Chapter 6
Pagi hari. Aku sedang duduk berdampingan dengan
Nene-chan di meja rumah. Di depan kami terhampar bekal makan siang, dan
meskipun ini musim panas yang membuat nafsu makan menurun, aku sangat
menantikannya.
Bekal
yang dibuat Nene-chan selalu lezat seperti
biasanya, meskipun ada beberapa perbedaan dalam pilihan
bahan, seperti dada ayam yang diganti dengan fillet ayam, dan sayuran rebus
yang diganti dengan brokoli.
“Hari
ini bekalnya terasa berbeda, ya?”
“Hehe,
kamu menyadarinya? Aku dengar Arata-san baru-baru ini mulai pergi ke gym, jadi
aku membuat menu tinggi protein.”
“Aku senang
kamu begitu mempertimbangkannya. Terima kasih.”
Karena
dia biasanya memperhatikan keseimbangan nutrisi saat memasak, dia bisa dengan
mudah melakukan variasi. Nene-chan sedang mempersiapkan ujian, dan aku berpikir
bahwa pulang pergi dari rumah ke sini di musim panas pasti melelahkan, jadi aku
memberitahunya untuk tidak
perlu memaksakan diri. Namun, dia tetap datang dan membawa bekal selama liburan
musim panas.
Nene-chan
mengatakan bahwa dia bisa lebih fokus di rumahku daripada belajar di rumahnya sendiri. Dia juga menjelaskan, “Kalau ada yang tidak dimengerti,
aku bisa langsung bertanya pada guru,”
dan aku merasa sangat setuju dengan alasan itu.
Sementara
Nene-chan belajar, aku tidak hanya bersantai di rumah. Sebagai programmer freelance,
aku mengerjakan proyek yang diminta, dan kadang-kadang aku harus meninggalkan
rumah untuk menjadi mentor di sekolah atau bekerja paruh waktu di kafe.
Sekarang aku menjalani kehidupan dengan tiga pekerjaan sekaligus.
Jika ada
yang mendengar hal itu,
mungkin terlihat seolah-olah aku sangat
sibuk, tetapi berbeda dengan masa kerja kantoran, sekarang aku melakukan apa
yang aku inginkan dengan tempoku
sendiri, sehingga aku merasa puas. Aku memiliki cukup waktu dan ruang secara
mental.
Akhir-akhir
ini, aku menikmati suasana rumah ini yang dipenuhi suara ketukan keyboard dan
suara pena yang bergerak. Jika salah satu dari kami malas dan tidak berusaha,
mungkin kami akan terjatuh bersama, tetapi karena itu Nene-chan, aku merasa
aman.
Aku
membuatkan makan siang, dan kami memakannya bersama setelah istirahat, atau
terkadang saat Nene-chan ada giliran kerja di kafe,
aku membuatkannya bekal makan siang untuknya.
“Baiklah,
aku akan bersiap-siap pergi
kerja paruh waktu.”
“Ah,
hari ini bisa tolong siapkan bekal untuk Nene?”
tanyanya.
“Mm.
Aku hanya perlu memindahkannya, jadi
tidak masalah, tapi apa kamu ada jadwal kerja hari
ini?"
Membawa
bekal berarti ada urusan yang mengharuskannya keluar rumah. Jika dia berencana
bermain dengan teman-temannya,
dia pasti akan makan siang bersama
mereka, dan jika dia bermain setelah siang, dia bisa makan di sini, jadi dia tidak perlu membawa bekal.
Oleh karena
itu, aku langsung mengaitkan dengan pekerjaan paruh waktu di kafe. Tapi, kalau tidak salah dia tidak mempunyai
jadwal kerja untuk hari ini.
“Ahh, iya… aku tiba-tiba diminta untuk
menggantikan orang lain.”
“Tapi
kamu yakin? Bukannya kamu berencana untuk mengurangi
jam kerja?”
“Karena
mereka benar-benar meminta untuk digantikan, jadi mau bagaimana lagi.”
Aku
sedikit mengkhawatirkan Nene-chan yang merupakan
siswa ujian harus bekerja paruh waktu. Karena Nene-chan belajar matematika
tingkat universitas, sepertinya dia tidak akan gagal ujian, tetapi tetap saja,
di waktu seperti ini, rasanya lebih
baik menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar.
“Seandainya
aku bisa menggantikan, tapi hari ini aku juga ada jadwal…”
“Tidak
masalah, kok. Jadi jangan khawatir.”
Nene-chan
mengakhiri pembicaraan seolah-olah
tidak ingin melanjutkan. Dia tersenyum ke arahku, berusaha menjaga suasana,
tetapi ekspresinya tampak lemah dan seolah-olah
ada bayangan gelap di
wajahnya.
◇◇◇◇
Hari ini,
suasana di dalam kafe juga
ramai dengan pelanggan. Mungkin ada daya tarik pada menu spesial soufflé
pancake. Pancake itu memiliki porsi besar dan menggunakan banyak krim kocok,
tetapi teksturnya ringan dan tidak membuat perut terasa berat, sehingga rasanya sangat lezat. Namun, aku bukan
penggemar makanan manis,
dan tubuhku yang sudah hampir berusia tiga puluh tahun sulit untuk menghabiskan
semuanya, membuatku tersenyum pahit.
“Selamat
pagi, Mizutori-san.”
“Ah,
selamat pagi, Jupiter.”
Mizutori-san
yang baru datang tidak memiliki keceriaan seperti biasanya, dan sapaannya terdengar
kurang bersemangat. Mungkin sulit untuk bersikap ceria segera setelah datang
kerja. Aku berpikir dia akan perlahan-lahan mendapatkan energinya.
────Pranggg.
Suara bernada tinggi yang membuat jantung
bergetar menggema, dan sejenak, suasana kafe yang ramai dengan percakapan
pelanggan menjadi hening.
Segera
setelah itu, suara beberapa staf terdengar di dalam kafe, “Maafkan
kami.”
Suara
yang terdengar sebelumnya kemungkinan adalah suara piring yang pecah. Ketika
aku melihat ke arah sana, Mizutori-san sedang membungkuk dan mencoba mengais piring yang pecah. Aku ingin
menghentikannya dengan mengatakan itu berbahaya,
tetapi semuanya sudah terlambat.
“Aduh!”
Dia
mengeluarkan suara kecil dan menarik tangannya kembali. Di ujung jarinya, darah
merah mulai mengalir.
“Tenanglah dulu, Mizutori-san. Jarimu mengeluarkan darah, jadi
pertama-tama pergi ke kantor untuk mendapatkan perawatan. Aku yang akan
menangani sisanya.”
“Eh…
ah…”
Ketika mendengar
panggilanku, Mizutori-san berjalan menuju kantor dengan langkah yang tidak
pasti.
Pertama-taman, aku memeriksa keselamatan
pelanggan di sekitar.
“Apa
ada yang terluka, pelanggan?”
Selanjutnya,
aku menanyakan apakah ada kerusakan pada pakaian mereka. Untungnya, sepertinya
tidak ada masalah bagi pelanggan di sekitar. Selain itu, karena piring yang
pecah bukan merupakan hidangan yang sedang disajikan, aku hanya perlu
membersihkan piring yang pecah itu.
Pecahan piring bisa sangat
tajam, dan berbahaya jika disentuh dengan tangan telanjang, jadi aku
menggunakan sapu dan pengki untuk mengumpulkannya. Aku membungkusnya dengan
koran dan selotip untuk menyelesaikannya.
Aku ingin
menyedot debu kecil yang tidak terlihat, tetapi karena ada pelanggan yang
sedang makan, itu harus dilakukan nanti. Selain mengepel setelah jam
operasional, aku tidak boleh lupa untuk menyedot debu juga.
Metode
penanganan ini diajarkan kepada semua karyawan, jadi Mizutori-san pasti mengetahuinya, tetapi mungkin dia panik
setelah memecahkan piring.
Setelah
jam operasional selesai, saat aku sedang melakukan pekerjaan penutupan,
Mizutori-san mendekat dengan hati-hati.
“Maafkan
aku hari ini, Jupiter.”
“Ada
apa, kenapa kamu bertingkah formal begitu? Tolong
jangan terlalu memikirkannya.”
“Aku
sudah memecahkan piring, mengganggu
ruang pelanggan, dan merepotkan
toko, tapi aku justru menyerahkan semua
pembersihan padamu…”
Dia
menggigit bibirnya saat berbicara dengan
gelisah, dan plester yang
menutupi jarinya semakin menonjolkan kesedihannya.
“Di
saat-saat seperti ini, kita harus saling membantu.”
“Tapi…”
Aku memahami perasaan murung
setelah melakukan kesalahan di tempat kerja. Apalagi sebagai seorang pelajar,
merasa bertanggung jawab adalah hal yang tidak bisa dihindari.
Aku rasa
Tsukimi-san juga memberi dukungan, tetapi kali ini biar aku yang membantu.
Aku
membersihkan tenggorokanku dan bersiap untuk berbicara. Hmm, sepertinya begini
caranya.
“Astaga,
kamu ini benar-benar merepotkan, ya.”
Wajah
Mizutori-san yang tadinya menunduk langsung terangkat.
“Bukannya
itu…!”
Itu adalah kutipan dari karakter
game favorit Mizutori-san dan kalimat
kesukaannya.
Setelah
mencobanya sendiri, rasanya masih tetap memalukan. Penampilanku mungkin jauh dari
akting yang pernah ditunjukkan
Nakamura-san di perjalanan.
“Uuuh,
terima kasih!”
Meskipun
aktingku terasa canggung,
sepertinya itu membuat Mizutori-san merasa lebih baik, dan dia menunjukkan
senyuman ceria yang manis.
“Apa
kamu sudah merasa lebih baik?”
“Ya!
Aku merasa lebih baik! Ah iya,
apa kamu bisa mengulangi kalimat yang tadi? Aku mau merekamnya!”
“Tidak
boleh.”
Rasanya
cukup memalukan, jadi aku tidak akan melakukannya lagi.
“Ehh~, pelit! Sekarang aku tidak bisa
mendengarnya lagi!"
Mizutori-san
merajuk dengan sengaja. Keceriaan alaminya membantu menciptakan suasana yang
hangat dan menyenangkan di toko.
“Namun,
pagi ini Nene-chan juga terlihat melamun dan melakukan kesalahan, mungkin semua
orang kelelahan di akhir musim panas?”
“Eh,
Nene-chan-senpai juga…?”
“Ya.
Ada beberapa pesanan yang terlewat, dan dia juga
menyajikan hidangan di nomor meja yang salah.”
“Tumben
sekali dia melakukan kesalahan semacam itu…”
Meskipun
bukan kesalahan yang tidak bisa diperbaiki, tapi itu
adalah kesalahan yang tidak akan pernah dilakukan Nene-chan dalam keadaan
normal.
Ada sesuatu
yang aneh pada dirinya di rumah pagi tadi, mungkin
dia tidak dalam kondisi terbaik.
“Eh?
Lagipula, bukannya Nene-chan-senpai hari ini tidak bertugas, ‘kan?”
“Sepertinya
dia dipaksa untuk menggantikan seseorang.”
“Kalau
dilihat
dari jadwalnya, sepertinya yang digantikan
adalah Yotsuya-san. Aku juga ditanya dan menolak karena sudah ada rencana.
Lagipula, aku pikir tidak masalah jika ada yang bisa menggantikan.”
Apa yang
dikatakan Nene-chan dan Mizutori-san tampaknya bertentangan.
“Ichinose-kun.”
Tsukimi-san
muncul dari kantor dan melambai padaku.
“Kamu
memanggilku?”
“Ya,
aku ingin kamu datang kemari sebentar.”
“Baiklah.”
Mizutori-san
tampaknya merasa perlu untuk pergi, jadi dia berkata, “Kalau begitu, aku pulang ya,
terima kasih atas kerja kerasnya!” dan pulang dengan riang.
“Kira-kira
ada apa, Manajer?”
Karena
tidak ada karyawan lain, seharusnya tidak perlu khawatir, tetapi suasana yang
ditunjukkan Tsukimi-san membuatku berbicara
pelan.
“Aku
ingin bertanya padamu, Ichinose-kun, apa Nene-chan memiliki masalah atau
sesuatu yang mengganggunya?”
“Tidak,
aku tidak mendengar apa-apa.”
Aku tidak
bisa memikirkan apa pun yang sesuai dengan pertanyaan itu. Sepertinya dia tidak memiliki
masalah dengan ujian, dan aku tidak ingat pernah menerima konsultasi darinya.
“Memangnya kenapa?”
“Benar juga,
kurasa mungkin aku bisa membicarakannya denganmu, Ichinose-kun.”
Tsukimi-san
berkata demikian setelah merassa sedikit ragu.
Dari cara
bicaranya, sepertinya ada sesuatu yang belum dia bicarakan dengan karyawan
lain.
“Nene-chan
bilang dia ingin berhenti bekerja pada akhir
bulan ini.”
“Hah?”
Tanpa
sadar, pertanyaan itu keluar dari mulutku.
“Maaf.
Umm, apa maksudnya?”
“Persis
seperti yang kukatakan. Dia tiba-tiba
mengatakan itu setelah shift hari ini.”
“Apa
dia menyebutkan alasannya?”
“Sepertinya
dia ingin fokus belajar untuk ujian. Aku sudah menahannya dengan mengatakan
bahwa dia bisa tetap terdaftar meskipun tidak masuk kerja sampai ujiannya selesai. Tapi bulan ini dia
sepertinya bertanya apakah dia bisa
menggantikan shift anak lain. Rasanya aneh sekali,
bukan?”
Mungkin
teringat dengan situasi saat itu, Tsukimi-san menyilangkan tangan dan menghela
napas dengan cemas.
“Karena
banyak hal yang aneh, kupikir dia mungkin memiliki masalah lain
dan bercerita padamu.”
“Aku belum
mendengar apa-apa dari Nene-chan.”
Aku
benar-benar tidak mendengar apa pun. Selain itu,
aku bahkan belum pernah mendengar kalau dia mau berhenti dari pekerjaan paruh
waktunya.
“Begitu ya, maaf sudah menahanmu. Cuma itu saja yang ingin aku tanyakan.”
Percakapan
dengan Tsukimi-san pun berakhir, dan aku meninggalkan toko.
Malam
itu, saat bulan Agustus menuju akhir dan hawa panas mulai mereda, aku berjalan
pulang sambil memikirkan Nene-chan.
Dia yang
mengajakku bekerja paruh waktu, tetapi mungkin dia tidak merasa perlu untuk
memberi tahu tentang keputusannya untuk berhenti. Selain itu, aku juga
penasaran mengapa dia meningkatkan jumlah shift
kerjanya.
Aku
merasakan kehampaan di hatiku ketika berpikir jika
dia memiliki masalah, seharusnya dia bisa bercerita padaku.
◇◇◇◇
Keesokan
harinya saat makan siang, kami berdua menghentikan kegiatan kami sejenak dan berbincang
tentang hal-hal sepele sambil menikmati mie somen
yang kubuat.
“Arata-san,
kamu hebat sekali ya bisa
mengambil banyak pekerjaan sekaligus. Bukannya
itu sangat sulit?”
“Sebetulnya,
aku sudah bekerja lebih dari ini di perusahaan sebelumnya, jadi tidak ada
masalah. Selain itu, aku bisa melakukan berbagai hal dan menemukan banyak hal
baru, jadi rasanya cukup menyenangkan.”
“Menyenangkan, ya.”
Ya, benar
sekali, Nene-chan mengangguk seolah-olah setuju.
"Bagaimana
dengan belajarmu,
Nene-chan?”
“Hmm,
aku mendapatkan penilaian A untuk universitas yang aku inginkan, jadi jika aku
terus belajar seperti biasa, seharusnya
tidak ada masalah.”
“Syukurlah
kalau begitu.”
Setelah
menyuapkan somen, aku lalu melanjutkan.
“Lantas,
mengapa kamu harus berhenti dari pekerjaan paruh waktumu?”
“Eh?”
Nene-chan
tampaknya tidak menyangka akan mendengar hal ini, dan wajahnya terlihat sangat terkejut.
“Aku
mendengarnya dari
manajer Tsukimi.”
“…Oh,
begitu. Lalu, kenapa?”
“Alasannya
untuk berhenti adalah belajar, tetapi jika tidak ada masalah, bukannya kamu tidak perlu berhenti?”
“Tidak ada
salahnya, ‘kan? Lagipula
itu tidak ada hubungannya dengan Arata-san.”
Penolakan
paling jelas yang belum pernah aku
terima sebelumnya.
Ketika
Nene-chan berkata bahwa itu tidak ada hubungannya, dadaku yang kosong terasa
sakit. Mungkin aku memang tidak
berhak ikut campur urusannya.
Nene-chan
kemudian berdiri tanpa menatapku.
“Terima
kasih untuk makanannya, aku akan pulang sekarang.”
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya