Chapter SS — Situasi Macam Apa Ini?
Kali ini
merupakan ketiga kalinya aku mengunjungi ruang tamu di
rumah Mamori-san.
Pertama
kali saat ia mengizinkanku masuk saat aku meringkuk di depan kamar Yuzuki.
Kedua kalinya saat
kami bertanding memasak. Pada hari
itu juga Yuzuki mulai
memanggilku 'Ruru' untuk pertama kalinya.
Aku tak
bisa berhenti berterima kasih pada Mamori-san. Kalau bukan karena dirinya yang selalu memperhatikan,
hubunganku dan Yuzuki pasti sudah berantakan. Acara belajar bersama hari ini adalah
sedikit balasan budi.
Dari
penuturannya, sepertinya ia tertarik dengan universitas
negeri yang akan aku masuki. Jadi bulan depan, saat liburan musim panas tiba,
ia juga berencana untuk ikut tes latihan nasional
untuk menguji kemampuannya.
Kalau
benar-benar kami diterima
di universitas yang sama dan lulus bersama, dua tahun lagi kami bisa satu
kampus. Beberapa waktu yang lalu, mungkin
aku akan merasa jijik,
tapi sekarang aku tidak keberatan.
Saat aku
sudah duduk bersila di bantal, Mamori-san
bergerak ke dapur.
“Apa kamu mau
kopi?”
“Iya,
terima kasih.”
“Kamu suka
yang kopi hitam, ‘kan? Mohon tunggu sebentar ya.”
Tanpa bertanya, dia langsung menyiapkan minuman
favoritku. Ia pasti mendengarnya dari
Yuzuki. Kemampuannya beradaptasi dengan baik memang salah satu pesonanya.
Aku sempat
memiliki rasa cemburu kepadanya karena masalah Yuzuki, tapi sekarang aku ingin
tulus mendukung hubungan mereka. Aku ingin terus menjadi teman yang baik
baginya.
Tiba-tiba
mataku tertuju pada ponsel di meja. Layarnya masih menyala, menampilkan video
yang sedang dijeda.
Sepertinya
ia baru saja menonton video sebelum aku datang.
“.....”
Meskipun
ada rasa bersalah, aku tetap mengintip isi layarnya.
“...Dia
ini...!”
Layar
ponselnya menampilkan Eryl,
gadis center dari grup idol populer
baru-baru ini, Martine.
Gadis
setengah Prancis-Jepang yang sebentar lagi berusia 17 tahun. Meskipun
penampilannya bak model, dia justru
sering mengunggah video memasak makanan sederhana di kanal YouTube pribadinya.
Saat ini,
bisa dibilang kalau Eryl menjadi idola yang paling banyak
disoroti sebagai pengganti Arisu Yuzuki. Bagaimana mungkin dia masih melihat-lihat gadis
lain padahal sudah ada Yuzuki di dekatnya?!
“Emoto-san,
kopinya su—”
Saat Mamori-san kembali dari dapur, matanya
langsung mengarah ke arah ponsel
yang sedang kupegang.
“Mamori-san,
bisakah kamu menjelaskan ini?”
“Ti-tidak,
ini sebenarnya—”
Ekspresi
anggunnya saat membuat kopi barusan langsung lenyap dan digantikan dengan wajah pucat yang penuh keringat.
“Meskipun
sudah mempunyai Yuzuki sebagai tetangga yang super duper manis, tapi kamu masih tergoda oleh gadis lain?”
“Bu-Bukan seperti itu!”
“Aku akan
meminjam ponselmu sebentar, oke?”
Tanpa
menunggu jawabannya, aku
mengambil ponselnya dan memeriksa riwayat videonya. Tidak peduli seberapa jauh aku memeriksanya, nama-nama yang terus
muncul adalah Eryl, Eryl, Eryl. Mulai dari MV grup, hingga
video-video masakan sederhana Eryl,
semuanya ada di sana.
Sepertinya
Mamori-san sudah menyerah menghadapi bukti
ini. Dia langsung duduk bersila di depanku. Aku harus mengakui keberaniannya.
Saat aku
baru akan menceramahinya, ia
tiba-tiba mengangkat tangannya dengan ragu-ragu.
“Emoto-san,
boleh aku memberi sedikit penjelasan?”
“...Silakan.”
“Temanku merekomendasikannya padaku untuk melihat gadis ini, Eril.
Katanya dia idola favoritnya, jadi aku disuruh untuk
memeriksanya.”
“Memangnya
kamu perlu sampai mendalami video-videonya segitunya?
Tampaknya kamu sudah
terlanjur jatuh cinta, ya.”
Dia dengan
tenang menjawab pertanyaanku yang ketus.
“Habisnya, mana
mungkin aku bisa menilai baik atau buruknya sesuatu hanya dari satu dua video saja, ‘kan?
Itu tidak sopan.”
Tatapannya
begitu serius.
Ah,
rupanya dia memang serius mengikuti Eryl,
dan juga teman-temannya.
“Lalu
bagaimana menurutmu?”
“Seperti yang
di harapkan, Yuzuki tetap yang
terbaik bagiku.”
Senyumnya
begitu tulus, membuatku diam-diam terpesona.
“Syu-Syukurlah
kalau begitu. Tapi ingat ya, jangan coba-coba berpaling
karena aku takkan memaafkanmu!”
“Tenang
saja, aku hanya akan memikikrkan
Yuzuki.”
“Bisa-bisanya
kamu berani mengatakan itu tanpa merasa malu sama sekali...Nah, ayo kita mulai
belajarnya!”
Saat aku
bergerak untuk menghadap meja, tiba-tiba kakiku kesemutan. Secara refleks, ponsel yang aku pegang terlepas dari tanganku.
“Ah...!”
Kami
berdua sama-sama berusaha menangkapnya. Alhasil,
aku justru jatuh menimpa tubuh Mamori-san.
“...Emoto-san,
kamu tidak apa-apa?”
“I-Iya,
maaf...”
Syukurlah
ini di ruang tamu rumahnya. Posisi kami sekarang bisa disalahartikan sebagai
aku yang memaksa pria.
Kalau di
tempat terbuka, pasti sudah ada yang memotret dan menjual ke majalah. Meski
kecelakaan, mereka pasti akan merekayasa ceritanya. Jika sampai muncul berita
skandal, bukan hanya merepotkan agensi dan anggota, tapi hal itu juga bisa membuat Yuzuki
kehilangan kepercayaan padaku.
“Ayo
kita kembali naikkan semangat dan melanjutkan sesi
belajar...”
Baru saja
aku hendak berkata begitu, aku tiba-tiba merasakan
hawa dingin dari arah pintu
Aku mendapat
firasat buruk. Aku lalu mengarahkan
pandanganku ke
sumber dingin itu.
“Yu-Yuzuki...”
Yuzuki sedang berdiri di sana, memandang kami
dengan tatapan dingin.
Peserta
belajar Bersama kali ini
bukan hanya aku dan Mamori-san saja.
Malah tujuan utamanya adalah membimbing Yuzuki. Kebetulan pekerjaanku selesai
lebih dulu, jadi aku mampir ke sini
duluan.
“Lho,
perasaan belnya tidak berbunyi sama sekali...”
“Suzufumi
sudah memberitahuku, 'Aku akan membiarkan pintunya
tidak terkunci, jadi kamu tinggal masuk
saja'. ...Nee, Ruru, ini situasi apaan ya?”
Meski dia sedang tersenyum, tapi tatapan matanya tidak tersenyum sama sekali.
Aku bisa merasakan
kalau suhu tubuhku merosot drastis.
“Ruru,
cepat duduk bersimpuh di sana!”
Setelah
30 menit memberi penjelasan panjang lebar, akhirnya aku bisa memperbaiki
suasana hati Yuzuki berkat parfait super lezat yang disiapkan Mamori-san.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya