Mirai-san wa Mitame Dake Jiraikei Epilog Bahasa Indonesia

Epilog Penampilan Mirai-san Hanya Terlihat Seperti Jiraikei

 

Hei, ini seriusan baik-baik saja?

Dia tampak sangat tegang.

Bukan hanya baik-baik saja, yang ada justru sudah dinanti-nantikan!

It-Itu sih hanya berlaku untuk Arisa saja, kan...?!

Dia dan aku, mengenakan pakaian yang bisa dibilang formal kasual.

Kami cukup rapi dalam berpakaian, memahami TPO (Waktu, Tempat, dan Acara). Namun, hari ini, Arisa telah memberikan misi tambahan kepada dirinya.

Hal itu dikarenakan...

Yang aku maksud adalah tentang pakaian ini! Kamu sih baik-baik saja!

Meskipun dia mengenakan pakaian monokrom yang layak untuk acara formal, penampilannya tetap dengan gaya Jiraikei yang biasa. Dengan embel-embel lucu di bahu, lengan, dan bagian bawah rok, penampilannya sangat mencerminkan dirinya.

Tapi, Arisa sendiri yang ingin kamu datang dengan pakaian seperti itu.

“...Hmm yah, baiklah. Aku akan bersiap.

Dia mengangguk sembari menunjukkan ekspresi berani di wajahnya.

Ayo pergi, hari ini adalah misi rahasia Arisa—hari di mana kami berdua akan menghadiri acara pengamatan kelas.

“Aku sudah siap, Kensei.

Ya. Kalau begitu, mari kita pergi, Mirai-san.

 

† † †

 

Jadi, kenapa kamu ada di sini?

Di depan gerbang sekolah SD, ada seorang pria dikelilingi oleh para ibu yang sedang bersikap ramah.

Aku tahu kalau dirinya tampan, tapi aku yakin ia bukan pilihan yang tepat, wahai ibu-ibu.

Kenapa aku ada di sini? Itu sih karena aku diundang oleh princess-ku?”

Ya, itu mungkin benar sih.

Si pria tampan, Satonaka-san, hadir di acara pengamatan kelas tanpa perlu diminta. Bukankah ia seharusnya mempunyai jadwal yang sibuk?

Lagipula, jika Satonaka-san ikutan datang, aku tidak perlu khawatir tentang kehadiranku...

 ...Tapi jika itu bisa membuat Arisa senang, itu sudah cukup...

“Umm, Satonaka-san.

Hmm? Kenapa Miura juga bisa ada di sini?

Yah, karena aku juga diundang ke sini...

“Kugh... sialan kamu...! Aku takkan memberikan Arisa padamu...!

Apa maksudnya itu?

Hah, Mirai-san menghela napas kecil.

Sepertinya dia tidak ingin membahas itu, jadi dia membungkuk dengan serius.

Terima kasih atas bantuanmu sebelumnya.

Ucapan terima kasihnya pasti terkait dengan kejadian sebelumnya. Aku telah menceritakan seluruh peristiwa tersebut kepada Mirai-san.

Berkat Satonaka-san, kami berdua bisa terhindar dari perlakuan kasar Kaneko-sensei.

Namun, Satonaka hanya menatapnya dengan ekspresi tertegun sebelum menyikutku tubuh sampingku dan tertawa terbahak-bahak.

Lihat deh Kensei, rambut Miura kayak logo dari suatu merek!

Hah...?

Aku juga tidak bisa menahan tawa. Memang, gaya rambutnya terlihat seperti garis yang berbentuk kanji orang...

Ap-Apa-apaan sih, pada ada orang yang sedang mengucapkan terima kasih dengan tulus! Kensei juga sampai ikutan tertawa segala!

Haha! Ini adalah hak istimewa orang yang berkuasa—eh? Apa yang kamu katakan? Kensei??

Ah, tidak, itu...

“Bukannya emosimu jadi tidak stabil, Satonaka-san?

Mirai-san yang wajahnya memerah karena marah, dan Satonaka-san yang tadinya tertawa terbahak-bahak tiba-tiba berubah menjadi ekspresi yang mengerikan.

Di depan sekolah SD begini, apa sih yang sebenarnya mereka lakukan?

Hahh, sekali lagi terima kasih banyak, Satonaka-san.

Aku sudah bosan mendengar ucapan terima kasih dari Kensei. Sudahlah.

Satonaka-san melambai-lambaikan tangannya dengan kesal.

Namun, aku juga sudah belajar. Aku harus menjadi lebih kuat. Dalam berbagai artian yang sebenarnya.

Yah, bukannya tentang itu? Ia sudah banyak memanfaatkan jabatannya untuk melakukan perlakuan kasar kepada Miura?

Eh? Ah... benar juga.

Dengan bingung, Mirai-san mendengarkan saat-san Satonaka berbicara dengan santai.

“Karena dari segi penampilan saja, kamu memang terlihat cukup baik, jadi mungkin ia merasa kesal karena kamu tidak bisa jadi miliknya?

Itu... yah, memang... bagaimana seharusnya seorang guru... yah, ia memang telah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan sebagai guru...

Sepertinya bagi Mirai-san, semua itu sudah berlalu. Karena dia menunjukkan penilaian yang netral meskipun telah diperlakukan dengan buruk.

Satonaka-san, bukannya itu sudah melewati batas kehormatan?

Apa yang kamu bicarakan, Kensei? Bukannya kamu sudah mempelajarinya sendiri?

 Dengan nada meremehkan, Satonaka-san berkata.

Orang yang kalah harus menerima apapun yang dikatakan. Jadi ingatlah ini baik-baik.

...Ya.

Jika kita memilih untuk bertarung, pasti ada yang namanya pemenang dan pecundang.

Aku harus mempertimbangkan risiko itu dan bertindak dengan bijak ke depannya.

Dengan mengingat hal itu, aku mengangkat wajahku kembali.

Baiklah, kalau begitu ayo pergi. Arisa sedang menunggu.

Bel sekolah sudah berbunyi.

Dengan dimulainya acara pengamatan kelas di sore hari, banyak orang dewasa hadir di sekolah.

Keberadaan kami terlihat mencolok, sementara Satonaka-san masih tersenyum dengan lebar.

Aku merasa bingung seberapa jauh aku harus meniru cara orang ini, tetapi kami akhirnya sampai di kelas Arisa.

Pintu kelasnya terbuka, dan kami segera muncul di belakang kelas.

Mata guru yang mengajar sedikit membelalak. Mungkin karena kami dianggap kelompok yang nyentrik dan nyeleneh.

Setelah membungkuk kecil dan masuk, sepertinya anak-anak sudah mulai belajar. Begitu guru bereaksi, seolah-olah itu adalah tanda seseorang telah masuk, wajah-wajah lucu langsung menatap ke arah kami.

Mirai-san sedikit terkejut. Tapi aku dengan lembut menggenggam tangannya.

Momen hening ini mungkin disebabkan oleh kemunculan kelompok yang tidak biasa.

Dalam upaya memecah keheningan, ada seorang gadis bersuara.

Oh! Jadi dia 'Nee-san' nya Arisa, kan!

Benar sekali!

“Mirip seperti seorang putri!

Anak-anak itu berseru dengan penuh semangat dan genggaman tanganku pada Mirai-san menjadi lebih longgar.

 ...Syukurlah.

Sekarang, di mana Arisa? Aku melihat sekeliling dan menemukan bagian belakang kepala yang sudah familiar. Oh, hari ini dia juga mendapatkan gaya rambut yang sama dengan 'Nee-san'nya.

Lihat, sensei jadi tampak kesulitan, ‘kan.

Oh, adikku yang ceria.

Dia tidak berbalik ke arah kami, tetap bersikap seperti murid teladan.

Bagus sekali, Arisa, kamu benar-benar berusaha di sekolah.

Ya, seperti yang dikatakan Maizono-san. Ayo fokus belajar kembali.

Dengan bertepuk tangan, guru meminta semua orang untuk kembali menghadap papan tulis.

Gadis yang melihat Mirai-san sampai akhir adalah gadis yang pertama bersuara.

Mirai-san melambaikan tangan dengan ragu kepada gadis itu.

Gadis itu tersenyum ceria sebelum kembali mengikuti pelajaran seperti teman-temannya yang lain.

Hmm. Apa ini yang disebut perubahan zaman? Miura jadi terlihat biasa saja.

Perkataan Satonaka yang tidak puas, anehnya, justru menjadi penyelamat bagi Mirai-san.

...Syukur ya, Mirai-san.

Ya...

Mirai-san mengangguk kecil dan kemudian tersenyum.

Aku senang bisa bersamamu.

 

 

 

Sebelumnya  |   Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama