Gimai Seikatsu Volume 13 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog

 

Narasaka Maaya: “Hingga Kini” dan Mulai sekarang”

(Sudut Pandang Narasaka Maaya)

Terdengar suara yang tampak terkesan dari ujung telepon yang lain

Iya. Seriusan, seriusan! Saki lah yang mengusulkannya sendiri. Dia ingin mengatur perjalanan dengan Asamura-kun.” 

Ini adalah pembicaraan tentang perjalanan liburan setelah lulus. 

Setelah lulus dari SMA Suisei, kehidupan universitas akan dimulai pada bulan April. 

Universitas yang kupilih dan ujikan adalah Fakultas Sains di Universitas Tokyo. Semua orang bilang kalau aku pasti akan diterima. Tapi, aku masih tidak begitu yakin. Saat tahu aku diterima, aku merasa senang, “Yay!” 

“Jadi, tolong puji aku dong?” 

Muu, bukankah reaksinya terlalu ketus? Padahal aku ingin ia bisa lebih memujiku. 

Tapi, kembali ke topik. 

Jadi, tidak diragukan lagi segala sesuatunya akan menjadi sibuk mulai bulan April dan seterusnya, dan itu membuatku sedikit khawatir. Aku mendengar bahwa mahasiswa sains itu sangat sibuk. Sebelum sibuk, aku ingin pergi berlibur bersama teman-teman, iya kan? 

Aku juga sudah mengatakan ini sebelumnya. Iya, iya, yang itu, jadi… 

Aku ingin berlibur ke mana saja hanya dengan teman-temanku

Makan bersama, melihat hal yang sama, berbicara banyak, dan bersenang-senang. 

──Kamu juga berpikir begitu, kan? 

“Reaksimu datar banget.” 

Orang ini, sepertinya ia belum pernah berlibur dengan teman-temannya, ya. Ketika aku mengatakan itu, ia bilang kalau dirinya pernah ikut pelatihan. Tapi itu sih berbeda. Tidak, ya kegiatan klub sih masih dianggap bolehlah. Karena aku tidak punya pengalaman masuk di dalam klub jadi aku tidak begitu tahu

Karena aku adalah anggota klub langsung pulang, aku harus mengurus adikku. Yang paling kecil masih di taman kanak-kanak, jadi aku harus menjemputnya sore hari, dan juga ada adik laki-laki yang masih SD, jadi aku sering memasak makan malam. 

Karena kedua orang tuaku bekerja, jadi aku yang harus membantu. 

“Ah, iya, iya. Oh, kamu bertemu baru-baru ini, kan? Dia lucu, bukan? Meskipun begitu, aku senang ia mau bergantung padaku.” 

Hmm? Itu tampaknya menarik, ya? 

Ya, mungkin. 

…Hmm. Ya, ya, ya ya. Itulah reaksi yang aku inginkan. 

Enggak apa-apa sih, memang enggak apa-apa sih. Tapi itu berbeda. Ketika aku bilang aku merawat adik-adikku, baik semasa SMP maupun SMA, orang-orang selalu berkata. 

──Sepertinya kamu tidak bisa melakukan apa yang kamu inginkan. 

──Sepertinya kamu tidak punya banyak kebebasan, ya? 

Mereka mengatakan itu dengan nada kasihan dan menganggapku malang

Apa maksudnya dengan kasihan? Jangan memaksakan pandanganmu padaku. Aku tidak merasa kasihan pada diriku sendiri, kok? Jangan sembarangan mendefinisikan apa itu kasihan untukku. 

Begitulah ngedumelku

Makanya, aku terkejut. 

Dalam kehidupanku sampai saat itu, itu adalah pertama kalinya. Ada orang yang mendengarkan ceritaku dan hanya menjawab “Hmm.” 

Karena itulah, aku jadi tertarik. 

Orang itu adalah Ayase Saki. 

Tunggu, tunggu, apa-apaan dengan menguap yang dibuat-buat itu. Kenapa sih?” 

Aku tahu ia sedang menggoda. 

Kamu bilang aku membicarakan tentang Ayase lagi? Hmm. Baiklah. Biarkan aku bercerita.” 

Semakin aku mengenalnya, semakin misterius gadis yang bernama Ayase Saki.

Dia memiliki rambut panjang berwarna terang dan anting-anting berkilau di kedua telinganya. Dia mungkin terlihat seperti anak nakal, tetapi sebenarnya dia sangat serius, tidak pernah membolos dan selalu mendapat nilai bagus. Namun, dia tidak pernah bergabung dengan kelompok mana pun dan tetap teguh dalam kesendiriannya──. 

Siapa orang ini? Keren sekali. 

Setelah itu, aku terus mendekatinya. Pada awalnya, dia menunjukkan wajah kesal ketika aku mengganggunya, tetapi aku sudah belajar bersabar menghadapi adik-adikku yang nakal, jadi aku tidak terburu-buru. 

Ketika aku merasa dia hampir marah, aku akan mundur sedikit. Sebaliknya, jika aku merasa ada peluang, aku akan terus mendekatinya sampai dia menyerah. Dengan begitu, dia mulai berbicara sedikit demi sedikit. 

Hmm? Kamu bilang aku seperti sedang berusaha merayu seseorang yang aku suka? 

“Apa kamu cemburu?” 

Wahahaha. Reaksi yang bagus! 

Nah, tentang rambut merahku ini. Sebenarnya, rambutku yang alami sudah memiliki nuansa kemerahan, dan aku mewarnainya seperti ini karena ingin terlihat modis seperti Saki. Ketika aku berbicara dengannya, aku merasa Saki yang baik hati ini hanya dinilai nakal karena warna rambutnya. Di SMA Suisei yang dipenuhi siswa berprestasi, rasanya tidak seimbang dalam arti yang berbeda, bukan? Jika aku juga mewarnai rambutku, aku pikir itu akan membuatku lebih bebas, dan semua orang bisa lulus dari citra serius mereka, menjadikan suasana kelas lebih berwarna. Jujur, aku sedikit berpikir seperti itu. 

Oh, dan Saki juga membantuku saat memilih warna rambut. 

Jadi, begitulah adanya

Itulah yang membawa hubungan kami sampai saat ini, tapi aku belum pernah pergi berlibur dengan Saki, kecuali perjalanan sekolah. 

Karena itu, liburan setelah lulus ini penting bagiku, bersama Saki. Paham? 

Hmm. Baguslah jika kamu mengerti. 

Jika Saki dan Asamura-kun merencanakan sesuatu, aku ingin menyerahkannya kepada mereka. 

Aku sangat menantikannya. Kira-kira mereka akan mengajak kita ke mana

Perjalanan seperti apa yang akan mereka rencanakan? 

Jika kita pergi berlibur bersama──. 

Aku yakin kita akan semakin akrab.

 

◇◇◇◇

 

Maru Tomokazu: “Hingga Kini” dan Mulai sekarang”

(Sudut Pandang Maru Tomokazu)

 

“Ou~. Maaf ya sudah repot-repot memanggilmu kemari.” 

Kami duduk di kursi dua orang di dekat jendela kafe. Setelah menunggu lawan bicaraku duduk, aku mulai berbicara. 

Fakultas Sains I Universitas Tokyo. 

Itu adalah pilihan yang aku impikan. Aku baru saja diterima dengan baik. Tentu saja, aku sudah memberi tahu itu melalui LINE. 

Namun, itu hanya gambaran umum. 

Aku ingin seseorang untuk berdiskusi tentang persiapan kecil-kecil menjelang hari pendaftaran. Bagaimanapun juga, ini adalah universitas pertamaku. Banyak prosedur yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Aku ingin bertukar informasi dengan orang yang berjalan di jalur yang sama. 

Mana mungkin ini cuma jadi alasan? Ini benar-benar pertukaran informasi.” 

Aku berharap kamu mempercayainya, aku adalah tipe yang berhati-hati dan tidak melewatkan persiapan sebelum melakukan sesuatu yang baru. 

Aku mengeluarkan brosur persiapan masuk dari tas dan membacanya dengan seksama bersama lawanku, sambil menyimpan setiap hal yang harus dilakukan ke dalam daftar yang harus dilakukan di smartphone-ku. 

Dalam hal melaksanakan langkah-langkah ini tanpa hambatan, lawan bicaraku yang ada di depan ini sangat cerdas. Bisa dibilang, dia lebih cerdas dariku. Ketika kami pertama kali bertemu secara online, dia berpura-pura menjadi mahasiswa, dan aku benar-benar mempercayainya

Setelah menyelesaikan semua langkah, tidak ada lagi yang bisa dilakukan. 

Waktu yang tersisa adalah…… 

“Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol santai?” 

Kamu bilang, sebetulnya, ini mungkin lebih penting

Sungguh mengecewakan. Aku adalah orang yang memprioritaskan hal-hal yang harus dilakukan. 

Tapi, aku juga bisa salah. Ketika ditanya “Seperti apa?” Hmm…… ada satu kesalahan yang masih aku sesali. 

Aku membicarakan rumor tanpa dasar tentang Ayase kepada Asamura. 

Aku pikir Asamura mungkin terjebak dengan wanita aneh. Omong-omong, “aneh” di sini adalah permainan kata. Kurasa kamu mengerti. 

Artinya, seharusnya aku menasihatinya untuk menjauhi wanita itu, dan aku berpikir dengan cara yang dangkal. Sekarang, jika aku memikirkan kembali, itu sangat memalukan. 

Maaf. 

Kamu merasa jengkel kenapa aku malah harus minta maaf padamu? Karena itu seperti menghina Ayase.... Aku merasa wajar jika dia marah.” 

Kenapa kamu malah tertawa di situ? 

…… Apa kita mengkahiri pembicaraan itu sampai di sini? 

Aku ingin berbicara tentang hal yang lebih berarti. 

Seperti, “Anime apa yang kamu tonton musim ini?” 

Atau obrolan semacam itu. 

Sudah kubilang, kenapa kamu malah tertawa di situ? 

Aku ingin terus berusaha menyeimbangkan hal-hal yang harus dilakukan dan hobi. 

Dan, meskipun aku sendiri terkejut saat berbicara seperti ini…… Dan, ini adalah sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh orang di depanku. 

Bahwa aku, yang berpikir bahwa berpacaran dengan lawan jenis adalah hal yang paling tidak berguna dalam menyeimbangkan hal-hal yang harus dilakukan dan hobi, akhirnya terlibat dalam hal itu. 

Sungguh mengejutkan. 

Namun, kami memiliki begitu banyak topik bersama, dan tiba-tiba kami berada dalam situasi seperti itu. 

Kita memang tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi dalam kehidupan. Dalam arti itu, selama tiga tahun ini, aku juga telah berubah…… 

Yah, kurasa itu perubahan yang baik. 

Bukannya kamu juga berpikir begitu?” 

Di luar jendela kafe, dedaunan hijau di dalam pot itu tampak berkilauan di bawah sinar matahari, mengingatkan kita pada datangnya musim semi.

 

◇◇◇◇

 

Mulai Sekarang’ Ayase Saki

(Sudut pandang Saki)

 

Hari setelah pengumuman diterimanya Asamura-kun. 

Sambil menggosok mataku yang masih mengantuk, aku melihat sekeliling dan mungkin ini hanya ilusi, tetapi semua barang di dalam rumah terlihat berwarna lembut. 

Aku menuju ke kamar mandi. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca buram di ujung koridor menciptakan pola mosaik berwarna-warni di lantai. 

Pemandangan yang seharusnya kulihat setiap pagi kini terasa istimewa. 

Hari ini rasanya sedikit lebih hangat. Musim dingin telah berakhir. Mungkin masih terlalu cepat untuk berpikir begitu, tetapi aku mulai merasakannya begitu

Dalam kehidupanku ke depan, aku harus bisa mengambil inisiatif, tidak hanya menunggu. Dalam hubungan antar manusia, maupun dalam hal lainnya. 

Aku merasa positif. 

Pertama-tama, aku harus membuat sarapan hari ini. Hari ini adalah giliranku, besok giliran Asamura-kun. Setelah jadwal khusus selama ujian berakhir, kami bergantian memasak, tetapi ketika ada pesaing, aku merasa lebih termotivasi. 

Asamura-kun telah bertanggung jawab memasak selama lebih dari setahun, tetapi belakangan ini ia berusaha membuat hidangan yang agak rumit, jadi aku juga harus tetap semangat. 

Ngomong-ngomong…… 

Mulai bulan April, aku akan menjadi mahasiswa, ya. Aku masih belum sepenuhnya merasakannya. Mungkin perlahan-lahan, sebutan mahasiswa akan mulai cocok untukku. 

Tapi, ini masih bulan Maret. 

Sebelum itu, pertama-tama, ada perjalanan kelulusan. 

Ini adalah langkah pertamaku yang tidak pasif. Aku akan merencanakan perjalanan kelulusan bersama Asamura-kun. Ini mungkin pertama kalinya kami merencanakan sesuatu berdua. 

Meskipun aku murni menantikan perjalanan itu, aku juga merasa sangat bersemangat untuk merencanakannya bersama Asamura-kun. 

Ah, aku sangat menantikannya. 

Aku merasa sangat Bahagia saat ini

Namun, aku tahu. Puncak kehidupanku masih jauh di depan. 

Aku merasakan bahwa akhir dari kehidupan ini semakin dekat. 

Untuk momen itu, aku ingin mendapatkan kekuatan sebagai seorang individu, untuk bisa menghadapi orang lain dengan benar. 

Saat aku mengakhiri “kehidupan sebagai adik tiri”── saat aku mengungkapkan hubunganku dengan Asamura-kun kepada ibu dan ayah. 

Hanya setelah itu, aku──. 

Akan benar-benar mandiri. 

Akan benar-benar menjadi dewasa. 

Aku membuka jendela. 

Semilir angin musim semi berhembus masuk, dengan lembut mendorong punggungku menuju dapur.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama