Epilog
Keesokan paginya setelah aku
berbaikan dengan Yuri.
Saat kami meninggalkan hotel,
aku dan Hinako memberi salam ringan kepada semua orang.
“Baiklah, aku ijin pamit
duluan.”
Aku membungkukkan kepala di
resepsionis hotel.
Tas yang kubawa hampir saja
terjatuh. Di dalam tas tersebut terdapat materi pelajaran yang aku gunakan
selama kursus musim panas dan pakaian renang yang aku gunakan di pantai.
Beratnya tas ini seperti menunjukkan seberapa menyenangkan seminggu ini.
“Berkat kalian aku mengalami
minggu yang menyenangkan.”
“Pesta piyama dan bermain di pantai
juga sangat menyenangkan. Aku ingin melakukan hal-hal seperti ini lagi!”
Baik Tennouji-san maupun Narika
tampaknya telah membuat kenangan yang indah selama kursus musim panas ini.
Aku merasa senang bisa berbagi
perasaan yang sama dengan mereka.
“Ngomong-ngomong, Konohana-san
pergi kemana?”
“Katanya dia kembali ke kamarnya
karena melupakan sesuatu.”
Aku mungkin akan meninggalkan
hotel ini lebih dulu sebelum Hinako kembali. .........
Selain kami, masih ada siswa
lain dari Akademi Kekaisaran yang menginap di hotel ini. Oleh karena itu, mereka
seharusnya pulang ke rumah dengan kendaraan yang terpisah.
Sepertinya kalau aku menunggu
di sini sebentar, mobilnya akan tiba. Saat mobil datang, Shizune-san sudah
memintaku berangkat duluan tanpa menunggu Hinako kembali. Lagipula, aku dan
Hinako tidak akan bisa naik mobil yang sama, dan nantinya kita akan bertemu di
kediaman Keluarga Konohana. Itu adalah instruksi yang masuk akal.
“Itsuki, jika kamu mengalami
kesulitan, jangan ragu untuk berkonsultasi denganku, ya?”
Yuri, yang sepertinya
meninggalkan pekerjaan paruh waktunya di tengah jalan, meletakkan tangannya di
pinggul dan berkata demikian.
“Yuri, hanya untuk
memastikan...”
“Aku mengerti, kok. Aku tidak
mencoba untuk menjadi berguna bagi Itsuki lagi. ...Tapi tetap saja, setidaknya
izinkan aku membantumu kalau kamu menemui masalah.”
Yuri membuka mulutnya dengan
senyum tak kenal takut di wajahnya.
“Karena aku kakak perempuannya
Itsuki!!”
Melihat ekspresi bangga di wajah
Yuri, aku menjawab dengan lega.
“...Kita seumuran, tau.”
Saat ini, Yuri tidak berpikir ingin
menjadi berguna bagiku.
Dengan kata lain, dia hanya
ingin bertingkah seperti kakak perempuan.
Kalau begitu, mari kita
maafkan. ...Walaupun ini masih terasa sedikit rumit.
Ketika aku tiba-tiba melihat ke
luar, sebuah mobil berwarna hitam telah berhenti di dekatku tanpa disadari.
Ketika aku menatap mata pengemudi di balik jendela yang diturunkan, dia
memberiku anggukan cepat dan merespons. Sepertinya ini adalah mobil yang sudah disiapkan
oleh keluarga Konohana.
Aku membungkuk ringan kepada
semua orang untuk terakhir kalinya dan masuk ke dalam mobil.
“Ya…setidaknya aku akan sedikit
ikut campur dengan urusanmu.”
Aku merasa Yuri menggumamkan
sesuatu seperti itu tepat sebelum jendela mobil ditutup.
◇◇◇◇
Hinako kembali ke kamarnya
untuk mengambil barang bawaannya, dia dan Shizune sedang berjalan-jalan di
sepanjang halaman hotel.
Barang bawaan yang dia lupakan
adalah bahan ajar untuk kursus musim panas. Hinako merasa kalau dirinya tidak
akan menggunakannya lagi, tapi dia juga merasa itu adalah bagian dari
kenangannya selama seminggu terakhir, dan enggan untuk meninggalkannya.
Mereka berdua di sepanjang
jalan setapak yang dinaungi banyak pepohonan, menghindari sinar matahari.
Di tengah perjalanan, Hinako
tiba-tiba berhenti.
“Ojou-sama?”
Shizune memiringkan kepalanya.
“Shizune...bisakah kamu
meninggalkanku sendirian sebentar?”
“Sendirian?”
Shizune terlihat sedikit
terkejut, mungkin karena dia menanyakan sesuatu yang biasanya tidak dia
tanyakan.
“Hmm. Ada sesuatu yang perlu
dipikirkan.”
“...Saya mengerti. Saya akan
sedikit menjauh.”
Shizune mengangguk dengan
hormat dan menjauh dari Hinako.
Meskipun dida menjauh, tapi dia
masih mengawasi Hinako. Seperti yang diharapkan, Tampaknya dia tidak berniat
melepaskan pandangannya yang penuh kewaspadaan. Fakta bahwa hia masih berusaha
mengalihkan pandangannya sebisa mungkin, menunjukkan kebaikan hati Shizune,
yang mengatakan kepadanya untuk tidak mengkhawatirkan kehadiran dirinya.
Hinako duduk di bangku
terdekat. Fiuh, tanpa sadar dirinya
menghela nafas.
Dirinya yakin sudah membuat
beberapa kenangan indah selama kursus musim panas. Dirinya juga berhasil
menikmati hal-hal luar biasa yang tidak bisa dia alami di akademi, seperti
pesta piyama dan bermain di laut.
Namun, suasana hati Hinako
semakin hari semakin berat.
(Di
pesta piyama tempo hari...)
Hinako masih mengingat apa yang
dikatakan Yuri.
Itsuki adalah orang yang
terlalu baik hati sehingga ia cenderung mengabaikan dirinya sendiri karena
lebih memprioritaskan orang lain. Oleh karena itu, Itsuki kerap memikul bebannya
sendiri tanpa menyadarinya. Itulah yang dikatakan Yuri.
(Saat
kita berbicara di malam hari di laut...)
Setelah menikmati kembang api
lilin, dia ingat pernah bertanya kepada Itsuki.
Apa
kamu ingin bertemu dengan teman-teman lamamu? Ketika ditanya begitu,
Itsuki menjawab ya.
(Ketika
Itsuki mengejar Hirano-san...)
Saat ditanya apa Hirano-san merupakan
sosok yang penting baginya, Itsuki langsung menjawab, “Dia adalah orang yang
penting.”
Hinako tidak akan pernah melupakan
raut wajah Itsuki yang serius pada saat itu.
“Konohana-san, kamu kenapa?”
Tanpa disadari, ada seseorang yang
mendekatinya.
Ketika dirinya berbalik, Hinako
melihat ada seorang gadis bertubuh mungil yang berdiri di sana.
“Hirano-san...tidak, bukan
apa-apa.”
“Benarkah? Tapi kamu tampak
sedikit tertekan.”
Perkataannya sangat tepat
sasaran.
Retakan samar menembus kedok
Ojou-sama-nya yang sempurna.
Perasaan yang sebenarnya
merembes keluar melalui celah-celah tersebut.
“...Tomonari-kun kelihatannya
senang bisa bertemu kembali denganmu.”
“Yah, karena sudah lama kita
tidak bertemu.”
“Sudah kuduga, bisa bertemu
kembali dengan teman lama merupakan hal yang menggembirakan?”
“Aku sebenarnya tidak berpikir berlebihan
seperti itu, tapi bukankah biasanya memang begitu?”
Biasanya...
kata-kata itu menggerogoti hati Hinako.
Siapa yang telah lama merampas
kenormalan Itsuki?
Itsuki berusaha mati-matian
setiap hari sampai-sampai dia mengabaikan dirinya sendiri. Siapa yang
bertanggung jawab atas lingkungan yang menyedihkan ini?
Siapa yang mendorong Itsuki untuk
menjauh dari teman-teman lamanya?
Siapa yang sudah memisahkan
Itsuki dan Hirano-san?
“Mungkin apa yang sudah aku
lakukan adalah...”
Hatinya terasa tersayat-sayat.
Jika Yuri tidak ada di sini
sekarang, air matanya pasti sudah tumpah.
Hinako menyadari kalau ekspresi
mukanya sedikit pucat. Pijakan kakinya yang tadinya kokoh, seketika runtuh dan
membuatnya terjatuh, menyeretnya ke dalam kegelapan yang kosong.
Dia tidak tahu mengapa dia
merasa seperti ini.
Hinako tidak bisa memahami
perasaan apa ini.
“—Kurasa aku mungkin membuat
sedikit kesalahpahaman.”
Melihat wajah Hinako memucat,
Yuri tiba-tiba mulai berbicara.
“Aku berpikir kalau orang-orang
di Akademi Kekaisaran jauh lebih sombong. Namun, setelah berbicara dengan
Konohana-san, Tennouji-san, dan Miyakojima-san, aku menyadari bahwa itu
hanyalah kesalahpahaman. Karena kalian semua sangat serius, kalian semua juga
menjalani hidup sepenuhnya, dan kemudian….kalian semua juga jatuh cinta sama
seperti orang normal.”
Yuri melanjutkan dengan senyum
lembut.
“Meski begitu, dengan status
yang dimiliki Konohana-san, tampaknya sulit untuk memiliki kehidupan cinta yang
normal. Bahkan jika itu bukan pernikahan politik, rasanya masih sulit untuk
memiliki cinta yang benar-benar bebas .......Itulah yang dikatakan Tennouji-san.”
Yuri, yang tadinya sedang
melihat ke langit, menoleh ke arah Hinako, yang sedang duduk di bangku.
“Itulah sebabnya aku ingin membantu. Aku tidak ada niatan mengalah, tapi situasi
ini juga tidak adil.”
Apanya yang dimaksud dengan
tidak mau mengalah?
Apanya yang tidak adil?
Hinako sama sekali tidak tahu
apa-apa.
Benar-benar tidak tahu
apa-apa----.
“Konohana-san. Aku akan
memberitahumu kenapa kamu begitu gelisah dan tertekan.”
Yuri memberitahu Hinako yang
tidak peka dan tidak tahu apa-apa.
“Itu karena kamu menyukai
Itsuki, Konohana-san.”