Bab SS —
Hinako dan Pemandian Karuizawa
Hari kelima pada kursus musim
panas.
Ketika aku mulai bisa
berjalan-jalan di sekitar hotel yang luas tanpa bergantung pada papan
informasi.
“Ngomong-ngomong, Itsuki-san,
bagaimana dengan kamar mandimu?”
“Kamar mandi?”
Shizune-san bertanya padaku
ketika aku diundang ke kamar Hinako.
Aku menjawab sambil melihat ke
arah Hinako yang sedang bersantai di atas tempat tidur.
“Aku hanya menggunakan
pemandian air panas seperti biasa.”
Memangnya
kenapa? Ketika aku memiringkan kepalaku, Shizune-san menundukkan
kepalanya sedikit.
“Aku minta maaf karena kita
harus bertindak secara terpisah.”
“Tidak, mau bagaimana lagi. Cuma
aku satu-satunya anak cowok di sini.”
Meski kami bertindak
sendiri-sendiri, kami tetap bisa mengobrol bersama seperti ini. Jadi aku sama
sekali tidak kesepian.
Pada awalnya, rencana berpergian
kali ni bukan untuk liburan, tapi untuk mengikuti kursus musim panas. Meskipun
begitu, aku sudah cukup bersenang-senang dan menikmati hotel ini dengan
jalan-jalan atau pesta piyama.
“Ah, tapi aku berencana untuk
mandi di bak mandi kamarku hari ini. Mumpung aku menginap di kamar yang bagus,
jadi aku ingin mencobanya setidaknya sekali.”
“Kurasa itu ide bagus. Aku dan
Ojou-sama juga hanya menggunakan bak mandi yang ada di kamar ini.”
“Benarkah?”
“Seperti yang kamu tau,
Ojou-sama tidak nyaman jika dilihat orang lain.”
Sekarang aku jadi teringat,
memang begitu masalahnya.
Para siswa Akademi Kekaisaran
juga menginap di hotel ini. Jika dia bertemu mereka di pemandian air panas, dia
harus berpura-pura seperti biasanya.
“Apa kalian sedang membicarakan
tentang bak mandi?”
Hinako bangkit dari tempat
tidurnya dan melihat kami.
Setelah aku membalasnya dengan
mengangguk, Hinako membuka bibir kecilnya,
“Itsuki, mau mandi bersamaku?”
“Tidak... tidak, tidak, tidak...”
Sudah kuduga, dia akan bertanya
begitu.
(Mengesampingkan
ajakan mandi bersama... tapi aku memang sedikit tertarik dengan bak mandi di
kamar ini)
Lagipula, ini adalah kamar
anggota eksklusif untuk orang kaya. Bohong rasanya jika aku bilang aku tidak
penasaran dengan bak mandinya.
Jiwa miskin rakyat jelata di dalam
dadaku berkobar-kobar.
“... Rasanya akan gawat jika
kita mandi bersama, tapi bolehkah aku melihat sedikit?”
“Boleh saja asalkan kamu mau
mandi bersamaku.”
“Tidak, karena aku tidak
membawa baju renang...”
“Muuu...”
Dibanding saat pertama kali aku
bertemu dengannya, Hinako yang sekarang sudah lebih merasa malu. Jadi mana
mungkin aku bisa mandi bersamanya tanpa memakai baju renang.
Di bawah tatapan pengawasan
Shizune-san, aku tidak bisa hanya menganggukkan kepalaku saja di sini.
Aku memang penasaran dengan bak
mandi di kamar ini, tapi mungkin lebih baik untuk mundur......
◆◆◆◆
Beberapa hari kemudian.
Saat aku kembali dari pantai,
aku sekali lagi diajak ke dalam kamar Hinako.
“Kamu membeli baju renang, ya?”
“...iya”
Aku tidak bisa kabur dari
situasi ini.
(Yah,
enggak apa-apa lah. Toh, aku sendiri juga lumayan tertarik)
Meskipun perabotannya hampir
sama dengan di kediaman keluarga Konohana atau bahkan kurang, pemandangan di
hotel ini memang indah. Aku tidak yakin apakah aku bisa kembali ke sini lagi
nanti di masa depan, jadi aku sangat ingin mencoba pengalaman ini.
“Shizune-san, bolehkah?”
“...ya, boleh saja”
Aku berterima kasih pada
Shizune yang dengan diam-diam mengizinkan hal ini.
Setelah keluar sebentar dari
kamar, kami masing-masing berganti baju renang.
Baju renang yang baru saja kami
gunakan di pantai sudah dicuci bersih dan benar-benar kering. Ketika kami
memutuskan untuk pergi ke pantai, sepertinya beberapa pelayan keluarga Konohana
datang untuk mengawasi penjagaan Hinako di pantai, dan mereka juga membersihkan
baju renang kami.
Sambil berterima kasih pada
mereka, aku memasuki kamar mandi bersama Hinako.
“Wah... ini bak mandi
pemandangan, ya”
Sepertinya bukan tipe pemandian
air panas, tapi bak mandinya memiliki jendela besar dengan pemandangan yang
bagus. Ukurannya juga cukup besar dan luas, jadi pastinya tidak akan sempit
jika aku dan Hinako masuk bersama.
Meskipun sebelumnya aku sudah
mandi di pantai beberapa jam yang lalu, tapi setelah menerima angin laut saat melakukan
pesta barbekyu, kulitku sedikit lengket. Aku mandi lagi dan membersihkan
seluruh tubuh sebelum masuk ke dalam bak mandi.
“Fyuh...”
“Fiuhh.”
Kami berdua menghela nafas pada
saat yang bersamaan.
“Pemandangannya cukup bagus,
ya?”
“….Ya.”
Sambil menikmati pemandangan
hotel yang menyatu dengan alam, kami berdua menikmati waktu di bak mandi dengan
santai.
“Apa kulitmu terbakar matahari?”
“Mungkin sedikit.”
Hinako melihat tubuhnya
sendiri.
Aku jadi ikutan melihat badan
Hinako, tapi aku tidak ingin terlalu menatapnya, jadi aku segera memalingkan
pandanganku dengan hati-hati.
“Fuaa...”
Hinako mulai menguap.
“Seperti yang diharapkan, hari
ini cukup melelahkan, ya.”
“Hmm. Tapi, rasanya juga menyenangkan.”
Aku mengangguk setuju.
Kelelahan yang menumpuk di
seluruh tubuh mulai hilang di dalam air panas. Satu-satunya yang tersisa
hanyalah perasaan puas.
Ini adalah bukti dari hari yang
menyenangkan. Aku yakin kalau aku akan tidur nyenyak malam ini.
“Bermain di pantai sepuasnya
memang menyenangkan, tapi bersantai seperti ini juga rasanya tidak buruk.”
“Hmm... menenangkan.”
Ketika kami mandi bersama di
rumah keluarga Konohana, kadang-kadang aku merasakan perasaan bersalah, tapi
kali ini aku bisa merasa tenang dan merasakan suasana liburan.
Bermain di pantai, menikmati
barbekyu, dan terakhir menikmati waktu santai di bak mandi.
Sungguh hari yang begitu mewah.
Tugas mengurusnya juga tidak terlalu
buruk. ...Aku melihat pemandangan malam yang damai sambil diam-diam berterima
kasih kepada Hinako karena telah memberiku hari-hari yang seperti ini.