[LN] Anti-NTR Jilid 3 Prolog Bahasa Indonesia

Prolog

 

Walaupun ini kedengarannya mendadak, tapi aku memiliki harta yang sangat berharga.

Harta tersebut adalah sesuatu yang tidak ingin aku lepaskan dan aku ingin terus melindunginya sepanjang hidupku, terlepas dari apa pun yang terjadi.

Tapi, mungkin istilah 'harta' masih tidak tepat.

Sulit untuk mengungkapkannya... Mengatakan bahwa seseorang yang sangat berharga adalah 'harta' mungkin tidak salah, tapi ketika itu bukan benda melainkan orang, aku merasa ragu.

“Towa-kun?”

Sambil mendekatiku yang sedang memikirkan hal-hal itu, dia... Ayana menatapku.

Otonashi Ayana—heroine utama dunia ini, gadis yang menyimpang dari jalan aslinya, tapi malah memutuskan untuk berjalan bersamaku.

“...Yah...gimana ya…”

Ketika aku membuka mulutku, dia menatapku dengan penuh antisipasi.

“...Ayana, kamu begitu cantik—aku sampai tak bisa berkata-kata saat melihat seberapa cantiknya kamu, itu tak pernah cukup.”

Kata-kata manis palsu sudah tidak diperlukan lagi di antara kami.

Itulah sebabnya, aku hanya menyampaikan kata-kataku dengan tulus. Tapi, wajah Ayana seketika memerah dan menundukkan kepalanya dengan begitu jelas.

Aku hampir ingin mengatakan betapa lucunya dirinya, tapi aku berhasil menahannya.

(...Beberapa hari telah berlalu sejak saat itu. Begitu banyak perasaan yang terlibat.)

Aku akan berjalan bersamamu... dan menjadi bahagia bersamamu—meskipun baru beberapa hari sejak kami mengumumkan hal itu, rasanya seperti seakan-akan berbulan-bulan telah berlalu.

Mungkin itu karena... keberadaan Ayana sudah menjadi semakin dekat dan penting bagiku setelah kejadian itu.

“Towa-kun.”

Aku bertengkar dengan Shu, teman masa kecil kami berdua dan protagonis di dunia ini, tetapi sejak saat itu kami tidak pernah berhubungan lagi, baik di sekolah maupun di tempat lain, dan Shu tampaknya menjadi seperti cangkang yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa Ayana telah pergi dari sisinya.

“Towa-kun...?”

Bagiku dan Ayana, Shu adalah seseorang yang memiliki hubungan tak terelakkan dengan kami.

Oleh karena itu, aku tidak perlu merasa simpati terhadap seseorang yang sudah kita tinggalkan. Meskipun begitu, mungkin karena kami sudah berteman begitu lama, kenangan itu masih melekat, dan aku berharap bahwa masih kemungkinan untuk saling tertawa jika kami bertemu lagi.

“Towa-kun!!”

“Ya!?”

Dengan suara keras, badanku didorong dan dibanting ke atas bantal.

Ayana mengangkangiku dan menatapku dari atas pinggulku dengan pipi yang menggembung. Mungkin aku terlalu asyik memikirkan sesuatu sehingga tidak menyadari ketika dia memanggilku?

“Duhhhh, Towa-kun! Aku sudah memanggilmu berkali-kali, jadi dibales dengan benar dong!”

“Ahaha... maaf, maaf.”

Ayana sepertinya tidak menyukai senyum masamku, dan dia masih tidak berhenti memasang wajah cemberut.

Tapi gadis ini... apa dia menyadarinya? Mungkin Ayana ingin mengungkapkan protes karena aku mengabaikannya, tapi semakin dia menunjukkan ekspresi seperti itu, semakin aku ingin menggodanya.

Mana mungkin aku orang yang sadis... tapi entahlah, sambil mengelus kepalanya, aku berkata, “Yosh, yosh~yosh~yosh.”

“Jangan memperlakukan orang seperti binatang... fumyaah♪”

Meskipun Ayana berpura-pura menolaknya saat kepalanya dielus, dia mengeluarkan suara manis seperti kucing dan langsung terjatuh di atas tubuhku.

Rambut hitam indahnya menari-nari, aroma sampo sehabis mandi menggelitik hidung, dan yang terpenting, sensasi payudara menggairahkan Ayana yang menempel erat di dadaku sungguh luar biasa.

(... Aku benar-benar merasa bahagia)

Aku terus membelai kepala Ayana dan meletakkan tanganku yang lain di belakang punggungnya.

Aku tidak akan pernah melepaskanmu, dan aku tidak akan membiarkanmu pergi bahkan jika kamu berkata ingin meninggalkanku. ...... Sambil memikirkan pemikiran yang sedikit berat ini, aku terus memeluk Ayana dengan penuh kasih sayang.

“Aku sangat menyukai tanganmu yang mengelusku, Towa-kun~♪”

“Mungkin aku takkan lagi meminta agar kaMu melakukan itu hanya di depanku, tapi aku suka melihatmu bersikap begitu tidak berdaya dan bermanja-manja seperti ini.”

Pada dasarnya, di depan umum... yah, ada kalanya dia meletakkan jari kakinya di bawah meja atau mendekat ke arahku, tapi satu-satunya saat dia bersikap begitu manis padaku seperti ini adalah saat kami hanya berdua.

Yah, mungkin karena sekarang kami sudah resmi berpacaran, aku pikir kita akan lebih mesra di depan orang lain juga... Tapi siapa yang tahu bagaimana nantinya.

“Senang rasanya bisa mengungkapkan jati diriku hanya di depan Towa-kun. Tapi...sejujurnya, aku tidak bisa melakukan itu lagi.”

“Eh?”

“Habisnya, memang begitu, ‘kan? Orang yang selama ini aku sukai... dan sekarang aku semakin mencintainya setelah kita berjanji untuk masa depan bersama, dia ada di depanku sekarang. Bahkan di depan orang lain, aku tidak bisa menahan diri, tau!”

“…..Ya ampun, kamu terlalu imut, deh!”

Jika... jika saja aku diizinkan, aku ingin membuka jendela kamar dan berteriak, 'Ayana, kamu luar biasa!'.

Saat aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba wajah Ayana berada tepat di depanku.

Dia memandangku dengan pipi yang memerah, ……lalu tiba-tiba menciumku dengan suara bibir yang bertemu. Aku pun membalas ciuman Ayana dengan bibirku.

“*Chu*...”

Ciuman antara aku dan Ayana tak pernah berhenti.

Meskipun kami sesekali melepaskan bibir untuk bernapas, kami langsung mendekatkan wajah lagi seperti ingin melanjutkan ciuman. Ciuman kami tidak berhenti hanya dengan ciuman manis yang hanya menyentuhkan bibir, tapi berubah menjadi ciuman mendalam dimana lidah kami saling bertautan.

“Towa-kun~

Dengan mata berkaca-kaca, pipi yang memerah, dan ekspresi tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, Ayana memanggil namaku. Itu adalah tanda dari Ayana. Aku bangkit dari posisiku dan memeluk Ayana dari belakang.

Tentu saja, pelukan itu tidak akan berakhir hanya dengan sekadar memeluk saja.

Sambil mencumbui Ayana, aku pun membenamkan wajahku di lehernya seperti ingin meminta kenyamanan. Meskipun Ayana terlihat sedikit geli, aku tetap melanjutkan tanpa memperdulikannya.

“Uh... aah~♪”

Suara desahan keluar dari Ayana, yang semakin meningkatkan gairahku.

Saat menyentuhnya, aku merasakan bahwa suhu tubuh Ayana juga naik. Dia menoleh ke belakang dan menuntut ciuman dengan bibirnya yang menonjol.

(...Ayana terlalu erotis)

Bukan hal yang baru kalau Ayana itu erotis, tapi…. mau tak mau aku jadi memikirkannya.

Biasanya dia bertingkah sopan dan lugu, dan meski hanya menunjukkan sifat aslinya di hadapanku, dia tetap terlihat sopan... Itulah sebabnya perilaku Ayana menjadi jauh berbeda dari biasanya saat kami hampir melakukan tindakan itu.

“Towa-kun... Aku sudah tidak bisa menahannya lagi.”

Tidak hanya dengan tatapan berkaca-kaca, tetapi Ayana juga memohon kepadaku dengan kata-katanya... Namun, saat itu aku sangat lengah.

Karena pintu kamar terbuka dengan keras.

“Towa~! Aku pulang~!”

Ibuku yang sangat bersemangat mendadak muncul.

Jadi, apa yang terjadi adalah, kejadian yang disebut sebagai “gangguan orang tua” sedang berlangsung... Namun, izinkan aku memberikan alasan bahwa saat ini bukanlah waktu ibu pulang dari kerja.

“Ah, eh... itu, umm, ini... “

Tampaknya Ayana juga tidak bisa berkata-kata dengan baik dalam situasi seperti ini.

Ibuku hanya diam dan menatap kami dengan tajam.

Aku memeluk Ayana dari belakang, sedang Ayana yang sedang membuka pakaiannya dengan wajah memerah…... Ibuku terus menatap kami sambil tersenyum manis dan membuka mulutnya.

“Ara, ara~ maaf ya~♪ Aku akan mandi dulu jadi silakan nikmati waktu kalian~”

Ibuku melambaikan tangannya dan pergi begitu saja.

Wajah ibuku memerah bukan karena dia malu melihat kami berdua, melainkan karena dia sudah minum cukup banyak alkohol... Yah, mana mungkin ibuku merasa malu dengan hal seperti ini sekarang.

Untuk sementara waktu, aku dan Ayana saling menatap pintu dengan terkejut, lalu dengan cepat kita saling menjauh dan saling menatap.

“Umm... selain dari tidak mengunci pintu, sepertinya kita benar-benar terlalu asyik hingga tidak mendengar suara langkah kakinya, ya?”

“Ya, benar... ugh, rasanya sungguh memalukan.”

Ayana yang sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik sampai beberapa saat yang lalu, memalingkan kepalanya dengan malu-malu.

“Happs.”

Aku berdiri dan mengunci pintu dengan mantap.

Aku dengan lembut merangkul Ayana yang sedang merasa malu, dan berbisik ke telinganya.

“Jadi, gimana? Apa kita harus menenangkan diri dulu sebentar dan melanjutkannya?"

Ayana mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaanku.

 

▽▼▽▼

 

“Fiuh...”

Setelah menyelesaikan aktivitas kami sebagai sepasang kekasih, aku memandang ke luar jendela ke arah langit yang penuh bintang.

Ayana yang sedang tidur telanjang di atas tempat tidur, memeluk selimut dengan erat, dan kekacauan sebelumnya seolah-olah tidak pernah terjadi.

[Aku... merasa begitu puas. Aku tidak pernah menyangka kalau perasaanku akan berubah sejauh ini.]

Itulah yang dikatakan Ayana, dan jika dia merasa seperti itu terhadap interaksi kami, aku merasa senang.

Tentu saja, dia sudah bahagia selama bisa bersama Towa... tetapi, aku jauh lebih senang jika dia merasa bahagia dalam situasi seperti sekarang.

“Tapi... yah, aku juga merasa malu ketika ibu memergoki kami tadi.”

Yang kuingat adalah saat ibuku mengintip ke arahku... Aku dan Ayana terlalu asyik dengan hal itu sehingga kami lupa untuk berhati-hati, dan tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk segala kemungkinan.

“Tapi... yah, kurasa itu akan baik-baik saja meskipun ibu tidak melihatnya secara langsung?”

Aku biasanya berhati-hati dengan kebocoran suara ...... yah, pertama-tama, kami hanya melakukannya saat ibu  tidak ada atau ketika dia tertidur lelap setelah minum alkohol, jadi tidak ada gunanya mengkhawatirkannya sekarang.

“….Haha, mungkin ini juga menunjukkan bahwa aku cukup santai karena mempunyai waktu untuk memikirkan hal semacam ini.”

Aku tertawa getir sambil memalingkan pandangan ke arah Ayana.

Di saat-saat seperti ini, dia sering kali diam-diam bangun dan memperhatikanku, tapi hari ini dia sepertinya tidur nyenyak dan memperlihatkan wajah imutnya yang tertidur.

Bahkan, mulutnya menyeringai seolah-olah dia sedang bermimpi indah.

“Semua ekspresi wajahnya yang terlihat imut sungguh tidak adil….. Yah, wajahku yang sekarang juga cukup tampan, sih.”

Itu bukanlah ucapan narsistis, tetapi karena fakta bahwa aku bereinkarnasi... Lagian, aku takkan pernah mengatakan kepada orang lain dengan mulutku sendiri kalau aku tampan, kok?

“Baiklah, kurasa sudah waktunya untuk tidur... tetapi...”

Meskipun aku mengatakan itu, aku masih tidak ingin tidur, jadi aku terus menatap Ayana dan memikirkan beberapa hal.

Aku memikirkan tentang situasi Ayana saat ini.

Sejak hari itu... sejak dia berpisah dengan Shu, Ayana jarang pulang ke rumahnya, dan lebih sering menghabiskan malamnya di rumahku.

Baik aku maupun ibuku tidak mengeluhkan hal itu, dan ibuku sebenarnya senang ada Ayana di rumah..... Namun, kenyataan bahwa hubungan Ayana dengan ibu kandungnya, Seina-san, tetap tegang masih tidak berubah.

“Hmm ...”

Aku sudah mengatakannya berkali-kali sebelumnya, tapi dunia ini adalah dunia permainan erotis netorare, dan masa depan yang seharusnya terjadi sudah berubah karena tindakanku.

Meskipun kenyataan bahwa Ayana menjauh dari rumah keluarga Shu tidak berubah, tapi aku berhasil melindungi hati Ayana, hal yang paling ingin aku lindungi——Aku bisa mengatakan dengan pasti bahwa ini adalah hasil yang kuinginkan.

“Tapi itulah sebabnya ... Aku ingin melakukan sesuatu pada bagian lainnya juga.”

Ngomong-ngomong soal itu, aku ingin menyelesaikan perselisihanku dengan Seina-san.

Aku tahu kalau irang itu membenciku, tetapi sebagai ibu dari orang yang kucintai, menurutku jauh lebih baik jika kami bisa memiliki hubungan yang baik ... atau lebih tepatnya, karena ini tentang Ayana, aku benar-benar ingin menyelesaikannya.

“Untuk mewujudkan itu ... bagaimana caranya, ya?”

Bagaimana kamu bisa disukai oleh orang yang membencimu... atau dalam hal ini, bagaimana kamu bisa diterima...? Meskipun aku berpikir kalau dua-duanya sama, tapi yang pasti aku ingin menyelesaikan masalah ini.

“... Hoaamm ... sudah larut malam ya.”

Aku sepertinya sudah berpikir lama dan mulai merasa mengantuk.

Setelah menggunakan toilet sebelum tidur, aku menguap lebar lagi dan naik ke atas kasur tempat Ayana tertidur.

“Towaaa... kun...”

Ayana yang menyambutku, berbicara dengan manis dalam tidurnya.

Ayana yang menunjukkan berbagai sisi dirinya hari ini sungguh menggemaskan, dan tidak peduli apa pun yang terjadi, aku ingin bersamanya—kami bersama-sama akan menyongsong masa depan dan mewujudkan kebahagiaan kami.

(Sebagai manusia yang hidup di dunia ini, sebagai seorang pria yang bersumpah untuk melindungi Ayana, aku harus berjuang.)

Saat aku sedang memikirkan hal itu, Ayana bergumam pelan pada dirinya sendiri.

“Tentu saja...”

“Eh?”

Syu... syu...”

Apa yang baru saja dia ucapkan...?

Aku menoleh ke arahnya yang sedang tidur di sampingku, dan ternyata dia masih tidur. Aku tidak bisa berkata banyak, tapi ada sedikit air liur keluar dari mulutnya... atau seharusnya aku katakan bahwa penampilannya yang begitu tak berdaya ini jarang terjadi?

“Besok pagi, bangunlah lebih dulu dariku dan lap air liurmu, ya.”

Aku berkata begitu sambil menutup mata, dan segera setelah itu Ayana memelukku dengan erat. Sepertinya dia tanpa sadar ingin membersihkan air liurnya dengan pakaianku.

Astaga, dia memang gadis yang begitu manja. Aku mengelus kepalanya untuk terakhir kalinya dan akhirnya aku bisa tertidur.

 

Meskipun baru beberapa hari sejak aku dan Ayana menjadi sepasang kekasih yang sesungguhnya, di sekitar kami masih ada banyak sekali halangan... bahkan bisa dikatakan batu besar yang bergulir di sekitar kami.

Ayo kita singkirkan semuanya satu per satu.

Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Mari kita bersihkan semuanya secara perlahan-lahan.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama