Chapter SS — Kenangan adalah Monokrom (Coklat!)
“Yukka jadi sangat
ceria, ya.”
Ketua kelas
berkata kepada Makihara Yuka yang duduk di kursi dengan senyum lebar. Apa-apaan
itu?
“Karena kali
ini merupakan makan bersama teman-temanku setelah sekian lama, jadi aku senang.”
“Yoshida
sedang menangis, loh.”
“Tidak
apa-apa. Dia pasti sedang makan bersama teman-temannya juga.”
Setelah
berkata begitu, entah kenapa Makihara-san menatapku dan berkata, “Maaf ya karena
sudah meminjam Asamura-san.”
“Sebenarnya
tidak perlu menolak, sih. Lagipula, sepertinya ia tidak ada rencana khusus.”
Menurutku
tidak masalah jika Asamura-kun menghabiskan waktu makan siangnya dengan siapa
pun.
“Begitu, ya?”
“Saki memang
kurang pandai bersikap manja.”
“Begitu, ya?”
Maya yang
memberikan penjelasan yang tidak perlu bertanya pada Satou Ryoko, atau biasa
dikenal sebagau Ryo-chin. Kenapa cuma aku yang diserang dengan pertanyaan?
“Mari kita
membahas masalah itu nanti. Untuk sekarang, ayo kita makan dulu.”
Ketua kelas
berkata sambil meletakkan kotak makan siang yang besar di atas meja. Kami
menyatukan lima meja dan mulai makan siang di kelas.
“Jadi, Saki,
kotak makan siangmu hari ini dari siapa? Asamura-kun? Saki?”
Maya
bertanya.
Teman-teman
di sini tahu situasi antara Asamura-kun dan aku, jadi Maaya tidak ragu untuk
bertanya. Sayangnya, salah besar.
“Dari ayah tiriku.”
Sambil
mengeluarkan kotak makan siang. Karena tahun ketiga adalah tahun ujian, sejak
musim panas lalu waktuku untuk memasak berkurang dan jadwal memasak bergantian.
Hari ini adalah debut kotak makan siang dari Taichi-san, ayah tiriku.
"Wah, jadi
ini buatan ayahmuu, ya? Ayo tunjukkan, tunjukkan pada kami. Wah, terlihat
bagus.”
“Kurasa
ibuku juga membantu.”
Lagipula, hidangan
utamanya adalah nasi campur kastanye. Nasi campur bisa berdiri sendiri tanpa
lauk, dan bisa dipersiapkan sehari sebelumnya. Mungkin, itu sudah disiapkan di dalam
rice cooker semalam, dan yang dimasak pagi ini hanya telur dadar ini. Sedikit
lauk pun disertakan.
Dengan
isyarat dari ketua kelas, kami semua mengucapkan selamat makan. Hari ini kami semua
membawa kotak makan siang masing-masing, yang jarang terjadi. Ketua biasanya
membeli roti, dan Makihara-san juga sering terlihat di kantin.
Setelah
mengambil sedikit nasi kastanye, aku meraih telur dadar. Oh, enak. Sudah kuduga,
ini adalah bumbu masak khas ibu. Pasti resepnya diajarkan oleh ibuku.
“Tas kotak
makan siang Yukacchi kelihatan sangat sederhana, ya.”
Aku
mengalihkan pandangan ke suara ketua kelas.
Benar juga.
Tas berwarna biru tuanya nampak sederhana. Dari sana, kotak makan siang yang
besar dan datar keluar. Sepertinya seperti yang biasa digunakan oleh anak
laki-laki.
“Oh, ini
miliknya.”
“Miliknya,
maksudnya milik Yoshida?”
“Ya. Kami
bertukar. Kotak makan siangku dibuat olehnya.”
Suara “oh~”
terdengar. Eh, memangnya itu hal yang mengejutkan?
“Yoshida
yang itu!? Sepertinya mana mungkin ia sendiri yang membuatnya.”
Ketua
kelas mengatakan sesuatu yang tidak sopan. Mengatakan hal seperti itu... yah,
mungkin itu kesan yang didapat.
Seolah-olah
membuka kotak hadiah ulang tahun, Makihara-san mengangkat tutup kotak makan
siangnya.
Ah──.
“Ini...
benar-benar terdesak ke satu sisi, ya.”
Seperti
yang dikatakan Ketua kelas, nasi dengan serpihan bonito dan
nori terdesak ke sudut kotak, sehingga setengahnya kosong. Ada sekitar tiga
potong ayam goreng, dan keseluruhan kotak makan siangnya berwarna coklat. … Apa
dia salah memperkirakan jumlah nasi?
“Ini
benar-benar terasa seperti kotak makan siang anak laki-laki.”
Sambil
mengangguk pada kata-kata ketua kelas, Ryo-chin... Satou-san berkata, “Jadi, itu berarti Yoshida-san
selalu makan kotak makan siang seperti itu, ya? Jika dipikir-pikir, kita bisa
tahu bagaimana perasaan dia saat makan kotak makan siang itu, mungkin itu cukup
menarik.”
Itu adalah
komentar lucu dari Satou-san. Kepalanya dielus-elus oleh ketua kelas.
“Yup. Yoshida-kun benar-benar memperhatikan Yuka-chan
dengan baik, ya.”
Tiba-tiba
Maaya berkata demikian.
Eh?
Makihara-san menengok kebingungan.
“Yuka-chan
‘kan pemakan yang sedikit,” ujar
Maaya, dan Makihara-san mengangguk, “Ya, benar”.
“Jadi,
kupikir ia mengingat jumlah nasi yang
dimakan Yuka-chan dan menyesuaikannya. Jika itu
anak laki-laki, ia pasti akan mengisi penuh tanpa berpikir, sehingga tidak akan
terdesak seperti ini.”
Karena
pernyataan Maaya yang
tidak terduga, kami semua tanpa sadar mengangguk──oh, begitu!
“Ia mungkin
juga tidak memiliki kotak makan siang khusus untuk anak perempuan. Mungkin itu
kotak yang ada di rumahnya. Jadi,
aku rasa lebih baik jika ia berkata, 'Gunakan yang ini lain kali,' dan
memberikannya kotak makan siang khusus untuk Yuka-chan. Ya, ini adalah kotak
makan siang yang penuh kasih sayang!”
Makihara-san
tersenyum dengan senyum paling bahagia hari ini setelah
mendengar pujian Maaya.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya