Chapter SS —
Pertemuan antara Tanaka dan Toudo
Aku, Tanaka Haru, menganggap
pekerjaan paruh waktuku sebagai sesuatu yang mirip seperti belajar kehidupan.
Aku bisa mempelajari banyak hal di masyarakat yang tidak bisa kupelajari di
sekolah. Walaupun kadang-kadang ada senior pria yang mengganggu dan
menyebalkan, tapi aku juga belajar cara menghindarinya. Senior perempuan dan
koki sangat baik, jadi itulah sebabnya aku bisa melanjutkan pekerjaan ini
dengan senang hati.
Pada pertengahan kelas 1 SMA, ada
seorang laki-laki aneh yang datang ke tempat kerja paruh waktuku.
“Sa-Sa-Sa-Sa-Salam kenal. Namaku
Toudo Tsuyoshi. Aku direkomendasikan oleh koki untuk bekerja di sini.”
“Oh, begitu. Aku Tanaka Haru.
Senang bertemu denganmu.”
Aku mencoba untuk segera pergi,
tapi laki-laki yang bernama Toudo itu menghentikanku.
“Ah, aku menerima perintah dari
koki untuk diajari olehmu.”
“Hah? Seriusan... Ya sudah, aku
akan mengajarkanmu dari mencuci piring dulu.”
"Ba-ba-baik. Ngomong-ngomong,
ini sebenarnya toko apa?”
“....Eh, kamu datang kerja
tanpa tahu apa-apa tentang tempat ini. Sungguh merepotkan.”
Toudo Tsuyoshi adalah laki-laki
yang aneh. Tubuhnya gemetar ketika ia berbicara denganku. Pada awalnya aku
pikir ia tidak terbiasa berada di dekat wanita, tapi ternyata ia hanya tidak
pandai bergaul dengan orang. Berbeda dengan laki-laki lainnya, aku tidak
merasakan motif tersembunyi apapun darinya…..hal semacam itu jarang sekali
terjadi.
Itulah pertemuan pertamaku
dengan Toudo. Saat itu, ia menatapku dengan mata dingin yang bertolak belakang
dengan sikapnya, dan sejujurnya, aku merasa agak takut padanya.
Tapi kesan itu perlahan-lahan
berubah.
“Hey, itu pemutih, jadi jangan
dimasukkan ke mesin pencuci piring!”
“Hm? Jadi ini bukan deterjen?”
“Jangan berdiri bengong di situ,
dan ambil piring pelanggan!”
“Mengambil piring…... Apa
maksudnya mengambil? Apa yang harus dilakukan?”
“Uegh... Apa kita harus bersama
sampai istirahat? Apa sih yang dipikirkan Koki?”
“Koki itu orang yang sangat
baik. Karena kamu menjagaku, jadi kamu adalah orang yang baik juga.”
“I-Itu sama sekali tidak benar!
Ak-Aku hanya melakukan pekerjaanku saja.”
“Kamu membuat pelanggan marah
lagi!? Kali ini kamu bilang apa... Ayo, mari kita minta maaf bersama-sama.”
“Maafkan aku, Tanaka-senpai.
Aku selalu merepotkanmu.”
“Tidak masalah. Namanya juga
pekerjaan. Lagipula, berhenti memanggilku dengan panggilan Senpai.”
Kehidupan paruh waktuku menjadi
kacau...
Toudo benar-benar orang yang
aneh. Sepertinya ia kekurangan pengetahuan umum. Tapi begitu ia diajari
pekerjaan, ia mengingatnya sampai detail. Meskipun dirinya tidak terlihat
mencatat catatan.
Awalnya aku takut padanya, tapi
rupanya ia hanya tidak tahu menjaga jarak dengan orang di sekitarnya.
Kupikir ia tampak seperti
robot, tapi aku menyadari kalau ia sangat rentan dari kebanyakan orang lain.
Ketika dia terluka oleh
kata-kata seseorang, Toudo berusaha keras memahaminya seperti anak kecil.
Aku tidak suka melihat Toudo
yang seperti itu. Aku ingin dirinya tidak merasa seperti itu setidaknya ketika
bersamaku.
◇◇◇◇
Pada suatu pagi ketika aku
berangkat ke sekolah, aku melihat Toudo sedang berjalan. Karena ia berjalan sendirian,
jadi aku mencoba berlari mendekatinya.
“Yoo!! Tou... do?”
Saat aku hendak menyapanya, aku
melihat seorang gadis berlari mendekati Toudo. Ketika gadis itu berbicara
padanya, Toudo menjawab dengan senang.
Toudou tersenyum. Itu adalah
ekspresi pertama yang kulihat darinya. Aku belum pernah melihat senyumannya
saat kami bekerja bersama.
“Selamat pagi, Tsuyoshi. Kamu
sudah belajar untuk ujian nanti?”
“Ya, lumayan. Kalau Hanazono...”
Aku berdiri diam memperhatikan
mereka berdua dari kejauhan.
——Apaan, rupanya ia punya teman
juga, ya. Padahal ia sendiri bilang tidak punya teman. Dan mereka terlihat
cocok sekali. Mungkin akan kujahili dirinya saat bekerja? Tapi, Toudo tidak
pernah tersenyum seperti itu saat bersamaku... entah kenapa itu membuatku
kesal.
Kata-kata tanpa arti terus
menerus melintas dalam pikiranku. Tidak ada alasan bagi Toudo untuk menjadi
temanku atau apa pun.
“…Haa, aku sama sekali tidak
mengerti.”
Entah mengapa, aku menghela
nafas dan merasa sedih. Aku tidak tahu apa alasannya. Mungkin karena aku selalu
sendirian.
◇◇◇◇
“Oh, jadi namanya Hanazono-san.
Dia gadis yang sangat cantik. Kalian berdua kelihatan sangat cocok, apa kalian
pacaran?”
“Tidak, hubungan kami tidak
seperti itu. ...Ada sedikit perasaan niat baik, tapi aku tidak begitu
memahaminya.”
“Oh, itu bagus dong, aku
mendukung kalian!”
“Tapi aku selalu merepotkannya,
jadi dia mungkin tidak menyukai ku."
“Eh, tapi suasana di antara
kalian berdua tidak terlihat seperti itu sih. Oh, aku harus kembali bekerja. Lanjutkan
obrolannya nanti saja kalau kita pulang nanti, ya.”
Tanpa disadari, aku mulai berbicara
secara normal dengan Toudo di tempat kerja. Toudo memendam perasaan pada
Hanazono-san. Dari sikap Hanazono-san, aku yakin dia juga memiliki perasaan
terhadap Toudo.
Bahkan setelah menjadi siswa
kelas dua, hubungan kami masih tidak berubah.
Kami adalah senior dan junior
di tempat kerja. Toudo tidak pernah mencoba memperpendek jarak di antara kami.
Dan aku juga... takut untuk menjadi akrab dengan orang lain.
Karena kita tidak pernah tahu
apa yang ada di pikiran orang di balik layar.
Setelah aku selesai berganti
pakaian, Toudo sudah menungguku di pintu belakang toko. Inilah rutinitas kami.
Saat selesai bekerja bersama, kami selalu pulang bersama.
“Hei, bagaimana jalan-jalanmu
dengan Hanazono-san?”
“Entah kenapa dia marah dan
pulang begitu saja... Aku tidak tahu apanya yang salah.”
“Hmm, berbarti masih sama seperti
biasanya, ya. Padahal seharusnya dia bisa menjadi lebih jujur...”
“Hm? Apa maksudmu dengan itu?”
“Tidak apa-apa, lupakan saja.”
Kupikir hubungan kami akan
terus berlanjut.
Toudo adalah rekan kerja yang
penting. Tidak lebih maupun kurang. Kami berdua bukanlah teman dan kami juga
tidak berbicara di sekolah.
Entah mengapa, ketika
memikirkan hal itu membuatku merasa sedih.
“Oh maaf, aku lupa membeli minuman
dari mesin otomatis. Aku akan pergi membelinya sekarang."
“Tidak apa-apa, kok. Ayo
pulang.”
Tanpa terasa, rutinitas ini
sudah menjadi sumber kedamaian bagiku.
….Sebenarnya, hari ini aku
membawa jus mahal yang diberikan ayahku sebagai oleh-oleh di dalam tasku.
Aku membawanya karena kupikir
mungkin Toudo, yang suka jus, akan menikmatinya. Aku hanya membawa satu karena
berat.
“Ada apa, Tanaka? Suhu tubuhmu
meningkat dan pernapasanmu juga tidak teratur.”
“Eh? Bu-Bukan apa-apa kok! Dan
kenapa kamu selalu bicara hal-hal aneh... Ah, sudahlah. Toudo, aku memberikan
ini karena kamu sudah bekerja keras akhir-akhir ini.”
Aku mengeluarkan jus dalam botol
yang terlihat mewah. Toudo menatapnya dengan saksama.
“Bu-Bukannya itu jus yang
kelihatan lezat... Apa kamu yakin aku boleh menerimanya?”
“Bukannya aku sudah bilang
kalau aku akan memberikannya! Akhir-akhir ini kesalahanmu juga berkurang, dan
kamu selalu mendengarkan apa yang aku katakan, bukan? Jadi, rasanya jauh lebih
tidak sopan jika kamu tidak menerimanya.”
“Ah, jadi begitu ya...”
“Ya, begitu lah.”
Toudo menerima jus tersebut dariku
dan segera membuka penutupnya untuk meminumnya. Setelah beberapa tegukan, Toudo
mendadak membeku dan tidak bergerak sama sekali.
Toudo melepaskan bibirnya dari
botol dan menatapku. Atau lebih tepatnya, ia menatapku tapi seakan-akan tidak
melihatku.
“Hei, apa kamu baik-baik saja!?”
Ekspresi Toudo seolah-olah
sedang mengingat kenangan jauh di masa lalu, ia terlihat sedih dan bahagia...
Entah mengapa, dirinya seperti sedang merenungkan seluruh hidupnya.
Karena latar belakang pekerjaan
orangtuaku, aku sudah melihat banyak orang dewasa, tapi Toudo yang sekarang terlihat
sangat dewasa—
Aku menepis semua pemikiran
itu, dan hanya menyisakan senyum Toudo.
“Terima kasih, Tanaka. Ini
sangat... lezat.”
“Hah!? Ah, uh, ya.”
Aku tidak bisa membayangkan
makna yang terkandung dari kata-kata tersebut.
Tapi aku tidak bisa mengalihkan
pandanganku dari wajah tersenyum Toudo. Ekspresi tersenyumnya terus
terbayang-bayang di kepalaku dan aku tidak bisa mengeluarkannya dari kepalaku.
Aku merasa hatiku dicengkeram erat....
“Tanaka juga minum. Ini adalah
sesuatu yang harus dibagikan.”
Jus yang sudah diminum setengahnya
oleh Toudo….Yah, aku bukan anak SMP jadi aku tidak perlu malu.
“Be-Benar juga. Kalau gitu aku
juga akan minum."
Aku dan Toudo hanyalah rekan
kerja paruh waktu, dan akulah Senpainya. Aku tidak ingin terlihat sedang gugup
di depannya.
Aku meletakkan mulutku di botol
dan meminum jusnya. Aku tidak tahu seperti apa rasanya. Aku bisa merasakan
wajahku memerah..
“Ra-Rasanya enak sekali, ya.
Lagian maksudku, ini pertama kalinya aku melihatmu tersenyum begitu, Toudo.”
“Hm? Benarkah? Aku tersenyum? Aku
sendiri tidak begitu paham.”
“Lagi-lagi begitu? Bukannya ada
terlalu banyak yang tidak kamu pahami? Kamu boleh meminum sisanya kok. Lagipula
itu hadiah untukmu, Toudo.”
“Hmm, mengerti….. Mungkin kalau
kuberikan pada Hanazono, dia akan senang.”
Ah, mungkin sepertinya aku merasa
iri pada Hanazono-san. Meski ia agak aneh, tapi Toudo adalah orang yang murni
dan membuatku merasa nyaman saat bersamanya.
Aku harus mendukungnya.
Semoga kalian berdua bahagia.
Pada saat itu, aku merasa
seperti ada sesuatu yang kecil tumbuh di lubuk hatiku... tapi mungkin itu hanya
imajinasiku saja.
“Tanaka, ada apa? Kamu berhenti
berjalan.”
“Ti-Tidak apa-apa. Ayo cepat
pulang!”
Kami hanyalah rekan kerja paruh
waktu. Tidak lebih maupun kurang dari itu.
...Tapi, aku berharap semoga
suatu hari nanti kita bisa menjadi teman.
Aku melihat punggung besar
Toudo yang berjalan di depan sambil berharap begitu.
Dan menekan perasaan samar-samar
yang muncul di dalam hatiku...