahan-lahan
membesarkan api kompor dan renyahkan permukaannya sedikit. Jika menambahkan nori, bonito katsuobushi, dan tenkasu tepat sebelum makan, maka
semuanya sudah selesai. Tentu saja, aku juga menambahkan banyak jahe merah.
Waktu memasaknya tidak sampai tiga puluh menit, tapi itu adalah
perubahan suasana yang bagus.
Sekarang ingatan tentang Yuzuki saat memakai bikini sudah hilang
dari ingatanku. Ukuran dadanya yang pas, bentuk pusarnya yang imut, pinggangnya
yang seksi, dan bokong yang kencang, semuanya sudah menghilang dari pikiranku.
Aku mendengar suara pintu balkon terbuka, jadi aku menyalakan
kipas sebagai sapaan. Silahkan menikmati aroma saus yang sangat enak ini.
Aku mungkin sudah dibuat salting, tapi sekarang giliranku. Dengan
mie goreng yang berlimpah rasa, aku akan memuaskanmu malam ini juga.
Pada saat itu, aku sedang memikirkan hal-hal yang santai seperti
itu.
Beberapa puluh menit kemudian, aku melanggar batasan sebagai pria.
☆ ☆ ☆
Sama seperti biasa, aku membawa makanan dan menekan bel di kamar
sebelah.
Berikut strategi yang akan kupakai hari ini: Pertama-tama, aku
akan memberikan mie goreng panas. Seperti doria ala Milan kemarin, aku tidak lupa
untuk menaburkan nori dan tenkasu di depannya. Mungkin pada tahap ini, dia
mungkin belum menyerah, jadi aku segera melepaskan serangan kedua.
Selain mie goreng, aku juga menyiapkan nasi putih. Bukan berarti
aku ingin dia makan nasi dengan mie goreng sebagai lauk. Meskipun itu juga enak,
yang aku coba lakukan adalah “Soba Meshi”.
Hidangan itu adalah makanan yang berasal dari Kobe yang dibuat
dengan menumis mie goreng yang telah dipotong halus dan menambahkan nasi. Untuk
membedakan rasa mie goreng, aku berencana menaburkan tepung ikan di atasnya.
Ini adalah rencana yang sempurna. Sebagai makanan penutup, aku
juga sudah menyiapkan bayam rebus di bagian bawah kotak makanan.
Pintu depan akhirnya terbuka. Yuzuki hari ini tidak membawa
makanan protein. Dengan kata lain, dia tidak berjaga-jaga.
“Aku sudah memasak makan malam, nih. Menu hari ini adalah mie
goreng, jadi ayo kita makan bersama!”
Yuzuki menghela napas saat sedang menyambutku yang sedang membawa
makan malam dengan senyum.
Ayo, coba lawan seperti biasa. Aku sudah mempersiapkan segala kemungkinan.
Namun, apa yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang tidak
terduga.
“Silakan masuk aja...”
“Hah?”
Apa dia baru saja mengatakan “Silakan masuk aja...”? Apa Yuzuki,
dia, mempersilakanku masuk?
Apa maksudnya ini? Kemarin-kemarin, saat aku menawarkan makanan,
Yuzuki malah berusaha menolak dengan ekspresi yang sangat jengkel. Namun, hari
ini dia dengan tenang memperbolehkanku masuk.
Meski aku masih merasa keheranan, aku tetap mengikutinya dan
sampai di ruang tamu. Bahkan ketika aku mengambil piring mie goreng dari kotak
makanan, Yuzuki tampak berbeda dari biasanya, meski dia masih menelan ludah.
Yah, tidak masalah. Aku cuma memenuhi tugasku. Setelah menaburkan berbagai
topping pada mie goreng di meja, aku menunjuk dengan tanganku.
“Kali ini, aku memilih mie tebal agar bisa menikmati teksturnya.
Aku juga memotong sayuran ukuran besar untuk menjaga teksturnya yang renyah.”
“Aku sudah memikirkan penyebab kegagalan kemarin....”
Dengan sikap tegas, Yuzuki mendorong piring dari tanganku.
“Baik donburi babi
maupun doria ala Milan, bukan berarti
aku tidak bisa membuatnya di rumah, tapi pada dasarnya, jika aku tidak
memesannya di restoran, aku tidak bisa makan makanan yang benar-benar enak. Aku
pasrah dengan keunikan itu.”
“Ah, ya, memang...”
“Tapi mie goreng hari ini agak beda. Dibandingkan dengan dua menu
sebelumnya, ini bisa dibuat dengan mudah di rumah loh! Dan ada banyak
kesempatan untuk memakannya diluar ruangan atau katering. Dengan kata lain, ini
bukanlah menu yang harus dinikmati sekarang!”
Seraya menunjuk ke arahku, Yuzuki terlihat seperti detektif
terkenal yang sedang mengidentifikasi pelaku dalam misteri.
Jadi begitu rupanya, dia pasti berpikir kalau dia pasti bisa
menahan godaan jika itu adalah mie goreng yang bisa dipesan dimana saja. Itu
sebabnya dia dengan santai mengundangku ke rumahnya.
Semakin lama aku memikirkannya, aku jadi semakin yakin.
Idol yang satu ini terlalu naif.
“Mie Cina ini juga digunakan di toko ayahku loh. Itu adalah produk
yang mahal yang kami dapatkan dari pabrik mie, jadi kupikir mie itu tidak
sering ada di luar sana, oke?”
“...Hah?”
Ekspresi Yuzuki tiba-tiba berubah.
“Mereka mencampur empat jenis tepung gandum yang dipilih
berdasarkan cara penggilingan dan tempat asalnya. Bahkan ada slogan seperti 'Mie dewa yang mencapai keseimbangan antara
kekenyalan dan tekstur'.”
“Mi-Mie dewa?”
Suasananya berubah menjadi sangat tegang. Namun, Yuzuki
menggelengkan kepalanya dengan cepat untuk menyingkirkan hasratnya.
“Apanya yang 'mie dewa'!
Meski tidak sekarang, pasti selalu ada kesempatan lain, kan?”
“Sayangnya, pabrik mie tersebut berencana untuk tutup musim panas
ini karena kurangnya pegawai.”
Itu sebabnya ayahku telah memesan dalam jumlah besar selama
beberapa bulan terakhir untuk mengucapkan terima kasih. Di toko kami, mie
goreng sangat populer sebagai makanan penutup.
“Be-Be-BE-Berisikkkkkkk! Khusus hari ini, aku tidak akan kalah!”
Sepertinya Yuzuki sudah menyadari kalau dia takkan bisa melawan
secara logis, jadi dia memainkan kartu terakhirnya, yaitu dengan semangat dan
keberanian.
“Mie goreng tuh hanyalah gumpalan karbohidrat! Aku sama sekali
tidak ingin makan menu anti diet seperti ini! Mie yang dicelupkan dalam saus
cokelat, aroma saus yang enak, ada banyak dagingnya, sayuran yang segar, dan
topping, semua itu tidak cukup untuk membuatku menyerah pada makanan!”
“Hah?”
“Tentu saja, mie tebal punya tekstur yang kuat dan kamu bisa
merasakan aroma gandum, dan itu cocok untuk mie goreng karena baik dalam
menyerap saus! Omong-omong, apa pabrik mie itu juga memiliki mie yang
karbohidratnya rendah!?”
“Eh, kayaknya sih tidak..."
“Gitu, ya? Omong-omong, aku suka kok kalau kamu memotong sayuran
ukuran besar untuk memberikan kehadirannya, jadi apa maksudnya dengan semua
itu?”
Apa Yuzuki sudah mulai menyerah?
Eh, tunggu dulu, tunggu dulu. Kemana perginya tekad kuatnya saat
dia mengundangku ke rumahnya?
Tidak, aku bisa menebak alasan perubahannya dalam waktu singkat
ini. Bukan hanya karena mie original dari pabrik mie. Sejak tadi, Yuzuki sudah
dipaksa untuk menghirup aroma saus yang sangat menggugah nafsu makan. Sedikit
orang yang bisa tetap tenang setelah mencium aroma lezat hidangan mie goreng.
Sebagai percobaan, aku mendorong piring mie goreng ke arahnya.
Ternyata, Yuzuki mendorongnya kembali.
Aku mendorongnya ke arah Yuzuki lagi.
Piringnya tidak kembali lagi ke arahku.
Menilai kalau sekarang merupakan waktu yang tepat untuk bertindak,
aku memulai.
“Mending kita langsung makan aja mumpung masih panas~”
“Uh, uuh...”
Yuzuki juga sedikit terlambat menggenggam sumpitnya dan
mengucapkan doa.
“Selamat makan!”
“Selamat makan...”
Ya, aku menang hari ini juga. Dia memang gampangan banget.
Yuzuki ragu-ragu memasukkan setengah suap mie goreng ke mulutnya.
Saat dia mengunyah perlahan, ekspresinya perlahan menjadi lebih
cerah.
“Mienya kenyal banget~♥”
Lalu dia mengambil suapan kedua. Dia menyeruput mie goreng yang
diambil dengan sumpit dengan berani.
“Bagian luarnya terasa renyah, dan bagian dalamnya kenyal, mie ini
luar biasa enak dengan saus yang kaya rasa♥ Mie dewa memang terbaik ♥ Daging babi lembut, dan sayurannya renyah, semuanya seimbang di
mulutku.”
“Aku bilang juga apa, iya ‘kan? Aku merasa pede dengan mie goreng
buatanku.”
“Kenapa bahan-bahannya begitu enak? Apa kamu menggunakan lemak
babi saat menggorengnya?”
“Hehe, benar.”
“Jadi itulah sebabnya ya rasanya seperti restoran teppanyaki yang
otentik♥”
Aku juga mencobanya. Ya, mie ini sempurna. Bahan dan mie gorengnya
pas. Rasanya pun sempurna.
Aku merasa senang karena berhasil membuat Yuzuki makan.
Sampai hari ini, aku sudah menang tiga kali dari tiga
pertandingan. Jika ini terus berlanjut, hari kekalahan telaknya akan segera
tiba.
“Meski begitu, aku tidak menyangka kalau Suzufumi akan begitu
senang.”
Yuzuki menggumamkan sesuatu sambil menarik-narikan mie di depan
mulutnya.
“Apa yang kamu bicarakan?”
Setelah mengangkat sudut bibirnya, Yuzuki menyilangkan kedua
tangannya dan meraih ujung bajunya.
“….Oi, Yuzuki?”
Gerakan itu biasanya dilakukan di ruang ganti.
Kulit putihnya yang memukai mulai terlihat. Pinggangnya yang
ramping, pusarnya yang kecil dan imut. Selembar kain biru dengan rumbai yang
mendukung dada yang cukup besar.
Yuzuki mengenakan baju renang di bawah bajunya.
“Ka-Ka-Kamu ini!”
Pemandangan yang baru saja aku lihat di album foto sekarang muncul
tepat di depan mataku.
Laut. Baju renang. Pantai. Stan. Berenang di laut. Perjalanan. Mie
goreng. Rumah pantai. Makan.
Berbagai kata mulai masuk di kepalaku, dan akhirnya mencapai satu
hipotesis.
“Jangan-jangan!”
Aku meminjam salah satu dari beberapa album foto yang nampaknya
adalah sumbangan yang ada di rak ruang tamu Sasaki, dan membalikkan halaman yang
aku buka sebelumnya.
“...!”
Yuzuki sedang makan mie goreng di rumah pantai.
“Tidak mungkin!”
Apa aku tanpa sengaja merealisasikan kejadian di album foto?
Peluang memilih mie goreng dari banyak masakan hampir tidak mungkin dihitung
dengan angka.
Atau mungkin, setelah melihat pemandangan musim panas seperti laut
dan baju renang, hal tersebut mungkin secara tidak sadar mempengaruhi
pilihanku. Tapi, jika Yuzuki tidak tahu kalau aku akan membuat mie goreng, dia
seharusnya tidak memikirkan tentang memakai baju renang.
“Saat aku pergi ke balkon sebentar, aku mencium aroma saus yang enak.
Ah, aku yakin kamu pasti ingin makan mie goreng setelah melihat album foto itu.”
Itu benar, sebelum berkunjung, aku yang menghidupkan kipas untuk
mendinginkan pikiranku.
Saat itu, aku belum sampai halaman tersebut. Namun, bagi Yuzuki,
jalan pemikiranku bisa ditebak. Aku berencana menyerang lebih dulu dengan
aroma, tapi aku malah mendapatkan serangan balik. Yuzuki berencana membunuhku
dengan pakaian renangnya saat sedang makan mie goreng.
“Terus, gimana? Coba kamu bandingin dengan album foto tadi.”
Yuzuki menggeser mie goreng ke samping dan mengeluarkan senyuman
nakal.
“Itu sih...”
Karena dia meletakkan kedua tangannya di lututnya, jadi secara
alami dia berpose dengan dada yang ditekan, sehingga lekukan badannya menjadi
lebih menonjol.
“Padahal tadi melihat album foto dengan fokus banget, dasar Si
Mesum Suzufumi~”
Senyuman menantang itu terdengar seperti suara efek 'hehe~'.
Berhentilah membuat wajah seperti itu, aku benar-benar merasa malu,
tahu? Apalagi ada beberapa hal yang benar-benar gawat.
“Jadi, gimana menurutmu?”
Aku mengaktifkan semua rem di hatiku sekaligus, dan berusaha
memilih kata-kata dengan hati-hati.
“Kamu terlihat sangat sehat, ya?”
“Bagian mana? Hei, di bagian mananya?”
Yuzuki mendekat dan bertanya terus. Oleh karena itu, kedua bukit
kembarnya semakin dekat. Bagian itu yang terlihat sehat, dasar bodoh!
Aku tidak bisa melihat cara untuk menang jika aku berurusan dengan
dia secara serius. Aku harus segera makan dan pergi dari tempat ini.
Ketika aku memutuskan untuk mengabaikannya, Yuzuki tampak kesal
dan menarik tanganku untuk berdiri.
“Ayo ikut aku sebentar.”
Sikapnya sangat keras kepala. Aku tidak punya waktu untuk
membantah dan ditarik ke lorong.
Aku ditarik ke ruangan di samping lorong. Sepertinya ini adalah
kamar tidur.
Kamar itu berwarna putih dari tempat tidur hingga tirai,
menciptakan suasana misterius.
Yuzuki membelakangiku dan melepas celana pendeknya. Bokong kecil
yang tertutup kain biru muda terlihat. Dia tidak mengenakan pareo seperti di album
foto, jadi bentuk bokongnya bisa terlihat dengan jelas.
Yuzuki kemudian berbaring di tempat tidur di ujung ruangan, yang
diletakkan secara horizontal, dan menopang kepalanya dengan tangan kanannya.
Ini adalah pose yang biasanya disebut pose Nirvana.
Namun, saat Yuzuki melakukannya, dia terlihat seperti model yang lugu.
“Di album foto, ada juga adegan di tempat tidur seperti ini, apa
kamu sudah tahu? Atau mungkin kamu malu dan tidak bisa melihatnya sampai akhir?”
Yuzuki yang berbaring, mengirimkan tatapan menggoda kepadaku.
Ketidakcocokan antara pakaian tidur dan baju renang mengguncang naluriku dengan
kuat.
“Gimana? Apa hatimu berdebar kencang?”
Masakan yang aku buat masuk ke dalam di perutnya. Saat aku
membayangkannya, tubuhku merasa geli karena suatu alasan.
Yuzuki sepertinya menyadari tatapanku, dia lalu mengusap perutnya
dan mengajukan saran.
“Mau coba menyentuhnya?”
Rasanya seolah-olah ada ular yang melilit dari ujung kaki hingga
ubun-ubun, aku tiba-tiba merasakan sensasi seperti itu.
Aku harus menolaknya. Lagipula, bukannya perilaku semacam ini
sudah melampaui batas bagi seorang idola?
“…Kamu yakin, aku boleh menyentuhnya?”
Namun, bertentangan dengan akal sehatku, mulutku meminta jawaban.
“Boleh saja, kok.”
Yuzuki bangkit dan duduk di sisi depan tempat tidur dalam posisi
duduk bersimpuh santai.
Aku berlutut di depan tempat tidur. Bidang pandanganku dipenuhi
dengan perut dan paha Yuzuki.
Dengan tangan kanan yang gemetar, aku perlahan-lahan menyentuh
perut Yuzuki.
“Nyannhh~"
Sebuah suara kecil terdengar di atas kepala.
“Uwwah...”
Apa-apaan ini? Jari-jariku seolah-olah diserap oleh kulit putih
yang bersih. Panas yang disalurkan dari ujung jari berubah menjadi petir dan
membangkitkan otakku. Jari-jemariku yang menyentuh perutnya seolah-olah akan
meleleh seketika.
“Fufufu, aku sudah berlatih keras karena aku akan menunjukkan perutku
dalam kostum. Apa kamu masih ingin memastikannya?”
Yuzuki memegang pergelangan tanganku dan menekannya kea rah perutnya
sendiri. Aku secara refleks mencoba mearik tanganku, tapi tangan ditahan dengan
tenaganya yang kuat.
“Tu-Tunggu, oi!”
“Enggak boleh, ayo coba sentuh lagi.”
Pikiran perlahan-lahan diserang melalui telapak tanganku. Di
benakku, naluriku menunjukkan taringnya, dan rasionalitasku hampir dimakan
sampai mati. Jika keadaan ini terus berlanjut, darah akan terkonsentrasi di
tubuh bagian bawah.
“Mari kita coba menciptakan kembali sudut kamera dari album foto.
Mari bersantai saja di tempat tidur.”
Aku naik ke tempat tidur dengan tanganku ditarik, dan kami berdua
berguling-guling. Yuzuki di sebelah kanan, dan aku di sebelah kiri. Jantungku
berdebar kencang saat merasakan kedekatan yang membuatku seperti sedang tidur
bersama kekasihku.
“Oke, satu kali lagi.”
Sekali lagi aku menyentuh perut Yuzuki dengan tangan kananku. Jika
aku lengah sedikit saja, aku merasa kalau kesadaranku akan hilang seketika.
“Duhhh sampai malu-malu segala. Kamu beneran imut deh~"
Jarak di antara kamu cukup dekat sampai-sampai jika aku lengah,
bibir kami mungkin bisa bersentuhan. Tarikan napasnya terasa sangat geli. Tidak
peduli seberapa banyak dia mencoba merayuku untuk menjadi penggemarnya, ini masih
terlalu berlebihan.
Namun, aku tidak bisa menolak daya tariknya. Yuzuki mungkin merasa
geli, karena setiap kali aku menggerakkan jariku, dia menggeliatkan tubuhnya
dan mengeluarkan suara kecil. Aku ingin mendengar suara itu lebih banyak lagi,
jadi aku terus mengelus perut Yuzuki. Suara gesekan seprai. Mata yang semakin
berkaca-kaca. Napasnya juga semakin kasar.
Namun, saat aku menyentuhnya seperti ini, aku bisa merasakan bukan
hanya kelembutan, tetapi juga otot perutnya yang keras. Aku penasaran butuh
berapa tahun untuk membangun otot seperti ini?
Mungkin aku harus belajar dari dia dan mulai berolahraga. Di mana
aku bisa membeli ab roller? “Hei...”. Pokoknya, otot perutnya sangat mengesankan.
Bisa dibilang kalau ini adalah karya seni sejati. “Hei, Suzufumi...”Jika
seorang amatir berlatih dengan cara yang salah, efeknya akan berkurang, jadi
video tutorial dari profesional adalah keharusan. “Sekarang sudah hampi…..”Mungkin
aku juga harus mencari protein. “Suzufumi, sebelah itu, ah...” Kalau aku pulang
nanti, aku harus membuka album foto itu lagi. “Aku bilang, hei!”
Saat aku mengalihkan pandanganku ke atas, wajah Yuzuki sudah
terlihat merah padam.
Aku tiba-tiba melihat tanganku. Tangan kananku sudah mencapai
sedikit di bawah pusar Yuzuki.
“Sudah cukup, kan?”
“Ma-Maaf...”
Suara Yuzuki yang dipenuhi rasa malu terdengar begitu pelan
sampai-sampai aku hampir tidak mendengarnya.
“…...”
“…...”
Suasananya menjadi sangat canggung.
“A-Aku harus pulang sekarang!”
“I-Iya! Sampai ketemu lagi besok!”
Aku lupa mengambil piring dan segera pergi dari rumah Yuzuki.
★ ★ ★
(Sudut Pandang Yuzuki)
Segera setelah Suzufumi meninggalkan ruangan.
Aku menggeliat sendirian di tempat tidur.
Aku melakukannya terlalu berlebihannnnnnnnnnnn!
Semua tindakan tadi itu sih sudah mirip perilaku orang cabul!
Tidak peduli seberapa keras aku mencoba untuk membuat Suzufumi menjadi
penggemarku, memakai pakaian renang dan membiarkannya menyentuh perutku. Apa
sih yang sedang coba aku lakukan dengan seorang anak laki-laki?
Kejadian tadi bukanlah merealisasikan dari album foto, tapi lebih
ke arah lari dari kontrol. Aku bahkan membuat suara aneh di tengah-tengah tadi,
dia pasti berpikir kalau aku menjijikan……!
“Aaaaaaaaah!”
Aku menyembunyikan wajahku di bantal dan menendang-nendang dengan
kedua kakiku.
Hanya dengan mengingatnya saja sudah membuatu merasa seolah-olah
ada uap yang keluar dari wajahku.
Tapi, tapi! Aku merasa frustrasi karena selalu kalah dari
Suzufumi! Aku ingin menang dari Suzufumi dan merasa superior darinya sekali
saja!
Saat aku berbaring telentang di sebelah kiri tempat tidur, aku
bisa merasakan kehangatan yang ditinggalkan Suzufumi di punggungku.
“Haah...”
Apa aku bisa bertatap muka dengannya dengan baik mulai besok ya?
Baju renang ini adalah bikini yang aku beli dari kostum
pemotretan. Aku berpikir tentang pergi ke kolam renang setidaknya sekali saja
di musim panas ini. Tapi jika aku memakai ini, aku mungkin akan menderita
karena mengingat kejadian hari ini. Namun, jika aku memakai baju renang yang
berbeda, Suzufumi mungkin akan mengatakan kalau aku terlalu kegeeran...
“Lah, kenapa aku kepikiran untuk pergi bareng Suzufumi, sih!?”
Setelah mengejek diriku sendiri, aku meraih tali di punggungku.
Aku akan mandi sambil memakai baju renang ini saja untuk hari ini...