Chapter 9 —10 Maret (Kamis) Asamura Yuuta
Ada pagi
yang terasa istimewa begitu aku terbangun. Bukan karena aku memiliki
kemampuan untuk merasakan hal yang aneh, atau karena hari itu benar-benar
terjadi sesuatu yang luar biasa.
Hatiku
sendiri lah yang mengetahui bahwa pagi ini merupakan pagi
istimewa.
Ketidakmampuanku
untuk tidur terasa seperti kebohongan, dan saat aku terbangun, hatiku terasa
ringan dan segar.
Setelah
itu── saat aku membenamkan
wajahku di dada Ayase-san dan mendengarkan
detak jantungnya, entah bagaimana mataku terpejam
tanpa kusadari.
Kesadaranku
meluncur menuju ambang tidur
dan aku tertidur tanpa bermimpi. Ketika aku terbangun, tentu saja Ayase-san sudah tidak ada di kamarku, dan aku
berpikir apakah itu semua hanya mimpi.
Aku
mencuci muka dan bersiap-siap.
Seolah
tidak terjadi apa-apa, aku menyapa Ayase-san dan menjalani pagi hari seperti biasa.
Dan kemudian saat itu pun tiba.
Pada
waktu yang sama seperti kemarin.
Smartphoneku
tergeletak di atas meja makan.
Aku dan Ayase-san duduk di depan smartphone. Namun, berbeda dari kemarin, kami
duduk berdampingan, bukan saling berhadapan.
Aku segera
mengetuk tepat pada waktu pengumuman dan hasilnya langsung ditampilkan.
Universitas
Ichinose.
Asamura Yuuta── Diterima.
Pada saat
yang sama, Ayase-san yang juga melihat layar berbisik dengan lembut, “Berhasil…! Kamu
berhasil, selamat!”
Kupikir
aku akan berteriak kencang jika lulus, tetapi entah kenapa,
aku hanya terdiam dan menatap layar yang menunjukkan hasil tersebut dengan
penuh perhatian. Seolah-olah aku takut jika aku mengalihkan pandangan, hasilnya
akan berubah saat aku melihatnya lagi.
Tentu
saja, hal semacam itu tidak akan terjadi.
“Selamat karena sudah diterima, Yuuta-niisan.”
“Ah…!
Terima kasih, Saki.”
Aku langsung
mengambil smartphone-ku dan mengirimkan pemberitahuan
kelulusan kepada ayahku melalui LINE. Karena kejadian kemarin, aku sudah
memberi ahu Akiko-san bahwa aku akan mengirimkannya sore nanti. Apa pun
hasilnya, aku tidak ingin mengganggu waktu tidur ibuku dua hari
berturut-turut.
Ayahku
segera membalas dengan pesan “Selamat” seperti kemarin.
Dan
setelah sedikit jeda, mungkin karena hasil dari universitas negeri dan swasta
sudah keluar, pesan dari teman-temanku mulai berdatangan satu per satu. Tidak
hanya pemberitahuan hasil, tetapi juga pesan ucapan selamat dan penghiburan
memenuhi layar. Di smartphoneku dan smartphone Ayase-san.
“Wah, Maru
berhasil masuk Fakultas
Sains Universitas Tokyo,
ya. Hebat sekali.”
“Katanya Maaya juga lulus. Seriusan, mereka luar biasa, ya.”
Sepertinya
ketua kelas juga berhasil lulus. Sayangnya, Makihara-san tidak lulus. Ketika
aku merasa heran kenapa aku tidak
menemukan pemberitahuan dari Yoshida, tampaknya ia sudah menuju ke tempat
Makihara-san.
Pesan
yang aku kirimkan ke grup obrolan anggota tempat kerja segera mendapatkan
balasan dari Yomiuri-senpai.
Dari segi waktu, sepertinya Kozono-san
masih dalam jam pelajaran, karena dia belum membaca pesanku. Mungkin reaksinya
akan datang setelah jam sekolah.
“Begitu ya. Kalau
di SMA, waktu sekarang masih ada jam pelajaran,
ya…”
Ayase-san
berkata pelan.
Baru
sepuluh hari sejak kelulusan kami, tapi aku
sudah melupakan tentang jadwal waktu itu.
“Ah.”
Ayase-san
berseru kaget.
“Ada
apa?”
“Hmm. Aku mendapat pesan dari Melissa
dan Ruka-san. Mereka mengucapkan selamat padaku.”
“Oh, jadi
kamu sudah memberitahu mereka?”
“Ya.”
Teman
baru Ayase-san yang dia temui secara kebetulan selama perjalanan sekolah
tampaknya sudah terjalin dengan baik di dalam hatinya.
Ikatan
baru… ya.
Begitu ya,
mulai sekarang aku akan berkuliah di universitas Profesor Mori mulai musim semi
ini.
Kehidupan
baru akan dimulai. Lingkungan kehidupanku yang selama ini berputar di
sekitar Shibuya akan semakin meluas. Begitu juga dengan Ayase-san. Ada banyak
hal yang akan berubah. Baik kehidupanku dan Ayase-san yang sudah
dewasa akan berpindah ke tahap baru dari sini.
Sekolah
baru, jalan menuju sekolah yang baru. Teman-teman baru…
Ikatan
baru.
Namun,
bukan hanya terpesona oleh hal-hal baru, ada juga hubungan yang ingin aku jaga dan
teruskan. Seperti Maru untukku. Seperti Narasaka-san
untuk Ayase-san.
Aku juga
berpikir tentang hal ini saat acara pesta
perayaan di restoran keluarga, bahwa pertemuan Ayase-san
dengan Narasaka-san
adalah sesuatu yang sangat berharga dan penting. Hal itu bisa terlihat jelas
dari luar.
Jadi──.
“Aku
sudah memikirkannya.”
Kata-kata
tersebut keluar begitu saja dari
mulutku.
“Hm?”
Ayase-san menatapku.
“Jadi,
kupikir saat kita menjadi mahasiswa, kita mungkin
akan mendapatkan banyak teman dan kenalan baru.”
“Ya, itu memang benar. Tapi──”
Kami
memiliki pemikiran yang sama.
“Maru dan
Narasaka-san──” “Maaya dan
Maru-kun──”
──Terutama,
aku ingin tetap berteman dengan mereka untuk waktu yang lama.
“Melihat
bagaimana mereka berdua
merencanakan acara pesta perayaan
itu. Aku berharap kita berempat bisa melakukan sesuatu bersama, jika
memungkinkan.”
“Ya. Aku
juga memikirkan hal yang sama.”
Balasan
Ayase-san membuatku semakin senang.
Kami
berempat dengan akrab. Ah, jika itu bisa terwujud, rasanya pasti akan sangat
menyenangkan.
“Jadi,”
Ayase-san melanjutkan.
“Maaya
bertanya apa aku ingin pergi
berlibur setelah lulus. Dan Asamura-kun juga harus
ikut.”
“Eh?”
Liburan…?
Itu berarti──.
“Apa itu berarti kita bertiga, aku,
Ayase-san, dan Narasaka-san?”
“Eh, ah. Entahlah, aku pikir Maru-kun juga akan
ikut.”
“Jadi,
maksudnya kita berempat,
ya?”
Ayase-san
mengangguk.
“Saat dia mengusulkan itu, aku jadi berpikir. ‘Selama ini, aku merasa kita
selalu bergantung pada Maaya dan Maru-kun’.”
“Ah, yah… itu memang
benar.”
“Tapi,
jika begitu, kita hanya akan terus bergantung pada mereka.”
Setelah
mendengar hal tersebut, aku
mulai menangkap apa yang akan dikatakan Ayase-san selanjutnya.
“Aku mengerti. Jadi, maksud Ayase-san
adalah──”
“Ya. Kali
ini aku tidak ingin bergantung dengan mereka.
Jadi… bagaimana kalau kita merencanakan sendiri? Liburan setelah lulus.”
Aku
secara refleks mengangguk di tempat.
Benar.
Tidak baik terus-menerus hanya berdiri diam.
Kehidupan
baru akan dimulai pada bulan April.
Bukan
hanya sekedar ditarik, tetapi juga bisa
menarik.
Sebagai
cara menunjukkan rasa terima kasih kami kepada sahabat-sahabat kami, kami ingin
menunjukkan kepada mereka bukti perubahan kami di
akhir masa SMA.
Mari kita
kibarkan bendera tinggi-tinggi.
Pegang
obor dan berlayar melintasi lautan!
