Heroine-tachi ga Chapter SS Bahasa Indonesia

 Buku HarianAfter

 


Aku sangat senang akhirnya bisa ditemukan~!” 

Aku pergi menemani Satsuki menuju pos polisi di depan stasiun dan akhirnya menerima tasnya. Dia memegangnya dengan kedua tangannya seolah-olah itu adalah harta yang telah dikembalikan, dengan senyum yang cerah. Dia memeriksa satu per satu ponsel, dompet, dan barang kecil lainnya, merasa lega setelah memastikan semuanya ada. 

“Lain kali, tolong lebih hati-hati, ya?” 

“Tenang saja, tenang saja~!” 

Dia sama sekali tidak merasakan waspada. Tanpa sadar, aku hanya bisa menghela napas padanya

Ke-Ketimbang itu, bagaimana kalau kita pergi berkencan untuk merayakan penemuan tas ini?” 

Usulannya membuatku kehilangan kata-kata sejenak. Biasanya, aku mudah menyerah pada sikap manja Satsuki, tetapi hari ini berbeda. Baru kemarin kami berkencan diam-diam, dan terlihat jelas bahwa dia tidak merasa menyesal sama sekali. 

Enggak boleh...?” 

Satsuki menatapku dengan mata berbinar. Dia mengangkat bahunya seperti hewan kecil dan menggunakan nada suara yang menggoda. Aku tahu bahwa Satsuki berusaha menutupi kesalahannya dan juga menyadari bahwa hari ini adalah kesempatan berharga bagi kami berdua untuk menghabiskan waktu bersama. Ini semua sudah diperhitungkan dengan matang. Aku tahu. 

“...Setelah pulang ke rumah, kita bakalan ada rapat, oke?” 

“Ya, ya! Ayo!” 

Satsuki bersorak gembira sambil melilitkan tangannya di lenganku. Gerakannya yang mendekat seperti kucing membuatku menghela napas. Setengahnya karena keheranan, setengahnya lagi karena kasih sayang. Saat aku bersiap untuk berjalan ke stasiun terdekat dan akhirnya berujung pada kencan, tiba-tiba... 

“Ah, Satoshi-kun. Tunggu sebentar ya.” 

“Hmm?” 

Satsuki tiba-tiba melepaskan tangannya. Dengan langkah ringan, dia menuju tempat sampah di depan stasiun, mencari sesuatu di dalam tasnya, lalu berhenti sejenak. Kemudian, dia mengeluarkan sesuatu dan melemparkannya ke dalam. Gerakannya tidak ragu, seolah ingin menyembunyikan tangannya. Lalu dia kembali seolah tidak terjadi apa-apa, dengan senyum lebar di wajahnya. 

“Yuk, kita pergi!” 

“Ah, tunggu!” 

 

◇◇◇◇

 

Aku menarik keluar Buku Harian dari dalam tasku. Tanoa ada ragu sedikitpun. Aku menggenggam pulpen erat-erat sambil menahan tangan yang bergetar dan mulai menulis huruf-huruf dengan kasar di halaman itu. 

──Membunuhnya benar-benar keputusan yang tepat. 

Buku harian itu tenggelam di dalam tempat sampah. Sampulnya yang sudah usang dipenuhi dengan goresan-goresan seperti jejak perjalanan yang panjang. Di atas kata-kata yang seharusnya ditulis dengan hati-hati, ada tulisan yang seolah-olah merobek semuanya. 

[Enggak ada hari esok untukmu tau.]

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama