Gimai Seikatsu Jilid 10 Prolog Bahasa Indonesia

 

Tidak ada orang di dunia ini yang dicintai hanya karena keberadaannya saja—— mengapa kamu berpikir demikian?

 

Prolog — Asamura Yuuta

 

Liburan musim panas ketiga dan terakhir di masa SMA-ku telah dimulai.

Aku berjalan menuju Stasiun Shibuya,  toko buku dimana tempatku bekerja.

Ayase-san, adik tiriku sekaligus pacarku, berjalan di sampingku. Kami tidak berpegangan tangan, tapi jarak kami cukup dekat sehingga pundak kami bisa bersentuhan sesekali.

Alun-alun Stasiun Shibuya terbentang di hadapan kami. Langit di atasnya berwarna biru, dan meskipun hari masih pagi, cuacanya juga terasa panas, dengan sinar matahari yang mulai menyengat. Silau yang dipantulkan aspal saja sudah cukup untuk menyakiti mataku.

“Asamura-kun?”

Suara Ayase-san menyadarkanku kembali dari lamunanku.

Aku menyadari bahwa lampu lalu lintas penyeberangan telah berubah menjadi hijau, dan Ayase-san mulai berjalan. Aku lalu bergegas menyusulnya.

Kami menyeberang dan masuk ke dalam toko buku.

Saat aku masuk ke dalam gedung, badanku diselimuti oleh udara yang sejuk, membuat panas yang menyengat di luar terasa tidak ada. Aku menghela napas lega.

Setelah mengganti seragam di ruang ganti pria, aku masuk ke dalam kantor. Di sana, seorang pekerja paruh waktu lain yang bekerja di shift sebelumnya, sedang duduk menyantap makan siang. Dia adalah gadis baru, euhm namanya... Kozono Erina-san. Aku tidak melihatnya selama satu menit karena shift kami belum berganti.

“Hei, Kozono-san.”

“Asamura-senpai, halo!”

“Apa kamu juga sedang liburan musim panas, Kozono-san?”

“Ya! Kamu juga, Asamura-senpai?”

Aku balas mengangguk.

“Kamu bekerja di shift awal, ya?”

“Ya, jadi aku akan segera pergi. Sayang sekali karena kamu baru saja mulai, Senpai. Aku sedikit berharap kalau aku bisa mengambil shift selanjutnya. Masih banyak yang ingin aku pelajari darimu,” kata Kozono-san sambil tersenyum ramah.

“Tidak ada lagi yang bisa kamu pelajari dariku, Kozono-san. Manajer bahkan memujimu sebagai seorang pembelajar yang cepat.”

“Itu sama sekali tidak benar.”

“Halo,” ucap Ayase-san sambil membuka pintu dan masuk.

“Ah... Ayase-senpai, halo.”

“Huh, oh, um, halo Kozono-san."

Tadi itu pertukaran salam yang aneh, pikirku.

Aku tidak bisa memastikannya karena aku cepat-cepat berbalik saat Ayase-san masuk, tapi saat aku menoleh ke belakang, Kozono-san yang biasanya ceria tampak sedikit lebih pendiam, dan suaranya terdengar lebih pelan dari biasanya.

Ayase-san juga terdengar agak ragu-ragu.

“Apa yang terjadi? Ada apa?”

Ketika mendengar suara lain, aku berbalik lagi. Ayase-san dengan cepat menyingkir untuk memperlihatkan Yomiuri-senpai, yang mengenakan seragam toko dan juga memegang bento. Sepertinya dia juga sedang istirahat makan siang.

“Ooh, coba lihat itu, semua junior Yomiuri ada di sini.”

Dia mengatakannya seolah-olah sedang membicarakan tim olahraga.

Memang benar. Kozono-san, Ayase-san, dan aku semua adalah junior Yomiuri-senpai di tempat kerja.

“Dikelilingi oleh para junior yang muda dan energik membuatku merasa lebih muda,” katanya sambil meletakkan bento di atas meja panjang.

Dia menuangkan teh untuk dirinya sendiri di dispenser dengan tangan yang sudah terlatih, sebelum duduk.

Ayase-san dan aku memiliki waktu sekitar sepuluh menit sebelum shift kami dimulai, jadi kami pun ikut duduk.

“Yeeep, aura masa muda memang menyilaukan. Berjemur di bawah sinar para juniorku benar-benar membuatku bersemangat. Rasanya seperti ramuan awet muda. Ini adalah lauk yang sempurna untuk makan siangku, bukankah begitu?”

“Apa perlu kita mulai memanggilmu Carmilla-senpai atau semacamnya?”

“Jangan khawatir, aku tidak akan menghisap darahmu! Ah, tapi jika aku jadi Carmilla, kamu akan aman, Asamura-kun.”

“Aku tidak berpikir kalau masalahnya bukan begitu.”

Carmilla adalah seorang vampir wanita yang memangsa gadis-gadis muda yang cantik. Bukannya aku ingin menjadi seorang gadis muda yang cantik atau tidak senang dengan tidak diperlakukan sebagai seorang gadis, harap diingat.

Ayase-san dan Kozono-san, yang tampaknya tidak terlalu menyukai literatur fantasi, keduanya memiringkan kepala mereka dengan bingung pada sudut yang sama.

Lelucon Yomiuri-senpai, seperti biasa, terlalu enigma, lebih sering membuat orang garuk-garuk kepala daripada tertawa. Meskipun begitu, jarang sekali dia melontarkan lelucon semacam itu kepada orang yang tidak mengerti (kecuali saat dia mencoba membuat mereka bingung).

Benar saja, hanya aku satu-satunya orang yang tersenyum, meskipun dengan senyuman kecut.

“Aku tidak begitu mengerti, tapi, terima kasih banyak, mungkin.”

Kozono-san menundukkan kepalanya, dan Yomiuri-senpai mengambil kesempatan untuk menepuk kepala junior yang duduk di sebelahnya.

“Kamu imut banget sihhhh. Kamu tidak perlu mengerti. Onee-chan-mu akan mengajarimu selangkah demi selangkah, tangan demi tangan, dan bahkan pinggang demi pinggang, oke?”

“Y-ya.”

“Itu adalah pelecehan seksual tingkat era Showa. Jelas-jelas melanggar hukum di tempat kerja."

“Aku hanya menyebut kata 'pinggang' dan menurutmu itu dianggap jorok? Wah, kamu sungguh cabul sekali, Kouhai-kun.”

Siapa yang cabul di sini? Yomiuri-senpai, seperti biasa, melontarkan candaan jorok sealami bernapas. Meskipun aku ingin menerima kebiasaan senpainya, aku tidak terlalu tertarik untuk belajar dari aspek dirinya yang ini.

Ketegangan aneh yang memenuhi udara ketika Ayase-san masuk sudah cukup banyak menghilang, meskipun apakah itu merupakan efek dari usaha Yomiuri-senpai atau tidak, semua orang masih bisa menebaknya.

“Yah, cukup tentang itu. Yang lebih penting, Kouhai-kun, bukannya kulitmu agak kecokelatan sejak terakhir kali aku melihatmu?” Yomiuri-senpai berkata sambil tersenyum licik, membuat kaca pembesar kecil dengan ibu jari dan jari telunjuknya.

“Apa iya?”

Aku tidak mengira kulitku menjadi kecokelatan. Lagipula aku tidak melihat perbedaan apa pun ketika melihat penampilanku di cermin. Yomiuri-senpai menatapku dengan saksama, lalu mengalihkan pandangannya ke Ayase-san di sebelahku dan melakukan hal yang sama.

“Mungkin hanya sedikit, tapi kamu tidak bisa menipu mata detektif hebat ini. Ayo, akui saja. Kulitmu hampir sama kecokelatannya dengan Saki-chan, yang berarti kalian berdua pergi ke suatu tempat bersama-sama, bukan?”

Meskipun rasanya aneh dituduh begitu, aku memutuskan untuk menjelaskan.

“Kami mendukung tim bisbol sekolah kami di kualifikasi distrik Koshien.”

“Saki-chan juga ikut, ya? Kalian berdua masih sangat dekat seperti biasa.”

“Yah lahipula, kami adalah teman sekelas.”

Aku harus berhati-hati untuk tidak menyangkal banyak hal di sini. Lagipula, kami lebih dekat saat berada di luar. Ayase-san, dengan terus bersikap seperti orang asing saat kami bersama, akhirnya menciptakan sedikit kekacauan di dalam hatinya.

Mengetahui maksudku, Ayase-san menambahkan, “Banyak orang dari kelas kami juga ikut. Itu adalah pertandingan di mana seorang teman kami mengerahkan segalanya.”

Ada sedikit rasa malu dalam suaranya, dan jika seseorang benar-benar menginginkannya, mereka bisa membaca lebih lanjut. Untungnya, Yomiuri-senpai tidak menyelidiki lebih jauh.

“Enaknya~.Berada di SMA yang sama terdengar sangat membuat iri,” kata Kozono-san.

Dia sepertinya tidak bermaksud lebih dari itu.

Tapi Yomiuri-senpai mengambil kesempatan untuk menimpali saat Kozono-san selesai berbicara.

“Benar sekali, iya ‘kan!? Membuatmu sangat iri, bukan!?”

“Ya. Aku merasa iri. Apa kamu punya pengetahuan tentang bisbol, Asamura-senpai?”

“Tidak terlalu. Kurasa hanya sekitar pengetahuan umum saja.”

“Aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Aku harap aku bisa pergi bersamamu untuk mempelajari lebih lanjut.”

“Kouhai-kun dan Saki-chan pandai menjelaskan sesuatu, bukan? Kamu bisa merasakannya saat mereka mengajarimu, kan?"

“Umm… Ya.”

“Iya ‘kan~ iya ‘kan~. Ahh, kuharap aku bisa bersekolah di SMA bersama kalian."

Sambil memegang sumpitnya, Yomiuri-senpai menggelengkan kepalanya dan cemberut kekanak-kanakan, meskipun faktanya dia adalah seorang siswa berbakat yang kuliah di Universitas Wanita Tsukinomiya yang bergengsi. Dia terus melirik ke arahku, sepertinya mencoba mengkomunikasikan sesuatu dengan matanya.

Aku terkesiap. Jelas-jelas kalau dia hendak meminta bantuanku.

“Katakan apa yang kamu mau katakan, Yomiuri-senpai, tapi kamu bukan hanya seorang mahasiswa, tapi juga akan menjadi orang dewasa yang bekerja. Kamu tidak bisa kembali ke masa SMA sekarang, bukan?”

“Itulah sebabnya aku ingin menghargai waktu yang tersisa,” katanya seperti karakter wanita dalam sebuah drama.

“Bagaimana tepatnya kamu ingin menghargainya?”

“Aku ingin pergi ke pantai dan mengadakan barbekyu.”

“Kamu tahu aku akan mengikuti ujian masuk universitas tahun ini?”

“Tapi ini tahun terakhirku dalam pekerjaan ini, tau? Kenangan musim panas terakhirku?”

“Hah, kamu mau berhenti, Yomiuri-senpai?”

Ekspresi terkejut terlihat di wajah Kozono-san, yang segera diikuti oleh kesedihan.

Kalau dipikir-pikir, aku tidak pernah menyebutkan hal itu padanya. Reaksinya menunjukkan bahwa dia pasti sudah sangat dekat dengan Yomiuri-senpai dalam satu setengah bulan terakhir. Dan tentu saja, pastinya akan menyedihkan jika tidak memiliki kenangan tentang itu. musim panas lalu dengan senpai yang telah membawaku ke bawah pengawasannya…

“Kamu tidak perlu mengundangku, Yomiuri-senpai. Masih banyak pekerja paruh waktu lain yang bisa kamu pinta, bukan?”

Yomiuri-senpai adalah pekerja paruh waktu yang paling lama bertugas di toko. Mendengarku mengatakan hal itu, dia benar-benar terhuyung, secara dramatis membungkuk seolah-olah dia akan pingsan. Kozono-san bergegas untuk mengangkatnya.

Tidak perlu melakukan itu, itu hanya akting.

“Tidak mungkin, aku tidak mengajakmu dengan maksud seperti itu, oke? Aku sama sekali tidak berpikir bahwa kamu adalah orang yang paling mudah untuk terpengaruh, Asamura-kun, dan jika aku sedikit menggodamu, kamu mungkin akan mengatakan ya. Atauuu mungkin kamu adalah orang yang penuh perhatian, jadi kamu mungkin akan menangani semua hal yang menyusahkan juga. Atauuu jika kamu ikut, itu akan sangat mudah, dan aku yakin aku bisa menarik semua junior lainnya juga. Aku benar-benarrr tidak memikirkan hal seperti itu sama sekali!”

“Bisakah kamu setidaknya mencoba menyembunyikan niatmu yang sebenarnya sedikit?”

Aku menghela nafas dengan jengkel.

Gadis ini, seriusan deh.

“Lihat lihat! Lihatlah mata anak anjing yang dibuat oleh Taman Kecil-chan*.  Sepertinya dia berkata, ‘Aku ingin lebih sering bergaul dengan senpai’.” (TN: Arti harfiah dari nama Kozono)

“Jika tidak merepotkan, aku ingin pergi ke suatu tempat bersamamu, Yomiuri-senpai, dan Asamura-senpai juga!”

“Oooh, gadis yang cantik sekali,” kata Yomiuri-senpai sambil memeluk kepala Kozono-san dan mengusapnya dengan penuh kasih sayang.

Dia melirik ke arahku lagi.

Aku menyilangkan tanganku dan mengerang. Yah, dia sudah banyak membantuku, jadi mungkin bergaul dengannya selama sehari tidaklah terlalu buruk. Sambil merenungkannya, aku melirik ke arah Ayase-san, bertanya-tanya apa yang dia pikirkan.

Hmm? Emosi macam apa itu?

Ayase-san memperhatikan Yomiuri-senpai dan Kozono-san dengan ekspresi yang bisa disebut cemburu.

Aku teringat bagaimana Ayase-san pernah berpura-pura tidak tertarik dengan kolam renang, padahal dia menyukainya. Kejadian tersebut sudah hampir setahun yang lalu. Mungkin dia juga menyukai pantai dan barbekyu.

Kemungkinan lumayan besar.

“Memang benar Yomiuri-senpai telah menjaga kita, tapi…” Aku menatap ke arah Ayase-san, dalam hati menanyakan pendapatnya.

“Karena Yomiuri-senpai telah banyak membantuku, kurasa… aku tidak keberatan.”

Rupanya Ayase-san juga tidak sepenuhnya menentang membuat kenangan dengan Yomiuri-senpai.

Keseimbangan dalam segala hal itu penting, dan istirahat itu penting. Dan lebih dari itu, aku menyadari selama festival olahraga bahwa ada kegembiraan dan pengalaman yang hanya bisa kamu dapatkan dengan mengambil langkah maju. Meskipun Yomiuri-senpai mendeskripsikanku sebagai orang yang “perhatian”, aku menganggap diriku sebagai orang rumahan dan sedikit malas. Aku lebih suka tinggal di kamar sambil membaca buku, jadi gagasan untuk peduli adalah kesalahpahaman besar.

Sambil melihat Kozono-san, gadis kecil mirip binatang yang duduk di sebelah Yomiuri-senpai, gadis hewan kecil OG itu terlintas di benakku—teman Ayase-san, Narasaka Maaya-san.

Bukankah istilah “perhatian” ditujukan untuk orang seperti dia? Dia sering berlarian demi Maru dan bahkan mengorganisir tim pendukung untuk pergi ke stadion selama liburan musim panas. Kepedulian Narasaka-san terhadap orang lain datang dari keterampilan perencanaan dan kemampuan untuk mengambil tindakan.

Bahkan untuk pertemuan biliar musim panas lalu, aku hanya mengikuti rencana Narasaka-san, dan aku bisa menghitung dengan satu tangan berapa kali aku sendiri yang mengundang Ayase-san ke suatu tempat. Kalau dipikir-pikir, kemalasanku hampir membuatku menangis.

Ditambah lagi, bukan berarti aku tidak ingin membuat kenangan musim panas bersama Yomiuri-senpai, dan Ayase-san juga. Tidak, mendingan jujur saja, aku sangat menginginkannya.

“Yah, jalan-jalan jelas mustahil, tapi setidaknya aku bisa merencanakan acara barbekyu di dekat sini.”

Yomiuri-senpai tiba-tiba menoleh ke arahku, matanya tampak berbinar-binar.

“Woahh! Sejak kapan Kouhai-kun mendapatkan begitu banyak kebajikan?”

“Kau tahu, kalau kamu terus main-main, aku mungkin akan merubah pikiranku.”

“Tidak, tidak, aku hanya bercanda kok! Yeayyy! Barbekyu perkemahan sehari!”

“Perkemahan sehari… jadi, seperti perjalanan berkemah hanya untuk satu hari?”

Yomiuri-senpai, dengan senyum berseri-seri, menjelaskan bahwa itu adalah tren terkini. Apa iya?

“A-ah, aku ingin pergi juga! Aku ingin mengadakan barbekyu di perkemahan!”

Kozono-san adalah orang pertama yang menyuarakan keikutsertaannya.

“Wah. Pemula-chan cukup tegas, ya?”

“Karena ini tentang membuat kenangan dengan senpaiku!”

“Hmm? Dan senpai yang mana ya kira-kira~?”

“Ap—?”

“Tidak, bukan apa-apa, beneran bukan apa-apa. Jangan khawatirkan kepala kecilmu. Tapi Pemula-chan, reaksimu sungguh lucu. Kamu alami dalam menjadi orang yang menyenangkan. Kamu sangat imut sehingga hanya dengan bernapas, kamu sudah menyenangkan!”

Aku menyadari ekspresi Kozono-san sedikit menegang ketika Yomiuri-senpai mengatakan itu. Itu hanya sesaat, dan dia segera kembali tersenyum.

“Mana mungkin, itu tidak benar sama sekali. Yomiuri-senpai, kamu terlalu memujiku!”

Aku tahu dari ekspresi wajahnya yang menegang, Kozono-san tidak suka diberi tahu bahwa dia menarik hanya dengan keberadaannya. Sepertinya itu mengganggunya, meski dia dengan cepat menutupi perasaannya karena dia berhadapan dengan seorang senpai. Tapi Yomiuri-senpai juga bukan tipe orang yang mudah menyinggung orang yang dia ajak bicara… Aku penasaran kenapa dia dengan sengaja mengatakan hal seperti itu.

Sambil tetap mempertahankan senyumannya, Kozono-san menambahkan, “Sebenarnya aku berusaha keras untuk menjadi orang yang menyenangkan, lho.”

Yomiuri-senpai memberinya anggukan penuh pengertian, seolah-olah dia telah menyadari sesuatu.

“Yah, aku punya gambaran bagus tentang apa yang sedang terjadi. Jadi, kurasa aku akan turun tangan dan membantu juga, oke?”

“Um… jadi jika kamu mau membantu, apa itu berarti kamu akan membantu perencanaannya juga, senpai?”

“Tidak, aku serahkan semuanya pada Kouhai-kun karena ia sudah setuju untuk mengurusnya~” kata Yomiuri-senpai sambil menjulurkan lidahnya sambil bercanda.

Dasar wanita ini.

Bahuku terkulai karena semuanya menimpaku, menimbulkan senyuman tulus dari Kozono-san dan Ayase-san.

Tetap saja, karena Yomiuri-senpai yang mengemukakan idenya, dia setuju untuk meneliti lokasi potensial untuk perkemahan harian. Kami dapat menyelesaikan detailnya setelah dia menemukan tempat yang cocok. Kami juga perlu bertanya kepada pekerja paruh waktu lainnya apakah mereka ingin bergabung, tapi acara besar mungkin akan sulit dilakukan tanpa meninggalkan jeda dalam jadwal shift. Mengambil seluruh staf kemungkinan besar akan menimbulkan teguran yang keras dengan manajer nanti.

Untungnya, persiapan ujianku berjalan cukup baik akhir-akhir ini. Meluangkan sedikit waktu untuk pergi ke perkemahan tampaknya bisa dilakukan. Selain itu, menurutku waktu yang hilang untuk belajar akan diimbangi dengan sedikit menghilangkan stres.

“Bagaimana denganmu, Ayase-san?”

Aku tidak ingin berasumsi dia bergabung hanya karena dia terlihat tertarik, mengingat dia juga sedang ujian. Ada etika tertentu, bahkan di antara teman dekat. Aku harus memastikannya.

“Jika kamu ikut, Asamura-kun,” katanya, menyetujui.

Aku memeriksa sesuatu dengan Yomiuri-senpai.

“Kami tidak bisa keluar terlalu larut, jadi kami akan pergi, makan, dan kembali lagi. Apa begitu saja tidak masalah?”

“Tentu saja!”

Melihat wajah bahagia Yomiuri-senpai, aku memutuskan untuk melanjutkan rencananya. Aku telah mengurangi jam kerjaku untuk menghadiri lebih banyak jam pelajaran di sekolah bimbel, jadi waktu luangku terbatas.

Musim panas terakhirku di sekolah SMA tampaknya menjadi musim yang sibuk.

 

◇◇◇◇

 

Kami sedang dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktu.

Hari yang panjang akhirnya berakhir, berganti dengan kegelapan malam. Namun panasnya masih tetap ada, mungkin berarti malam yang lembap lagi. Udara terasa berat dan lengket, membuat aku merasa seperti mengarungi air di setiap langkah. Ayase-san, yang berjalan di sampingku, tampak sedikit kehabisan napas juga.

“Kamu baik-baik saja? Ayo cepat pulang dan mendinginkan diri di bawah AC.”

Ayase-san mengangguk dan dengan lembut mengusap dahinya dengan punggung tangan. Mungkin keringat yang mengucur di wajahnya sempat menyengat matanya, karena dia menyipitkan satu matanya.

“Tapi, Asamura-kun, kamu yakin bisa merencanakan acara barbekyu? Kapan kamp belajarmu dimulai?”

“Mulai 2 Agustus. Waktunya masih lebih dari seminggu lagi, jadi seharusnya baik-baik saja.”

Aku ditetapkan untuk berpartisipasi dalam kamp belajar yang diselenggarakan oleh sekolah bimbelku. Itu adalah lingkungan di mana aku dapat berkonsentrasi pada pelajaran ujian tanpa gangguan apa pun. Durasinya hanya selama seminggu, tapi berada di tempat yang tidak punya apa-apa selain belajar, aku berharap bisa lebih maju dari rivalku.

“Begitu ya. Jadi kita tidak akan bertemu selama seminggu.”

“Yah, aku pasti ingin mengadakan barbekyu sebelum perkemahan. Yomiuri-senpai bilang dia akan mencari lokasinya—oh.”

Pada saat itu, ponselku bergetar.

Setelah menariknya keluar, aku melihat itu adalah pesan dari Yomiuri-senpai. Baru saja diomongin, dia langsung muncul. Dengan cepat melirik isi pesannya, sepertinya dia menemukan beberapa pilihan lokasi perkemahan yang cocok untuk barbekyu. Dia selalu efisien seperti biasa.

“Yomiuri-senpai?”

“Ya. Katanya dia berhasil menemukan beberapa tempat. Setelah kami memutuskan, dia bilang dia akan membuat pemesanan.”

Yomiuri-senpai dan Kozono-san mendapat giliran kerja lebih awal, jadi mereka segera berangkat setelah kami memulai shift kami, artinya kami tidak punya kesempatan untuk membahas detailnya sejak saat itu. Aku mendapat kesan bahwa berkemah biasanya memerlukan reservasi berbulan-bulan sebelumnya, jadi aku mencarinya dengan berpikir bahwa kami harus masuk dalam daftar tunggu pembatalan. Namun menurutku, beberapa tempat menerima pemesanan di menit-menit terakhir, dan bahkan ada tempat untuk berkemah sehari yang tidak memerlukan reservasi sama sekali.

Kurasa selalu ada kesenjangan antara persepsi dan kenyataan. Penting untuk tidak langsung mengambil kesimpulan tentang apa pun.

Angin sepoi-sepoi bertiup saat kami melewati taman. Dedaunan bergemerisik dengan suara berbisik, membuatku sejenak melupakan panasnya. Aku menarik napas dalam-dalam.

Aku menoleh ke arah suara gonggongan, dan melihat ada seseorang mengajak anak anjing berjalan-jalan di taman. Saat kami lewat, anak anjing itu sepertinya ingin menghampiri kami, sehingga pemiliknya, seorang wanita, segera mengambilnya. Dia meminta maaf dan menundukkan kepalanya, tapi kami berdua tersenyum dan berkata tidak apa-apa. Saat Ayase-san berkomentar betapa lucunya anak anjing itu, wanita itu tersenyum bahagia dengan mata setengah tertutup. Setelah membungkuk dalam-dalam lagi, dia melanjutkan perjalanannya dengan membawa anak anjing.

“Anjing itu lucu sekali, bukan?”

“Ya, benar.”

Anak anjing kecil, putih, dan berbulu halus itu sungguh menggemaskan—siapa pun pasti akan berkata demikian.

Tiba-tiba aku teringat percakapan di kantor.tadi

“Kamu sangat imut sehingga hanya dengan bernapas, kamu sudah menarik!” Kata Yomiuri-senpai.

Sudah terlihat menarik hanya dengan bernapas, ya?

Aku bertanya-tanya tentang hal itu.

Bagaimana dengan diriku?

Aku merasa disayangi oleh Ayahku. Bisa bercanda justru karena kami memiliki hubungan yang baik. Ketika aku pertama kali bertemu Akiko-san dan Ayase-san, dan pembicaraan tiba-tiba tentang pernikahan kembali diangkat di sebuah restoran keluarga, aku tidak mengeluh karena aku merasakan kepercayaan yang dibangun antara aku dan Ayahku. Namun saat memikirkan ibu kandungku, hatiku masih terasa dingin. Dia semakin menjauh saat ayahku bekerja lebih keras untuk keluarga. Terkadang aku bertanya-tanya apa yang bisa dia lakukan untuk menghindari kehilangan cintanya.

Pikiran itu mulai berputar-putar di kepalaku.

Yomiuri-senpai adalah sesama kutu buku, dan dengan pola pikir mesumnya yang mirip pria paruh baya, aku tidak pernah benar-benar menyadari jenis kelaminnya. Setelah bertemu Ayase-san, lingkaran pertemananku berubah drastis. Dimulai dengan temannya Narasaka-san, lalu Fujinami-san, Profesor Kudou, dan Kozono-san—kenalan wanitaku semakin bertambah.

…Tidak, bukan hanya mereka.

Aku juga mendapat teman laki-laki, seperti Shinjo dan Yoshida.

Itu berarti hanya dalam satu tahun, jumlah orang yang dekat denganku meningkat pesat. Selama tujuh tahun sebelumnya, satu-satunya orang yang dengan percaya diri aku sebut sebagai teman adalah Maru. Rasanya, sejak ayahku menikah lagi, lingkungan di sekitarku tiba-tiba menjadi lebih hidup. Namun secara pribadi, aku tidak merasa telah berubah menjadi seseorang yang mudah dicintai. Bayangan ibuku yang terasing membuat hatiku dingin.

Bagaimana cara seseorang menjaga cinta seorang gadis? Aku dangat menginginkan sebuah petunjuk. Saat ini, aku yakin Ayase-san mencintaiku, tapi perasaan orang-orang berubah.

Perasaan seseorang bisa berubah.

Bahkan Shinjo, yang seharusnya menyukai Ayase-san, kini memiliki orang lain yang lebih ia sukai. Jika ada kepribadian yang menyenangkan, aku berharap aku memilikinya. Melihat Kozono-san, dia memang terlihat seperti tipe seperti itu. Sama seperti anak anjing yang kami lewati dan seperti yang Yomiuri-senpai katakan pada awalnya, berada di sana membuatnya menyenangkan.

Tapi ada sesuatu yang menggangguku.

“Aku sebenarnya berusaha sangat keras untuk menjadi orang yang menyenangkan, lho.”

Kozono-san sendiri yang mengatakan itu.

Berusaha keras untuk menjadi orang yang menyenangkan, ya?

Aku tidak percaya diri. Sebagian dari anak kecil dari sekolah SD masih ada di dalam diriku. Aku ingat ketika ibuku pergi setelah selingkuh. Betapa sepi dan kosongnya rumah itu, dan air mata berlinang karena perasaan kesepian.

Aku melirik gadis yang berjalan di sampingku.

Ayase-san dan aku memiliki keadaan yang serupa. Dalam kasusnya, ayahnya lah yang pergi. Hubungannya dengan ibunya, Akiko-san, baik, tapi aku bisa mendeteksi sedikit ketidakpercayaan terhadap laki-laki dalam kata-kata dan tindakannya.

Dicintai hanya dengan bernapas, ya? Seberapa mudahnya hidup jika aku bisa mempercayai hal itu.

Gedung apartemen kami mulai terlihat.

“Di sana, lihat. Lampunya menyala, jadi Taichi-san pasti sudah kembali ke rumah,” kata Ayase-san sambil menunjuk ke arah apartemen.

Kembali ke rumah.

Hatiku menghangat memikirkan hal itu. Rasanya sangat menyenangkan bahwa Ayase-san menyebut apartemen dimana tempatku dan ayahku tinggal sebagai “rumah”.

“Artinya ia mungkin sudah mendinginkan tempat itu dengan AC. Kita akhirnya bisa menenangkan diri.”

“Ya.”

Ayase-san tersenyum.

Ah, begitu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan agar tetap dicintai olehnya, agar terus diberi ucapan “Aku mencintaimu”.

Banyak ruangan di gedung-gedung tinggi Shibuya yang masih menyala. Sebuah “keluarga” tinggal di setiap unit ruangan itu. Apa mereka berupaya untuk dicintai, untuk menafkahi keluarga mereka? Aku masih kesulitan untuk membayangkannya.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama