Tidak ada orang di dunia ini yang
dicintai hanya karena keberadaannya saja—— mengapa kamu berpikir demikian?
Prolog — Asamura
Yuuta
Liburan musim panas ketiga dan
terakhir di masa SMA-ku telah dimulai.
Aku berjalan menuju Stasiun Shibuya, toko buku dimana tempatku bekerja.
Ayase-san, adik tiriku
sekaligus pacarku, berjalan di sampingku. Kami tidak berpegangan tangan, tapi jarak
kami cukup dekat sehingga pundak kami bisa bersentuhan sesekali.
Alun-alun Stasiun Shibuya
terbentang di hadapan kami. Langit di atasnya berwarna biru, dan meskipun hari
masih pagi, cuacanya juga terasa panas, dengan sinar matahari yang mulai
menyengat. Silau yang dipantulkan aspal saja sudah cukup untuk menyakiti
mataku.
“Asamura-kun?”
Suara Ayase-san menyadarkanku
kembali dari lamunanku.
Aku menyadari bahwa lampu lalu
lintas penyeberangan telah berubah menjadi hijau, dan Ayase-san mulai berjalan.
Aku lalu bergegas menyusulnya.
Kami menyeberang dan masuk ke
dalam toko buku.
Saat aku masuk ke dalam gedung,
badanku diselimuti oleh udara yang sejuk, membuat panas yang menyengat di luar
terasa tidak ada. Aku menghela napas lega.
Setelah mengganti seragam di
ruang ganti pria, aku masuk ke dalam kantor. Di sana, seorang pekerja paruh
waktu lain yang bekerja di shift sebelumnya, sedang duduk menyantap makan
siang. Dia adalah gadis baru, euhm namanya... Kozono Erina-san. Aku tidak
melihatnya selama satu menit karena shift kami belum berganti.
“Hei, Kozono-san.”
“Asamura-senpai, halo!”
“Apa kamu juga sedang liburan
musim panas, Kozono-san?”
“Ya! Kamu juga,
Asamura-senpai?”
Aku balas mengangguk.
“Kamu bekerja di shift awal,
ya?”
“Ya, jadi aku akan segera
pergi. Sayang sekali karena kamu baru saja mulai, Senpai. Aku sedikit berharap
kalau aku bisa mengambil shift selanjutnya. Masih banyak yang ingin aku
pelajari darimu,” kata Kozono-san sambil tersenyum ramah.
“Tidak ada lagi yang bisa kamu
pelajari dariku, Kozono-san. Manajer bahkan memujimu sebagai seorang pembelajar
yang cepat.”
“Itu sama sekali tidak benar.”
“Halo,” ucap Ayase-san sambil
membuka pintu dan masuk.
“Ah... Ayase-senpai, halo.”
“Huh, oh, um, halo
Kozono-san."
Tadi
itu pertukaran salam yang aneh, pikirku.
Aku tidak bisa memastikannya
karena aku cepat-cepat berbalik saat Ayase-san masuk, tapi saat aku menoleh ke belakang,
Kozono-san yang biasanya ceria tampak sedikit lebih pendiam, dan suaranya
terdengar lebih pelan dari biasanya.
Ayase-san juga terdengar agak
ragu-ragu.
“Apa yang terjadi? Ada apa?”
Ketika mendengar suara lain,
aku berbalik lagi. Ayase-san dengan cepat menyingkir untuk memperlihatkan
Yomiuri-senpai, yang mengenakan seragam toko dan juga memegang bento.
Sepertinya dia juga sedang istirahat makan siang.
“Ooh, coba lihat itu, semua
junior Yomiuri ada di sini.”
Dia mengatakannya seolah-olah
sedang membicarakan tim olahraga.
Memang benar. Kozono-san,
Ayase-san, dan aku semua adalah junior Yomiuri-senpai di tempat kerja.
“Dikelilingi oleh para junior
yang muda dan energik membuatku merasa lebih muda,” katanya sambil meletakkan
bento di atas meja panjang.
Dia menuangkan teh untuk
dirinya sendiri di dispenser dengan tangan yang sudah terlatih, sebelum duduk.
Ayase-san dan aku memiliki
waktu sekitar sepuluh menit sebelum shift kami dimulai, jadi kami pun ikut
duduk.
“Yeeep, aura masa muda memang
menyilaukan. Berjemur di bawah sinar para juniorku benar-benar membuatku
bersemangat. Rasanya seperti ramuan awet muda. Ini adalah lauk yang sempurna
untuk makan siangku, bukankah begitu?”
“Apa perlu kita mulai
memanggilmu Carmilla-senpai atau semacamnya?”
“Jangan khawatir, aku tidak
akan menghisap darahmu! Ah, tapi jika aku jadi Carmilla, kamu akan aman,
Asamura-kun.”
“Aku tidak berpikir kalau
masalahnya bukan begitu.”
Carmilla adalah seorang vampir
wanita yang memangsa gadis-gadis muda yang cantik. Bukannya aku ingin menjadi
seorang gadis muda yang cantik atau tidak senang dengan tidak diperlakukan
sebagai seorang gadis, harap diingat.
Ayase-san dan Kozono-san, yang
tampaknya tidak terlalu menyukai literatur fantasi, keduanya memiringkan kepala
mereka dengan bingung pada sudut yang sama.
Lelucon Yomiuri-senpai, seperti
biasa, terlalu enigma, lebih sering membuat orang garuk-garuk kepala daripada
tertawa. Meskipun begitu, jarang sekali dia melontarkan lelucon semacam itu
kepada orang yang tidak mengerti (kecuali
saat dia mencoba membuat mereka bingung).
Benar saja, hanya aku
satu-satunya orang yang tersenyum, meskipun dengan senyuman kecut.
“Aku tidak begitu mengerti,
tapi, terima kasih banyak, mungkin.”
Kozono-san menundukkan
kepalanya, dan Yomiuri-senpai mengambil kesempatan untuk menepuk kepala junior
yang duduk di sebelahnya.
“Kamu imut banget sihhhh. Kamu tidak
perlu mengerti. Onee-chan-mu akan mengajarimu selangkah demi selangkah, tangan
demi tangan, dan bahkan pinggang demi pinggang, oke?”
“Y-ya.”
“Itu adalah pelecehan seksual
tingkat era Showa. Jelas-jelas melanggar hukum di tempat kerja."
“Aku hanya menyebut kata 'pinggang' dan menurutmu itu dianggap
jorok? Wah, kamu sungguh cabul sekali, Kouhai-kun.”
Siapa
yang cabul di sini? Yomiuri-senpai, seperti biasa, melontarkan
candaan jorok sealami bernapas. Meskipun aku ingin menerima kebiasaan
senpainya, aku tidak terlalu tertarik untuk belajar dari aspek dirinya yang
ini.
Ketegangan aneh yang memenuhi
udara ketika Ayase-san masuk sudah cukup banyak menghilang, meskipun apakah itu
merupakan efek dari usaha Yomiuri-senpai atau tidak, semua orang masih bisa
menebaknya.
“Yah, cukup tentang itu. Yang
lebih penting, Kouhai-kun, bukannya kulitmu agak kecokelatan sejak terakhir
kali aku melihatmu?” Yomiuri-senpai berkata sambil tersenyum licik, membuat
kaca pembesar kecil dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
“Apa iya?”
Aku tidak mengira kulitku
menjadi kecokelatan. Lagipula aku tidak melihat perbedaan apa pun ketika
melihat penampilanku di cermin. Yomiuri-senpai menatapku dengan saksama, lalu
mengalihkan pandangannya ke Ayase-san di sebelahku dan melakukan hal yang sama.
“Mungkin hanya sedikit, tapi
kamu tidak bisa menipu mata detektif hebat ini. Ayo, akui saja. Kulitmu hampir
sama kecokelatannya dengan Saki-chan, yang berarti kalian berdua pergi ke suatu
tempat bersama-sama, bukan?”
Meskipun rasanya aneh dituduh
begitu, aku memutuskan untuk menjelaskan.
“Kami mendukung tim bisbol
sekolah kami di kualifikasi distrik Koshien.”
“Saki-chan juga ikut, ya? Kalian
berdua masih sangat dekat seperti biasa.”
“Yah lahipula, kami adalah
teman sekelas.”
Aku harus berhati-hati untuk
tidak menyangkal banyak hal di sini. Lagipula, kami lebih dekat saat berada di
luar. Ayase-san, dengan terus bersikap seperti orang asing saat kami bersama,
akhirnya menciptakan sedikit kekacauan di dalam hatinya.
Mengetahui maksudku, Ayase-san
menambahkan, “Banyak orang dari kelas kami juga ikut. Itu adalah pertandingan
di mana seorang teman kami mengerahkan segalanya.”
Ada sedikit rasa malu dalam
suaranya, dan jika seseorang benar-benar menginginkannya, mereka bisa membaca
lebih lanjut. Untungnya, Yomiuri-senpai tidak menyelidiki lebih jauh.
“Enaknya~.Berada di SMA yang
sama terdengar sangat membuat iri,” kata Kozono-san.
Dia sepertinya tidak bermaksud
lebih dari itu.
Tapi Yomiuri-senpai mengambil
kesempatan untuk menimpali saat Kozono-san selesai berbicara.
“Benar sekali, iya ‘kan!? Membuatmu
sangat iri, bukan!?”
“Ya. Aku merasa iri. Apa kamu
punya pengetahuan tentang bisbol, Asamura-senpai?”
“Tidak terlalu. Kurasa hanya
sekitar pengetahuan umum saja.”
“Aku tidak tahu apa-apa tentang
hal itu. Aku harap aku bisa pergi bersamamu untuk mempelajari lebih lanjut.”
“Kouhai-kun dan Saki-chan pandai
menjelaskan sesuatu, bukan? Kamu bisa merasakannya saat mereka mengajarimu,
kan?"
“Umm… Ya.”
“Iya ‘kan~ iya ‘kan~. Ahh,
kuharap aku bisa bersekolah di SMA bersama kalian."
Sambil memegang sumpitnya,
Yomiuri-senpai menggelengkan kepalanya dan cemberut kekanak-kanakan, meskipun
faktanya dia adalah seorang siswa berbakat yang kuliah di Universitas Wanita
Tsukinomiya yang bergengsi. Dia terus melirik ke arahku, sepertinya mencoba
mengkomunikasikan sesuatu dengan matanya.
Aku terkesiap. Jelas-jelas
kalau dia hendak meminta bantuanku.
“Katakan apa yang kamu mau
katakan, Yomiuri-senpai, tapi kamu bukan hanya seorang mahasiswa, tapi juga
akan menjadi orang dewasa yang bekerja. Kamu tidak bisa kembali ke masa SMA
sekarang, bukan?”
“Itulah sebabnya aku ingin
menghargai waktu yang tersisa,” katanya seperti karakter wanita dalam sebuah
drama.
“Bagaimana tepatnya kamu ingin
menghargainya?”
“Aku ingin pergi ke pantai dan
mengadakan barbekyu.”
“Kamu tahu aku akan mengikuti
ujian masuk universitas tahun ini?”
“Tapi ini tahun terakhirku
dalam pekerjaan ini, tau? Kenangan musim panas terakhirku?”
“Hah, kamu mau berhenti,
Yomiuri-senpai?”
Ekspresi terkejut terlihat di
wajah Kozono-san, yang segera diikuti oleh kesedihan.
Kalau
dipikir-pikir, aku tidak pernah menyebutkan hal itu padanya.
Reaksinya menunjukkan bahwa dia pasti sudah sangat dekat dengan Yomiuri-senpai
dalam satu setengah bulan terakhir. Dan tentu saja, pastinya akan menyedihkan
jika tidak memiliki kenangan tentang itu. musim panas lalu dengan senpai yang
telah membawaku ke bawah pengawasannya…
“Kamu tidak perlu mengundangku, Yomiuri-senpai. Masih
banyak pekerja paruh waktu lain yang bisa kamu pinta, bukan?”
Yomiuri-senpai adalah pekerja
paruh waktu yang paling lama bertugas di toko. Mendengarku mengatakan hal itu,
dia benar-benar terhuyung, secara dramatis membungkuk seolah-olah dia akan
pingsan. Kozono-san bergegas untuk mengangkatnya.
Tidak
perlu melakukan itu, itu hanya akting.
“Tidak mungkin, aku tidak
mengajakmu dengan maksud seperti itu,
oke? Aku sama sekali tidak berpikir bahwa kamu adalah orang yang paling mudah
untuk terpengaruh, Asamura-kun, dan jika aku sedikit menggodamu, kamu mungkin
akan mengatakan ya. Atauuu mungkin kamu adalah orang yang penuh perhatian, jadi
kamu mungkin akan menangani semua hal yang menyusahkan juga. Atauuu jika kamu
ikut, itu akan sangat mudah, dan aku yakin aku bisa menarik semua junior
lainnya juga. Aku benar-benarrr tidak memikirkan hal seperti itu sama sekali!”
“Bisakah kamu setidaknya
mencoba menyembunyikan niatmu yang sebenarnya sedikit?”
Aku menghela nafas dengan jengkel.
Gadis
ini, seriusan deh.
“Lihat lihat! Lihatlah mata
anak anjing yang dibuat oleh Taman Kecil-chan*. Sepertinya dia berkata, ‘Aku ingin lebih sering bergaul dengan senpai’.” (TN: Arti harfiah
dari nama Kozono)
“Jika tidak merepotkan, aku
ingin pergi ke suatu tempat bersamamu, Yomiuri-senpai, dan Asamura-senpai
juga!”
“Oooh, gadis yang cantik
sekali,” kata Yomiuri-senpai sambil memeluk kepala Kozono-san dan mengusapnya
dengan penuh kasih sayang.
Dia
melirik ke arahku lagi.
Aku menyilangkan tanganku dan
mengerang. Yah, dia sudah banyak membantuku, jadi mungkin bergaul dengannya
selama sehari tidaklah terlalu buruk. Sambil merenungkannya, aku melirik ke
arah Ayase-san, bertanya-tanya apa yang dia pikirkan.
Hmm?
Emosi macam apa itu?
Ayase-san memperhatikan
Yomiuri-senpai dan Kozono-san dengan ekspresi yang bisa disebut cemburu.
Aku teringat bagaimana
Ayase-san pernah berpura-pura tidak tertarik dengan kolam renang, padahal dia
menyukainya. Kejadian tersebut sudah hampir setahun yang lalu. Mungkin dia juga
menyukai pantai dan barbekyu.
Kemungkinan
lumayan besar.
“Memang benar Yomiuri-senpai
telah menjaga kita, tapi…” Aku menatap ke arah Ayase-san, dalam hati menanyakan
pendapatnya.
“Karena Yomiuri-senpai telah banyak
membantuku, kurasa… aku tidak keberatan.”
Rupanya Ayase-san juga tidak
sepenuhnya menentang membuat kenangan dengan Yomiuri-senpai.
Keseimbangan dalam segala hal
itu penting, dan istirahat itu penting. Dan lebih dari itu, aku menyadari
selama festival olahraga bahwa ada kegembiraan dan pengalaman yang hanya bisa kamu
dapatkan dengan mengambil langkah maju. Meskipun Yomiuri-senpai mendeskripsikanku
sebagai orang yang “perhatian”, aku
menganggap diriku sebagai orang rumahan dan sedikit malas. Aku lebih suka
tinggal di kamar sambil membaca buku, jadi gagasan untuk peduli adalah
kesalahpahaman besar.
Sambil melihat Kozono-san,
gadis kecil mirip binatang yang duduk di sebelah Yomiuri-senpai, gadis hewan
kecil OG itu terlintas di benakku—teman Ayase-san, Narasaka Maaya-san.
Bukankah istilah “perhatian” ditujukan untuk orang
seperti dia? Dia sering berlarian demi Maru dan bahkan mengorganisir tim
pendukung untuk pergi ke stadion selama liburan musim panas. Kepedulian
Narasaka-san terhadap orang lain datang dari keterampilan perencanaan dan
kemampuan untuk mengambil tindakan.
Bahkan untuk pertemuan biliar
musim panas lalu, aku hanya mengikuti rencana Narasaka-san, dan aku bisa
menghitung dengan satu tangan berapa kali aku sendiri yang mengundang Ayase-san
ke suatu tempat. Kalau dipikir-pikir, kemalasanku hampir membuatku menangis.
Ditambah lagi, bukan berarti
aku tidak ingin membuat kenangan musim panas bersama Yomiuri-senpai, dan
Ayase-san juga. Tidak, mendingan jujur
saja, aku sangat menginginkannya.
“Yah, jalan-jalan jelas mustahil,
tapi setidaknya aku bisa merencanakan acara barbekyu di dekat sini.”
Yomiuri-senpai tiba-tiba
menoleh ke arahku, matanya tampak berbinar-binar.
“Woahh! Sejak kapan Kouhai-kun
mendapatkan begitu banyak kebajikan?”
“Kau tahu, kalau kamu terus
main-main, aku mungkin akan merubah pikiranku.”
“Tidak, tidak, aku hanya
bercanda kok! Yeayyy! Barbekyu perkemahan sehari!”
“Perkemahan sehari… jadi,
seperti perjalanan berkemah hanya untuk satu hari?”
Yomiuri-senpai, dengan senyum
berseri-seri, menjelaskan bahwa itu adalah tren terkini. Apa iya?
“A-ah, aku ingin pergi juga! Aku
ingin mengadakan barbekyu di perkemahan!”
Kozono-san adalah orang pertama
yang menyuarakan keikutsertaannya.
“Wah. Pemula-chan cukup tegas,
ya?”
“Karena ini tentang membuat
kenangan dengan senpaiku!”
“Hmm? Dan senpai yang mana ya
kira-kira~?”
“Ap—?”
“Tidak, bukan apa-apa, beneran
bukan apa-apa. Jangan khawatirkan kepala kecilmu. Tapi Pemula-chan, reaksimu
sungguh lucu. Kamu alami dalam menjadi orang yang menyenangkan. Kamu sangat
imut sehingga hanya dengan bernapas, kamu sudah menyenangkan!”
Aku menyadari ekspresi
Kozono-san sedikit menegang ketika Yomiuri-senpai mengatakan itu. Itu hanya
sesaat, dan dia segera kembali tersenyum.
“Mana mungkin, itu tidak benar
sama sekali. Yomiuri-senpai, kamu terlalu memujiku!”
Aku tahu dari ekspresi wajahnya
yang menegang, Kozono-san tidak suka diberi tahu bahwa dia menarik hanya dengan
keberadaannya. Sepertinya itu mengganggunya, meski dia dengan cepat menutupi
perasaannya karena dia berhadapan dengan seorang senpai. Tapi Yomiuri-senpai
juga bukan tipe orang yang mudah menyinggung orang yang dia ajak bicara… Aku
penasaran kenapa dia dengan sengaja mengatakan hal seperti itu.
Sambil tetap mempertahankan
senyumannya, Kozono-san menambahkan, “Sebenarnya aku berusaha keras untuk
menjadi orang yang menyenangkan, lho.”
Yomiuri-senpai memberinya
anggukan penuh pengertian, seolah-olah dia telah menyadari sesuatu.
“Yah, aku punya gambaran bagus
tentang apa yang sedang terjadi. Jadi, kurasa aku akan turun tangan dan
membantu juga, oke?”
“Um… jadi jika kamu mau
membantu, apa itu berarti kamu akan membantu perencanaannya juga, senpai?”
“Tidak, aku serahkan semuanya pada
Kouhai-kun karena ia sudah setuju untuk mengurusnya~” kata Yomiuri-senpai
sambil menjulurkan lidahnya sambil bercanda.
Dasar
wanita ini.
Bahuku terkulai karena semuanya
menimpaku, menimbulkan senyuman tulus dari Kozono-san dan Ayase-san.
Tetap saja, karena
Yomiuri-senpai yang mengemukakan idenya, dia setuju untuk meneliti lokasi
potensial untuk perkemahan harian. Kami dapat menyelesaikan detailnya setelah
dia menemukan tempat yang cocok. Kami juga perlu bertanya kepada pekerja paruh
waktu lainnya apakah mereka ingin bergabung, tapi acara besar mungkin akan
sulit dilakukan tanpa meninggalkan jeda dalam jadwal shift. Mengambil seluruh
staf kemungkinan besar akan menimbulkan teguran yang keras dengan manajer
nanti.
Untungnya, persiapan ujianku
berjalan cukup baik akhir-akhir ini. Meluangkan sedikit waktu untuk pergi ke
perkemahan tampaknya bisa dilakukan. Selain itu, menurutku waktu yang hilang
untuk belajar akan diimbangi dengan sedikit menghilangkan stres.
“Bagaimana denganmu,
Ayase-san?”
Aku tidak ingin berasumsi dia
bergabung hanya karena dia terlihat tertarik, mengingat dia juga sedang ujian.
Ada etika tertentu, bahkan di antara teman dekat. Aku harus memastikannya.
“Jika kamu ikut, Asamura-kun,”
katanya, menyetujui.
Aku memeriksa sesuatu dengan
Yomiuri-senpai.
“Kami tidak bisa keluar terlalu
larut, jadi kami akan pergi, makan, dan kembali lagi. Apa begitu saja tidak
masalah?”
“Tentu saja!”
Melihat wajah bahagia Yomiuri-senpai,
aku memutuskan untuk melanjutkan rencananya. Aku telah mengurangi jam kerjaku
untuk menghadiri lebih banyak jam pelajaran di sekolah bimbel, jadi waktu luangku
terbatas.
Musim panas terakhirku di
sekolah SMA tampaknya menjadi musim yang sibuk.
◇◇◇◇
Kami sedang dalam perjalanan pulang
setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktu.
Hari yang panjang akhirnya
berakhir, berganti dengan kegelapan malam. Namun panasnya masih tetap ada,
mungkin berarti malam yang lembap lagi. Udara terasa berat dan lengket, membuat
aku merasa seperti mengarungi air di setiap langkah. Ayase-san, yang berjalan
di sampingku, tampak sedikit kehabisan napas juga.
“Kamu baik-baik saja? Ayo cepat
pulang dan mendinginkan diri di bawah AC.”
Ayase-san mengangguk dan dengan
lembut mengusap dahinya dengan punggung tangan. Mungkin keringat yang mengucur
di wajahnya sempat menyengat matanya, karena dia menyipitkan satu matanya.
“Tapi, Asamura-kun, kamu yakin
bisa merencanakan acara barbekyu? Kapan kamp belajarmu dimulai?”
“Mulai 2 Agustus. Waktunya
masih lebih dari seminggu lagi, jadi seharusnya baik-baik saja.”
Aku ditetapkan untuk
berpartisipasi dalam kamp belajar yang diselenggarakan oleh sekolah bimbelku.
Itu adalah lingkungan di mana aku dapat berkonsentrasi pada pelajaran ujian
tanpa gangguan apa pun. Durasinya hanya selama seminggu, tapi berada di tempat
yang tidak punya apa-apa selain belajar, aku berharap bisa lebih maju dari
rivalku.
“Begitu ya. Jadi kita tidak
akan bertemu selama seminggu.”
“Yah, aku pasti ingin
mengadakan barbekyu sebelum perkemahan. Yomiuri-senpai bilang dia akan mencari
lokasinya—oh.”
Pada saat itu, ponselku
bergetar.
Setelah menariknya keluar, aku
melihat itu adalah pesan dari Yomiuri-senpai. Baru saja diomongin, dia langsung muncul. Dengan cepat melirik isi
pesannya, sepertinya dia menemukan beberapa pilihan lokasi perkemahan yang
cocok untuk barbekyu. Dia selalu efisien seperti biasa.
“Yomiuri-senpai?”
“Ya. Katanya dia berhasil
menemukan beberapa tempat. Setelah kami memutuskan, dia bilang dia akan membuat
pemesanan.”
Yomiuri-senpai dan Kozono-san
mendapat giliran kerja lebih awal, jadi mereka segera berangkat setelah kami
memulai shift kami, artinya kami tidak punya kesempatan untuk membahas
detailnya sejak saat itu. Aku mendapat kesan bahwa berkemah biasanya memerlukan
reservasi berbulan-bulan sebelumnya, jadi aku mencarinya dengan berpikir bahwa
kami harus masuk dalam daftar tunggu pembatalan. Namun menurutku, beberapa
tempat menerima pemesanan di menit-menit terakhir, dan bahkan ada tempat untuk
berkemah sehari yang tidak memerlukan reservasi sama sekali.
Kurasa
selalu ada kesenjangan antara persepsi dan kenyataan. Penting
untuk tidak langsung mengambil kesimpulan tentang apa pun.
Angin sepoi-sepoi bertiup saat
kami melewati taman. Dedaunan bergemerisik dengan suara berbisik, membuatku
sejenak melupakan panasnya. Aku menarik napas dalam-dalam.
Aku menoleh ke arah suara
gonggongan, dan melihat ada seseorang mengajak anak anjing berjalan-jalan di
taman. Saat kami lewat, anak anjing itu sepertinya ingin menghampiri kami,
sehingga pemiliknya, seorang wanita, segera mengambilnya. Dia meminta maaf dan
menundukkan kepalanya, tapi kami berdua tersenyum dan berkata tidak apa-apa.
Saat Ayase-san berkomentar betapa lucunya anak anjing itu, wanita itu tersenyum
bahagia dengan mata setengah tertutup. Setelah membungkuk dalam-dalam lagi, dia
melanjutkan perjalanannya dengan membawa anak anjing.
“Anjing itu lucu sekali,
bukan?”
“Ya, benar.”
Anak anjing kecil, putih, dan
berbulu halus itu sungguh menggemaskan—siapa pun pasti akan berkata demikian.
Tiba-tiba aku teringat percakapan
di kantor.tadi
“Kamu
sangat imut sehingga hanya dengan bernapas, kamu sudah menarik!” Kata
Yomiuri-senpai.
Sudah
terlihat menarik hanya dengan bernapas, ya?
Aku bertanya-tanya tentang hal
itu.
Bagaimana
dengan diriku?
Aku merasa disayangi oleh
Ayahku. Bisa bercanda justru karena kami memiliki hubungan yang baik. Ketika
aku pertama kali bertemu Akiko-san dan Ayase-san, dan pembicaraan tiba-tiba
tentang pernikahan kembali diangkat di sebuah restoran keluarga, aku tidak
mengeluh karena aku merasakan kepercayaan yang dibangun antara aku dan Ayahku.
Namun saat memikirkan ibu kandungku, hatiku masih terasa dingin. Dia semakin
menjauh saat ayahku bekerja lebih keras untuk keluarga. Terkadang aku
bertanya-tanya apa yang bisa dia lakukan untuk menghindari kehilangan cintanya.
Pikiran itu mulai
berputar-putar di kepalaku.
Yomiuri-senpai adalah sesama
kutu buku, dan dengan pola pikir mesumnya yang mirip pria paruh baya, aku tidak
pernah benar-benar menyadari jenis kelaminnya. Setelah bertemu Ayase-san,
lingkaran pertemananku berubah drastis. Dimulai dengan temannya Narasaka-san,
lalu Fujinami-san, Profesor Kudou, dan Kozono-san—kenalan wanitaku semakin
bertambah.
…Tidak,
bukan hanya mereka.
Aku juga mendapat teman
laki-laki, seperti Shinjo dan Yoshida.
Itu berarti hanya dalam satu
tahun, jumlah orang yang dekat denganku meningkat pesat. Selama tujuh tahun
sebelumnya, satu-satunya orang yang dengan percaya diri aku sebut sebagai teman
adalah Maru. Rasanya, sejak ayahku menikah lagi, lingkungan di sekitarku
tiba-tiba menjadi lebih hidup. Namun secara pribadi, aku tidak merasa telah
berubah menjadi seseorang yang mudah dicintai. Bayangan ibuku yang terasing
membuat hatiku dingin.
Bagaimana cara seseorang
menjaga cinta seorang gadis? Aku dangat menginginkan sebuah petunjuk. Saat ini,
aku yakin Ayase-san mencintaiku, tapi perasaan orang-orang berubah.
Perasaan
seseorang bisa berubah.
Bahkan Shinjo, yang seharusnya
menyukai Ayase-san, kini memiliki orang lain yang lebih ia sukai. Jika ada
kepribadian yang menyenangkan, aku berharap aku memilikinya. Melihat Kozono-san,
dia memang terlihat seperti tipe seperti itu. Sama seperti anak anjing yang
kami lewati dan seperti yang Yomiuri-senpai katakan pada awalnya, berada di
sana membuatnya menyenangkan.
Tapi ada sesuatu yang
menggangguku.
“Aku
sebenarnya berusaha sangat keras untuk menjadi orang yang menyenangkan, lho.”
Kozono-san sendiri yang
mengatakan itu.
Berusaha
keras untuk menjadi orang yang menyenangkan, ya?
Aku tidak percaya diri.
Sebagian dari anak kecil dari sekolah SD masih ada di dalam diriku. Aku ingat
ketika ibuku pergi setelah selingkuh. Betapa sepi dan kosongnya rumah itu, dan
air mata berlinang karena perasaan kesepian.
Aku melirik gadis yang berjalan
di sampingku.
Ayase-san dan aku memiliki
keadaan yang serupa. Dalam kasusnya, ayahnya lah yang pergi. Hubungannya dengan
ibunya, Akiko-san, baik, tapi aku bisa mendeteksi sedikit ketidakpercayaan
terhadap laki-laki dalam kata-kata dan tindakannya.
Dicintai
hanya dengan bernapas, ya? Seberapa mudahnya hidup jika aku bisa
mempercayai hal itu.
Gedung apartemen kami mulai
terlihat.
“Di sana, lihat. Lampunya
menyala, jadi Taichi-san pasti sudah kembali ke rumah,” kata Ayase-san sambil
menunjuk ke arah apartemen.
Kembali
ke rumah.
Hatiku menghangat memikirkan
hal itu. Rasanya sangat menyenangkan bahwa Ayase-san menyebut apartemen dimana
tempatku dan ayahku tinggal sebagai “rumah”.
“Artinya ia mungkin sudah mendinginkan
tempat itu dengan AC. Kita akhirnya bisa menenangkan diri.”
“Ya.”
Ayase-san tersenyum.
Ah, begitu. Aku tidak tahu apa
yang harus kulakukan agar tetap dicintai olehnya, agar terus diberi ucapan “Aku mencintaimu”.
Banyak ruangan di gedung-gedung
tinggi Shibuya yang masih menyala. Sebuah “keluarga”
tinggal di setiap unit ruangan itu. Apa mereka berupaya untuk dicintai, untuk
menafkahi keluarga mereka? Aku masih kesulitan untuk membayangkannya.