Interval — Kali Ini, Terima Kasih Atas Makanannya
“Terus-terus, Yuzuki-chan yang
terlihat dari kursi terbaik, kecantikannya tidak bisa disamakan dengan
kata-kata biasa seperti malaikat atau dewi. Apa ini sudah menjadi mitos? Kitab
suci? Atau bahkan zaman itu sendiri?”
“Haa.”
“Untuk segmen obrolan kali ini,
tema yang diangkat adalah 'Hidangan dari
Ingatanku'. Menurutmu, apa yang dikatakan Yuzuki-chan? Petunjuknya, makanan
favorit Yuzuki-chan.”
“Apa ya, donburi babi?”
“Mana mungkin Yuzuki-chan
memilih menu seperti pegawai kantoran biasa. Ingatlah baik-baik. Makanan
favorit Yuzuki-chan adalah galette. Galette adalah hidangan Perancis yang
terbuat dari tepung soba. Katanya, Yuzuki-chan baru-baru ini membuat galette
bersama temannya. Rasanya begitu lezat sampai-sampai dia tidak bisa lagi
memakan menu yang sama dari restoran.”
“… Begitu ya.”
Aku sedang menyantap makan
siangku sambil mendengarkan musik latar percakapan yang datang dari wali kelasku
dari seberang meja konferensi.
Akhir bulan Mei. Di sekolah.
Ruang bimbingan siswa.
Ini sudah kelima kalinya aku
dipanggil selama lima hari berturut-turut.
Ternyata Mikami-sensei tidak
memiliki kenalan selain aku, jadi dia secara sepihak memberitahuku apa
pendapatnya tentang acara jumpa penggemar kemarin. Bahkan pada hari Jumat hari
kelima, semangatnya sama sekali tidak mereda. Karena sudah cukup merepotkan sampai
dipanggil terus-menerus seperti ini, aku memutuskan untuk mulai berbicara
dengannya dengan serius.
“Jadi, bagaimana dengan mini
konsernya?”
“Oh ya, itu!”
Seolah ingin mengatakan kalau
dia sudah menungguku menanyakan itu, dia mendekatkan kursi pipanya ke arahku.
“Sebagai anggota nomor 000005,
aku bisa dengan tegas mengatakan bahwa mini konser kemarin adalah kualitas
terbaik yang pernah ada. Sungguh luar biasa. Aku bisa membicarakan setiap lagu
selama lima jam.”
“…Memangnya ada berapa lagu
yang dimainkan?"
“Karena ini hanya mini konser,
jadi cuma ada enam lagu.”
Setidaknya tiga puluh jam.
Karena waktu istirahat hanya lima puluh menit, itu sama dengan tiga puluh enam
hari.
“Untuk saat ini, tolong berikan
kesimpulannya dalam satu menit.”
Tinggal tiga menit tersisa sebelum
istirahat selesai. Aku mengambil keputusan, dan menelan makanan terakhirku.
Terima kasih makanannya.
“Ada banyak hal yang ingin kubicarakan,
tapi Yuzuki-chan benar-benar luar biasa.”
“Bukankah biasanya selalu
begitu?”
“Tidak. Ada sedikit adegan
berbahaya di pertunjukan langsung sebelumnya, jadi sejujurnya aku khawatir.”
Mikami-sensei menurunkan nada
suaranya dan tersenyum kecil di sudut mulutnya.
“Tapi sepertinya itu cuma
kekhawatiranku saja. Yuzuki-chan benar-benar terlihat bahagia kali ini,
seolah-olah dia berubah menjadi orang yang berbeda. Bukan berarti sebelumnya
dia hanya pura-pura bahagia, tapi saat ini dia benar-benar menikmati momen ini
dan rasanya membuatku hampir menangis.”
Nada bicaranya terdengar lembut,
seperti sedang merawat muridnya.
“Mungkin dia akan menghadapi
berbagai kesulitan di masa depan. Tapi aku yakin Yuzuki-chan bisa mengatasinya.
Mengawasi dan mendukung idol diam-diam adalah tugas seorang penggemar, bukan?”
Asal kata penggemar adalah
[Fanatic] yang berarti ‘orang yang
antusias atau fanatik.’
Mereka akan terus mengejar
cahaya yang disebut Arisu Yuzuki. Yuzuki yang diamanahkan dengan harapan, doa,
dan impian orang-orang, akan terus berjuang sendirian. Jika suatu saat Yuzuki
ingin istirahat, aku ingin menjadi orang yang bisa mendukungnya dengan senang
hati.
Sekarang, sepertinya cerita
Mikami-sensei sudah selesai. Kupikir sebaiknya aku harus segera pergi.
Aku membungkus kotak makananku
dengan serbet dan bangkit dari tempat dudukku.
“Aku akan kembali ke kelas
terlebih dahulu. Sensei, Anda juga harus buru-buru agar tidak terlambat.”
Pelajaran pertama di sore hari
adalah mata pelajaran Sastra Modern yang diajarkan oleh Mikami-sensei. Namun,
karena saat dia datang ke ruang bimbingan siswa tadi dia tidak membawa apa-apa,
mungkin dia akan kembali ke ruang guru.
“Kalau begitu, aku izin permisi
dulu.”
“… Mamori-kun, terima kasih
ya.”
Aku merasa seperti mendengar
kata-kata terima kasih tepat sebelum pintu tertutup.
Hmm,
untuk apa ya? Aku pura-pura tidak mendengarnya.
☆ ☆
☆
Setelah jam wali kelas selesai,
ruangan kelas tiba-tiba menjadi ramai. Teman-teman sekelasku berkerumun di
depan podium, di balkon, dan di tempat lain, membuat rencana untuk akhir pekan.
“Baiklah, bagaimana kalau kita
pergi ke perpustakaan dan meninjau ulang ujian tengah semester?”
Seorang teman yang duduk di
depanku berbalik dan menunjukkan wajah seolah-olah baru saja menelan obat pahit.
“Aku harus bersiap-siap untuk
kencan besok. Kamu saja yang pergi sana.”
Berkat usaha belajar setelah
jam sekolah, Hozumi tampaknya berhasil menghindari nilai merah. Oleh karena
itu, besok ia berencana untuk pergi berkencan dengan pacarnya sebagai hadiah.
“Hmph, jangan harap aku akan
membantumu jika kamu menangis saat ujian akhir nanti.”
Sekali lagi, sama seperti tahun
lalu, begitu bulan Juli tiba, dia akan datang memohon bantuan belajar. Kalau
dia meminta bantuan belajar lagi, aku akan menolak dua kali lipat.
Hozumi menatapku dengan seksama
sejenak, lalu tiba-tiba bertanya.
“…Suasana hatimu sedang buruk
beberapa waktu yang lalu, tapi sepertinya kamu sudah membaik. Apa ada hal baik
yang terjadi?”
“Ada sesuatu yang akan terjadi.
Sampai jumpa minggu depan.”
“Oh, ya. …Sesuatu yang akan
terjadi?”
Aku berjalan melewati Hozumi
yang masih kebingungan dan meninggalkan ruang kelas.
Setelah ujian tengah semester
selesai, suasana di sekolah menjadi santai sampai pengumuman ujian akhir
semester. Ketika aku mendekati pintu masuk siswa di lantai satu, keramaian
semakin meningkat.
Saat aku melangkah keluar dari
gerbang sekolah, seorang gadis dengan rambut cokelat muncul tiba-tiba.
“Oh, Suzu, kebetulan banget!”
“...Tidak, kamu pasti sudah
menunggu di sini.”
“Ehehe, ya, begitulah. Ayo
pulang bersama setidaknya sampai di tengah jalan.”
Aku dan Rika pulang bersama
dari sekolah. Mungkin ini pertama kalinya kami pulang bersama sejak kami menjadi
siswa SMA.
“Apa kamu akan bekerja paruh waktu
lagi hari ini?”
“Ya, aku harus bekerja keras
untuk mengumpulkan uang sebelum liburan musim panas. Oh, jangan khawatir. Aku
akan mengunjungi rumah Suzu setiap hari selama liburan musim panas!”
Rika menepuk dadanya dengan
bangga. Hmm, aku penasaran, apa ada cara untuk menghindarinya?
Rika yang menjadi siswi SMA
sekarang selalu berusaha sekuat tenaga. Baik dalam bermain maupun bekerja paruh
waktu. Sebagai teman masa kecilnya, aku harap dia juga berusaha keras dalam
pelajaran. Oh ya, kira-kira apa rencana Rika setelah lulus nanti?
“Apa kamu mempunyai sesuatu
yang ingin kamu lakukan di masa depan, Rika?”
“Sesuatu yang ingin aku
lakukan, ya...”
Rika meletakkan tangannya di
dagunya dan berpikir dengan serius.
“Hmm... mungkin aku ingin makan
malam dengan Arisu Yuzuki lagi.”
Itu sungguh mengejutkan.
Sejujurnya, kupikir suasana di antara mereka tidak terlalu bagus saat menyantap
hidangan okonomiyaki tempo hari.
“Kalau dipikir-pikir lagi, aku
sama sekali tidak tahu apa-apa tentang gadis itu. Lain kali, aku ingin berbicara
dengannya secara baik-baik. Ah, tentu saja, jika Suzu ingin memilikiku
sendirian, aku enggak memaksa kok!”
Dia mengedipkan mata tanpa
mengedipkan mata, dan Rika mengacungkan jempolnya.
Meskipun jawabannya tidak
sesuai dengan harapanku, teman masa kecil yang seperti adik perempuan yang
selalu merasa khawatir tentangku tanpa kusadari telah naik tangga menuju
kedewasaan, dan itu membuatku tersentuh.
Dengan perasaan yang dalam, aku
menunggu lampu merah di perlintasan zebra, dan aku tiba-tiba melihat Faboma di
sudut jalan.
Tiba-tiba, aku jadi teringat
peristiwa hari itu.
“Karena kita mumpung di sini,
mau sekalian beli Fabochiki?”
Mata Rika langsung berseri-seri
seperti bintang di langit malam, tapi segera wajahnya menjadi muram.
“Hari ini ada acara tes makanan
baru di toko... Jadi aku harus mengosongkan perutku dulu...”
Apa mereka akan meluncurkan
promosi baru lagi? Itu artinya, dalam waktu dekat barang-barang makanan
rekomendasi dari ayah akan tiba dalam jumlah besar. Aku harus membersihkan isi
kulkasku.
“Kalau begitu lain kali saja
ya.”
“Pasti, ya? Itu janji lho!”
Memang benar kalau Fabochiki
itu rasanya enak, tapi apa kamu benar-benar ingin memakannya sampai sejauh itu?
Rika pergi bekerja begitu saja,
dan kami berpisah di persimpangan jalan. Aku mampir ke supermarket di dekat
sana untuk membeli bahan makan malam. Aku hanya berniat membeli bahan yang
diperlukan, tapi saat berkeliling toko, resep-resep yang ingin kuberikan
padanya muncul satu per satu dalam pikiranku, dan akhirnya aku pulang dengan
kedua tangan membawa kantong belanjaan.
Ketika aku sampai di apartemen,
ada orang yang baru saja keluar dari pintu masuk. Sepertinya dia bukan dari perusahaan
pindahan, tapi dia mengenakan seragam yang menunjukkan bahwa dia mungkin datang
untuk membantu seseorang. Aku memberi salam dan melanjutkan perjalanan ke
lantai delapan dengan menggunakan lift.
Setelah keluar dari lift, aku
melihat seseorang di ujung koridor umum. Aku menahan kegembiraanku, dan
mendekatinya perlahan-lahan. Ketika aku hampir sampai di depan pintu apartemen
808, gadis itu sepertinya menyadari keberadaanku. Wajahnya langsung bersinar
cerah layaknya matahari terbit.
“Suzufumi!”
“Kalau tidak salah hari ini
kamu mulai tinggal di sini lagi, ‘kan?”
Aku merasa agak canggung. Kira-kira
sudah berapa lama aku begitu menantikan hari ini.
Yuzuki juga sepertinya memahami
isi pikiranku, jadi dia terus tersenyum-senyum.
“Aku pulang, Suzufumi.”
“Selamat datang kembali,
Yuzuki.”
Sasaki Yuzuki kembali sebagai
tetanggaku.
Mengenai pembatalan kontrak
tinggal, Yuzuki sudah menghubungi pemilik apartemen setelah acara jumpa
penggemar dan memintanya membatalkan kontrak. Dia mengatakan bahwa sebagian
besar perabotan sudah dibongkar dan akan diperbarui. Ternyata orang yang aku temui
tadi adalah staf kantornya.
“Kita akan mengadakan acara
perayaan malam ini.”
“Yeah, aku sudah
menantikannya.”
Kata-kata harapan yang tulus tersebut
membuat hatiku jadi berdebar dengan gembira.
Aku ingin memberikan rasa aman
dan kepuasan kepada Sasaki Yuzuki. Aku ingin menjadi sumber energi bagi
kegiatan idolanya.
Aku ingin terus memasak untuk
Yuzuki mulai sekarang.
☆ ☆
☆
Yuzuki tampak tercengang dengan
berbagai hidangan yang disajikan di atas meja.
“Jumlah segini sih... agak...”
“Sejujurnya, aku merasa kalau
aku terlalu berlebihan.”
Tempat acara perayaan setelah
jumpa penggemar adalah ruang tamu kediaman Mamori. Karena hidangan tidak cukup
muat di atas meja, kami juga menarik keluar meja lipat dari lemari pakaian.
Menu makanannya merupakan
campuran masakan Jepang dan Barat. Chicken
Katsu, udang goreng, Ayam Teriyaki, Sashimi Ikan Buri, Nasi Campur, Sup
Kimchi, Salad Caesar, dan sebagainya. Hidangan penutupnya adalah Crepe berisi
krim lezat.
“Ngomong-ngomong, di dalam
kulkas masih ada Potage, Shabu-shabu dingin, dan Minuman Buah.”
“Dibilangin! Kuantitasnya!”
Karena aku sangat
menantikannya. Selama Yuzuki tidak ada,
“Daftar makanan yang ingin disajikan” terus bertambah dengan cepat.
Meskipun jumlah hidangan banyak, setiap hidangan memiliki porsi yang lebih
sedikit.
“...Kamu boleh memakan semuanya
lho!”
Aku mengacungkan jempol ke atas
dengan semangat, tapi Yuzuki menunjukkan ekspresi lelah di sampingku.
“...Lagian sebenarnya, aku tidak
pernah bilang apapun tentang makanan...”
“Hah?”
“Eh?"
Ada ketegangan di antara kami.
“Bukannya kamu tadi bilang 'Aku sangat menantikan acara perayaannya',
kan?”
“Tapi aku tidak menyebutkan
tentang makanan.”
“Dan beberapa waktu lalu, kamu
juga bilang 'Karena di sinilah tempat
kembalinya Sasaki Yuzuki'.”
“Tapi bukannya berarti itu sama
dengan menyantap makanan, kan...”
“Tunggu dulu. Biasanya, kalimat
seperti itu artinya 'Aku akan menyerahkan
hatiku dan perutku padamu', iya ‘kan!”
“Menyerahkan hatiku dan
perutku.....Bu-Bukannya itu mirip seperti lamaran pernikahan!”
Wajah Yuzuki langsung memerah
dan dia menjauhkan diri dariku.
“Asal kamu tahu saja, aku
bukannya jatuh cinta padamu atau semacamnya! Hari itu... itu hanya kesalahan
semalam...!”
Wajah Yuzuki semakin memerah
saat dia menghancurkan dirinya sendiri dengan kalimat yang kedengarannya tidak
senonoh.
“Su-Suzufumi sendiri, bukannya
kamu sudah menjadi penggemarku? Kamu ingin melihat sisi kepahlawananku di jumpa
penggemar, ‘kan? Streaming terbatas untuk anggota klub penggemar, dan arsipnya
akan berakhir besok, kan??”
“Sayang sekali. Aku sudah
mendengar banyak tentang kejadian hari ini dari wota tulen, jadi aku bisa
memahaminya secara langsung!”
Kami saling bertatapan dengan
tajam.
“Kalau terus begini, makanannya
akan menjadi dingin, lho.”
“Itu sih... apa boleh buat,
‘kan?”
“Bukannya kamu pernah bilang kalau
mulai besok kamu akan sibuk dengan pekerjaan lagi? Acara reguler akan segera
dimulai, kan? Kita mungkin tidak mendapat kesempatan untuk makan santai untuk
sementara waktu."
“Ugh...”
“Crepes yang dibungkus ini rasanya
enak, tau? Aku sengaja menyiapkan dalam jumlah banyak karena katanya ini
makanan favorit Yuzuki.”
“Ugh...”
Aku menyerangnya dengan serangan nafsu makan dan rasa bersalahnya
secara langsung.
“Kalau memang tidak mau makan,
aku akan menyerah. Aku akan menghabiskan semuanya sendirian...”
“Oke, oke! Aku akan memakannya
oke? Aku akan memakannya!”
Yuzuki menggigit bibirnya
keras-keras dan menatapku dengan tatapan tajam dan mengintimidasi, mirip seperti
seorang putri ksatria bangsawan yang telah ditangkap oleh monster. Sama seperti
hari pertama ketika aku menyajikan semangkuk donburi babi.
Aku menyuruh Yuzuki duduk di
depan meja rendah, lalu aku duduk di hadapannya. Saat dia menatap
hidangan-hidangan yang memenuhi meja, warna mata Yuzuki berubah menjadi penuh
harapan.
Akhirnya, kami berdua
bersama-sama menyatukan tangan.
““Selamat makan!!””
Yuzuki meraih makanannya. Entah
dengan sumpit, garpu, atau sendok.
Ketika melihat Yuzuki yang
tersenyum sambil menikmati makanannya, hatiku penuh dengan kebahagiaan.
Meskipun kami tinggal di kamar
yang bersebelahan, kami adalah dua orang yang berbeda dalam segala hal. Di satu
sisi adalah idola populer, sedangkan orang lainnya hanyalah anak SMA biasa.
Meski begitu, kami kini duduk
mengelilingi meja makan yang sama. Mulai sekarang, aku ingin menjadi yang
paling dekat dengan Yuzuki. Dan aku sangat ingin menjadi orang nomor satu bagi
Yuzuki.
“Fiuh...Terima kasih untuk
makanannya...”
Di depan Yuzuki, yang pembatasnya
dilepas, hidangan lengkap itu tampak seperti hanya hidangan pembuka. Piring dan
mangkuknya benar-benar kosong.
Aku memasukkan makanan terakhir
di atas meja, sebuah krep yang terbungkus, ke dalam mulutku.
Krim putih bersih nan manis mengalir
keluar.
Ya, rasa asam dari stroberi dan
manisnya krim segar yang menyegarkan merupakan perpaduan yang sempurna. Rasa pisang
coklat dan matchanya diambil oleh Yuzuki, jadi kupikir aku akan membuatnya lagi
untuk camilan besok.
Tiba-tiba, aku merasakan
tatapan yang kuat ke arahku.
Sebelum aku menyadarinya,
Yuzuki sudah berada di sampingku dan menatap pipiku.
“...Kamu bilang aku boleh makan
semuanya, ‘kan?”
“Yuzuki? Apa yang kamu
lakukan――”
Bibir Yuzuki dengan lembut
menyentuh pipiku.
Di depan wajahku yang tertegun,
Yuzuki menjilati bibirnya.
Di ujung lidahnya ada krim
segar.
“Kali ini. terima kasih untuk makanannya.”
Yuzuki tersenyum dengan senyuman nakal.
Aku memeriksa panas yang menjalar di pipiku
dengan ujung jariku.
“…Tadi itu barusan…”
“Dibilangin, terima kasih untuk
makanannya!”
Yuzuki mengatupkan kedua
tangannya dan menatapku.
Jadi mana nih yang benar? Apa dia
cuma rakus, ataukah dia berusaha mengekspresikan kasih sayangnya seraya
menyamarkannya dengan dalih mengambil makanan?
Kepalaku berputar dengan
kecepatan tinggi, dan aku memaksakan diri untuk mengambil kesimpulan tanpa bisa
berpikir jernih.
“Be-Begitu rupanya! Jadi ini
juga merupakan strategi untuk mengubahku menjadi seorang penggemar! W-Wahh tadi
itu hampir saja! Aku hampir ketipu!”
Aku merangkai kata-kata itu dengan
lancar dengan nada seolah-olah mencari alasan.
Benar sekali. Yuzuki pernah menyatakan
kepadaku bahwa dia akan mengincar posisi teratas di antara para idola. Mana
mungkin calon bintang masa depan seperti dirinya akan jatuh cinta pada orang
biasa sepertiku.
“... Dasar Suzufumi bodoh.”
Yuzuki mengatakan itu sambil mencibir
dan menunduk ke bawah.
“... um...”
Saat aku merasa bimbang apakah
aku harus mengatakan sesuatu, Yuzuki perlahan-lahan mendongak. Pupil matanya
yang berwarna amber menatap lurus ke arahku.
Akhirnya, begitu dirinya
berkedip, ekspresinya tiba-tiba menjadi dipenuhi tekad yang bulat.
“Sudah kuputuskan. Aku akan
menjadikan Suzufumi sebagai Wota terbaikku!”
“…Hah?”
Orang ini tiba-tiba ngomong
apaan sih?
Wota terbaik. Di antara semua
penggemar yang tak terhitung jumlahnya, dialah yang paling bersemangat tentang
idol favoritnya dan benar-benar berada di urutan teratas dalam daftar.
Yuzuki berbicara dengan cepat, seolah-olah
sedang terbawa suasana.
“Kalau dipikir-pikir lagi,
rasanya sama sekali seperti bukan diriku karena menetapkan tujuan yang naif seperti
[penggemar]. Mulai sekarang, aku akan
menyerang dengan agresif sehingga pendekatan yang kulakukan sampai sekarang
akan terlihat mudah, jadi bersiaplah. Aku akan menjadikanmu Wota terbaik yang
bisa kubanggakan, sehingga aku takkan malu tak peduli di manapun kamu muncul!”
Senyumannya yang menantang,
dengan sedikit rasa tidak hormat, dipenuhi dengan kepercayaan diri. Namun,
bukannya terkejut, aku malah merasakan lega.
……menarik. Memang, seperti yang
diharapkan dari Yuzuki.
“Kalau begitu aku akan membuat
Yuzuki benar-benar takluk melalui makanan kali ini. Tidak hanya setiap hari,
tapi sampai kamu terus memohon setiap kali makan!”
Aku melipat tanganku dan
berbicara dengan percaya diri.
“Aku tidak akan menahan diri
lagi. Bukan hanya sekedar makan tiga kali sehari saja. Cemilan ringan, teh
sore, dan makanan ringan larut malam semuanya terbuka. Selama aku menjadi
tetangga sebelahnya Yuzuki, jangan berpikir kamu bisa lepas dari makananku!”
“Ayo saja, siapa takut. Aku
tidak akan pernah tergiur dengan makanan tak bermoral yang dibuat oleh Suzufumi!”
Kami saling bertukar pandang dan melotot.
Pertarungan makanan percintaan
berakhir setelah jeda singkat dan berlanjut ke babak baru.