Bab SS 2
“Kamu lagi membaca apa?”
Mahiru
sedang bersantai di sofa seperti biasa sembaru
melihat sesuatu. Itu bukanlah buku harian yang dia baca beberapa hari yang
lalu, melainkan semacam tumpukan file yang tebal. Amane tidak bisa hanya
mengintip ke dalamnya, jadi Ia meliriknya setelah melihat banyak dokumen yang
tersimpan di dalamnya.
Menyadari
tatapan Amane, Mahiru mendongak dan berkata, “Ah, maksudmu ini?” saat dia
menutup file itu. Sampulnya kini terlihat, Amane melihat bahwa sampulnya diberi
label ‘Kumpulan Resep’ dengan tulisan tangan yang sistematis, berbeda dari
naskah Mahiru biasanya.
“Ini diberikan kepadaku oleh
Koyuki-san saat dia pensiun. Saat itu, aku sudah menguasai dan menghafal semua
resep yang dia ajarkan kepadaku, namun dia masih mengumpulkan semua resep yang
kupelajari hingga saat itu sebagai 'bukti keahlianku' dan memberikannya
kepadaku sebagai hadiah perpisahan,”
Mahiru menjelaskan seraya
dengan penuh kasih sayang membelai file yang agak pudar tapi disimpan dengan
hati-hati itu dengan ujung jarinya. Matanya mencerminkan rasa nostalgia—bukan
pada Amane—tapi mungkin pada orang lain.
“Begitu…
Itu pasti sangat berharga bagimu.”
“Rasanya memang tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa file ini berisi asal muasal masakanku. Tanpa bimbingan Koyuki-san, aku
takkan mahir memasak, dan aku
mungkin tidak akan pernah berpikir untuk membuatkan makanan untukmu,
Amane-kun.”
“Begitu ya.
Jadi itu bukan hanya akar kebahagiaanku, tapi kebahagiaanmu juga. Jika kamu mengatakannya seperti itu, file ini memang sangat berharga dan
penting.”
Bagi
Amane, masakan Mahiru adalah perwujudan kebahagiaan, dan arsip ini merupakan sumber kegembiraan tersebut, berisi kenangan indah untuk
Mahiru.
“Kalau
begitu, apa perlu kamu mempunyai waktu sendiri?
Jika kamu mengenang kenangan berharga, mungkin lebih baik jika aku pergi.”
“Tidak,
aku lebih suka kamu melihatnya… Aku ingin berbagi kenangan indahku ini
denganmu, Amane-kun.”
“Baiklah…
kalau begitu aku ingin melihatnya juga.”
Mahiru
dengan senang hati membuka file tersebut, memperlihatkan resep yang ditulis
dengan tulisan tangan yang rapi dan mudah dibaca. Arsip itu diisi dengan catatan yang
cermat, tanggal pertama kali dia memasak setiap hidangan, dan kesannya terhadap
rasanya. Hanya dengan melihatnya saja sudah menyampaikan rasa cinta yang
mendalam. Resep-resepnya berkisar dari masakan sederhana hingga rumit, menjadikannya
bukti betapa menyeluruhnya Koyuki telah melatih Mahiru. Belum lagi, hal itu
menunjukkan seberapa besar Koyuki
sangat menyayangi Mahiru.
“Boleh
aku mencoba memasak sesuatu dari ini?” Amane bertanya.
“Aku
tidak keberatan, tapi…kenapa kamu tiba-tiba menanyakan
itu?”
“Yah,
semua hidangan favorit dan berhargamu tertulis di sini, ‘kan? Itu sebabnya aku ingin mencoba membuatkannya
untukmu. Oh, tapi jika itu akan merusak
ingatanmu atau semacamnya, aku takkan melakukannya!”
Sekarang
dirinya punya kesempatan, jadi Amane ingin menciptakan kembali rasa
kebahagiaan untuk Mahiru.
Meskipun hal itu terlihat egois mengingat tingkat keahliannya, Mahiru
mengedipkan matanya yang besar dan kemudian tersenyum muda.
“…Boleh
aku menantikannya? Kamu tahu sendiri, aku cukup
rewel soal rasa.” goda Mahiru.
“Argh,
baiklah, jika kamu mau membimbing dan memberi instruksi kepadaku sesuai
kebutuhan, aku akan sangat menghargainya.”
Menyadari
bahwa membuat ulang resep yang disayangi Mahiru dengan sempurna tidak mungkin bisa diwujudkan tanpa
bantuannya, Amane meminta bantuannya. Mahiru tertawa geli dan berkata,
“Serahkan padaku,” suaranya melenting
karena kegembiraan.