Hanayome wo Ryakudatsu Jilid 2 Selingan 7 Bahasa Indonesia

 

Selingan — Bagian Nene 3

 

 

Nene melihat-lihat sekeliling saat dia sedang berjalan, menghindari tatapan orang lain. 

(Hari ini seperti biasa, aku makan sarapan dengan Arata-san, lalu mengantarnya saat dia pergi bekerja di kafe. Meski aku memberitahunya kalau aku pergi keluar untuk belajar, tetapi seharusnya ia tidak menyadari bahwa aku akan bertemu seseorang hari ini.) 

Dia menuju kafe tua di pinggiran kota dengan langkah kaki yang berat

Setelah sampai di depan kafe, dia mengambil napas dalam-dalam. Setelah memastikan amplop yang ada di dalam tasnya, dia kemudian membuka pintu. 

Pintu kayu tipis itu terasa sangat berat, seakan-akan terbuat dari besi, dan perasaan terjebak seolah-olah akan dimasukkan ke penjara merayap dari kakinya. 

Arata-san pasti sedang bekerja, jadi seharusnya tidak ada yang tahu jika aku bertemu seseorang. 

“Sebelah sini, sebelah sini!

Begitu dirinya masuk, seorang pelanggan yang sudah ada di sana melambaikan tangan dengan akrab kepada Nene. 

Menanggapi hal itu, Nene berusaha sekuat tenaga untuk menampilkan wajah tanpa ekspresi sambil melangkah dengan sikap tegas. 

Dia kemudian duduk berhadapan di seberang meja. 

“Nee-san, hari ini──

“Kamu juga bisa memesan sesuatu loh, Nene. 

Seolah ingin menghentikan Nene yang ingin berbicara, orang yang tersenyum padanya adalah Himeno. 

“Kue Tart di sini enak, lho?

Himeno yang sudah memesan dan mulai makan, merekomendasikan itu kepada Nene. 

Tidak, aku hanya ingin memesan kopi saja.

Nene memanggil pelayan untuk memesan. 

Tak lama kemudian, kopi pesanannya pun tiba. Selama itu, mereka berdua terdiam, dan suasana di antara mereka terasa berbeda dibandingkan dengan beberapa kelompok lain di dalam kafe. 

Nene mengambil satu teguk kopi dengan perasaan seolah-olah bergantung pada sesuatu. 

Nene, sepertinya kamu sangat menikmati pekerjaan paruh waktumu, ya.

Menyusul tindakan sebelumnya, Himeno memulai percakapan dengan nada sarkastik. 

“Onee-chan terkejut, lho. Saat aku lagi asyik berjalan-jalan di kota, aku melihat kafe di mana Nene bekerja, dan bahkan ada Arata-san di sana. Aku mendengar dari anak dengan rambut biru muda itu yang mengatakan kalian berdua sangat akrab. Tapi, memangnya itu mungkin? Menurutku tidak mungkin bagi orang normal untuk bekerja dengan mantan tunangan kakaknya sendiri.

……

Nene menggigit bibirnya mendengar nada berlebihan dari Himeno.

Hubungan Nene dan Arata berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Mereka telah menghabiskan waktu dengan menyenangkan, tetapi itu hanya karena mereka mengabaikan banyak hal untuk terus mempertahankannya

Mantan tunangan dan adiknya, orang dewasa dan gadis SMA, kini seorang guru dan murid, semuanya berdiri di atas keseimbangan rapuh yang bisa berantakan jika mereka mengambil langkah yang salah. Apa yang telah mereka bangun mungkin tidak akan dipahami oleh masyarakat dan tidak mengherankan jika mereka dicemooh. 

Hal ini ditunjukkan dengan jelas oleh Himeno, yang tidak memiliki rasa normal. 

Apa semua orang di tempat kerjamu mengetahui hal ini? 

Itu...

Melihat bagaimana reaksi Nene yang terdiam, Himeno mengerutkan bibirnya. 

Dalam surat yang diberikan dari Sora, di sana tertulis [Jika kamu tidak ingin semua orang tahu tentang hubunganmu dengan Arata-san, tolong hubungi aku], dan Nene, yang telah memblokir Himeno, akhirnya menghubungi dan sepakat untuk bertemu di sini. 

Benar sekali, mana mungkin kamu bisa memberitahu hal semacam itu kepada mereka. Apa pendapat semua orang yang tahu tentang itu?

Himeno dengan sengaja memisahkan kata-katanya, seolah-olah ingin menekankan maksudnya

Adik perempuan yang merebut tunangan kakak perempuannya.

Jantung Nene berdegup kencang.

Bukan berarti Nene tidak pernah mencemaskan tentang hal itu. Jika hanya melihat situasi, mungkin wajar jika orang berpikir seperti itu. Itulah sebabnya dia hanya menjelaskan situasi kepada orang-orang terdekatnya. Dia tidak bisa menjelaskan kepada setiap orang, dan tidak berharap mereka bisa memahaminya. Namun, meskipun demikian, mendengar kata-kata itu dengan mudah melukai hati Nene. 

Dan Arata-san adalah pria paling brengsek yang beralih ke adik perempuan yang lebih muda.

Ahahahahaha. 

Tawa Himeno menggema di dalam kafe kecil itu. 

Meskipun dia sendiri yang membatalkan pertunangan, Himeno dengan ringan mengejek Arata. 

Jangan katakan begitu.

Nene berhasil menahan diri untuk tidak berdiri dan menyerang Himeno. Perasaan kuat yang dia miliki terhadap Arata membuatnya seperti itu. 

“Apa-apaan dengan tatapan matamu itu?

Itu tidak benar.

Aha~. Mungkin saja ada orang yang berpikir begitu, jadi aku cuma mengatakannya. Jangan terlalu serius menanggapi lelucon.

Setelah selesai mengucapkan apa yang ingin dia katakan, Himeno mengubah topik pembicaraan

Apa kamu membawa apa yang sudah kubilang padamu?

...Aku membawanya.

Nene mengeluarkan amplop dari dalam tasnya. Amplop itu segera direbut oleh Himeno yang langsung memeriksa isinya. 

Sedikit banget.

Dari amplop yang dibanting di atas meja, terlihat sepuluh lembar uang 10 ribu yen. 

Bagi seorang siswa SMA, uang 100 ribu yen merupakan jumlah yang besar. Di sela-sela kegiatan sekolah dan belajarnya, dia menghabiskan waktu dan tenaga, berusaha untuk bersenang-senang meskipun itu bukan permainan, jadi dia harus berhati-hati dan mengalami kesulitan. Mungkin ada malam-malam di mana dia mengalami kegagalan dan merasa terpuruk, tapi itu adalah uang yang didapat dari pengulangan pengalaman tersebut. (TN: 100 ribu yen itu kalau dirupiahkan sekitar 10 jutaan lebih)

Himeno yang tidak ingin bekerja tidak memiliki hak untuk mengkritik Nene. 

"Kalau cuma segini sih, uangnya akan segera habis setelah membayar bunganya. Bukannya sudah kubilang kalau kamu harus meminta uang dari ayah dan ibu? 

“Aku tidak bisa melakukan itu...

“Memangnya kamu tidak bisa memilih caranya? Jika jumlahnya sedikit seperti ini, Onee-chan mungkin akan mengungkapkan sesuatu. 

“Aku mohon. Tolong jangan lakukan itu.

Tolong, Nene menundukkan kepalanya

Baiklah. Karena suasana hatiku sedang baik, kali ini aku akan membiarkanmu seperti ini. Kalau begitu, kamu harus memberiku 100 ribu yen setiap bulannya ya.

Eh?

Apa?

...Baiklah.

Nene menundukkan kepalanya sekali lagi kepada Himeno, yang berbicara seolah-olah itu hal yang wajar meskipun dengan nada kesal. 

(Orang ini dengan gampangnya mengambil semua dariku. Seperti boneka yang sangat kusayangi saat kecil, atau saat aku mencalonkan diri sebagai tunangannya Arata-san. Dan sekarang, dia berusaha mengambil tempatku dan kehidupan yang akhirnya didapat Arata-san. Aku tidak keberatan jika dia mengambil tempatku. Tapi aku tidak akan membiarkan Arata-san kehilangan apapun lagi setelah ia kehilangan segalanya pada hari itu. Jika bisa diselesaikan dengan uang, aku ingin melindunginya. Aku bersedia mengorbankan diriku jika aku bisa melindungi kedamaian Arata-san.) 

Sambil menguatkan tekad di dalam hatinya, kepalan tangannya tergenggam erat di atas lututnya saat tetesan rasa frustrasi menetes ke bawah

Nafas Nene mulai tersengal-sengal. Sepertinya batas kesabaran sudah dekat. 

Baiklah, sampai jumpa lagi~. Oh, tolong bayarkan yang ini juga ya.

Himeno melambai-lambaikan tangannya saat keluar dari dalam kafe

Bagi Nene yang menunduk, tidak melihat sosok Himeko yang menyebalkan itu adalah satu-satunya penghiburan. 

Hei, kamu ini siapa sih? Jangan menghalangi jalanku, biarkan aku lewat!

Tidak, aku tidak akan membiarkanmu lewat. Uang itu bukan milikmu. Bagaimana kalau kamu mengembalikannya kepada Nene-chan?”

Suara rendah yang familiar, namun kali ini terdengar marah, membuat Nene merasa seolah-olah dia baru mendengarnya untuk pertama kali. 

Namun, dia tidak mungkin salah, dan Nene mendongak seolah dipandu oleh suara itu.

Di depan pandangannya, ada sosok Arata yang berdiri menghalangi Himeno di depan pintu.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama