Chapter 16 —
Michiba Rokka
Toudo berjalan perlahan ke
arahku.
Ketika aku berpikir kalau ia
akan berbicara kepadaku, ia justru berjalan melewatiku dan berdiri di depan
papan tulis. Toudo lalu mengambil sepotong kapur, dan berhenti bergerak.
Toudo, seorang penyendiri itu
tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya aku satu -satunya yang berteman dengan Toudo
di kelas kami. Tidak ada yang berubah meskipun kamu datang di depan papan
tulis.
......Ya ampun, aku benar-benar berharap ia dengan jujur meminta
maaf kepadaku dan berbaikan denganku. Ujian akhir akan segera tiba, jadi aku ingin
melanjutkan sesi belajarku.
Aku merasa kasihan pada Toudo
yang penyendiri, jadi aku memutuskan untuk menempatkannya dalam kelompokku
sendiri.
Sejujurnya, aku berpikir kalau kejadian
candaan karaoke tempo hari memang terlalu berlebihan. Tetapi, kamu tidak bisa
bersenang-senang di sekolah kalau kamu tidak membaca suasana di sekelilingmu.
Toudo benar-benar keras kepala
dan kikuk. Padahal aku berharap kalau kita berbaikan.
Saat kami melakukan pembagian
beberapa kelompok, aku melihat ke arah Toudo yang tampak bermasalah, dan aku
mulai merasa sedikit kasihan padanya.
...Yah, itu memang salahku
juga, tapi aku tidak pernah menyangka kalau Toudo tidak bisa menerima candaan
itu.
Kamu sangat gugup saat aku
mendekatimu di perpustakaan. Kamu pasti menyukaiku, ‘kan? Kamu jadi marah
padaku di karaoke dan pulang begitu saja.........
Jika aku menempatkanmu ke dalam
kelompokku, kamu akan kembali menjadi Sensei yang baik hati lagi, ‘kan?
———Aku
tidak suka Toudo yang menakutkan. Terakhir kali Toudo marah di kelas, ia cuma ingin
membuatku bermasalah saja, bukan? Ya, tidak apa-apa kok, karena kami berteman.
Aku merasa sangat senang ketika
Toudo menungguku di Karaoke. Demi aku——
Padahal aku berencana akan
memanjakannya setelah melakukan candaan itu.
Kupikir ia akan meminta maaf
jika aku bersikap dingin padanya, tapi ia bahkan tidak mau menatap mataku.
Aku memang sedikit membentaknya
karena kehilangan kesabaran...tapi suasana Todo di kelas sangat menakutkan....
Sudah kuduga, membuatmu
menunggu selama dua jam itu terlalu berlebihan?
Candaan semacam itu masih wajar
buat para siswa.
...... Aku sendiri justru
pernah mengalami hal yang lebih buruk, tau.
Nee, Toudo, apa kamu pernah disirami
air ketika masuk ke toilet ?
Apa kamu pernah mengalami teman
yang mengobrol sepuluh menit yang lalu tiba-tiba mengabaikanmu?
Apa kamu pernah baju olahragamu
dirobek-robek?
Apa kamu pernah menyatakan
perasaanmu pada seseorang yang bahkan tidak kamu sukai?
Tidak ada siapapun yang mau
memihakmu. Semua itu dimulai dan diakhiri dengan tiba-tiba. Hanya perundungan
dengan dalih perpanjangan dari bercandaan. Setelah aku, target berikutnya
adalah siswa yang berbeda. Rutinitas menjijikkan yang hanya bisa dimengerti
oleh para gadis.
Meski itu hanya terjadi selama
sebulan, tapi aku tidak pernah ingin mempercayai siapa pun lagi.
Aku tidak punya teman di antara
teman-teman sekelasku. Hanya sekelompok orang yang saling terhubung dan
berdesakan dalam ruang yang kecil.
Tapi...
Istirahat makan siang yang kuhabiskan
bersama Toudo terasa berbeda.
Pada awalnya, aku berpikir
kalau ia hanya cowok yang gampang dimanfaatkan. Kupikir akan lebih mudah jika
ia mengajariku belajar. Tapi Toudo terlihat sangat berbeda dibandingkan
murid-murid lainnya. Aku mulai menantikan pergi ke sekolah yang tadinya aku
benci. Aku pun menantikan istirahat makan siang.
Meskipun ia cerdas, tapi
dirinya agak kikuk dan memiliki senyum indah yang jarang ia tunjukkan. .......
Aku merasa iri pada Toudo. Aku
ingin menjadi anak yang polos seperti dirinya.
Namun——
Toudo mengatakan kalau ia tidak
ingin pergi berduaan denganku. ...... aku merasa sebal karena hal itu. Itulah
sebabnya aku jadi ingin menjahilinya. Padahal ia selalu pergi keluar berduaan
dengan Hanazono.
Kalian pasti pernah ingin
menjahili orang yang kamu sukai, bukan? Itu normal, iya ‘kan?
Kupikir Toudo akan sangat
memahami hal itu. Padahal ia bersikap sangat baik padaku di perpustakaan, tapi ia
tiba-tiba berubah menjadi angkuh, ia sungguh cowok yang mengerikan.
Aku merasa sangat kesepian
karena Ia tidak mau mengajariku lagi ...
Toudo mulai bergerak dan menuliskan
namanya di papan tulis. Ia tidak termasuk dalam kelompok mana pun. Itu ada di
tepi papan tulis. Saat berikutnya, Toudo menulis tanda silang di namanya.
“Eh……?”
Dia meletakkan kapur dan mulai
membuka mulutnya, tanpa berbicara dengan siapa pun.
“Kalau begitu, aku akan meninggalkan
kelas ini ... Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, Sensei merekomendasikan
supaya aku pindah ke kelas khusus. Aku pikir aku akan mencoba menjalani
kehidupan yang lebih jujur. Mungkin aku bisa lebih berubah.——Kalau begitu, aku
akan pergi ke ruang guru dulu untuk menyelesaikan prosedurnya. Ah, terima kasih
Sasaki-san, aku akan senang jika kamu merekomendasikan buku lagi. Jangan
khawatir, kamu bisa menemuiku kapan saja, datang dan berkunjunglah bersama
Igarashi-kun.”
Ke-Kelas khusus!? Bu-Bukannya
itu angkatan kelas yang dihitung secara terpisah dari kelas regular, misalnya
seperti sangat pandai dalam bidang seni, atau orang-orang yang sangat
berprestasi dalam bidang olahraga atau akademik…...
“Tu-Tunggu dulu sebentar ...
Me-Memangnya akan membiarkanmu melakukan itu!”
“Hmm, kamu tidak punya urusan
untuk mencampuri apa yang sudah aku putuskan.”
“Meski begitu .... Pertemanan
kita ...”
“Maaf, aku tidak memiliki ingatan
mengenai hal itu.”
“Ah…”
Toudo tidak melihatku.
Keberadaanku tidak masuk ke dalam bidang pandangnya. Ia mengalihkan
pandangannya pada Sasaki-----
Kenapa kamu tidak menatapku? Kamu menghabiskan seluruh waktumu bersamaku, ‘kan!?
Selama sebulan ketika aku
dibully dengan dalih sebagai candaan, aku selalu merasa eneg dan jijik.
Perasaan pada waktu itu kembali muncul di dalam diriku. Aku sangat kesepian,
sengsara, frustrasi, dan tidak berdaya sehingga aku berusaha sekuat tenaga menahan
keinginan untuk menangis.
Toudo berjalan keluar dari
ruang kelas yang sunyi. Ia bahkan tidak menatapku. Yang bisa kulakukan hanyalah
memperhatikan punggungnya yang besar.
Perasaan menyedihkan
berputar-putar di kedalaman perutku.
Saat aku menyadari kesalahan
yang telah kulakukan.
Aku merasa kalau aku sudah
menghancurkan sesuatu yang tidak dapat diperbaiki.
Aku, sudah melakukan sesuatu
yang mengerikan ...
Nasi sudah menjadi bubur. Waktu
yang kami habiskan bersama di perpustakaan tidak akan pernah kembali. Aku
selalu mengingatnya saat istirahat makan siang setelah sesi belajar berakhir.
Rasanya sungguh menyenangkan. Aku ingin bersamanya. Ia adalah temanku yang
berharga. Kenapa aku begitu jahat padanya? Mengapa aku melakukan hal itu......
“To-Toudo———”
Hanya suaraku yang bergema di dalam
ruang kelas yang sunyi.