[LN] Saijou no Osewa Jilid 5 Bab 4 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Bab 4 — Demi Perubahan yang Lebih Baik

Bagian 1 


Keesokan paginya.

Selamat pagi, Shizune-san.

Ya, selamat pagi.

Saat aku bangun dari tidurku, Shizune-san ternyata sudah bangun. Rambut hitamnya yang panjang bahkan tidak menunjukkan kekusutan, dan dia sudah berganti pakaian menjadi seragam pelayan, jadi sepertinya dia sudah bangun lebih dulu dariku.

Sarapannya sudah siap. Apa kamu mau langsung memakannya?

Iya, terima kasih

Aku lalu menggeser sekat untuk memberi ruang bagi meja. Pada saat yang bersamaan Hinako terbangun, mungkin karena suara kami yang sedikit bising. Kupikir dia akan kembali tidur lagi, tapi saat tatapan mata kami bertemu...

Hm, hmmmm...!?

Mata Hinako langsung membelalak dan dia segera terbangun dari tidurnya.

"Selamat pagi, Hinako. Tidak biasanya kamu bangun pagi-pagi sekali hari ini.

...A-Aku akan mencuci mukaku dulu.

Wajah Hinako mendadak berubah sedikit memerah dan dia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.

Dia masih bertingkah aneh. Kupikir dia akan kembali seperti semula setelah satu malam, tapi...

Saat aku sedang menyimpan kasur di lemari dan menyiapkan meja, Hinako Kembali dari kamar mandi.

Itadakimasu.”

Karena Hinako sudah bangun, jadi porsi sarapannya sudah disiapkan untuk tiga orang di atas meja makan.

Menu yang disajikan tampaknya adalah sarapan ala Barat yang terdiri dari daging asap, telur dadar, salad sayuran, dan roti .......

Aku memutuskan untuk memuaskan dahagaku terlebih dahulu, jadi aku mengambil gelas yang diletakkan di dekat tanganku. Di dalamnya terdapat sesuatu yang tampak seperti jus sayuran.

Jus ini, apa kamu membuatnya sendiri, Shizune-san?”

Iya. Aku membuat smoothie dengan blender yang kubeli tadi malam.

Seperti yang diharapkan dari kepala pelayan. Semua yang dia lakukan benar-benar berbeda.

Daging babi yang renyah dan telur dadar setengah matang yang lembut, terasa meleleh di dalam mulut sehingga menggugah selera makanku.

Ketika aku mengagumi keterampilan memasak Shizune-san, aku menyadari bahwa Hinako tampak linglung sejak beberapa waktu yang lalu, dia belum memakan apapun.

“Apa boleh buat.”

Selama jam istirahat makan siang sekolah. Saat kami berdua sedang makan siang bersama, Hinako terkadang seperti ini.

Aku mengambil telur dadar dengan sendok dan mendekatkannya ke mulut Hinako.

“Ayo, makan.

Kurasa dia mungkin aku menyuapinya seperti biasa.

Itulah yang kupikirkan, tapi Hinako justru menatapku dengan tatapan terkejut,

“Bu-Bu-Bu-Bu-Bu-Bu-Bukan begitu maksudnya...!

“Eh, kalau begitu kenapa kamu tidak memakannya?

Aku meletakkan sendokku dan mengajukan pertanyaan kepadanya. Kemudian, Hinako menjawab dengan kepala tertunduk.

Te-Terlalu dekat...

Telinga Hinako, yang dapat dilihat melalui celah-celah di rambut kuningnya, tampak semerah pohon apel.

...A jarak antara aku dan Hinako?

Kami sekarang duduk berdampingan. Namun, jarak di antara kami tidak terlalu berbeda dengan saat kami makan bersama di mansion keluarga Konohana.

Tapi Hinako, kamu sering menjatuhkan makananmu, ‘kan?

Ugh.”

Sisi asli Hinako yang sebenarnya juga bisa makan dengan normal, tapi dia sering kali menjatuhkan makanan dari mulutnya karena sering melihat ke arah lain atau mengantuk.

Mencegah hal tersebut terjadi merupakan salah satu tugasku sebagai pengasuhnya.

Ha-Hari ini, aku akan berusaha sebaik mungkin...!

Setelah berkata demikian, Hinako memasukkan makanan ke dalam mulutnya dengan cepat. Namun karena dia terlalu terburu-buru, jadi ada potongan telur menempel di pipinya.

Hinako, jangan bergerak dulu sebentar.”

Aku mengambil serbet kertas yang ada di tengah meja dan membersihkan pipi Hinako.

“Baiklah, sudah hilang.”

Entah mengapa, aku samar-samar merasa pernah melakukan hal serupa di restoran donburi.

Namun, berbeda denganku, Hinako tiba-tiba mulai menggerakkan mulutnya dengan cepat――.

Auuu~~~!!

Hinako?

Dengan ekspresi malu-malu, wajah Hinako terlihat merah padam.

Padahal itu adalah sesuatu yang selalu kulakukan... seriusan, apa yang sebenarnya terjadi?

 

◆◆◆◆

 

Siang hari. Aku sedang melakukan rutinitas harian untuk belajar dan meninjau ulang materi pelajaran.

Hari ini aku belajar matematika. Di sesi belajar kemarin, Tennouji-san mendadak membuat soal tantangan yang tidak bisa aku selesaikan, sehingga aku menyadari bahwa aku perlu lebih banyak mengulang pelajaran matematika.

Ada banyak hal yang bisa dipelajari Ketika kita belajar bersama seseorang. Ini adalah fakta yang tidak aku sadari saat menjalani kehidupan sebelumnya yang jarang bergaul karena sibuk bekerja paruh waktu.

Pada saat itu, aku tiba-tiba merasa ada yang memperhatikanku dan aku menoleh.

“Apa ada yang salah, Hinako?

“Bu-Bukan apa-apa.”

Hinako tiba-tiba mengalihkan pandangannya.

Tapi ketika aku berkonsentrasi belajar lagi... aku mulai merasakan pandangannya lagi.

Hinako?

“Bukan apa-apa.”

Tapi, meskipun begitu, sejak tadi aku merasa kamu menatapku terus...

.... Itu mungkin cuma perasaanmu saja.

Jelas-jelas itu bukan imajinasiku saja.

Aku menyentuh hidung dan pipiku untuk melihat apa ada sesuatu yang menempel di wajahku, tetapi aku tidak menemukan apa pun. Ketika aku melihat jam di atas meja TV, waktunya sudah menunjukkan pukul dua siang. Di luar cuacanya terlihat terang dan udara yang tenang mengalir dengan semilir.

(...Kurasa sudah waktunya bagi Hinako untuk tidur)

Pada hari libur, Hinako biasanya selalu tertidur di jam-jam ini.

Hinako, apa kamu ingin aku menyiapkan futonnya?

Ketika aku bertanya, Hinako menggelengkan kepala dengan canggung dan berkata,

...Hari ini, aku tidak akan tidur.

Eh?”

Mustahil, apa dia serius bilang begitu?

Dia tidak akan tidur? Mana mungkin Hinako akan mengucapkan kata-kata seperti itu.

Sejenak, aku mencurigai kalau gadis yang ada di hadapanku adalah Hinako palsu, tapi rasanya tidak mungkin, jadi aku memutuskan untuk menghilangkan keraguan berikutnya.

Hinako.”

Uh, fuee...!?

Aku menghentikan belajarku dan mendekati Hinako.

Aku menyisir rambut halus Hinako ke samping, dan meletakkan tanganku di dahinya yang putih mulus.

... Syukurlah. Sepertinya kamu sedang tidak demam.

Kupikir perilaku anehnya akhir-akhir ini mungkin merupakan masalah fisik, tetapi tampaknya tidak demikian.

Yah, asalkan Hinako sehat, itu saja sudah bagus.

Tapi Hinako justru memalingkan wajahnya dariku dengan mata yang berkaca-kaca,

Uuuuuuuuuuuu~~~!!

Hinako?

Hinako menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, seolah-olah ingin menyembunyikan pipinya yang memerah dan menggeram.

 

◆◆◆◆

 

Malam. Hari itu sedikit lebih dingin dari biasanya di musim panas, dan ketika hari mulai gelap, udara di luar cukup sejuk.

Setelah makan malam. Aku menonton TV sambil berpikir.

(...Jangan-jangan aku sedang dijauhi?)

Saat makan malam, Hinako duduk secara diagonal di depanku, bukan di sampingku.

Jika dari depan mungkin tidak apa-apa, tapi duduk di sebelah diagonal terasa seolah-olah kalau mulai menjauh Hinako dari jarak normal kami.

Ha-Hari ini juga, aku akan mandi sendiri ya...!

Ah, iya.”

Memang, sudah kuduga... aku sedang dijauhi.

Ketika aku melihat Hinako masuk ke kamar mandi, aku jatuh berlutut di atas lantai.

Itsuki-san, kamu baik-baik saja?”

...Aku baik-baik saja. Tapi setelah ditolak dua hari berturut-turut, sudah kuduga kalau aku mungkin sudah melakukan sesuatu...

“Kalau dipikir-pikir lagi dengan tenang, mandi bersama lawan jenis yang seumuranmu saja sudah bukan hal yang normal.

...Memang, sih.”

Sejenak, aku setuju dengan perkataan Shizune-san.

Ti-Tidak, tapi! Kami selama ini selalu mandi bersama sebelumnya, ‘kan!

“Kalian yang selalu mandi bersama sempai saat ini saja sudah aneh.”

“It-Itu sih...! Memang sih, tapi...!!

Aku tidak bisa membantahnya saat dia mengatakannya dengan cara begitu.

Meskipun sebelumnya akan dianggap aneh, tapi pertanyaannya sekarang adalah mengapa perubahan itu baru terjadi sekarang.

Kalau dipikir-pikir lagi, Hinako pernah menghindariku di masa lalu. Misalnya, dia pernah meminta Shizune-san mengambil alih peranku untuk membangunkannya di pagi hari untuk sementara waktu.

Pada saat itu juga, aku tidak tahu penyebabnya sampai akhir hingga waktulah yang menyelesaikan masalah itu sendiri.

Apa aku harus menunggu juga untuk kali ini? Tapi, aku tidak bisa tenang dengan keadaan seperti ini.

...Hanya sebagai percobaan, bagaimana kalau aku meminta tolong Shizune-san untuk memberitahunya?

Baiklah.”

Shizune-san kemudian melihat ke arah kamar mandi.

Ojou-sama. Itsuki-san bilang kalau ia ingin mencuci rambutmu.

“Mu-Mustahil...!!

Aku mendengar suara Hinako dari balik pintu. Suaranya jelas-jelas menunjukkan penolakan yang sangat tegas.

Apa...!?

Kali ini aku benar-benar jatuh berlutut karena terkejut.

Mustahil—kata-kata itu dari Hinako terus bergema di dalam kepalaku.

Aku tidak pernah menyangka dia akan menolakku sampai segitunya. ...... Kurasa aku tidak akan bisa pulih untuk sementara waktu.

...Ini benar-benar di luar perkiraan. Aku sebenarnya hanya ingin menjaga dan memperhatikan Ojou-sama tanpa terburu-buru... tapi tanpa disadari yang ini juga terluka parah,

Gumam Shizune-san sambil menyentuh dahinya.

Pada saat itu, terdengar suara kecil 'klik', dan pintu dari kamar mandi terbuka.

Shi-Shizune...

Ada apa, Ojou-sama?

...Aku lupa membawa pakaian dalamku.

Hinako mengatakannya dengan nada malu-malu.

Namun, setelah mendengar suaranya, aku merasa kalau aku kesempatan untuk memperbaiki situasi.

“Ohh, biar aku saja yang mengambilnya!

....Tidak, kurasa lebih baik kalau kamu tidak melakukannya.”

Tidak apa-apa, jangan khawatir! Aku dulu pernah membantunya untuk mengganti pakaian!

Aku membuka tas Hinako yang ada di dekat lemari pakaian. Setelah menemukan apa yang dicari, aku segera berlari ke arah Hinako.

Lihat, Hinako! Aku membawakan pakaian dalammu!

Aku membawa celana dalam putih ke depan pintu. Tentu saja, aku menutup mataku agar tidak melihat tubuh Hinako di kamar mandi.

Aku berharap dengan tindakan ini bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik――.

“~~~~~~~~~~!!

Hinako kembali mengerang dengan suara memekik dan dengan cepat mengambil celana dalam dari tanganku.

“Ca-Ca-Ca...

“Ca?

“Dasar cabul...!!

Pintu kamar mandi dibanting dengan keras.

“Cabul...!?

Baru saja, apa yang dia katakan padaku tadi...?

Saking kagetnya sampai-sampai aku lupa bernapas.

I-Itsuki, kamu keluarlah dulu dari rumah untuk sementara waktu...!!

Ucapan itu sangat menusuk hatiku seperti pisau.

Aku pun berjalan keluar dari ruangan dengan keadaan tertegun.

 

◆◆◆◆

 

Lima menit kemudian.

Berkat angin dingin malam yang membuat kepalaku menjadi jernih, aku akhirnya kembali sadar.

...Aku, adalah orang yang bejat.

Mengapa aku melakukan hal seperti itu?

Mungkin aku menjadi sangat gelisah karena tiba-tiba merasakan adanya jarak yang jauh antara aku dan Hinako.

Sejak semalam... tidak, kalau dipikir-pikir. sejak akhir kursus musim panas, perilaku Hinako perlahan-lahan mulai berubah. Dan sekarang aku juga terpengaruh dan menjadi aneh. Bagaimana ini bisa terjadi.

Aku tidak tahu apakah ini waktunya untuk menunggu atau bertindak.

Aku berpikir bahwa ini saatnya untuk bertindak dan akhirnya melakukan sesuatu, tapi ternyata gagal. Meskipun sekarang sudah terlambat, tapi mungkin kali ini waktu yang tepat untuk menunggu.

Namun, setelah memikirkan hal itu, aku menyadari bahwa menunggu merupakan sesuatu yang menyakitkan.

Bergerak dan menyibukkan diri justru membuatku merasa lebih tenang. Itulah sebabnya aku bergerak. Meskipun ada rasa ingin melakukannya demi Hinako, lebih dari itu, aku ingin membuat diriku merasa lebih baik.

Aku masih belum dewasa...

Saat aku merenungkan diri di luar rumah dengan kepala tertunduk, pintu depan terbuka.

Sepertinya kamu sudah sedikit lebih tenang, ya.”

Shizune-san berkata demikian ketika melihatku yang sedang merenung dengan lesu.

Aku juga diusir.

Eh.”

Ojou-sama sepertinya ingin menyendiri sebentar. Memang sulit untuk mendapatkan privasi di rumah ini.

Itu sih memang benar.

Ketika aku tinggal di sini dulu, orang tuaku sering tidak ada di rumah, dan aku juga jarang berada di rumah karena sekolah dan kerja paruh waktu. Jadi, itu tidak begitu mengganggu pikiranku, tapi sekarang kami bertiga menghabiskan waktu yang lama di rumah ini.

Namun...

Hinako, jadi dia begitu peduli tentang hal itu, ya...

Bagaimanapun juga, dia biasanya tidur di kamarku setiap kali ada kesempatan. Sejauh ini, Hinako tidak terlihat seperti orang yang menginginkan waktu sendirian.

Mungkin mulai sekarang dia akan memedulikannya.

Aku penasaran, apa mungkin ini juga merupakan salah satu perubahan yang dianggap baik oleh Shizune-san.

Setidaknya bagi diriku saat ini, perubahan Hinako hanya menimbulkan kebingungan belaka.

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Hinako)

(Uuuuuuuuuuuuuuu~~~~!!)

Setelah mengusir kedua orang itu dari rumah, Hinako mulai menggeliat sambil membenamkan wajahnya di dalam bantal.

Dia merasa bersalah telah mengusir mereka ke luar. Namun saat ini, dia sangat ingin memiliki waktu sendirian. Perasaan seperti ini baru dirasakannya untuk pertama kalinya.

(Mengapa Itsuki tidak merasakan apa pun...!?)

Baik pagi ini, selama siang tadi, atau bahkan barusan!

Meskipun Hinako merasa kalau hatinya sangat berdebar-debar, tapi Itsuki terlihat tidak merasakan apa pun sama sekali.

(Aku harus lebih banyak menelitinya.......)

Untuk menenangkan perasaan aneh ini, mungkin dia memerlukan pengetahuan yang tepat.

Dengan pemikiran demikian, Hinako membaca manga shoujo yang dipinjamnya dari Yuri.

Di dalam cerita manga tersebut, si tokoh utama, seorang gadis SMA sedang makan malam dengan cowok tampan dari kelas yang sama. Mereka sedang memakan pasta, ketika tiba-tiba si cowok mendekatkan serbet kertas di dekat mulut si tokoh utama...

——Ada yang menempel di sini.

Si cowok menyeka saus yang menempel di sudut mulutnya dengan wajah tersenyum.

Kyun! Seketika itu juga pipi si tokoh utama langsung memerah.

Mata Hinako melebar saat melihat adegan itu.

Ak-Ak-Ak-Ak-Ak-Ak-AkuAku melakukan hal yang sama seperti di manga…!?”

Hinako mengingat kalau pagi tadi, Itsuki juga mengelap kotoran yang ada di pipinya.

Hinako juga memperhatikan bahwa manga shoujo yang dia pinjam dari Yuri adalah tentang percintaan.

Kenapa Itsuki bisa begitu tenang meski ia melakukan hal yang sama persis seperti itu?

(...Mungkin Itsuki sama denganku?)

Mungkin Itsuki juga tidak memahami cinta seperti dirinya. Itulah sebabnya ia bisa melakukan hal-hal seperti itu tanpa ragu-ragu.

(Aku harus bertanya pada Itsuki)

Hinako mengambil manga yang dia pinjam dari Yuri dan dengan lembut membuka pintu depan.

Saat dia diam-diam melihat ke luar, dia melihat Itsuki dan Shizune sedang mengobrol dan tertawa.

Tapi Shizune-san, kalau kamu sering mengganti peralatan masak, bukankah sulit untuk membuangnya?

Peralatan itu bisa dijual kembali. Menurut perusahaan penjualnya, ada permintaan dari restoran-restoran pribadi. Sebaliknya, kami juga terkadang membelinya secara bekas. Misalnya....

Sepertinya mereka sedang membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Mereka berdua terlihat sangat puas dan berbicara tentang cara kerja para pelayan.

(...Entah kenapa, mereka tampaknya sangat rukun)

Sama-samar, hati Hinako mulai merasa galau.

Hal itu juga sama terjadi di dalam manga. ...dia sering merasakan perasaan seperti itu akhir-akhir ini.

Hinako penasaran apakah Shizune menyadarinya atau tidak. Tapi ketika dia sedang bersama Itsuki, dia cenderung berbicara lebih banyak dari biasanya.

(Mereka berdua... memiliki banyak kesamaan.)

Hinako bisa menyadarinya karena dia memperhatikan mereka berdua dari jarak dekat.

Ada banyak kesamaan antara Itsuki dan Shizune. Salah satunya adalah mereka berdua sangat serius dalam menjalani kehidupan mereka. Hal lainnya adalah mereka berdua sama-sama orang yang kaku. Begitu mereka memutuskan untuk mempelajari suatu bidang, mereka mencoba mempelajarinya secara menyeluruh dan langsung ke sasaran, dan ketika ada kesempatan untuk mempraktikkannya, mereka memusatkan perhatian pada sesuatu dengan perasaan bahwa. ‘mumpung ada kesempatan’ . Misalnya, Shizune berusaha keras menyiapkan smoothie untuk sarapan, dan Itsuki menyiapkan bahan rahasia untuk kari buatannya. Keduanya... mencurahkan perhatian mereka pada sesuatu.

...Itsuki.”

Hinako berbicara seolah-olah ingin menyela pembicaraan mereka berdua.

“Ah, Hinako!?

Itsuki yang menyadari kehadirannya, membelalakkan matanya karena terkejut.

Shizune juga terkejut, tapi entah bagaimana Hinako merasa sulit untuk melakukan kontak mata dengannya saat ini, jadi dia tidak melihatnya.

Hinako...um, aku minta maaf soal tadi. Aku bertingkah agak aneh dan linglung sebelumnya.

...Tidak apa-apa.

Sebenarnya itu bukan tidak apa-apa, tapi ada hal lain yang ingin dia tanyakan pada Itsuki sekarang.

...Apa kamu tahu ini?

Hinako menunjukkan kepada Itsuki manga yang dia pegang di tangannya.

Itsuki kemudian melebarkan matanya.

Manga Shoujo? Kenapa kamu bisa memilikinya?

Aku meminjamnya dari Hirano-san.”

‘Jadi isi di dalam kantong kertas itu adalah manga, ya?, gumam Itsuki pada dirinya sendiri.

Aku tidak tahu banyak tentang manga shoujo, tapi... Aku juga meminjam manga ‘Hana Manju' dari Yuri. Aku sudah membacanya sampai sekitar lima volume.

“…Ka-Kamu sudah pernah membacanya?

“Iya. Menurutku ceritanya cukup menarik.

Itsuki menjawab dengan tegas.

Setelah mendengar jawaban Itsuki, Hinako memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah.

Eh...hah, Hinako?

“…Tinggallah di sana lebih lama lagi.”

Dia masih mempunyai banyak hal yang harus dipikirkan.

Dirinya masih butuh waktu untuk sendirian.

(It-Itsuki sudah membacanya...)

Hinako menatap ke langit-langit rumah.

(Kalau begitu, Itsuki... meski ia mengetahui hal ini, tapi ia tetap melakukan hal seperti itu...!?)

Apa maksudnya itu?

Hinako merasa kebingungan, tidak mengerti maksudnya.

Apa dia masih belum cukup melakukan banyak penelitian? Hinako memanjakan dirinya dengan membaca lebih banyak manga shoujo.

Ada sebuah adegan dimana tokoh utama, seorang gadis muda, dipaksa tidur dipangkuan anak laki-laki yang disukainya.

Aku melakukan hal yang sama seperti di manga lagi...!

Wajah Hinako memerah kembali, tapi

——Aku sangat gugup sampai-sampai aku tidak bisa tidur di pangkuannya!

Karakter utama, si gadis, sedang memikirkan hal-hal seperti itu.

(……Hah?)

Hinako merasakan ada yang janggal.

(Ketika aku diberi bantal pangkuan.... aku tidak merasa seperti ini)

Bantal pangkuan Itsuki terasa sangat hangat. Rasanya begitu nyaman dan menenangkan sampai-sampai bisa membuatnya tidur dengan nyenyak.

Jantungku berdebar kencang sampai-sampai aku tidak bisa tidur— dia tidak merasakan hal semacam itu.

Apa maksudnya perbedaan ini? Hinako merasa penasaran, tetapi tidak peduli seberapa banyak dia membaca manganya, hal itu tidak pernah menjadi jelas.

(...Aku tidak punya pilihan selain bertanya pada seseorang)

Hinako lalu mengambil ponselnya.

Dia sudah memutuskan untuk bertanya kepada siapa.

Orang tersebut ialah orang yang meminjamkan manga ini kepadanya.

“Halo, Hirano-san?

Konohana-san? Iya, ada apa?”

Yuri segera mengangkat teleponnya.

Hinako menarik napas dalam-dalam dan mulai berbicara.

Aku sudah membaca manga yang kamu pinjamkan. Ini pertama kalinya aku membaca manga, jadi aku membutuhkan waktu beberapa saat...

Eh, kamu belum pernah membaca manga?

“Iya

...Gimana bilangnya ya, kamu benar-benar terlihat seperti Ojou-sama dari manga, Konohana-san.

Entah kenapa, Yuri seolah-olah baru memahami sesuatu.

“Jadi bagaimana?

“Semuanya terlihat menarik.”

“Menarik, ya...

Mungkin merasa sedikit tidak puas dengan komentar Hinako, Yuri menanggapinya dengan samar-samar.

“Jadi, apa kamu sudah mengerti arti kata ‘suka’ ?

“!!!”

“Ahaha! Sepertinya kamu sudah memahaminya dengan benar.”

Yuri tertawa ketika menyadari kegugupan Hinako.

Hinako entah bagaimana berhasil mendapatkan kembali ketenangannya dan berbicara dengan nada setenang mungkin.

...Sejujurnya, aku masih belum yakin apa aku benar-benar memahami perasaan cinta dengan benar. Tapi, saat aku membaca manga, aku menemukan beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan, jadi aku memutuskan untuk meneleponmu.

“Baiklah aku mengerti. Aku akan mencoba menjawabnya sebisa mungkin.”

Itu adalah jawaban yang bisa diandalkan.

Pertama-tama, tentang manga yang berjudul Kono Hana Yori Manju...

Hinako mengajukan pertanyaan sambil membolak-balik halaman manga di tangannya.

“Mengapa mereka memutuskan untuk berpegangan tangan di sini?”

Kurasa itu karena, berpegangan tangan dengan orang yang dia sukai membuatnya merasa bahagia, jadi itulah sebabnya dia mengerahkan keberaniannya, ‘kan?

Lalu kenapa mereka berdua saling berpelukan di sini?

Um... Mu-Mungkin karena mereka berdua ingin memastikan perasaan satu sama lain?”

Yuri menjawab dengan nada yang agak malu.

“Mengapa mereka berciuman di bagian ini?”

“It-Itu sih karena...di rumahnya saat ini tidak ada orang tuanya, dan dia berpikir kalau dia mungkin tidak akan pernah punya kesempatan seperti ini lagi, jadi dia ingin melakukannya...E-Ehh? Apa jangan-jangan aku sedang disiksa sekarang?”

Yuri mengatakan sesuatu yang aneh untuk menyamarkan rasa malunya yang sepertinya sudah melampaui batas kemampuannya.

Selagi Hinako bertanya-tanya apa maksudnya, Yuri dengan sengaja berdeham. Seakan menyiratkan kalau dirinya tidak perlu khawatir tentang hal itu dan melanjutkan.

Kalau begitu, bantal pangkuan ini...

Hmm...mereka ingin merasakan ada jarak istimewa di antara mereka...?”

Tampaknya hal tersebut memiliki arti yang mirip dengan makna berpegangan tangan, berpelukan dan berciuman yang telah dijelaskan kepadanya sebelumnya.

Namun, Hinako merasa ada yang tidak beres.

“…Kurasa maksud dari bantal pangkuan sedikit berbeda dengan maksud seperti itu?”

“Eh?”

Hinako mulai menjelaskan kepada Yuri yang terdengar kebingungan.

“Misalkan… ini cuma perumpamaan saja, tapi katakanlah aku berbaring di bantal pangkuan anak laki-laki.”

“Tunggu sebentar, apa kamu sudah sejauh itu?”

Ya?

“Ah, aku minta maaf. Um, silakan dilanjutkan.”

Entah kenapa, Yuri terdengar kaget, tapi dia segera tenang kembali.

Hinako lalu melanjutkan.

“Kupikir....aku tidak akan terlalu gugup meskipun aku tertidur di bantal pangkuan. Malahan, aku akan merasa lebih nyaman dan bisa tidur dengan nyenyak.

Ya? Mungkin saja begitu kalau kamu sudah terbiasa....

Dia sudah merasakan hal itu sebelum menjadi terbiasa, jadi berapa kali pun mungkin tidak menjadi masalah.

Ada beberapa contoh lain yang serupa. Misalnya saja, seseorang menggendongku ketika aku bergerak...Menurutku tindakan itu mirip dengan berpelukan, tapi aku tetap merasa nyaman dan lega daripada gugup.

Ketika dia berada di kediamannya, kadang-kadang Hinako meminta Itsuki untuk menggendongnya sampai ke kamarnya.

Alih-alih merasa cenat-cenut, Hinako justru merasa lega dan hampir tertidur secara tidak sengaja. Dia sering merasakan emosi yang berbeda dari emosi tokoh utama dalam manga shoujo.

Dia jadi penasaran apa kepekaan ini merupakan sesuatu yang unik untuk dirinya saja?

Hmm...sebaliknya, kapan ketika itu membuatmu begitu gugup, Konohana-san?”

Ketika mendengar pertanyaan itu, Hinako teringat sesuatu yang mengejutkannya akhir-akhir ini.

...Misalnya, saat kami sedang memasak bersama, bahu kami tak sengaja bersentuhan satu sama lain...

“~~~~! Manis sekali~~...!”

Dibandingkan dengan manga shoujo yang sering kali melibatkan pegangan tangan dan berpelukan, pendapatnya mungkin agak sederhana. Namun demikian, Yuri memujinya seakan-akan mengatakan bahwa itu adalah hal yang bagus.

“Entah bagaimana aku mungkin sudah menemukan jawabannya. ...Singkatnya, kamu sedang membicarakan apa kamu terlihat seperti sepasang kekasih atau bukan?”

“Terlihat seperti sepasang kekasih...?

Misalnya kalau soal bantal pangkuan, kesannya seperti anak kecil yang dimanjakan bukan? Hal yang sama berlaku untuk gendongan. Tapi memasak berdampingan membuatmu merasa seperti sepasang kekasih, atau lebih tepatnya, tampak seperti pasutri baru, dan jika kamu mulai memikirkannya, kamu mulai merasa malu sendiri.”

Seolah-olah dia mampu melihat ke dalam lubuk hatinya yang paling dalam, yang bahkan belum pernah dia sentuh.

Semuanya menjadi masuk akal. Semuanya sangat pas dan cocok satu sama lain.

Hinako merasa kalau perasaan yang dia miliki terhadap Itsuki mulai menjadi lebih jelas.

Entah kenapa, dia merasa harus menyangkalnya.

Jika dia mengakui perasaan itu, dia merasa kalau ada sesuatu yang akan terjadi...

Ta-Tapi, perasaan yang kurasakan saat bahu kami bersentuhan mungkin hanya kejutan saja. Kalau dipikir-pikir, tidur di pangkuan atau menggendong di punggung bukanlah sesuatu yang kamu lakukan secara tiba-tiba. Jadi…”

Tidak, tidak, Konohana-san tahu sendiri bahwa sensasi yang kamu rasakan saat terkejut dan kegembiraan ketika hatimu cenat-cenut itu berbeda.

“Ughhh...

Hinako dibuat terdiam saat kata-kata tersebut dilontarkan padanya.

Hanya ada sedikit orang yang bisa berbicara dengan begitu jelas kepada Hinako, yang dikenal sebagai ‘Gadis yang tak terjangkau’ atau ‘Ojou-sama yang sempurna. Itu adalah pendapat yang sangat berharga.

Dalam kasus Konohana-san, kurasa kamu mencampuradukkan keinginanmu untuk dimanjakan dengan perasaan cinta.

Campuran...?

Maksudnya tercampur aduk. ...Mungkin itulah sebabnya kamu jadi kesulitan untuk menyadarinya.”

Yuri berkata seolah-olah merasa yakin dengan perkataannya.

“Begini, Konohana-san. Aku tidak sengaja melihatmu dan Itsuki bermain kembang api bersama saat kursus musim panas. Aku masih ingat betul wajahmu saat itu... Wajah itu, menurutku, bukanlah ekspresi wajah orang yang hanya ingin dimanja.

Mungkin perkataanku ini terlalu ikut campur, imbuh Yuri.

Wajah... ya?

Hinako tidak begitu tertarik dengan wajahnya sendiri. Setiap pagi, ketika rambutnya sedang diatur, dia memang melihat ke cermin, dan meskipun dia bertingkah seperti Ojou-sama yang sempurna, wajahnya sering kali tampak buram. Dia terlihat mengantuk dan malas, dan sejujurnya, dia tidak memiliki wajah yang disukai orang.

Apa yang bisa dia rasakan dari wajah itu... Hinako merasa penasaran dan berdiri, menuju cermin yang berada di kamar mandi.

Palingan juga aku hanya akan melihat wajahku yang tampak mengantuk dan lesu seperti biasanya.

Atau itulah yang dia pikirkan, tetapi apa yang terpantul di cermin justru――――.

 

............. Ah

 

Bayangan yang terpantul di sana bukanlah wajah yang biasa dia ketahui.

Pipi yang memerah. Mata yang berbinar. Ekspresi yang dipenuhi antara harapan dan kegelisahan.

Yang ada di sana bukanlah Ojou-sama yang sempurna maupun gadis yang tampak malas.

Wajahnya yang seperti ini... Hinako baru pertama kali melihatnya.

Karena sangat berbeda dengan dirinya yang biasanya, untuk sesaat Hinako berpikir kalau itu tiruan orang lain.

――――Oh, memang benar.

Mungkin sebaiknya dia harus melihat cermin dari awal.

Jika begitu, dia pasti akan segera mengerti.

Orang yang ada di depannya bukanlah dia yang sebelumnya. Itulah sebabnya, Hinako tidak bisa memahami perasaan yang berkobar di dalam hatinya dengan nilai-nilai sebelumnya.

Cermin itu memantulkan bayangan seorang gadis yang tidak dikenal. Tapi itu bukan hal yang pertama kali terjadi... mungkin dia hanya tidak menyadarinya saja, sebenarnya gadis ini selalu ada di situ sejak dulu.

Yang ada di sana adalah Hinako yang baru.

Berkat Itsuki, dirinya telah berubah.

Apa kamu baik-baik saja?”

...Ya, aku baik-baik saja sekarang."

Mungkin karena mempertimbangkan perasaannya, Yuri menunggu Hinako terdiam cukup lama sebelum berbicara kepadanya.

Berkat hal ini, Hinako bisa memilah-milah perasaannya.

Tentu saja, aku mengerti. Baik perasaanku maupun ...... makna dari kata-kata Hirano-san.

Hinako berkata seolah-olah dia mengunyah kata-kata yang keluar dari mulutnya sendiri.

Lalu, dia merasakan kalau Yuri tertawa dengan lembut.

“Bagaimana bilangnya ya.... aku merasa akhirnya bisa mendengar perasaan Konohana-san yang sebenarnya.

Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu...

Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Bagaimanapun juga, Konohana-san adalah putri dari keluarga konglomerat Grup Konohana. Kamu pasti berada dalam posisi yang sulit, dan akan sulit bagimu untuk tiba-tiba mengungkapkan jati dirimu.”

Hinako tidak bisa menanggapi Yuri untuk beberapa saat, yang mengatakan kepadanya bahwa dia benar-benar tidak peduli dengan hal tersebut.

Demi menjaga penampilan sebagai Ojou-sama yang sempurna, Hinako tidak berniat untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya kepada Yuri di masa depan. Oleh karena itu, pernyataannya bahwa dia tidak berniat menyembunyikannya adalah sebuah kebohongan. Namun demikian, Yuri menunjukkan kapasitas yang begitu besar, sehingga seolah-olah dia telah melihat hal itu dan menegaskannya.

Kamu itu sangat baik hati sekali ya, Hirano-san.”

“Ap-Apa iya?”

Ya. Itu sama seperti Tomonari-kun. Kamu mendukung orang lain dengan santai... Ketika kamu bersikap baik padaku seperti itu, aku merasa ingin membuka diri padamu.

“Jika Konohana-san sampai mengatakan hal seperti itu, aku merasa sangat senang sampai-sampai aku hampir melompat kegirangan.

Yuri tertawa seolah-olah merasa geli tentang sesuatu.

Tapi, Konohana-san. Aku perlu memberitahumu sesuatu....”

Yuri melanjutkan, nada suaranya sedikit lebih serius.

Di dalam manga Nanji ni Todoke, ada seorang gadis yang bernama Nacchan, kan? Jika Konohana-san adalah karakter utama manga ini, maka akulah si Nacchan ini.”

……....Eh.”

Panggilan pun terputus.

Hinako meletakkan ponselnya di lantai dan membolak-balik halaman manga yang berjudul Nanji ni Todoke.

Dalam banyak artian, posisi karakter bernama Nacchan ini sangat mudah untuk dipahami.

Dia adalah saingan cinta karakter utama.

“……………………………Eh.”

Perasaan yang campur aduk berputar-putar di dadanya.

Apa dirinya harus menghadapi perasaan ini mulai sekarang?

Mungkin itu masih sedikit sulit bagi diriku yang sekarang...itulah yang dipikirkan Hinako.


 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama