Ojou-sama no Yousu ga Vol 2 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog Putih Kosong

 

Setelah ketegangan antara dirinya dengan Ranzan-sama bisa teratasi, Miu-san berhasil mengatasi trauma-nya. 

Setelah masalah mentalnya teratasi, Miu-san dengan cepat bisa berenang, dan dia juga berhasil memenuhi tantangan dari Ranzan-sama untuk membuatnya bisa berenang dalam waktu lima hari. 

“Aku akan mengakuinya.” 

Malam itu, Ranzan-sama memanggilku ke tepi laut dan memulai pembicaraan dengan kata-kata itu. 

“Yagiti Eito, kamu memang layak menjadi teman Miu.” 

“Terima kasih. …tapi, kamu yakin? Aku tidak bisa membantu Miu-san. Bahkan, rasanya wajar jika aku tidak diakui sebagai teman.” 

“Tidak. Kamu telah melakukannya dengan baik. …Bahkan, aku merasa berterima kasih. Mengatakan ‘aku mengakui’ mungkin terdengar sombong. Lagipula, aku adalah orang yang memberikanmu tantangan. Maafkan aku.” 

“Begitu kamu mengatakan sesuatu, kamu seharusnya tidak mudah berubah pikiran. Hal ini terutama sangat berlaku bagi calon pemimpin keluarga Shigenin.” 

Aku merasa senang kamu mengatakannya begitu.” 

Aku merasa kalau Ojou juga sering mengubah kata-kata yang diucapkannya dengan mudah, tapi aku akan berusaha untuk tidak memikirkan itu. Sifat yang ceroboh itu adalah daya tariknya. 

“Mulai sekarang, aku akan berbicara bukan sebagai calon pemimpin keluarga Shigenin, tetapi sebagai Shigenin Ranzan secara pribadi.” 

Wajah Ranzan-sama saat memandang laut malam tampak sangat tenang. 

“Maafkan aku. Aku telah bersikap kurang ajar padamu.” 

“Aku tidak mempermasalahkannya. Sebenarnya, jika ada pria yang mendekati adikku yang imut, kurasa wajar saja bagi seorang kakak bersikap begitu.” 

Ranzan-sama sangat menghargai Miu-san sebagai adiknya. 

Aku yakin dirinya mungkin tidak tenang di dalam hatinya. Karena itulah, dia mau terlibat dalam provokasi yang sangat jelas dan murahan itu. 

“Aku benar-benar berterima kasih padamu. Tanpamu, aku akan terus salah paham.” 

“Memang, mungkin ada beberapa kesalahan, tapi aku tidak berpikir semuanya salah.” 

“Mengapa kamu bisa begitu yakin?” 

“Aku bisa melihatnya dari senyuman Miu-san.” 

Jika Ranzan-sama benar-benar salah dalam segalanya, Miu-san pasti tidak akan bisa tersenyum.

Ketegangan tidak pernah terhapus. Tidak mengherankan jika ia terjebak dalam pusaran kebencian. Mungkin tidak mungkin bagi kakak beradik itu untuk bergandeng tangan dan berlatih berenang bersama. 

Namun, Miu-san mengulurkan tangan, dan kakak beradik itu saling menggenggam tangan satu sama lain. Kali ini, mereka tidak akan melepaskannya. Hal ini semua bisa terjadi karena Miu-san tidak benar-benar membenci Ranzan-sama dari lubuk hatinya. 

“……Aku memang bukan tandinganmu.” 

“Itu adalah kata-kata yang sangat berharga.” 

Pemandangan laut yang diterangi cahaya bulan terlihat sangat fantastis, seolah-olah bisa lenyap kapan saja. Keindahan yang rapuh itu menarik perhatianku. 

Setelah suara ombak yang tenang memenuhi suasana, Ranzan-sama mengulurkan tangannya. Saat ini, yang ada di sini bukanlah ‘calon pemimpin keluarga Shigenin’, melainkan sebagaiShigenin Ranzan’. Aku menjawab uluran tangannya dan kami saling berjabat tangan

“Yagiti Eito, aku tidak akan pernah melupakan rasa terima kasihku padamu. Di masa depan, jika ada yang sesuatu, aku berjanji akan menjadi kekuatanmu.” 

“Masalah Miu-san bukan hanya berkat usahaku sendiri. Yukimichi, Ojou, dan Otoha-san juga turut berperan serta. Dan tentu saja, usaha serta hati Miu-san sendiri yang membuatnya berhasil.” 

Begitu mendengar jawabanku, Ranzan-sama tersenyum pahit. 

“Baiklah, aku akan mengingat hal itu di dalam hatiku.” 

“Terima kasih.” 

Aku ingin menghindari kesan bahwa semua ini hanya berkat usahaku. Justru, tanpa bantuan orang lain, aku tidak bisa melakukan apa-apa. 

Kamu ini benar-benar… rendah hati atau tidak memiliki keinginan…itu  membuatku khawatir.” 

Begitukah?” 

“Ya. Hal tersebut membuatku jadi ingin melindungimu.” 

Entah mengapa, ada semangat dalam kata-katanya. 

Mungkin sama seperti Miu-san, Ranzan-sama sebenarnya adalah orang yang sangat protektif. 

“Sebetulnya, aku lebih condong menjadi pihak yang melindungi…” 

“Pihak yang melindungi pun bisa menjadi pihak yang dilindungi.” 

……Aku merasa senang. Mendapat perhatian dari seseorang seperti Ranzan-sama merupakan suatu kebahagiaan. 

Aku merasa usaha yang telah kulakukan selama ini tidak sia-sia. 

“Bagaimana kalau kamu menikahi Miu dan menjadi menantu keluarga Shigenin? Aku akan menyambutmu dengan senang hati. Jika kamu menjadi adik iparku, itu akan menjadi kebahagiaan yang lebih besar.” 

“Aku merasa sangat senang dengan tawaran itu, tetapi aku telah memutuskan untuk menggunakan hidupku ini, sampai titik akhir, demi Ojou. …Selain itu, Miu-san adalah orang yang terlalu mempesona untukku, dan ada juga permasalahan dengan perasaannya.” 

Aku merasa senang mendengar kata-kata Ranzan-sama, tetapi aku juga adalah teman Miu-san.

Aku ingin Miu-san bersatu dengan orang yang dia cintai sepenuh hati. Tentu saja, meskipun keluarga Shigenin adalah keluarga terhormat, tidak ada jaminan bahwa cinta bisa berujung pada pernikahan, tetapi sebagai teman, kurasa wajar jika aku berharap kebahagiaan untuknya. 

“Perasaan Miu sepertinya tidak masalah… tetapi, ya, begitulah. Jika aku menarik anjing penjaga dari keluarga Tendou, aku akan dibenci oleh Tendou Hoshine. Aku mungkin terlalu terburu-buru.” 

Setelah mengatakannya, Aranzan-sama menatap jam tangannya. 

“Maaf. Waktunya sudah hampir tiba.” 

“Apa kamu sudah ada jadwal berikutnya?” 

“Ya. Rasanya sangat disayangkan untuk pergi. Terutama, aku harus meluangkan waktu untuk berbicara dengan adikku. Penyesuaian jadwal untuk itu sangat diperlukan.” 

Jika memang demikian, aku yakin semuanya pasti akan baik-baik saja. Baik itu Miu-san maupun Ranzan-sama. 

“Selamat tinggal, Yagiri Eito. Sampai bersua kembali di lain kesempatan.” 

“Ya. Sampai jumpa lagi. Semoga kamu bisa menikmati harimu, Ranzan-sama.” 

Setelah menyaksikan punggung calon pemimpin yang pergi—keseharian kami di resor pun berakhir.

 

──────✧❅✦❅✧──────

 

“—Jadi, semuanya berakhir bahagia, ya? Hmm? Bagus, kan? Semuanya beres dengan damai.” 

Yukimichi yang mendengarkan laporanku di kafe, merangkum cerita dengan tampak malas. 

Setelah kembali dari resor, aku mengundang Yukimichi untuk bermain sekaligus melaporkan dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam kejadian ini, tetapi reaksinya tampak datar saat mendengar laporanku. 

“Apa? Kamu kelihatannya sangat tidak tertarik?” 

“Ya, begitulah. Sebagian besar sudah sesuai perkiraanku.” 

“Perkiraan? Dari mana sampai mana?” 

“Ketika kamu meminta bantuanku, aku sudah mendengar sebagian besar situasinya. Sejak saat itu, aku sudah bisa merasakan bahwa semuanya akan berakhir baik.” 

“Kamu sudah merasakannya? Kenapa? Pada saat itu, belum ada yang pasti, kan?” 

“Itu bukan logika. Sederhananya, itu insting. Aku yakin kamu bisa mengatasinya. Temanku, Yagiri Eito, memang seperti itu.” 

“……Begitu ya.” 

Ya. Rasanya menyenangkan mendengar hal itu dari sahabatku… sungguh membuatku bahagia. 

“Tapi, sungguh, meskipun kamu mulai hidup sendiri untuk menjalani kehidupan seperti pelajar biasa, rasanya kamu masih belum mendapat hasilnya, ‘kan?” 

“Di situlah masalahnya… jujur, aku merasa tertekan. Aku ingin memanfaatkan pengalaman ini untuk mengasah diriku dan melayani Ojou dengan lebih baik… tapi kenyataannya tidak seperti itu.”

Entah kenapa, aku tidak bisa menjauh dari Ojou. Jika terus begini, aku akan tetap tidak berkembang. 

“Yah, begitulah. Menjadi pelajar biasa bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Selain itu, dalam kasusmu, sepertinya kamu tidak akan pernah bisa menjadi siswa SMA biasa tidak peduli seberapa keras kamu mencobanya.” 

Bukannya perkataan ‘tidak peduli seberapa keras aku mencobanya’ itu terlalu berlebihan?” 

“Begitukah? Tapi menurutku itu mustahil kecuali kamu memulainya dari awal dengan keadaan yang bersih.” 

Bagaimana caranya aku bisa menghapus semuanya dan memulai dari awal?” 

Sungguh sulit. Aku sudah mencoba berbagai hal untuk menjadi pelajar biasa, tetapi pada akhirnya, tidak ada yang terasa pas. 

“Biasa… biasa, ya… bagaimana caranya bisa menjadi biasa?” 

Ini adalah masalah yang terus menghantuiku selama liburan musim panas. Hari-hari berlalu tanpa bisa menyelesaikannya—tapi aku tidak pernah menyangka akan ada cara seperti itu untuk menyelesaikannya.

Pada waktu itu, aku sama sekali tidak pernah membayangkannya.

 

──────✧❅✦❅✧──────

(Sudut Pandang Tendou Hoshine)

 

Hatiku terasa dingin. Jantungku berdetak sangat cepat. 

Kurasa aku belum pernah berlari sekuat tenaga seperti ini selama kehidupanku. 

Secepat mungkin, satu langkah lebih cepat, hanya bergerak maju. 

—Eito terluka saat menjalani misi untuk keluarga Tendou

Ketika aku mendapatkan kabar tersebut dari Oikawa Maki, seorang pelayan keluarga Tendou, aku segera berlari ke ruang medis di rumah. 

Ia tidak mati. Jadi, tidak apa-apa. Aku terus meyakinkan diriku sendiri. 

“Eito!” 

Aku membanting pintu ruang medis dengan keras dan masuk ke dalam

“………………………” 

Sosok Eito terbaring di tempat tidur dengan kepala dibalut perban, setengah duduk dan menatap kosong ke luar jendela. Melihat keadaannya seperti itu, aku merasa lega. 

“Syukurlah…” 

Ia masih hidup. Meskipun kepalanya dibalut perban, setidaknya ia masih hidup. 

“Syukurlah. Ah, aku benar-benar lega…” 

“Penampilannya memang terlihat parah, tetapi sepertinya lukanya tidak serius. Nyawanya tidak terancam.” 

Maki menjelaskannya dengan tenang. Namun, ada sesuatu yang terasa canggung. Apa dia menyembunyikan sesuatu? 

“Kamu bilang ia terluka saat menjalani misi, kan? Apa yang sebenarnya terjadi? Misinya seperti apa?” 

“Misi untuk menghancurkan senjata tanpa awak baru yang dikembangkan oleh organisasi tertentu yang menyasar keluarga Tendou. Saat kami menerobos masuk, sepertinya prototipenya sudah selesai…” 

“Jangan-jangan… di sana ia bertemu dengan senjata tanpa awak itu…?” 

“Oh, senjata itu sendiri sudah kami hancurkan dalam dua detik.” 

“Dua detik untuk menghancurkannya?” 

“Kami membalas tembakan laser yang diluncurkan dengan kecepatan cahaya.” 

“Kamu membalas laser yang diluncurkan dengan kecepatan cahaya????

Omong kosong macam apa yang sedang kamu bicarakan?

Tanpa sadar, aku mengira ini adalah bahasa asing yang bahkan tidak aku ketahui, jadi aku bertanya kembali. Dilihat dari reaksi Maki, dia tampaknya berpikir itu normal, tapi bukannya itu aneh dari sudut pandang mana pun, para pelayan di keluargaku? 

“Fasilitasnya telah sepenuhnya dihancurkan, dan kami berhasil menghapus semua data, termasuk yang asli.” 

“Be-Benarkah? Meskipun ada banyak hal yang bisa dipertanyakan, misi itu sendiri berhasil, ya… lalu, kenapa Eito bisa terluka?” 

“Setelah itu, sepertinya ia menginjak kulit pisang dan jatuh terpeleset, yang mana mengakibatkan kepalanya terbentur.” 

Bukannya itu cuma adegan klasik!?

Aku ingin kekhawatiranku kembali. Tidak, memang benar bahwa kepala yang terbentur bisa menjadi hal yang serius.

Pertama-tama, bukankah skalanya benar-benar tidak sinkron dengan kejadian yang terjadi sebelumnya...?

“Namun, yah… akibatnya, sesuatu yang merepotkan terjadi…” 

Maki berbicara dengan ekspresi ragu-ragu. Sepertinya ada masalah lain yang muncul. 

Sesuatu yang merepotkan?” 

“Itu….” 

Mungkin ia merasakan tatapanku. Eito yang awalnya menatap ke luar jendela kini menatapku— 

(…Eh?) 

Ada sedikit ketidaknyamanan. Meskipun aku sudah datang kemari, dan kami berbicara di depan mata, tapi kenapa Eito masih tidak mau melihatku sampai sekarang

“…Jangan-jangan…” 

Jawaban untuk ketidaknyamanan kecil itu segera ditunjukkan oleh Eito. 

“Apa jangan-jangan, Anda adalah majikanku?” 

 

――――――――――――――――――――.

 

“Eh, ah? Mungkin aku salah…? Maaf, sepertinya aku melupakan banyak hal.” 

Aku tidak bisa berkata-kata. 

Melihatku yang terdiam, Maki dengan berat hati mengungkapkan kebenaran. 

 

“Akibat benturan di kepalanya… sepertinya Eito mengalami kehilangan ingatan.”

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama