Chapter 5.5 — Panggilan Telepon Panjang Antara Luna dan Nikoru
“Luna, upacara dan resepsi pernikahanmu benar-benar menakjubkan! Aku menangis sejadi-jadinya! Selamat ya!”
“Nikorul! Aku merasa terharu karena kamu! Pidatomu juga sangat bagus! Terima kasih
banyak!”
“Ada banyak
kenangan yang muncul, jadi rasanya sulit
untuk menahan air mata. Kenangan dari masa SMA dan sebagainya...”
“Ya...
hentikan dong~ aku bisa menangis lagi!”
“Sebentar
lagi kita tidak akan bisa bertemu lagi...”
“Kita pasti
ketemu lagi sebelum keberangkatan!
Jadi ayo makan!”
“Ya,
mari kita lakukan itu!”
“Ah,
tapi, bukannya itu berarti waktumu dengan Sekiya-san akan berkurang?”
“Ah,
kalau itu sih tidak
masalah! Senpai bilang kalau dirinya
akan tinggal di sini untuk sementara. Dia bilang bisa tinggal sampai bulan September.”
“Eh,
masa?”
“Ya.
Senpai juga bilang kalau dirinya ingin
memutuskan tentang masa depannya denganku.”
“Masa
depan dengan Nikoru... jangan-jangan maksudnya? Eh, menikah!?”
“Tidak,
bukan begitu maksudnya.
Sebenarnya, aku menginginkannya sih, tapi untuk sekarang, aku ingin
fokus pada masa depan yang lebih dekat.”
“Jadi maksudnya?”
“...aku
sedang mempertimbangkan untuk
pergi ke Hokkaido.”
“Eh!?”
“Senpai
juga sempat bertanya, 'Mau tinggal bersama denganku?'
tapi aku tidak ingin mengganggu studinya, jadi aku memutuskan untuk tinggal
sendirian di dekat apartemen Senpai.”
“Begitu
ya...!”
“Sebenarnya,
aku ingin menyewa kamar di apartemen yang sama, tapi tempat Senpai mahal, jadi
aku berencana mencari tempat yang lebih murah di dekat situ!”
“Begitu...”
“Dan
yang penting adalah pekerjaan, kan? Sebenarnya, kemarin aku mengirim email ke
salon kuku di Sapporo yang sedang membuka lowongan dan menanyakan beberapa hal.”
“Eh,
kamu cepat sekali bertindak!”
“Dan
ternyata, hasilnya cukup bagus. Salon itu berada di Susukino,
jadi banyak pelanggan dari para hostess, dan mereka banyak memesan nail art
yang mencolok dan glamor! Bukannya
itu sangat cocok untukku yang suka nail
art ala gyaru?”
“Beneran! Itu sangat
bagus!”
“Salonku yang sekarang dekat dengan pusat
keramaian, tapi tetap saja, itu adalah daerah perumahan, ‘kan? Sebagian besar pelanggannya
adalah pekerja kantoran dan ibu rumah tangga biasa, dan mereka sering kali
memiliki desain yang sederhana dan elegan, jadi aku
merasa kurang mendapatkan keseruannya.”
“Kalau
begitu, pas banget!”
“Iya, ‘kan?
Meskipun aku merasa tidak enak kepada
seniorku di salon yang sekarang, tapi demi masa depanku, mulai sekarang aku akan hidup demi cinta.”
“Ya...
kita hanya hidup sekali, jadi kita
harus menjalani kehidupan tanpa adanya penyesalan.”
“Betul!
Kita harus berlayar tanpa penyesalan! Mengarungi
lautan kehidupan yang luas!”
“Wah,
muncul lagi Nikoru
si penyair setelah sekian lama!”
“Sahabatku
sudah bahagia, dan ibuku juga menemukan orang baik... mulai sekarangm aku akan
hidup untuk membuat diriku bahagia.”
“Ya,
aku mendukungmu!”
“Aku
juga mendukungmu, Luna. ...Tidak peduli seberapa jauh kita terpisah.”
“Ya...
tapi begitu ya, jika Nikoru juga pergi ke Hokkaido, saat aku
pulang sebentar, kita tidak bisa bertemu di Tokyo, kan?”
“Ah,
tapi jika itu saat libur panjang Senpai, mungkin aku bisa kembali ke sini
beberapa hari.”
“Begitu ya, syukurlah!”
“...Oh iya, ngomong-ngomong.”
“Hm?”
“Hari
ini, aku berbicara dengan pacar barunya
Ren.”
“Eh,
serius!?”
“Ya.
Dia bilang, 'Namaku Asako
Wakana,' dan aku sempat bingung
sejenak apa namanya Asako
atau Wakana.”
“Hebat...
dia memperkenalkan diri. Dia tangguh banget~!”
“Ketika
melihat Ren dan Asako sedang berbincang, kupikir hatiku akan lebih
gelisah, tapi ternyata tidak ada perasaan apa-apa.”
“Begitu
ya?”
“Ya.
Aku menyukai tempo percakapanku saat bersama Ren, dan suasana
yang membuatku bisa berbicara tentang apa saja. Tapi, jelas saja, jika ada
pacar baru, mana mungkin kami
bisa ngobrol semeriah itu, kan?”
“Iya,
benar...”
“Aku
benar-benar merasa bahwa semuanya sudah berakhir. ...Suasana yang bisa
dibicarakan tentang apa saja saat bersama Ren, aku
hanya perlu menciptakannya
bersama Senpai mulai sekarang... Aku bisa
merasakannya lagi sekarang.”
“Begitu ya. Jadi, ada untungnya Asako-chan mengajakmu berbicara.”
“Benar.
Di awal, aku langsung menunjukkan wajahku yang tegas, dan dia jadi 'Hii!'
terkejut. Ren bilang, 'Nah ‘kan?
Dia itu gyaru
yang galak, kan?' dan ia
kembali memanggilku 'gyaru
yang galak', itu sedikit membuatku kesal.”
“Ahaha!”
“Karena
Senpai ada di dekatku, aku sama sekali tidak merasa canggung.”
“...Sebaliknya,
mungkin Nishina-kun merasa terkejut, ya? Karena Nikoru kembali bersama Senpai.”
“Entahlah.
Sikapnya padaku membuatku kesal, jadi aku melaporkan tentang hubunganku dengan
Senpai kepada Ren, dan ia malah
bilang, 'Aku sudah mengira begitu.' Apa ia berpura-pura kuat?”
“Mungkin
saja... Tapi, Nishina-kun juga
terlihat bahagia, jadi itu bagus.”
“Benar.
Aku berharap dia tetap sehat dan bahagia ke depannya.”
“Ya.
Aku yakin kalau semua orang sudah mulai
berjalan di jalur yang baik."
“Benar.
...Luna?”
“Hm?”
“Terima
kasih sudah menemaniku berbicara lama sampai hari ini.”
“Eh,
tiiba-tiba kenapa? Sama-sama, kok?”
“Sewaktu
kelas satu SMA, aku pernah bilang,
'Aku kesepian karena ibuku bekerja malam dan tidak ada siapa-siapa di
rumah,' dan Luna bilang, 'Kalau begitu, mari kita
telepon setiap malam sebelum tidur.'”
“Begitu
ya. Rasanya nostalgia banget!”
“Berkat
Luna, aku tidak perlu menjalin hubungan dengan pria hanya untuk mengisi
kesepian malam sendirian...”
“Nikoru...”
“Aku
benar-benar berterima kasih padamu,
Luna... Ke depannya, meskipun kita terpisah, maukah kamu sesekali meneleponku?”
“Tentu
saja! Karena kita adalah sahabat gyaru
yang terbaik, ‘kan?”
“...Hehe!
Benar juga.”
“Iya ‘kan?”
“Ya,
mari kita tetap jadi sahabat gyaru
selamanya!”
Setelah mengakhiri panggilan, Luna membuka jendela kamarnya, dan
melihat langit malam di kawasan perumahan.
Bulan
yang perlahan-lahan berubah menjadi semakin
purnama, mengambang dengan garis tegas di
angkasa.
