Chapter 15 —Vol 4.5 SS Bonus: Sensei~ Ketua Dan Wakil Ketua Masih Terus Bermesraan Di Arena ~
(Serius, bagaimana ini bisa terjadi?)
Touya berpikir
dengan kepala pening sembari berdiri
di area datar dengan tank top dan
celana pendek. Apakah alasan kenapa kesadarannya terasa linglung karena Ia
tidak bisa merasakan sensasi kenyataan dalam situasi ini atau cuma karena Ia
ingin melarikan diri dari situasi yang dialaminya sekarang? Touya sendiri tidak
tahu. Tapi wajar-wajar saja Ia bereaksi begitu.
“Uwooooooooo!
Habisi diaaaaaa!!!!”
“Jangan
pernah memaafkan bajingan yang sudah menipu Chisaki-chan!”
“Mukanya!
Ayo pukul bonyok mukanya!”
Kerumunan
di sekitar arena Touya tampak mengamuk dan berteriak. Niat membunuh yang mengerikan
terkandung di dalam teriakan tersebut. Apa mereka serius ingin menghabisi
nyawanya?
(Ah~ sudah kuduga kalau itu bukan sekedar provokasi murahan~)
Karena
tidak bisa menolak ajakan kekasih tercintanya, Touya pun mengunjungi dojo milik
keluarga Sarashina. Bertentangan dengan kecemasanya, pertemuan dengan Masternya
Chisaki berjalan dengan damai dan lancar. Sejauh itu masih terlihat bagus, tapi
sayangnya Ia menurunkan kewaspadaannya.
[Karena kamu sudah jauh-jauh datang ke sini, bagaimana kalau
kamu ikut berpartisipasi dalam festival seni bela diri juga?]
Touya
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa saran santai dari Chisaki akan menjadi
pertunjukan seperti acara gulat profesional.
Ketika
memasuki arena pertandingan, para penonton di sekitarnya tidak bersorak sorai
untuknya, melainkan hawa membunuh yang kuat. Di depannya ada seorang pria
berotot setinggi hampir dua meter yang memancarkan niat membunuh yang bahkan
lebih mematikan. Touya tidak bisa melihatnya dengan jelas karena Ia melepas
kacamatanya, tapi Ia bisa memahami kalau lawannya itu sedang memelotot tajam ke
arahnya. Ia sendiri tidak tahu kenapa dirinya dipelototi dengan penuh kebencian
seperti itu ...
(Ketika disuruh untuk melepas kacamataku, aku sempat kaget
‘Eh, seriusan nih?’ …. Tapi untung saja aku melepas kacamataku. Jika aku
melihat lawanku, aku pasti akan bergidik ketakutan)
Untuk
pertama kalinya setelah sekian
lama, Touya yang masih suka minder hendak menunjukkan wajahnya, ketika seorang
pria berjaket dojo putih mendekatinya.
“Untuk
kedua peserta, apa kalian sudah siap?”
Rupanya,
pria tersebut merupakan wasit pertandingan. Tidak, jika ditanya apa dirinya sudah siap atau tidak, Touya
ingin menjawab kalau dirinya tidak siap sama sekali.
“Touya~
berjuanglah~!”
Kemudian
pada saat itu, sorakan dukungan pacarnya dari bangku penonton terdengar keras
dan menyemangati Touya yang sudah setengah menyerah.
(Betul sekali, aku sudah bukan pria penakut maupun lemah lagi!)
Seraya
memotivasi dirinya sendiri, Touya mengangkat tangan kanannya ke arah Chisaki
dan mengangguk pada wasit. Dan kemudian, ketika Touya mencoba menyapa sebentar
kepada pria yang menjadi lawannya dengan senyum ramah.
“Ummmm,
ayo bertanding dengan aman dan adil?”
Menanggapi
salam ramah Touya, lawannya justru menjawab….
“Akan,
kuhabisi, kau.”
Balasan
yang diterima justru dipenuhi dengan hawa membunuh dan suara gagap.
(...Apa-apaan dengan 'pria yang dimodifikasi' ini yang mengorbankan
kecerdasannya demi bisa mendapatkan kekuatan ototnya?)
Kira-kira apakah aku
bisa keluar dengan selamat setelah pertandingan ini? Touya
sempat berpikiran seperti itu. Sang wasit lalu memberi beberapa instruksi
lanjutan pada kedua peserta.
“Peserta dilarang mengincar titik lemah
yang mengakibatkan luka fatal atau cacat permanen. Lalu, dilarang membunuh
lawan yang sudah tak berdaya”
Apa
telinganya salah dengar? Touya merasa kalau Ia baru saja mendengar kalimat ‘membunuh’
dari mulut wasit
“Baiklah,
apa kedua peserta sudah siap? Kalau begitu, mulai!!!”
“Uwoooooooooo~~!!!!”
“Hurghp”
Hampir
bersamaan dengan dimulainya aba-aba pertandingan, Touya
segera menghindari serangan lawan yang mengincar badannya. Tekanan tinju yang
dirasakan kulitanya membuatnya berkeringat dingin.
“Wooooo!”
Begitu
keringat dingin yang keluar mulai bercucuran, pukulan bertubi-tubi dari lawan
terus menyerangnya tanpa ampun.
(Tidak, tidak, ini beneran gawat! Jika aku terkena salah satu
dari pukulan dari ini, aku pasti bakalan dirawat di rumah sakit!)
Alasan
kenapa Touya bisa berhasil menghindar serangan mematikan sambil berpikir seperti
itu karena Ia pernah
mengalami serangan yang lebih cepat dan tanpa henti dari serangan lawannya.
(Dibandingkan dengan pedang bambu milik Chisaki dan Empat
Musim Bersaudari, serangan ini cukup lambat)
Para
penontoh mulai heboh ketika melihat Touya yang bahkan tidak
melakukan perlawanan dan terus menghindari serangan hanya dengan menggerakkan
tubuh bagian atas dan gerak kakinya. Tapi Touya tidak mempunyai banyak waktu untuk memikirkan
hal itu.
(Aku berhasil menghindarinya, tetapi apa yang harus kulakukan
dari sini?)
Lagipula,
Touya tidak pernah memukul siapa pun. Satu-satunya pengalaman seni bela diri
yang dimilikinya hanyalah judo yang pernah Ia ikuti di sekolah. Untungnya,
lawannya mengenakan seragam dojo, jadi sepertinya teknik judo bisa digunakan,
tapi....
(Tidak ada celah untuk serangan balik, dan jika aku
menggunakan teknik kaki sekarang ….)
Pada saat
itu, situasi yang Touya takutkan terjadi.
“Urgh?!”
Paha
kanan Touya mengalami dampak pukulan, dan keseimbangannya goyah tak terkendali.
Ya, kemampuan mengelak Touya, yang dilatih di dalam klub kendo wanita, hanya terbatas
pada bagian atas tubuhnya saja. Bagian bawah tubuhnya yang tidak pernah
terlatih seni bela diri tentu saja tidak bisa dibilang sebagai teknik kaki.
“Oh?”
Pria itu
sedikit bingung ketika tendangan ringannya berhasil mengenai lawan. Dengan
sedikit tercengang, Ia mengayunkan lengan kanannya untuk menyerang Touya, yang
telah mendapatkan kembali keseimbangannya …. Lalu Touya berhasil melihat
satu-satunya kesempatannya untuk menang.
(Sekarang!!)
Ketika Ia
memutar tubuhnya untuk menghindari serangan lawan, Touya menyeruduk dada lawan
dan meraih lengan lawan yang hendak diayunkan, Ia lalu meletakkannya di bahunya
dan menggunakan momentum tersebut untuk membanting lawannya ….
“Oryaaaaaaaaa——”
Touya
berusaha membanting lawannya dengan kekuatan penuh... tapi Ia tidak bisa
mengangkatnya. Pria itu kehilangan keseimbangan dan cuma butuh beberapa langkah
untuk mengembalikannya.
(Ah, gawat, apa yang harus kulakukan dari sini——)
Sementara
Touya memikirkan itu, lawannya langsung menepis lengannya dengan paksa. Sesaat
kemudian, bidang penglihatannya dipenuhi dengan tinju— —— dan pada akhirnya, Touya
kehilangan kesadaran.
◇◇◇◇
“Uwooooooooooooooo!!”
Di
hadapan Touya yang tergeletak pingsan, lawannya berteriak penuh kemenangan. Para
penonton juga langsung bersorak sorai pada kemenangan pria tersebut, sampai
…ada satu bayangan yang mendarat di arena.
“Wasit,
aku ingin mengajukan pembalasan.”
Usai
mengatakan itu, Chisaki berjalan menuju area tengah arena dengan tatapan mata
yang cerah dan senyum tipis di wajahnya.
“Di-Diizinkan.”
Wasit
sedikit kehilangan kata-kata karena kekuatan yang terkandung dalam perkataan
Chisaki, dan memberitahunya demikian. Chisaki kemudian bertanya pada pria itu,
yang menatapnya dengan tatapan bingung, sambil meregangkan jari-jarinya satu
per satu.
“Apa kamu
suka bunga?”
Dua menit
kemudian, pria itu dengan lihainya ditanam di sudut arena. Meskipun itu tidak mekar dengan sangat baik,
sih.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya