Otonari no Tenshi-sama Jilid 8.5 SS 6 Bahasa Indonesia

Bab SS 6

 

 

Shihoko menghela nafas panjang. “Ya ampun, aku sudah mulai merindukan Mahiru-chan…”

Meski baru saja melihatnya, Shihoko sudah mengungkapkan kerinduannya pada Mahiru, meninggalkan suaminya, Shuuto, hanya dengan senyuman masam. Dia menyayangi Mahiru layaknya putrinya sendiri, atau lebih tepatnya, dia sudah melihatnya sebagai menantu di dalam hatinya, selalu mencari kesempatan untuk menyayangi Mahiru kapan pun ada kesempatan.

Mahiru sendiri juga sepertinya menikmati perhatian Shihoko, jadi selama itu tidak terlalu berlebihan, Shuuto tidak punya niat untuk menghentikannya. Selain itu, dari sudut pandangnya, Mahiru juga adalah seseorang yang sangat Ia sayangi, jadi Ia tidak merasa perlu ikut campur dalam kasih sayang istrinya padanya.

“Kamu sangat menyayangi Shiina-san, ya?” Shuuto berkomentar.

“Tentu saja. Aku selalu ingin mempunyai anak perempuan,” jawab Shihoko sambil melamun.

Shuuto tersenyum lembut, tapi jauh di lubuk hatinya, dirinya merasakan sedikit rasa sakit karena mengetahui bahwa ia tidak akan pernah bisa benar-benar memenuhi keinginannya untuknya. Shihoko tidak dapat memiliki anak lagi. Ini bukan karena masalah usia, melainkan kondisi fisiknya yang membuat hal itu tidak mungkin dilakukan. Walaupun tidak ada masalah saat dia mengandung Amane, namun komplikasi selama kelahirannya menyebabkan dampak jangka panjang yang mencegahnya untuk memiliki anak lagi. Jika dia hamil lagi, tidak ada jaminan bagi kehidupan mereka berdua bisa selamat.

Shuuto belum memberitahu Amane hal yang sebenarnya, takut Ia akan menyalahkan dirinya sendiri, jadi Shuuto hanya menyebutkan bahwa itu karena penyakit. Dirinya juga tidak berniat mengungkapkan kebenaran di masa depan. Mereka memang merasa sedih saat mengetahui bahwa mereka tidak dapat memiliki anak lagi, tapi memiliki Amane, putra mereka yang berharga, sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

“Oh, sekadar memperjelas, aku tidak punya keluhan apa pun tentang Amane, oke? Aku bemar-bemar merasa diberkati memiliki anak seperti dirinya. Aku sangat bahagia karena dia dilahirkan dengan selamat, dan tidak pernah sekalipun aku menyesali momen itu. Dia akan selalu menjadi anakku yang tersayang.” Shihoko berbicara dengan senyuman yang tidak bermasalah. “Kalau tidak, mana mungkin aku takkan begitu mencintainya, kan?” dia menambahkan, dan Shuuto merasakan sakit di hatinya mereda mendengar kata-katanya. “Meski begitu, aku juga selalu mendoakan anak perempuan. Aku bermimpi untuk mengoordinasikan pakaian kami dan menikmati hari perempuan.”

“Dan, mengingat itu, kamu ingin melakukan hal itu dengan Shiina-san?”

“Ya, meski bukan berarti aku menganggapnya sebagai pengganti atau semacamnya… Mahiru-chan sangat imut, jadi aku ingin melihatnya mengenakan pakaian yang berbeda. Dia terlihat memukau dalam pakaian apa pun yang dia kenakan. Dan mengingat perilaku Amane, dia sudah seperti putriku sendiri. Aku ingin tahu apa mereka akan baik-baik saja dengan hal itu?”

“Yah, kamu bisa mencoba bertanya langsung padanya dan Amane mengenai pendapat mereka,” saran Shuuto.

“…Meski aku bertanya-tanya apa Amane akan mengizinkanku. Dia ternyata sangat posesif.”

Sulit untuk dikatakan. Itu tergantung pada kemampuan meyakinkanmu, Shihoko-san.”

Shuuto berpikir selama Mahiru tidak keberatan, Amane mungkin akan membiarkan Shihoko melakukan apapun yang dia suka. Namun, melihat antusiasmenya, dia memilih untuk tidak mengatakan apa pun yang mungkin menyurutkan semangatnya. Melihat penantiannya yang besar terhadap kesempatan berikutnya untuk bertemu Mahiru, Shuuto merasa lega karena ekspresi sedih yang pernah ditunjukkan istrinya sudah berlalu, dan ia mengubur kenangan lama itu jauh di dalam pikirannya sekali lagi.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama