Kimizero Jilid 10 Epilog [TAMAT] Bahasa Indonesia

Epilog

 

Ryuuto, itu sudah berapa mangkuk?

Eh, entahlah. Mungkin sekitar delapan puluh.

Eh, luar biasa! Aku sudah lima puluh dan perutku hampir penuh!" 

Seminggu setelah pernikahan, aku dan Luna sedang makan di luar. 

Luna mencari informasi dan menemukan bahwa ada restoran wankosoba di Shinjuku, itulah sebabnya kami datang ke tempat ini. 

Di dalam restoran, mangkuk berisi mi soba dalam porsi satu suap berputar seperti sushi, dan para pelanggan mengambil soba dari sana dengan cara berdiri. 

Di depan kami, sudah ada tumpukan menara mangkuk yang terbuat dari sepuluh mangkuk. 

...Ah, mungkin aku sudah tidak bisa memakannya lagi.

Aku juga, rasanya sudah cukup puas.

Kalau begitu, ayo kita keluar! 

Kami pun keluar dari restoran wan-kosoba dan berjalan menyusuri jalan utama yang ramai menuju stasiun. 

Suasananya masih pagi. Hari ini, aku akan membantu Luna mengemas barang-barangnya di rumahnya. Perusahaan pengambilan barang akan datang sore ini, jadi kami harus berusaha sedikit lagi, dan sengaja naik kereta untuk makan. 

Wankosoba itu menyenangkan!

Luna berkata dengan senang. 

Meski rasanya sedikit berbeda dari yang aku bayangkan sih! 

Iya. Aku membayangkan seseorang akan menaruh mis soba ke dalam mangkuk.

Tapi, yang begini juga menyenangkan! Rasanya seperti menjadi food fighter!

Luna yang berkata demikian terlihat puas. 

Senang sekali aku bisa memakan wankosoba ketika masih ada di Jepang! 

Benar.

Karena aku sudah pergi ke Chiba, jadi aku tidak menyesali apapun untuk sementara waktu sekarang! 

Kemarin, kami mengunjungi Chiba untuk sehari. Karena khawatir tentang perut kami, kami hanya puas dengan satu gelas tapioka masing-masing setelah makan siang. Hidangan tanful yang kucicipi pertama kali juga rasanya enak. 

Besok, kami akan meninggalkan Jepang. 

Senang rasanya bisa mencicipi wankosoba pertama kali dengan Ryuuto!

Luna menggenggam tanganku dan aku membalas dengan senyuman. 

Entah itu yang pertama atau bukan, kita akan terus melakukan berbagai pengalaman bersama.

Iya!

Luna mengangguk sambil tersenyum dan mendekatkan dirinya dengan memeluk lenganku. 

Seumur hidup!

 

◇◇◇◇

 

Kondisi kamar Luna sebagian besar sudah hampir rapi. Kecuali furnitur besar yang akan ditinggalkan, hampir semuanya sudah masuk ke dalam kotak kardus dan tertata di koridor. 

Yang terakhir adalah isi mejaku! Aku sudah memakai sejak SD, jadi banyak sekali isinya dan susunannya sulit! Kemarin, aku membaca catatan yang dikirim oleh teman saat kelas di SMP!

Itu hal yang umum saat beres-beres. 

Baiklah, aku akan berusaha!

Kemudian, aku mulai membantu Luna mengemas barang-barang yang dia pilih dari laci meja dan rak ke dalam kotak kardus. Aku mendesak Luna yang mencoba berbicara menyimpang dengan berkata, Ini album saat festival olahraga! dan akhirnya, pengemasan selesai beberapa jam kemudian.

 

Ah, akhirnya selesai juga! Terima kasih, Ryuuto!

Setelah aku mengeluarkan kotak kardus terakhir ke koridor, Luna tersenyum dan mengucapkan itu. 

Semua kotak ini tinggal dibawa ke bawah!

Pengambilan jam 5 sore, kan? Waktunya cukup mepet. 

Ketika aku melihat jam dinding, waktunya sudah menunjukkan pukul 4 sore. Meskipun tampak hampir rapi, meja yang sudah bertahun-tahun digunakan ternyata adalah lawan yang tangguh. 

Saat memastikan tidak ada yang tertinggal, aku memeriksa sekitar meja. 

Eh? Ada sesuatu yang jatuh di celah antara meja dan dinding...

Itu adalah selembar kertas yang terlipat kecil sekitar tiga sentimeter persegi. Dari ketebalannya, sepertinya berukuran B4. Meskipun kertas itu dipaksa untuk dilipat kecil, saat diambil dari celah, kertas itu tidak terbuka, jadi sepertinya sudah disimpan terlipat seperti itu selama bertahun-tahun. 

Eh, kira-kira apaan ya?

Luna mengambilnya dariku dan membukanya. 

Bagian dalam kertas itu dipenuhi tulisan tangan. Ternyata bukan hanya satu lembar, tapi dua lembar kertas catatan. 

…………

Apa itu?

Luna mulai membaca dan setelah beberapa saat tidak mengatakan apa-apa, aku berpikir mungkin itu adalah sesuatu yang tidak boleh disentuh, tapi tetap saja aku bertanya. 

…Iya.

Luna menyerahkan kertas itu padaku. 

…Ada sesuatu yang nostalgia. Apa kamu ingat malam Natal saat kelas dua SMA?

Eh? …Iya… 

Malam Natal saat kelas dua SMA... itu adalah saat Luna berharap ayah dan ibunya kembali bersama, dan dia merencanakan pesta Natal yang dikenal sebagai Operasi Duo Lotte dengan bantuan Kurose-san. 

Saat itu, aku menulis surat untuk dibaca di depan ayah dan ibuku. Tapi pada akhirnya tidak bisa disampaikan. …Ini adalah surat dari saat itu.

Eh, boleh aku membacanya?

Iya. Jika Ryuuto yang membacanya, kurasa aku akan merasa tenang. Begitulah perasaanku saat itu.

…………

Dengan perasaan campur aduk, aku mulai membaca surat itu.

 

Untuk Ayah dan Ibu,

Ayah, Ibu, aku sekarang sedang menulis surat ini sambil menangis. Aku tidak pernah menyangka aku akan menulis surat lagi untuk kalian berdua.

Pada pernikahan sepupuku Nao-chan tahun lalu, aku menangis saat membaca Surat dari Pengantin Wanita kepada Orang tuanya yang ditulis Nao-chan. Salah satu alasannya karena surat Nao-chan bagus, tetapi mungkin juga karena kupikir aku tidak akan bisa menulis surat untuk orang tuaku di pesta pernikahanku sendiri. Jadi hari ini, aku akan menulis surat ini untuk kalian berdua seolah-olah aku adalah pengantin waniya.

Aku sangat menyukai aroma roti yang Ibu panggang di pagi hari Minggu ketika kami berlima tinggal bersama. Aku menikmati sarapan pada hari libur karena lauk-pauknya lebih banyak daripada hari kerja dan juga ada buah. Ayah adalah orang yang terakhir bangun, lalu seharian hanya bersantai. Namun, tiba-tiba Ayah bisa mengajak kami pergi berkemah. Saat pergi berkemah, aku sangat senang bisa menikmati masakan Ayah. Dengan kotak makan besar, rasa nasi yang kami masak bersama masih tak terlupakan hingga sekarang.

Aku sangat mencintai Ayah dan Ibu.

Aku sangat menyukai rumah Shirakawa yang ada Ayah dan Ibu. Jika Santa masih bertanya padaku tentang apa yang aku inginkan, aku pasti akan mengatakan, Tolong berikan aku rumah Shirakawa yang ada Ayah dan Ibu.

Namun, yang bisa mewujudkan permintaan itu bukanlah Santa.

Karena itulah, hari ini aku merencanakan pesta ini. Bagaimana jika kita membuat kenangan menyenangkan di rumah Shirakawa sekali lagi? Jika Ayah dan Ibu setuju, aku berharap kita bisa membuat hari-hari seperti ini sekali seminggu… atau bahkan sebulan sekali.

Aku akan mengatakannya sekali lagi. 

Ayah, Ibu, aku sangat mencintai kalian. Selamat Natal! 

Dari Santa Luna

 

…………

Aku teringat pada hari malam Natal itu. Ayah mertua muncul sambil membawa Misuzu-san di pesta Natal yang direncanakan dengan perasaan seperti ini. Kekecewaan Luna tidak terukur.

Malam ketika aku merawat Luna yang pulang dengan demam tinggi setelah pulang ke rumah, aku juga teringat pagi yang kami sambut bersama, dan sedikit demi sedikit aku bisa kembali tenang. Semua yang terjadi saat itu membentuk keadaan kita sekarang... bagi siapapun juga.

…………

Saat aku berpikir tentang kata-kata apa yang harus kukatakan kepada Luna dan tidak bisa mengalihkan pandanganku dari surat itu, aku mendengar suara langkah kaki kecil yang riuh dari bawah. Karena sekarang hari Sabtu, Misuzu-san, yang selesai bekerja dari klinik pada pukul satu siang, mungkin membawa pulang si kembar dari taman kanak-kanak. Ayah mertua sedang bekerja hari ini.

Nee-nee~!

“Kami pulang!

Pintu terbuka dengan suara ceria, dan akhirnya aku bisa mengalihkan pandanganku dari surat itu. 

Haruna, Haruka! Selamat datang kembali!

Luna, dengan ekspresi ceria yang berubah drastis, menyambut adik-adiknya. 

Wah, kamar Nee-nee, tidak ada barangnya! 

Tidak ada barangnya!

Keduanya berseru melihat ke dalam kamar Luna. 

Ah, Ryuuto ada di sini lagi! 

Ryuuto, kami pulang! 

Selamat datang, Haruka-chan, Haruna-chan.

Karena selama dua minggu terakhir kami sering bertemu, aku sedikit lebih akrab dengan keduanya. 

Ryuuto, itu apa?”

Apa itu?

Keduanya tiba-tiba memperhatikan dua lembar kertas yang penuh lipatan di tanganku. 

Tunjukkan, tunjukkan!

Haruka-chan menggenggam lenganku dan tanpa memberi kesempatan untuk menghentikannya, dia mengambil kertas itu. 

Setelah melihatnya bersama Haruna-chan, dia langsung mengangkat wajahnya. 

Surat? Apa yang tertulis di sana?" 

"Tidak bisa dibaca! Bacakan dong~! 

…………

Atas desakan mereka berdua, aku dan Luna bertukar pandang dan tersenyum pahit. 

……Ini adalah…

Luna berkata kepada adik-adiknya dengan suara yang agak pelan

Ini surat yang Nee-nee tulis untuk Papa dan Mama yang mengatakan 'Aku sangat mencintai kalian'.

…………

Aku tidak tahu bagaimana pemahaman si kembar yang masih kecil tentang hubungan darah mereka dengan Luna. Mungkin mereka menganggapnya sebagai kakak yang lahir dari ibu yang sama. 

Begitu ya!

Haruna-chan berkata sambil tersenyum bahagia. 

Haruna dan yang lainnya juga sangat mencintai Papa dan Mama! 

Nee-nee juga sama!

Mendengar itu, wajah Luna mulai berkerut. 

Begitu… itu benar juga…

Suara itu bercampur dengan air mata, Luna berlutut dan memeluk kedua adik perempuannya dengan penuh kasih sayang

Kalau begitu, aku yakin dengan begini, semuanya baik-baik saja…!

Luna menangis, dia menangis sejadi-jadinya

Mendengar tangisan Luna seperti itu mengingatkanku pada malam Natal waktu itu 

Ada apa, Nee-nee?" 

“Apa kamu merasa kesepian karena kamu akan pergi ke luar negeri besok? 

“Tenang saja, Haruna dan yang lainnya akan selalu meneleponmu! 

Bagus, bagus, kamu anak baik, Nee-nee! 

Ketika Luna terus menangis, si kembar mengelus kepala kakak mereka seolah menenangkan teman sekelas mereka.

 

Takdir yang tidak diinginkan kadang-kadang bisa mengajarkan sesuatu yang tak terduga.

Bagi Luna, hal itu mengenai adik perempuan yang berbeda ibu, dan bagiku, hal itu mengenai cinta pertama yang hancur. 

Luna mungkin tidak akan berpikir untuk menjadi pengasuh jika dia tidak merawat adik-adiknya, dan aku juga takkan bercita-cita menjadi editor jika tidak diajak oleh Kurose-san untuk bekerja paruh waktu di redaksi. 

Kehidupan kita dibentuk dan diwarnai oleh kebetulan aneh yang berada di luar kendali kita. 

Misalnya, bagaimana jika pada hari itu orang yang diminta Shirakawa-san untuk meminjam pensil mekanik bukanlah aku. 

Bagaimana jika nilai ujianku lebih buruk dibandingkan Iccchi dan Nisshi, sehingga aku tidak dijatuhi sanksi hukuman

Dan bagaimana jika Shirakawa-san sedang tidak jomblo

Kehidupanku saat ini terdiri dari begitu banyak kebetulan yang membuatku pusing. Semua itu sangat berharga dan aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika hal-hal itu tidak ada. 

Namun pastinya, di suatu tempat, sesuatu mungkin sedikit berbeda.

Pada akhirnya, kupikir Luna ada di sisiku saat ini. 

Alasan kenapa aku tidak bisa mengiabaikan perasaan itu karena perjalanan ini terasa seperti serangkaian keajaiban yang hanya bisa dianggap sebagai takdir.

 

◇◇◇◇

 

Setelah pengambilan barang selesai dengan baik, aku keluar bersama Luna. Karena di luar masih terang, sepertinya dia akan mengantarkanku ke stasiun. 

Sekarang setelah kupikir-pikir, kamu benar-benar tidak menulis surat pengantin wanita, ya.

Aku merasa aneh karena dia tidak mengungkit masalah surat yang tadi, jadi ketika percakapan terputus, aku mengatakannya. 

Benar. …Aku disarankan untuk melakukannya oleh orang-orang di tempat acara resepsi, dan aku sempat berpikir mungkin aku bisa melakukannya… tapi entahlah.

Luna menjawab sambil berjalan tanpa mengubah ekspresinya, matanya masih sedikit merah. 

……Mungkin karena aku berpikir, jika aku membacanya di sana… mungkin ada orang-orang yang akan terluka. 

……Begitu ya.

Aku jadi mengingat wajah Misuzu-san dan si kembar. 

Meskipun itu adalah panggung di mana dia bisa menjadi bintang utama sekali dalam seumur hidup, Luna sangat memikirkan orang lain. 

……Tapi tidak apa-apa. Aku akan mengirimkan banyak surat kepada mereka berdua ke depannya.

Eh?

Saat aku melihat ke samping, Luna berkata dengan senyum ceria. 

“Habisnya, seluruh kehidupanku itu sendiri adalah surat untuk Ibu dan Ayahku, kan?

Kemudian, dia menatap langit dengan ekspresi ceria. 

Aku akan menulis banyak surat bahagia. …bahkan jika suatu hari aku harus mengirimkannya ke langit. Sampai suatu hari aku pergi ke langit. 

Setelah berkata demikian, Luna tersenyum padaku. 

Jadi, bahkan jika aku dilahirkan kembali, aku ingin bersamamu lagi, Ryuuto.

……Benar juga. Jika memang harus dilahirkan kembali, aku juga ingin seperti itu.

Eh? Apa maksudnya? Apa kamu tidak ingin dilahirkan kembali?

“Habisnya, aku merasa sangat bahagia 'sekarang'.

……Begitu ya. Jadi begitu maksudnya." 

Mungkin teringat percakapan kami di Okinawa, Luna tampak mengerti. 

……Aku mencintaimu, Luna.

Setiap kali aku mengucapkan kata-kata itu, aku merasa harus menegakkan badanku

Aku sedikit malu dan tersenyum, membuat Luna juga ikut tersenyum malu-malu

……Aku juga. Aku mencintaimu, Ryuuto.

 

Aku masih mengingat musim semi kelas 2 SMA saat aku pertama kali jatuh cinta pada Luna. 

Shirakawa Luna adalah gadis tercantik di angkatanku. Bagiku, dia adalah sosok yang seperti matahari. 

Keberadaannya begitu menyilaukan sehingga aku tidak berani menatapnya secara langsung, dan jika aku mendekat terlalu dekat, orang introvert seperti diriku ini bisa langsung terbakar habis menjadi abu

Akan tetapi, matahari itu sebenarnya adalah bulan. 

Alih-alih membuatku terbakar karena terlalu dekat, dia menyelimutiku dengan cahaya yang lembut dan terus menerangi jalan yang kami lalui bersama. 

Selamanya.

 

◇◇◇◇

 

Semuanya, jaga diri kalian baik-baik ya!

Keesokan harinya, di depan pos pemeriksaan keamanan bandara, kami melambai kepada keluarga yang datang mengantar. 

Satu tangan lainnya tetap terpegang erat. 

“Kami pergi ya!”

Dengan langkah mantap, kami menginjak lantai resin halus di bandara. 

“Fufu”

Aku tersenyum kepada Luna yang berada di sampingku.

Masa lalu, masa depan, dan cinta abadi, semuanya berada di dalam genggaman tanganku saat ini juga.

 


TAMAT

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  

Catatan Penerjemah: 

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah mengikuti LN ini dari awal hingga volume terakhir ini dan mengawasi bagaimana perkembangan cerita kehidupan mereka berdua ^_^

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama