[LN] Otonari no Top Idol-sama Jilid 1 Bab SS Bahasa Indonesia


Bab SS — Sama Sekali Tidak Masalah

 

Pada suatu hati di penghujung April, sekitar pukul setengah 8 malam. Saat aku meninggalkan studio foto, ponselku bergetar di dalam tas.

Ternyata itu panggilan telepon. Mungkin dari manajer? Padahal aku baru saja memeriksa jadwal besok.

Aku terkejut ketika melihat nama yang muncul di layar.

Mamori Suzufumi.

Dia adalah anak kelas 2 SMA yang menjadi tetangga sebelahku sejak musim semi ini di kompleks apartemen tempatku tinggal, Residence Orikita.

Dia pandai memasak, suka ikut campur, sangat baik hati, bahkan pernah menyelamatkanku dengan mengorbankan dirinya sendiri.

Aku merasakan jantungku berdetak lebih cepat saat melihat namanya. Aku meletakkan tanganku di dada, menarik napas dalam-dalam, dan menekan tombol jawab.

“Halo, Suzufumi? Ada apa?”

Dengan santai, aku berbicara seolah-olah ini hanya pembicaraan sepele.

“Maaf, Yuzuki,”

Suzufumi memulai dengan permintaan maaf.

“Aku punya permintaan penting. Bisakah kau mendengarkanku?"

Suara dari seberang telepon terdengar serius dan berat.

“Apa yang terjadi? Kenapa kamu bicara seperti itu?”

Aku belum pernah mendengar suara Suzufumi sesuram itu. Pasti ini bukan pembicaraan yang menyenangkan.

Apa jangan-jangan ia akan pindah lagi? Mana mungkin. Dirinya belum lama tinggal di [Residence Orikita]. Atau mungkin bisnis restoran keluarganya sedang kesulitan? Dan ia membutuhkan uang tunai besar untuk menghindarinya, jadi dia ingin meminjam uang dariku yang seorang idola?

Namun, aku menyerahkan urusan pengelolaan pendapatanku kepada orang tuaku, dan meskipun kami berdua mempunyai hubungan dekat, konon meminjam uang dianggap tabu. Di dunia hiburan, masalah keuangan adalah hal yang biasa, jadi aku sering mendengar cerita buruk.

Tapi, terpisah dengan Suzufumi...

“Aku akan mendengarkannya saja dulu.”

Aku memutuskan untuk mendengarkannya dan mendesaknya untuk melanjutkan.

“Terima kasih. Sebenarnya...”

Apapun permintaannya, aku ingin berada di pihak Suzufumi, sama seperti yang pernah ia lakukan padaku dulu.

Aku menelan ludah dan bersiap untuk mendengarkan perkataannya.

“Saat kamu pulang kerja nanti, apa kamu bisa membelikanku telur?”

“.......Hah?”

Telur, telur, telur. Aku butuh beberapa detik untuk memahami kata-kata tiga huruf itu dengan benar.

“Kamu tahu ‘kan, ada supermarket yang sering aku kunjungi? Tempat yang paling dekat dari apartemen. Hari ini, mereka sedang mengadakan diskon besar-besaran untuk telur. Tapi hanya satu bungkus per orang. Orang tuaku juga tidak akan pulang seperti biasanya, jadi aku ingin meminta tolong padamu, Yuzuki. Maaf ya, aku sudah merepotkanku meskipun kamu lelah setelah bekerja.”

Seketika aku langsung merasa lemas. Padahal aku sudah bersiap-siap untuk permintaan yang besar, tapi ternyata itu hanya permintaan belanja.

“Seharusnya kamu tinggal mengirim pesan saja.”

“Waktu tutup supermarket jam sembilan. Kalau-kalau Yuzuki tidak melihat pesanku dan membuat rencana lain sebelum itu, mungkin akan sulit bagimu untuk menolak permintaanku.”

Pada ia tidak perlu memikirkannya sampai sejauh itu. Kenapa ia begitu perhatian?"

“Aku janji akan membuat makanan enak dengan telur yang kamu beli, kok.”

“Memangnya menurutmu aku akan dengan mudahnya menyetujuinya?”

Hubungan kami bukan hanya sekadar tetangga biasa. Aku berusaha membuat Suzufumi menjadi penggemar beratku, sementara Suzufumi berusaha membuatku jatuh cinta padanya. Kami sedang dalam pertarungan serius. Mana mungkin aku akan memberi senjata kepada musuhku.

“Tolong, aku ingin menyiapkan persediaan telur karena harganya naik belakangan ini!”

...Yah, memang benar aku selalu berhutang budi pada Suzufumi. Aku hanya tidak perlu memakannya saja.

“....Baiklah, aku mengerti. Aku baru saja mau pulang, jadi aku akan membelikannya untukmu.”

Setelah aku menyetujuinya sambil menghela nafas, Suzufumi bersorak kegirangan di ujung telepon.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa satu butir telur saja sudah membuatnya sangat bahagia.

Yah, aku juga tidak membenci suasana kekeluargaan seperti itu.

 

 

Supermarket yang akan tutup memiliki suasana yang unik. Pekerja kantoran berjas mencari kotak makan setengah harga dan bocah laki-laki yang sepertinya baru saja kembali dari sekolah bimbel. Pelanggan di siang hari dan malam hari sangat berbeda. Lagu “Hotaru no Haka” yang mengalun dari speaker benar-benar membuatku nostalgia.

Aku jarang sekali ke supermarket. Bahkan jika aku mampir ke sini, aku hanya membeli minuman atau barang keperluan sehari-hari. Sebelum bertemu Suzufumi, aku sering membeli makanan sehari-hari dari minimarket atau melalui layanan pesan antar. Mungkin ini pertama kalinya aku memasuki bagian makanan segar, jadi rasanya seperti aku sedang melakukan petualangan.

Tak disangka kalau ada begitu banyak jenis daging.

Wah, udang ini masih hidup.

Salmon adalah ikan berdaging putih, tapi mengapa warnanya merah ya?

Aku mengitari beberapa bagian dan akhirnya sampai di rak telur di sudut.

Ada banyak kemasan telur yang dipajang rapi, dengan berbagai warna dan ukuran. Aku membandingkan gambar brosur yang dikirimkan Suzufumi dengan rak telur. Jika tidak ada foto ini, aku pasti kebingungan untuk memilih telur yang mana.

Ah, ada, ini dia.

Satu bungkusnya berisi sepuluh butir, ukuran LL, seratus yen. Diskon terbatas satu bungkus per orang.

Sejujurnya, aku tidak tahu apa harga segitu dibilang mahal atau murah. Tapi karena Suzufumi sampai repot-repot meneleponku, pasti ini lebih menguntungkan dari biasanya.

Baiklah, misi sudah selesai, ayo segera pulang sekarang. Semoga saja Suzufumi merasa senang dengan ini.

Saat aku menuju meja kasir, tiba-tiba ada sesuatu yang menarik perhatianku.

“Bukannya ini...?”

Setelah merasa ragu sejenak, aku mengambil barang itu.

 

 

Ding dong.

Langkah kaki mendekat dari balik pintu. Seriusan, sudah berapa lama dia menungguku?

“Yuzuki, selamat datang kembali.”

Suzufumi memberikan senyuman lembut seolah-olah dirinya merasa lega. Ketika aku melihat wajah tersenyumnya, aku merasakan kesemutan di hatiku dan tidak bisa menahan diri untuk tidak memalingkan muka.

“…..Aku pulang. Ini, telum yang kamu minta.”

Sambil memalingkan muka, aku menyerahkan kantong plastik yang berisi belanjaan.

“Aku sangat terbantu. Telur mempunyai tanggal kadaluwarsa yang sangat lama, jadi aku bisa menyimpan dua bungkus dengan waktu yang lama…..Eh, bukannya di dalam plastik ini ada barang lain selain telur...?”

Suzufumi sepertinya menyadarinya. Tiba-tiba aku merasa malu dan mengipasi wajahku dengan tanganku.

Dari dalam kantong muncul botol cair berwarna cokelat kemerahan.

“...Apa kamu membelikan kecap asin untukku?”

Senyuman telah hilang dari wajahnya. Mungkin dia keberatan?

Aku buru-buru mencari alasan.

“Bu-Bukan begitu. Ketika aku hendak menuju meja kasir, aku kebetulan melihat penawaran khusus. Bukannya kemarin kamu pernah bilang kalau kamu akan kehabisan kecap asin? Karena ini mengenai Suzufumi, aku yakin kalau kamu sudah membeli banyak, tapi ditambah satu botol saja takkan mengganggumu, ‘kan?. Aku hanya secara sepihak membelinya sendiri, jadi kamu tidak perlu membayarnya. Meskipun aku menyimpannya di rumahku, aku….!”

“Yuzuki.”

Aku sedikit terkejut ketika namaku dipanggil.

Sudah kuduga, aku mungkin terlalu ikut campur. Aku terpancing dengan penawaran khusus, tapi sebenarnya saya tidak tahu apakah harganya murah atau tidak.

Aku dengan gugup menatap wajah Suzufumi.

 

“Terima kasih, Yuzuki.”

 

Sorot matanya dipenuhi dengan kasih sayang. Senyumnya begitu lembut, seolah-olah kabar baik telah datang menghampirinya.

“...Bukan apa-apa, sama sekali tidak masalah, kok.”

Saat aku memainkan poniku, Suzufumi tertawa kecil.

“Oke! Aku akan segera menggunakan telur dan kecap ini untuk menyiapkan makan malam yang lezat.”

“Di-Dibilangin! Aku ‘kan selalu bilang kalau aku tidak akan memakan makananmu!”

“Baiklah, baiklah. Sampai jumpa lagi.”

Pintu tertutup dengan pelan.

Aku menghela nafas ringan dan menepuk dadaku. Jantungku yang berpacu cepat masih tidak kunjung mereda.

Aku akan dengan senang hati bersedia terus melakukan tugas seperti ini jika bisa melihat senyuman itu.

“Yah, aku pasti tidak pernah tergiur pada makanannya!”

 

Beberapa puluh menit kemudian, aku menikmati hidangan nasi goreng ala Suzufumi yang lezat.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama