Roshidere Jilid 9.5 Chapter 16 Bahasa Indonesia

Chapter 16 —Vol 4.5 SS Bonus: Jangan-Jangan, Masha-san....?

 

“Astaga, ketika pertama kali menonton video itu, aku sempat berpikir apa yang sebenarnya terjadi. 

“Aku juga sependapat...

Hehehe, karena itu sangat menarik sekali sampai-sampai aku berpikir kalau aku harus menunjukkannya kepada kalian semua.

Aku malah sedikit takut. Aku mengira ada sesuatu yang merasuki Kuze-kun..." 

Haha, hihi.

Alya, bukannya kamu terlalu terhibur dengan video itu? 

“Ya-Yah aku mengerti perasaannya sih.

Bahkan Sarashina-senpai sampai ikutan segala...

Setelah kompetisi memasak yang diadakan oleh para wanita berakhir, tujuh anggota OSIS sedang menyantap makan malam sambil mengobrol. Dalam suasana yang sangat akrab itu, Masachika tiba-tiba menyadari sesuatu dan melirik ke arah Maria. 

“Investigasi tentang tujuh misteri sekolah sebelumnya juga sangat menakutkan sekali, iya ‘kan~ Alya-chan.

Eh, benarkah?

“Satu-satunya orang yang takut hanya Masha doang. 

Ah, sudah kuduga?

Eh~! Alya-chan pengkhianat!

Maria terus-menerus memakan ayam goreng sambil berbincang dengan Alisa dan Chisaki. Masachika mengamatinya dengan seksama dan semakin yakin. Adapun yang diyakininya itu adalah.... 

(Masha-san... bukannya dari tadi dia terus-terusan makan?) 

Begitulah. Tidak ada yang terlalu khusus dalam kecepatan makannya, atau suapan yang terlalu besar. Hanya saja... ya, dia terus makan. 

Sebagai juri dalam kompetisi memasak, Masachika dan Touya sudah mulai makan lebih dulu, dan wanita-wanita lainnya juga mulai meletakkan sumpit mereka, tetapi Maria tetap makan tanpa mengurangi kecepatan. Sudah hampir satu jam sejak dia mulai makan. 

Ah, aku akan memakan ini juga ya~?

Maria mengatakan itu dengan nada santai dan mengangkat mangkuk besar berisi solyanka. ...Jika dipikir-pikir, ini sepertinya sudah yang ketiga kalinya dia mengucapkan hal yang serupa

Sepertinya Maria juga yang membersihkan piring besar berisi hamburger dan nasi goreng yang sudah kosong. 

Mm~♪ Rasanya enak sekali meski aku sendiri yang memasaknya~

Maria tersenyum puas saat menikmati solyanka yang tersisa, yang sudah hampir habis

...Entah kenapa, pemandangannya sangat mencolok. Jika hanya potongan ini yang dilihat, seolah-olah dia menghabiskan sup dalam mangkuk besar seorang diri, menciptakan kesan yang salah. 

(Masha-san... apa jangan-jangan dia tipe orang yang makan banyak?) 

Mungkin itu adalah penilaian yang sedikit tidak sopan terhadap wanita, tetapi melihat Maria yang terus makan solyanka dan roti Prancis tanpa menunjukkan tanda-tanda kesulitan, membuatnya mau tak mau mulai berpikir demikian. Memang, ada alasan mengapa dia bisa tumbuh begitu besar

(Upss

Saat Masachika melirik si kakak perempuan dan pikiran nakal melintas di benaknya, ia merasakan tatapan dingin dari Alisa dan langsung mengalihkan pandangannya. Namun pada saat itu, pandangan matanya justru bertemu tatapan Maria. 

Eh? Ah, Kuze-kun, apa kamu ingin memakannya juga? 

Ah, ya...

Maafin ya? Sisanya cuma tinggal satu suapan lagi, tapi... apa kamu tetap mau mencobanya?

Uhmm... kalau begitu, aku akan memakannya. 

Sebenarnya, dia tidak benar-benar ingin makan, tetapi karena pandangan mata mereka sudah bertemu, Masachika balas menanggapinya dengan mengangguk. Lalu, “Ini, dirinya disodorkan solyanka dan... roti Prancis yang sudah dimakan. Hmm?

...

Ah, maaf ya? Kurasa kamu tidak suka makanan yang sudah dimakan?

Tidak, aku... tidak masalah.”

Sebaliknya, hal semacam inilah yang harus diperhatikan Masha-san... ketika Masachika berpikir begitu, ternyata yang paling memperhatikannya adalah Alya-san. Tatapannya menusuk pipi. 

Yah, kalau begitu, apa aku boleh memakan rotinya?”

Benarkah? Maaf ya~?

Tidak, Masha-san tidak perlu minta maaf segala. Sungguh." 

Sambil berusaha tidak melihat ke arah Alisa, Masachika mengembalikan roti Prancis kepada Maria. 

(Sebenarnya, aku hampir saja melakukan ciuman tidak langsung... Apa Masha-san benar-benar tidak mempedulikannya?) 

Saat Masachika memikirkan hal itu dan melihat ke arah wajah Mariya, dia sedikit menundukkan kepala sambil mengunyah roti Prancis. Ya, sepertinya dia sama sekali tidak peduli. Sebenarnya, dia justru sangat lahap. 

Kalau begitu, aku akan menerimanya...

Sambil mengatakan demikian, Masachika memasukkan sisa solyanka ke dalam mulutnya. 

(Tidak, jika dipikir dalam arti luas, bukannya ini juga masih bisa dianggap sebagai ciuman tidak langsung...?) 

Saat dirinya merenungkan hal itu sambil menggerakkan sendok, Maria yang sudah selesai makan roti, menatapnya dengan ekspressi bahagia. Ketika Masachika mengangkat wajahnya, Maria tersenyum lebar sambil sedikit memiringkan kepalanya. 

“Enak?

Ah, ya. Rasanya sangat enak.

Hehehe, syukurlah~

Dengan senyum ceria, Maria menatapnya dengan bahagia. 

(Apa-apaan ini dengan pemandangan yang mirip seperti istri yang mengawasi suaminya yang sedang makan?) 

Ketika Masachika sedang memikirkan hal seperti itu, tiba-tiba... 

“Fufufu, kalian berdua terlihat seperti pasangan suami istri saja. 

Yuki mengatakan hal yang sama persis. Tatapan dari arah sampingnya terasa menusuk pipinya

Eh, apa kami memang kelihatan seperti itu~?

(Dan mengapa kamu malah kelihatan senang begitu?) 

Masachika berpikir demikian di dalam hatinya, tapi memutuskan jika ia merespons dengan serius, suasananya akan menjadi aneh. Dirinya dengan sengaja membuat wajah serius dan mengangguk dengan berlebihan. 

Hmm, begitu ya, jadi kami terlihat seperti pasangan suami istri, ya.

Kemudian ia menyeringai dengan lebar dan menatap tajam ke arah Alisa. 

Jadi begitulah, mulai sekarang, panggil aku dengan sebutan Kakak ipar.

“Ogah!”

Begitu? Kalau begitu, bagaimana kalau dengan panggilan Onii-chan?” 

Itu malah semakin buruk!

Touya dan Chisaki tertawa terbahak-bahak mendengar komentar bodoh keduanya. Dalam suasana yang menyenangkan itu

Ah, aku akan memakan ini ya~?

Suara Maria yang keempat kalinya hari ini terdengar dengan santai.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama