Koi ni Itaru Yamai Chapter 3 Bahasa Indonesia

 

Chapter 3

 

Jenazah itu ditemukan di bawah jembatan layang daerah terpencil. Tempat itu sering digunakan sebagai tempat tinggal sementara bagi para tunawisma, di mana polisi melakukan pengusiran berulang kali. Oleh karena itu, wanita yang menemukannya awalnya menganggapnya hanya sampah. Apalagi jenazah itu dibungkus dengan terpal biru yang semakin memperkuat kesannya. Besar dan tidak berbentuk, tampaknya sulit untuk dibuang. Jelas-jelas terlihat bahwa itu merupakan barang yang dibuang secara ilegal. Sebenarnya, saksi mata sempat ingin melewati sampah itu.

Namun, dia tidak jadi melewatinya karena melihat ada sepatu yang mencuat. Ketika melihat ada kaki bersepatu yang mencuat dari terpal biru, saksi mata segera melaporkannya kepada polisi. Itu adalah keputusan yang bijak. Jika dia melihat isinya, dia mungkin akan memimpikannya selama enam bulan ke depan.

Di dalam terpal tersebut terdapat jenazah seorang gadis kelas dua SMA yang bernama Marui Mitsuko. Penyebab kematiannya diduga akibat kehilangan darah, tetapi kebenarannya masih belum diketahui. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bekas pukulan dan luka akutan di tubuhnya. Bahkan petugas kepolisan pun tertegun ketika melihat jejak kekerasan yang mengerikan di seluruh tubuhnya. Apa alasan di balik kematian tragis gadis ini? Marui Mitsuko sudah beberapa hari dilaporkan menghilang, dan polisi sedang mencarinya. Namun hasilnya justru begini.

Orang tua Marui Mitsuko sangat terguncang melihat keadaan putri mereka yang telah berubah seperti itu, sehingga mereka bahkan tidak bisa berbicara dengan baik. Tidak mengherankan. Kejamnya kenyataan melampaui imajinasi mereka.

Di paha Mitsuko terdapat luka yang tampak seperti diukir paksa dengan pisau cutter. Luka yang menjalar secara radial itu kemudian disebut kupu-kupu. Di bagian dalam paha yang ramping, akup berwarna merah kehitaman terbuka dengan susah payah. Luka yang mengerikan itu telah menjadi bahan pembicaraan sejak penemuan jenazahnya. Luka yang terukir dengan kekuatan hampir seperti ditusukkan itu mencerminkan abnormalitas dari pembunuhan sadis ini.

Setelah itu, polisi sering kali berhadapan dengan mayat yang memiliki bekas luka kupu-kupu.

Pada saat sekitaran jenazah Marui Mitsuko ditemukan, Inspektur Irumi Touko dari Kepolisian Metropolis Tokyo sedang membuat laporan tentang seorang siswa SMA yang mengakhiri hidupnya dengan gant*ng diri di area jungle gym taman umum. Namanya Nozumi Kenta, berusia enam belas tahun. Penyebab kematiannya adalah sesak napas akibat gantung diri. Penemunya adalah seorang lelaki tua yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya di dekat situ.

Sebenarnya, kasus bunuh diri memang selalu hal yang menyedihkan, tetapi ketika itu melibatkan seorang siswa SMA, kasus itu menjadi lebih serius. Sambil memeriksa foto-foto Kenta semasa hidupnya, Irumi menghela napas panjang. Wajahnya yang tampan terlihat kelelahan. Melihat keadaan Irumi, Takakura yang lebih muda menyapanya dengan nada ringan.

Bagaimana, Irumi-senpai?

Apa maksudmu?

Itu yang ditemukan kemarin pagi, kan? Penemunya panik dan tidak bisa menjelaskan dengan baik. Apa akhirnya ada unsur kejahatan?

Tidak, itu murni bunuh diri. Hasil autopsi juga menunjukkan demikian, dan secara pribadi aku tidak meragukannya.

Ditambah lagi, terdapat surat wasiat yang ditulis tangan dengan rapi di jungle gym tempat Nozumi Kenta mengakhiri hidupnya,. Terima kasih atas segalanya. Aku akan mati, hanya itu yang tertulis dalam surat wasiat yang terlalu sederhana, tetapi jelas-jelas itu merupakan tulisan tangannya.

Tapi, rasanya ada yang aneh,

Apanya yang aneh?” balas Takakura

Akhir-akhir ini, pola seperti ini terlalu sering terjadi.

Irumi berkata sambil mengetuk permukaan tablet dua kali.

Toride Namiko, Tabata Yuusaku, Kai Masako, Yamada Natsume, Murai Hatsuyo, Igashira Kouhei, Nozumi Kenta, dan Kimura Tamio. Hanya dalam bulan ini, delapan remaja yang sebaya telah bunuh diri. Selain itu, mereka semua meninggalkan surat wasiat dan dengan jelas menyatakan bahwa itu adalah bunuh diri.

Itu benar-benar topik pembicaraan yang tidak menyenangkan.

Ini bukan hanya pembicaraan yang tidak menyenangkan, tetapi juga aneh. Mereka semua mulai berperilaku aneh lebih dari dua minggu sebelum kematian mereka, dan kecuali Kimura Tamio, semua meninggal di pagi hari.

Kali ini, kasus Nozumi Kenta juga demikian, lanjut Irumi. Nozumi keluar rumah sekitar pukul empat pagi dan menuju taman terdekat, di mana ia ditemukan meninggal gant*ng diri di jungle gym.

“Seandainya saja ada orang di taman pada waktu itu, mungkin seseorang akan menghentikannya.

Ya, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan di siang bolong. Namun, salah satu dari tujuh orang ini… Kai Masako, ditemukan meninggal dengan lehernya diakut menggunakan pisau cukur di kamar mandi rumahnya sekitar pukul empat pagi. Kurasa kita tidak bisa mengatakan dia melakukannya untuk menghindari perhatian publik. Lalu ada kasus Yamada Natsume. Dirinya juga mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atap gedung apartemennya sekitar waktu yang sama, tetapi sebagai seorang penghuni, dirinya bisa bebas keluar masuk.

Begitu ya.

“Kesimpulannya, fakta bahwa ada tujuh kasus bunuh diri pada pukul empat pagi itu sendiri saja sudah aneh.

“Mungkin kedengarannya kurang pantas untuk mengatakannya seperti ini, tapi rasanya agak menyeramkan, seolah-olah mereka terkena kutukan.

Tapi kurasa aku takkan sanggup menanggung kengerian yang akan terjadi jika itu bukan kutukan.

Irimi mengatakannya dengan wajah serius. Memang benar. Kematian yang terjadi tanpa adanya intervensi supranatural, hanya berlangsung dengan tenang, merupakan mimpi buruk yang mudah dipahami.

“Aku berpiki ini mungkin kasus bunuh diri massal.”

Bunuh diri massal? Apa mereka saling mengenal?

Tidak, ketujuh orang itu tidak memiliki kontak satu sama lain. Sekolah yang mereka hadiri, tempat tinggal, dan tanggal kematian mereka semua berbeda. …Yang mungkin terjadi adalah mereka menggunakan situs bunuh diri massal untuk saling berhubungan dan berjanji untuk mati bersama…

Dengan kata lain, pola semacam ini biasanya dikenal sebagai bunuh diri ganda online’. Seseorang yang ingin mati mencari orang lain yang juga ingin bunuh diri di internet, dan saling curhat tentang rasa sakit yang mereka rasakan saat mereka meninggal. Bunuh diri ganda online tidak selalu terjadi pada waktu yang sama di hari yang sama. Para siswa yang meninggal bahkan tidak perlu memiliki keterkaitan sama sekali.

Namun, Irumi masih merasakan kejanggalan. Entah dalam artian baik maupun buruknya, anak-anak yang mencoba melakukan bunuh diri melalui internet memiliki pola tertentu. Dibandingkan dengan itu, ketujuh orang kali ini tampak sangat individualis dan tidak terarah. Meskipun cara dan tanggal bunuh diri mereka berbeda-beda, tapi waktu kematian mereka yang anehnya sama. Seolah-olah mereka tidak saling berkoordinasi, tapi mengikuti sesuatu yang lain…

Apa tidak mungkin untuk memeriksa akun medsos dari ketujuh orang yang meninggal itu?

Aku sudah memeriksanya. Namun, tidak ada sesuatu yang signifikan. Akun mereka sangat bersih. Kata-kata tentang keinginan untuk mati hanya muncul dalam konteks candaan.

Mereka yang mempertimbangkan bunuh diri biasanya akan mengisyaratkan penderitaan sehari-hari atau pikiran tentang kematian, tetapi akun Nozumi Kenta hanya menyisakan cuitan sepele tentang pelajaran dan klub sepak bolanya, serta kecemasan biasa tentang masa depan.

Selain itu, ketujuh orang itu tidak terhubung melalui media sosial. Tentu saja, ada kemungkinan mereka menggunakan aplikasi messenger untuk berkomunikasi secara pribadi dan menghapusnya sebelum bunuh diri, tetapi… tidak mungkin meminta pemulihan sembarangan kepada pihak pengelola tanpa mengetahui media sosial mana yang mereka gunakan.

Jika menghitung yang ada di dalam dan luar negeri, ada begitu banyak media sosial seperti bintang-bintang di langit. Menentukan mana yang mereka gunakan dan mana yang tidak hampir mustahil. Meskipun mereka mencoba menjelajahi yang utama, usaha untuk mengungkapnya sangatlah besar. Irumi berencana untuk mencoba beberapa, tetapi hasilnya mungkin akan memakan waktu yang lama.

Yah, tapi ada juga kesamaan yang cukup signifikan.”

“Eh, ada ya? Kalau iya, tolong ceritakan dong.

Aku sendiri merasa bimbang. Mungkin ini cuma pandangan biasku yang berusaha menemukan kesamaan secara berlebihan. Ini mungkin hanya pengaruh tertentu. Atau mungkin sebuah sekte baru, atau benda terkutuk yang nyata. Itulah sebabnya, ini akan menjadi yang terakhir—

Sepertinya kamu punya banyak waktu luang ya, Irumi. Hanya berbicara panjang lebar dengan anak muda, apa kamu sudah merasa seperti jadi polisi?

Pada saat itu, terdengar suara dengan nada kedengkian.

Aku di sini malah menangani kasus pemukulan yang sangat menjengkelkan.

Itu pasti melelahkan.

Irumi menjawab tanpa terpengaruh, sementara Himuro Mamoru mendengus dengan kesal. Dalam beberapa waktu terakhir, Himuro terlihat seperti seorang lelaki tua yang kelelahan. Meskipun dia belum genap berusia empat puluh tahun, jasnya yang kusut dan janggutnya yang tidak terawat, serta matanya yang cekung memberikan kesan demikian.

Namun, tubuhnya tetap berotot seperti sebelumnya, membuatnya terlihat semakin tidak seimbang.

Karena Detektif Himuro sedang menyelidiki dengan serius, aku juga bisa fokus pada tanggung jawabku sendiri. Aku berterima kasih untuk itu.

“Ucap si Rubah licik. Jika kamu begitu berterima kasih, kenapa kamu tidak menyiapkan secangkir teh untuk menyambutku?”

Itu di luar tugasku.

Mungkin karena dijawab dengan tenang, Himuro mendengus keras dan berusaha kembali ke tempatnya. Dari belakang, Irumi memanggil, Ah, bolehkah aku berbicara sebentar?

Detektif Himuro bertanggung jawab atas kasus pembunuhan pemukulan di bawah jembatan, kan? Bisakah kamu memberitahuku detailnya? Aku mendengar kalau korbannya adalah seorang pelajar SMA."

Kenapa aku harus memberitahumu? Kamu bertanggung jawab atas para orang-orang menhera yang sudah mati.

Dengar, tidak masalah jika kamu menyerangku, tetapi tidak ada alasan untuk merendahkan anak-anak yang sudah mati, kan?

Detektif Himuro, bukannya ucapanmu sedikit berlebihan?

Takakura yang sejak tadi mendengarkan, ikut menyela. Takakura menatap Hinomuro dengan ekspresi jijik.

Setelah kejadian seperti itu, sekarang kamu menyerang Irumi-senpai? Sepertinya kamu tidak menyadari betapa merepotkannya situasi itu.

"Hah? Kamu tahu siapa yang sedang kamu ajak bicara? Semoga saja kamu sudah mempersiapkan dirimu.

Sikap seperti itulah yang menyebabkan situasi seperti itu terjadi—

Tunggu, Takakura.

Irumi menghentikannya dengan suara tenang.

Jangan buat aku harus memperhatikan hal-hal seperti ini.

Setelah Irumi mengatakan itu, suasana sedikit mendingin. Himuro mendengus sekali lagi dan segera pergi entah ke mana. Takakura menghela napas kecil, mungkin menuju tempat merokok.

Sepertinya Himuro-san bertingak sedikit aneh akhir-akhir ini.

…Polisi juga manusia, jadi kadang-kadang mereka bisa tertekan secara mental.

Sepertinya Himuro-san belum pulih dari kejadian itu, ya?”

Entahlah, aku tidak tahu.

Himuro Mamoru telah menembak mati seorang tersangka sekitar enam bulan yang lalu.

Pria yang ditembak mati itu ditangkap saat melakukan perampokan di minimarket, tetapi dia mencoba merebut pistol yang dipegang Himuro dalam sekejap. Akibatnya, Hinomuro dan pria itu terlibat perkelahian, dan pada akhirnya pria tersebut ditembak mati.

Himuro menjadi sasaran kritik peas. Tidak mengherankan. Kepolisian Jepang pada dasalnya tidak akan menembak kecuali dalam situasi yang sangat mendesak. Selain itu, tragedi ini sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan Himuro sendiri.

Himuro telah menjadi polisi yang sangat baik selama bertahun-tahun. Berkat prestasinya, ia tidak pernah secara terbuka dihukum. Selain reputasi buruk dan serangan media, tidak ada yang terjadi.

Namun, sejak kejadian itu, Himuro jelas-jelas berubah. Ia tampak kehilangan ketenangan dan sering mengalami masalah dengan orang-orang di sekitarnya. Seperti yang terjadi sebelumnya, dia mulai terlibat dalam konflik dan terjebak dalam delusi yang berlawanan.

Ada pendapat bahwa dirinya seharusnya menjalani konseling kejiwaan. Namun, Irumi berpikir Hinomuro yang berada dalam keadaan seperti itu takkan menerima hal itu dengan mudah.

“Cuma dirinya sendiri yang bisa mengatasinya. Sebenarnya, sudah banyak orang di sekitarnya yang memberi nasihat.

Apa benar-benar ada cara untuk menyelamatkan orang seperti itu? Bagaimana cara menyelamatkan seseorang yang menolak pengobatan dan terus-menerus mengalami kehancuran? Dengan pikiran seperti itu, Irumi mengambil dokumen yang ditinggalkan oleh Himuro. Tanpa tujuan tertentu, dia mulai membolak-balik halaman.

Kali ini, seorang siswa sebaya yang menjadi korban pembunuhan pemukulan...

Ketika dia tiba di sebuah halaman, dia terkejut.

Mustahil.

Ada apa?

Tadi aku pernah bilang bahwa ada kesamaan lain di antara anak-anak yang sudah mati, kan? Ini dia.

Irumi membuka tablet dan menunjukkan layar yang menampilkan beberapa foto yang terlampir. Foto-foto tersebut memperlihatkan bagian tubuh yang diperbesar—lengan atas, dada, dan telapak kaki.

Semua foto tersebut menunjukkan bekas luka merah kehitaman. Ukuran, bentuk, dan tingkat penyembuhannya bervariasi, tetapi luka-luka itu tampak seolah-olah terukir paksa dengan pisau yang tumpul, memiliki keanehan yang sama.

Mungkin setiap orang memiliki toleransi dan kemampuan yang berbeda terhadap rasa sakit. Karena ada variasi ini, meskipun kemungkinan sangat kecil—aku berpikir mungkin saja luka serupa terjadi secara kebetulan. Itulah sebabnya aku tidak secara langsung membicarakan luka ini. Nah, menurutmu ini terlihat seperti apa?

Di hadapan Takakura yang terdiam, Irumi berkata dengan tegas.

Menurutku, ini terlihat seperti kupu-kupu.

Seolah menambahkan, Irumi menunjukkan foto yang dilampirkan pada keterangan Marui iutsuko. Foto tersebut menunjukkan luka berbentuk kupu-kupu yang terukir di pahanya.

“Jadi itulah benar penghubung di antara kesembilan korban. Meskipun ada perbedaan antara yang bunuh diri dan yang dibunuh, semua siswa yang baru-baru ini meninggal memiliki bekas luka berbentuk kupu-kupu yang sama.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Aku bangun jauh lebih awal daripada jam alarm. Kemarin, aku langsung tidur begitu sampai di rumah, jadi kurasa itu membuat waktu tidurku tergeser. Hari ini, aku merasa terganggu dengan tidurku yang biasanya hanya tujuh jam. Matahari baru saja terbit. Cahaya merah yang mengingatkan pada matahari terbenam menyusup masuk melalui celah-celah tirai.

Aku melihat seseorang kehilangan nyawanya tepat di hadapanku. Aku menerima pengakuan mengejutkan dari Kei. Semua itu terlalu mengejutkan sehingga aku hampir tidak bisa menerimanya. Aku bahkan tidak bisa makan malam dengan baik dan hanya mengurung diri di kamar.

Aku tidak ingin memikirkan apa pun. Jika aku tidak menenangkan pikiranku, pembunuhan kemarin akan kembali menghantuiku.

Meski begitu, perutku tetap lapar karena melewatkan makan malam, dan tenggorokanku sangat kering. Aku tidak bisa terus mengabaikannya dan melanjutkan tidur, jadi aku perlahan-lahan meninggalkan kamar.

Di dalam kulkas, ada udang goreng yang dibungkus plastik. Selada pendampingnya sudah layu. Mungkin itu makanan yang seharusnya disajikan untuk makan malam. Aku membuka plastiknya dan memakan udang goreng yang dingin tanpa saus. Rasa yang sudah lama tidak kutemui membuat lidahku sedikit kesemutan dan aku merasakan nyeri di tenggorokanku. Tapi, rasanya enak.

Rasa laparku mulai berkurang, dan aku merasa seperti kembali menjadi manusia. Ketika aku selesai makan udang goreng, aku merasa sangat tenang. Setelah meletakkan piring kosong di wastafel, aku kembali ke dalam kamarku dan langsung mencari [Blue Morpho].

Namun, hal yang kutemukan hanyalah situs-situs berkualitas rendah dan forum yang penuh dengan mitos urban. Bahkan ketika aku melihat situs yang membahasnya dengan serius, isinya tidak jauh berbeda dari yang sudah kuketahui. Hanya ada beberapa orang yang meninggalkan komentar dengan serius menanyakan cara bergabung dengan Blue Morpho.

Masih ada banyak orang yang menganggapnya sebagai mitos urban belaka. Permainan pelarian dari dunia nyata, Blue Morpho.

Slogan vulgar, Permainan yang akan membunuhmu jika dimainkan dan kata eliminasi yang diucapkan Kei dengan serius tidak berkaitan dengan baik, dan pada akhirnya pikiranku kembali tertuju pada bunuh diri Kimura Tamio.

Orang-orang yang berbicara tentang Blue Morpho semuanya memberikan komentar skeptis seperti, “Mana mungkin seseorang bisa mati karena hal seperti ini atau Orang yang mati karena ini pasti sudah akan mati meskipun tidak ada ini. Aku hampir saja membahas tentang Kimura Tamio. Melalui Blue Morpho, orang benar-benar bisa mati.

Namun, aku juga berpikir. Semua orang tidak dapat membedakan antara orang yang bunuh diri karena terpengaruh oleh Blue Morpho dan yang tidak. Mengenai Kimura Tamio, mereka hanya menganggapnya sebagai kasus bunuh diri biasa.

Jika begitu, Blue Morpho mungkin secara diam-diam mengubah dunia tanpa disadari oleh semua orang. Jika itu terjadi, mungkin hanya orang-orang yang tidak terbawa arus seperti yang dikatakan Kei yang akan selamat. ...Meskipun itu terdengar konyol jika memikirkan seluruh populasi negara ini, aku merasa Kei bisa mewujudkannya. Jika itu yang terjadi, mungkin orang-orang seperti diriku benar-benar akan menghilang.

Sambil memikirkan hal itu, tibalah waktunya untuk bangun seperti biasa. Setelah bersiap-siap, aku meninggalkan kamarku dan melihat ibuku yang mengenakan jas sedang menyiapkan sarapan di ruang makan.

Selamat pagi, Nozomu. Aku sudah mencarinya di kulkas, tapi kamu hanya makan udang goreng saja ya?

…Aku terbangun tengah malam dan, umm, itu kelihatan enak.

Padahal ada nasi di dalam rice cooker.

Ibuku yang tidak tahu apa-apa itu berkata sambil tertawa, membuat perutku terasa nyeri. Sejak beberapa tahun lalu, aku terus menyimpan rahasia dari orang ini.

Ketika aku menyalakan televisi untuk memeriksa berita, pemberitaan bunuh diri Kimura Tamio masih belum tersiarkan. Di televisi, ada isu tentang dugaan sumbangan ilegal dari seorang politisi.

Setelah keluar lebih awal dari biasanya, aku menekan bel rumah Kei, dan mendengar suara Kei yang berkata, Tunggu sebentar, serta suara ibunya dari belakang. Ketika pintu dibuka dengan suara berdentang, Kei muncul seperti biasanya.

Selamat pagi, terima kasih buat kemarin.

…Terima kasih untuk apa…

Yah, kamu sudah menemaniku, kan? Itu sebabnya.

Kei tersenyum tanpa beban saat mengatakannya. Saat aku kebingungan haru membalas bagaimana, Kei mengambil tanganku.

Kamu mengajakku pergi ke sekolah, kan? Ayo cepat pergi.

Kei menarik tanganku seolah-olah kami adalah sepasang kekasih. Tanpa bisa melepaskan diri, aku terus berjalan bersamanya menuju halte bus.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

“Kumohon. Jika aku salah, Miyamine, kamu harus menghentikanku di sini."

Saat dia mengatakan itu, aku langsung teringat kembali pada adegan perosotan saat itu, dan gambaran Kei yang berdarah muncul di pikiranku. Aku juga teringat saat Kei mengatakan bahwa dia telah membunuh Nezuhara. Dan saat Kimura Tamio melompat. Napasku menjadi tersenggal-senggal, dan otakku terasa panas.

“Kamu sama sekali tidak salah.

Kata-kata tersebut terlontar dari mulutku tanpa sempat berpikir jernih.

…Kei sama sekali tidak salah. Aku tidak akan memberitahu polisi. Tenang saja, aku berada di pihakmu, Kei.

Aku sendiri merasa kata-kata itu terasa kosong. Aku tidak merasa bisa menilai situasi dengan tenang. Apa yang kupikirkan saat itu hanyalah keinginan agar Kei tidak ditangkap oleh polisi.

Setelah itu, aku tidak ingat apa yang kukatakan. Air mataku menggenang di pelupuk mataku dengan menyedihkan, seolah-olah aku yang sedang memohon pengampunan kepada Kei.

Kata-kataku yang seolah akan berlangsung selamanya terhenti oleh bibir Kei.

Saat Kei menciumku, aku mendadak teringat pada novel yang ditulis Schnitzler. Sebagai bukti kepercayaan, tokoh utama memberikan surat rujukan ke rumah sakit kepada saudaranya. Aku ingin kamu menilai apakah aku gila atau tidak, katanya, menyerahkan segalanya padanya.

Situasiku yang sekarang sama saja. Aku dipercayakan segalanya oleh Kei. Timbangan moral dan kasih sayangku mulai tidak seimbang.

Aku ingin menjadi pahlawan yang melindungi Kei dari luka dan menyelamatkannya dari ketidakadilan dunia. Namun, yang bisa kulakukan hanyalah mengakui pembunuhannya.

D Aku bisa merasakan suhu tubuh Kei yang sedikit hangat melalui genggaman tangan kami. Berjalan di sampingnya saja membuatku merasa euforia, dan dadaku terasa kesemutan. Kei secara alami mengalihkan percakapan, jadi aku tidak bingung untuk berbicara. Bahkan keheningan yang muncul di antara kami terasa nyaman.

Namun, kenangan kemarin masih muncul kembali di bawah pancaran cahaya pagi. Gambaran yang tajam menyelinap di antara udara lembut, tidak membuat saat ini hanya menjadi kebahagiaan biasa.

Mungkin Kei menyadari keadaanku, saat kami tiba di sekolah, dia berkata, Apa kamu penasaran tentang Blue Morpho?

Tanpa sadar, aku tertegun sejenak. Menanggapi hal itu, Kei melanjutkan perlahan.

Kalau begitu, datanglah ke ruang OSIS setelah sekolah, ya?

Kei membisikkan itu di dekat telingaku. Kata Blue Morpho bergema dalam nada yang sama seperti obrolan biasa.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Sesampainya di ruang OSIS seperti yang dikatakan, selain Kei, di sana juga ada Miyao. Begitu Miyao melihatku, dia langsung berseru, Ah! dengan suara ceria, lalu cepat-cepat mendekat.

Aku sudah mendengar semuanya loh~, akhirnya kamu mulai berpacaran dengan Yosuga-senpai, ya?

“Hah?”

Tanpa sadar aku melihat ke arah Kei. Dia menatapku dengan ekspresi nakal dan menunjukkan tanda peace kecil.

Kalau begitu, aku pulang dulu. Selanjutnya silakan menikmati waktu kalian berdua.

Wajah Miyao menunjukkan senyuman yang tidak bisa disembunyikan. Di ruang OSIS yang hanya diisi kami berdua, suara Kei terdengar.

……Maaf, aku terlalu senang. Apa kamu keberatan?

“Bukannya aku keberatan sih

Syukurlah.

Kei tertawa dengan suara yang tidak biasa. Aku jarang sekali melihat Yosuga Kei terlihat ceria. Dia tampak seperti gadis biasa yang perasaan cinta lamanya akhirnya terwujud setelah memendamnya selama bertahun-tahun. Masih terbawa suasana riang begitu, Kei melanjutkan.

……Kita mau membicarakan tentang Blue Morpho, kan? Dari mana kita mulai?

Mulailah dari apa yang ingin kamu bicarakan, Kei.

Kalau begitu, bisakah kamu mendekat sedikit? Supaya tidak terdengar dari luar.

Miyao yang keluar takkan pernah membayangkan bahwa kami sedang membahas hal seperti ini. Aku menuruti permintaan Kei dan duduk di kursi di sampingnya. Kei sengaja mendekatkan kursi kami hingga paha kami bersentuhan.

………Aku, masih, belum bisa menerima semuanya, …jadi, Kei, sejak kapan kamu mulai melakukan ini?

Konyolnya, aku merasa terpisah antara diriku yang gelisah dan diriku yang dengan tenang mewawancarai motivasi Kei. Meskipun aku tidak bisa melaporkan atau menghentikannya, aku merasa aneh karena ingin mengetahui tentang Kei. Seolah meninggalkan perasaanku yang kacau, Kei mulai bercerita.

Konsep Blue Morpho sudah ada sejak lama. Setelah aku yakin bahwa hal ini bisa membantuku mencapai tujuanku, aku memulainya dengan orang pertama.

Dengan begitu, Kei mulai bercerita tentang bagaimana semuanya bermula.

Orang pertama yang dipilihnya berasal dari situs media sosial. Sebagian besar siswa SMA memiliki akun tersebut, di mana mereka memposting jurnal pribadi dan foto untuk dibagikan kepada publik. Kei memilih satu orang dari sekian banyak akun dan mengirim pesan.

Orang yang kupilih saat itu adalah seorang gadis yang terus-menerus mengungkapkan keinginannya untuk mati, tetapi tidak mendapatkan tanggapan apapun. Jika ada pengguna yang menghibur atau memberikan sedikit reaksi, aku akan menghindarinya. Secara samar-samar, aku mengirim pesan kepada anak itu yang hanya mencari pertolongan, dan pertama-tama menunjukkan empati dengan mengatakan, 'Aku juga ingin mati.' Kami langsung segera akrab.

Sampai pada titik itu, aku bisa membayangkan dengan mudah. Kei adalah gadis yang bisa akrab dengan siapa saja. Dia bisa memahami perasaan orang lain dan tahu bagaimana membuat orang lain merasa senang.

Karya favoritnya adalah cerpen-cerpen yang agak kurang dikenal dari para penulis terkenal yang muncul di buku-buku pelajaran. Meskipun tentu saja tidak dianggap sebagai mahakarya, karya-karya tersebut tidak asing bagi mereka yang memiliki minat pada sastra. Kei memujinya karena mengetahui cerpen-cerpen seperti itu dan ingin mendengar pendapatnya tentangnya.

Apa yang bisa kamu ketahui dari mendengar pendapatnya?

Yah, kurasa itu tentang bagaimana dia ingin diperhatikan.

Setelah mereka berdua semakin akrab, Kei mulai menggali penyebab kesedihan gadis itu. Rupanya, mereka juga berbicara melalui aplikasi panggilan. Setiap malam, gadis itu terus menceritakan betapa tidak beruntung dan sengsara kehidupannya kepada Kei. Meskipun semua itu tampak sepele, dengan terus-menerus mengulanginya, gadis itu mulai percaya bahwa dia benar-benar berada dalam kesedihan yang tidak bisa diperbaiki.

Setelah itu, semuanya menjadi lebih mudah. Kei hanya perlu mengakui betapa unik dan tak terhindarkan ketidakberuntungan gadis itu. Dua bulan setelah mereka berhubungan, gadis itu mengirim pesan kepada Kei, mengatakan seberapa senangnya dia bisa bertemu dengan Kei, sebelum akhirnya dia melakukan bunuh diri.

Apa kamu yang menyuruhnya mati, Kei?

Aku hanya berbicara dengannya.

Ketika mendengar cerita itu, aku jujur merasa bingung untuk menilainya.

Apa bisa dikatakan bahwa Yosuga Kei telah membunuh orang pertama itu? Aku tahu ada undang-undang tentang penghasutan bunuh diri. Namun, Kei hanya berbicara dengan gadis itu.

Setelah gadis itu, ada dua atau tiga orang yang melakukan hal yang sama. Semuanya terjadi saat aku di kelas tiga SMP.

Aku merasa sedikit merinding ketika membayangkan bahwa selama mengajariku, dia juga terus-menerus mengakui keinginan bunuh diri seseorang?. Aku menyukai suara lembut Kei saat mengajarkanku. Apa dia menggunakan suaranya itu untuk 'mengalirkan' seseorang setiap malam?

Setelah beranjak SMA, aku menciptakan Blue Morpho. …Tapi, pada dasarnya, kamulah yang menciptakan sistem Blue Morpho, Miyamine.

Aku?

Suaraku tanpa sengaja terdengar parau.

Atau mungkin bisa dibilang Nezuhara-kun.

Ucap Kei seraya mengernyitkan dahinya.

Aku sudah memikirkan hal itu sejak lama. Kemudian, aku mulai melihat sesuatu. Mengapa orang-orang di sekitarnya tidak bisa menghentikan perundungan itu.

Kei melanjutkan dengan ekspresi cerdas yang sama saat dia mengajarkanku.

Perundungan Nezuahara semakin meningkat seiring berjalannya waktu, kan? Setiap hari mulai semakin meningkat.

……Memang, begitu.

Jika Nezuhara-kun melakukan hal ekstrim sejak awal, orang-orang di sekitarnya pasti akan menghentikannya.

Kei berkata dengan nada tegas.

“Kurasa mereka bisa mengatakan bahwa itu sudah berlebihan. Namun, saat Miyamine benar-benar terluka, orang-orang di sekitarnya tidak peduli, kan? Itu karena mereka sudah terbiasa dengan niat jahat. Awalnya dimulai dengan pengabaian dan celaan, kemudian menyembunyikan alat tulis, menyembunyikan buku pelajaran, menyembunyikan sepatu, dan kemudian menyiramu dengan air atau mengurung… itu semua menjadi semakin ekstrem, kan? Dalam situasi seperti itu, perlawanan psikologisnya sangat kecil. Sehingga pada akhirnya, ketika kekerasan langsung dan mengerikan terjadi, mereka tidak merasakan apa-apa.

Memang benar seperti yang dikatakan Kei. Awal mula semuanya benar-benar hal sepele, dan semua orang merasa tidak masalah untuk mengabaikannya. Bahkan pada awalnya, aku juga berusaha untuk tidak peduli dengan hal itu.

Tapi, mungkin karena itulah, semua orang—termasuk Nezuhara sendiri— mulai terbiasa menyakitiku.

Pertama-tama, berikan instruksi yang sederhana.

Sambil berbicara, Kei mengangkat jari telunjuknya.

“Aku memberikan tugas mudah yang bisa dilakukan tanpa masalah. Instruksi pertama yang diberikan di Blue Morpho adalah 'gambar simbol kupu-kupu di atas kertas yang tersedia.' Ini mudah dan bisa dilakukan dengan cepat, kan? Semua orang pasti bisa melakukannya. Selanjutnya, berikan instruksi kecil seperti 'ukur panjang pergelangan tanganmu' atau 'beli pena baru untuk Blue Morpho,' dan mereka juga akan melakukannya. Kemudian, mereka juga akan mulai mengikuti instruksi seperti 'coba gambar kupu-kupu di atas pergelangan tanganmu.'

Instruksi yang diberikan Kei benar-benar hal sepele. Memang tampaknya sedikit demi sedikit meningkat, tetapi itu mudah dilakukan.

Tapi, menggambar kupu-kupu dan bunuh diri dengan terjun bebas itu sangat berbeda.

……Hei, Miyamine. Apa kamu masih mengingatnya? Kamu pernah bilang padaku bahwa kamu ingin mati.

Begitu dia mengatakannya, kesadaranku seolah kembali ke depan loker khusus staf pengajar. Itu adalah hari ketika aku menangis dan memohon di depan Kei yang bersikeras bahwa aku harus memberi tahu orang dewasa.

……Aku masih mengingatnya. Ketika Kei tahu tentang ensiklopedia kupu-kupuku…

Saat Miyamine mengatakan itu, aku sangat terkejut. Aku bertanya-tanya mengapa Miyamine bisa mengatakan hal seperti itu. Dan aku menyadari. Miyamine, saat itu kamu hampir tidak bisa tidur, kan?

Ya. …Aku menderita insomnia.

Benar. Itulah sebabnya kamu tidak bisa membuat penilaian rasional, dan mentalmu hampir mati. Menghilangkan tidur adalah sesuatu yang bisa membuat orang menuju kematian. Itulah sesuatu yang kupelajari dari kasus Nezuhara-kun dan Miyamine.

Seolah-olah sedang menimba air, Kei menggali pengetahuan dari peristiwa itu.

Setelah membiasakan mereka dengan instruksi, aku mulai memberikan instruksi itu pada pukul empat pagi. Aku terus memberikan instruksi yang mengurangi waktu tidur mereka. Aku meminta mereka naik ke atap di pagi hari dan menunggu dalam kegelapan. Atau membiarkan mereka keluar dari rumah di pagi hari dan menuju jembatan. Dengan begitu, kemampuan berpikir pemain akan menurun secara nyata.

“Apa yang terjadi setelah itu?

Pada tahap ini, aku menyaring mereka sampai batasan tertentu. Mereka yang mengikuti instruksi tanpa banyak bertanya memiliki kecocokan. Jika sudah begitu, aku akan berbicara dengan mereka. Persis seperti orang yang pertama itu. Kemudian, aku meminta mereka menyelesaikan tugas-tugas yang tersisa, dan itu saja.

Kei melambaikan tangan seperti sihir, lalu menggenggamnya dengan erat.

“Kamu sulit mempercayainya bahwa manusia bisa mati seperti itu? Aku mengerti perasaanmu. Tapi, sudah ada tiga puluh enam orang yang meninggal dengan cara begini.

Angka tiga puluh enam itu terasa tidak nyata. Yang bisa kuingat hanyalah Kimura Tamio yang mati tepat depan mataku.

Apa kamu masih mengendalikan Blue Morpho sekarang?

Ya, benar.

Kei menatap lurus ke arah mataku. Matanya yang besar memantulkan ekspresiku yang bingung dan menyedihkan.

…Jadi?

Jadi apanya?

Apa yang bisa kulakukan untukmu, Kei?

Kalimat itu terasa sangat menyedihkan pada saat seperti ini. Setelah beberapa saat, Kei berkata.

Aku ingin kamu memperhatikanku.

Berbeda dengan suaranya yang berwibawa, wajah Kei tampak kusut dan lemah.

“Karena aku orang yang lemah, jadi mungkin aku akan tersesat atau ingin melarikan diri. Supaya itu tidak terjadi, kamu ingin kamu mengawasiku.

Sudah lama aku tidak melihat Kei yang seperti ini. Suaranya mengingatkanku pada saat dia terjebak di dalam kotak lompat dulu.

Miyamine, kamu selalu ada di sampingku dan selalu memperhatikanku. Kamu mungkin tidak menyadari seberapa besar dukungan yang aku dapatkan darimu.”

Kei berdeham pelan dari tenggorokannya. Mungkin dia sedang menahan air mata. Setelah mengatakan itu, Kei perlahan-lahan menutup kelopak matanya dan melanjutkan.

Begitu juga dengan Kimura-kun. Karena Miyamine ada di sana, aku bisa melihat dengan jelas apa yang telah kulakukan. Jika aku sendirian, mungkin aku sudah melarikan diri.

Aku teringat wajah Kei yang kelihatan tegak tidak seperti biasanya. Mungkin di taman itulah Kei baru pertama kali menyaksikan kematian seseorang yang telah dia perintahkan. Dia mungkin benar-benar menghadapi arti dari menganjurkan seseorang bunuh diri.

Aku penasaran apa yang dipikirkan Kei saat itu ketika melihat percikan merah itu?

Saat itu, Kei perlahan meletakkan tangannya di dadaku. Bagian hatiku, tempat di mana aku bisa merasakan detak jantungku yang cepat.

…Tapi, jika Miyamine mau menjadi Polaris-ku, aku takkan merasa takut lagi. Aku berjanji. Aku yakin aku takkan goyah. Jadi Miyamine, aku akan mengatakannya sekali lagi. …Tetaplah di sampingku. Kamu yang akan mengamati kebenaranku.

Setelah berkata begitu, Kei menghela napas dalam-dalam. Bersamaan dengan napas itu, matanya terlihat berkaca-kaca.

Aku tidak tahu harus berbuat apa.

Meskipun sudah sampai di titik ini, aku masih merasakan perlawanan yang kuat terhadap Blue Morpho. Gadis yang kusukai adalah Yosuga Kei yang memberikan pidato pencegahan bunuh diri.

Dialah Kei yang menarik tanganku yang tidak bisa berbicara dengan baik saat kami baru bertemu, dan Kei yang merangkulku erat-erat. Namun, Kei yang sama itu berusaha menghadapi Nezuhara Akira demi aku dan dikurung, serta Kei yang menyelamatkan sepatuku dari loker staf pengajar.

Dan Kei jugalah yang membunuh Nezuhara Akira demi menyelamatkanku yang di ambang kematian, dan menciptakan Blue Morpho supaya orang-orang sepertiku tidak muncul.

Yosuga Kei yang sangat kucintai tak terelakkan terhubung dengan dirinya yang sekarang. Jika aku mencoba menarik garis pemisah di suatu tempat, itu berarti aku harus menyangkal Kei yang sebelumnya.

Lebih dari segalanya, akulah yang menyebabkan Kei berubah secara drastis.

Seandainya saja aku tidak dibully waktu itu. Seandainya saja Nezuhara Akira tidak memperhatikanku. Atau seandainya Kei tidak terjebak di dalam kotak lompat. Jika itu yang terjadi, Kei tidak akan menjadi aneh. Kei tidak akan membunuh siapapun. Mungkin rasa bersalah karena membunuh Nezuhara Akira telah menghancurkan hatinya.

Dan bahkan sekarang, Kei masih terus membunuh orang dengan hatinya yang hampir hancur, menggunakanku sebagai sandarannya. Dia sebenarnya orang yang sangat baik dari lubuk hatinya. Dia bukan tipe orang yang bisa membunuh dengan niat jahat.

Meskipun Kei berjuang dengan perasaannya yang seperti itu, tapi dia tetap memilih untuk mengoperasikan Blue Morpho.

Mana mungkin aku bisa menepis uluran tangan Kei dalam keadaan seperti itu. Jika hanya ada dua pilihan, melapor atau tetap diam, maka satu-satunya pilihan yang seharusnya kuambil cuma satu.

Aku perlahan mengangkat tangan Kei yang diletakkan di dadaku. Pada saat itu, Kei menatapku seolah terkejut.

Semua akan baik-baik saja… Aku takkan pernah meninggalkanmu, Kei.

Untuk saat ini, hanya ada satu cara untuk bertanggung jawab atas apa yang telah kulakukan pada Kei, yang telah hancur.

Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu. Karena aku pernah berjanji padamu.

Sekilas, aku bayangan seekor kelinci melompat ke dalam api terlintas di benakku. Ini kisah tentang seekor kelinci yang tidak punya apa-apa untuk diberikan, sehingga ia membakar dirinya sendiri dan mempersembahkannya kepada Dewa. Namun, cuma ini satu-satunya yang bisa kulakukan.

Kei yang menderita karena rasa bersalahnya dan berjuang dengan Blue Morpho yang dia ciptakan mungkin akan merasa sedikit lebih baik hanya dengan berada di sisiku. Dia akan terus membunuh orang dengan mempercayai kebenarannya. Kerusakan akan terus meluas.

Tapi meski begitu, akulah satu-satunya yang bisa mengakui 'kebenaran'-nya.

Kei sama sekali tidak salah. …kamu benar, Kei.

Pada titik ini, mungkin aku juga sudah mulai gila. Bersama ensiklopedia kupu-kupu, aku telah meninggalkan sesuatu yang penting bagiku sebagai manusia.

“Karena aku adalah pahlawan Kei."

Begitu aku mengatakannya, Kei langsung memelukku dengan erat. Dia menempelkan wajahnya di bahuku dan mulai menangis dengan tenang. Aku membalas pelukannya dan mencoba menenangkannyaAku merasakan kehangatan di bahuku, yang perlahan menjadi basah. Pikiranku mulai melayang, dibungkus oleh perasaan bahagia yang mendalam.

Di tengah kebahagiaan itu, ada juga diriku yang tenang. Apa ini benar? Apa ini baik-baik saja? Dalam sudut hatiku, sebagian diriku bersuara memperingatkan.

Namun, Kei tidak bisa dihentikan.

Lebih dari segalanya, aku tidak mungkin melapor ke polisi. Jika aku melaporkannya, kehidupan Kei akan berakhir.

Mungkin imajinasi manusia terjebak dalam pola tertentu. Jadi, hal pertama yang terlintas di benakku adalah jika ini sampai ketahuan, Kei tidak akan bisa lagi menjadi ketua OSIS. Bahkan sebelum aku memikirkan Kei yang dikritik banyak orang, atau menerima hukuman berat, hal kecil itu dulu yang terlintas di benakku.

ku mungkin orang yang menyimpan pikiran-pikiran paling buruk di dunia ini. Tapi hanya itu diriku yang sebenarnya. Aku akan selalu berada di pihak Kei. Pasti.

Pada waktu itu, hanya itulah yang kurasakan.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Mengenai Blue Morpho, aku hanya menjadi pengamat. Bukannya berarti aku mencoba menghindari rasa bersalah. Karena hanya ada satu orang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan orang lain, yaitu Kei. Kei memperlihatkan segalanya kepadaku, tetapi seperti yang dia katakan, Aku ingin kamu mengawasiku, dia tidak meminta apa pun dariku. Sudah sepuluh hari berlalu sejak aku menyaksikan bunuh diri Kimura Tamio, dan aku hanya diminta untuk mengawasi kegiatan Kei.

Kei mulai mengajakku ke dalam kamarnya di rumahnya sebagai pengganti ruang rapat OSIS. Aku pergi ke kamar Kei dengan alasan bahwa itu adalah cerita yang akan merepotkan jika didengar orang lain. Sekarang setelah kupikir-pikir lagi, mungkin Kei mengatakan itu sebagai alasan untuk mengajakku ke kamarnya. Ah, apa mungkin pemikiran itu terlalu naif?

Setelah itu, aku sering mengunjungi kamar Kei berkali-kali, pada awalnya aku merasa gugup. Sekitar pintu masuk dan suasana ruang tamu tidak berubah sedikit pun sejak aku masih di sekolah SD. Hanya saja, bingkai fotonya semakin banyak, dan ada foto Kei saat dia SMP dan SMA.

Meski begitu, semuanya berbeda dari dulu.

Aku ingat jadi tersipu malu, bertanya-tanya apa maksud Kei ketika dia dengan santai mengatakan kalau orang tuanya mungkin pulang sekitar jam tujuh malam. Mungkin alasan dia tidak menggoda saat itu karena aku berkeringat deras.

Kamar Kei tertata rapi dan bersih. Kamar itu seperti model kamar seorang gadis SMA, dengan meja belajar besar yang tidak berubah sejak SD, dan di sampingnya ada tempat tidur dengan selimut motif kotak-kotak merah. Begitu masuk ke dalam kamarnya, Kei langsung meregangkan tubuhnya, melemparkan jaket seragam dan tasnya ke sana, lalu langsung terjatuh di tempat tidur.

… Bukankah bajumu akan kusut?

Ahaha, kamu bicara seperti ibuku.

Karena aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku duduk bersila di lantai dekat pintu kamar. Kei melirikku sejenak, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dengan enggan, aku melanjutkan pengamatanku terhadap kamar itu. Di atas meja belajarnya ada sebuah laptop tipis dan ringan, dan di sampingnya ada sebuah tablet.

Membayangkan Blue Morpho dikendalikan oleh benda itu membuatku gugup  dengan cara yang berbeda. Dari kamar seorang siswi berprestasi, jaring laba-laba terbentang, dan benang yang membentang itu mungkin mengambil nyawa seseorang.

Apa kamu tertarik dengan laptopku?

Kei yang sudah sepenuhnya bersandar di tempat tidur dengan santai bertanya demikian.

Di dalamnya ada aplikasi messenger dan daftar pengelolaan Blue Morpho. Tabletku juga memiliki hal yang sama, jadi ketika aku ingin berkomunikasi sambil berbaring di tempat tidur, aku menggunakan tablet.

Kei tersenyum sambil berbalik. Ini adalah pertama kalinya aku melihat Kei dalam keadaan santai seperti ini. Sambil mengerutkan bajunya, mungkin dia sedang mengirim instruksi kepada seseorang.

Kalau kamu menggunakan tablet dan komputer itu, Miyamine dan aku juga bisa melakukan hal yang sama. Tapi kamu harus memasukkan kode akses.

Aku tidak melakukannya.

Mungkin perkataanku terdengar dingin, karena Kei sedikit mengerucutkan bibirnya. Dia tidak menunjukkan rasa jijik, tetapi mungkin itu terlihat seperti penolakan baginya. Setelah beberapa saat, Kei tiba-tiba mulai berbicara.

Saat ini ada tiga puluh sembilan orang yang berpartisipasi dalam permainan. Biasanya aku bisa mengelola sekitar empat puluh orang, jadi jumlahnya sudah optimal.

Aku terlambat memahami bahwa itu adalah kelanjutan dari pembicaraan sebelumnya.

Apa ketiga puluh sembilan orang itu semua mengikuti instruksimu?

“Ya begitulah. Untuk saat ini.

Aku merasa sedikit terganggu pada kata untuk saat ini. Itu adalah bagian yang selalu mengganggu pikiranku. Apa yang akan terjadi jika seseorang yang mengikuti instruksi tiba-tiba kembali ke akal sehat mereka dan memberontak terhadap Blue Morpho? Jika orang seperti itu melapor ke polisi, hal itu bisa menyebabkan segalanya runtuh dengan cepat.

Aku mengerti kekhawatiran Miyamine. Setelah mereka terjebak dalam permainan sampai batas tertentu, aku berusaha membuat mereka tidak bisa keluar. Aku memegang informasi pribadi pemain dan informasi yang tidak menyenangkan jika mereka keluar. Selain itu, Blue Morpho memiliki 'kluster.'

Kluster? ... Itu berarti kelompok, kan?

Kluster di Blue Morpho adalah sistem pengawasan timbal balik. Di Blue Morpho, beberapa orang dikelompokkan dalam kluster untuk berbagi kemajuan pencapaian tugas. Memberikan pencapaian kecil kepada individu itu efektif, tetapi dengan cara ini, semua orang saling menunjukkan pencapaian tugas mereka.

Blue Morpho adalah sebuah permainan. Permainan akan menjadi lebih menarik jika ada persaingan, dan Kei sepertinya juga menyertakan aspek itu.

Ketika ada kluster yang tidak aktif, aku akan memilih satu orang dan berinteraksi langsung, sehingga itu akan menjadi pembicaraan di antara mereka, dan itu akan membuat suasana semakin hidup. Menjaga semangat setiap kluster tetap stabil adalah kuncinya. Jadi, klaster awalnya merupakan cara untuk mengelola motivasi, tetapi belakangan ini efeknya sedikit berbeda.

Aku baru benar-benar memahami arti kata-kata Kei beberapa saat kemudian. Saat itu, aku tidak tahu harus menjawab apa, jadi aku hanya diam dan melihat Kei yang terbaring di tempat tidur.

Kei yang melihatku dalam keadaan konyol itu tertawa dan berkata, Hei, ambilkan tablet itu dong.

Aku mengangguk pada kata-kata Kei dan akhirnya berdiri dari lantai. Aku menyerahkan tablet itu kepada Kei yangsedang berbaring di atas tempat tidur. Lalu saat itu, seolah-olah baru menyadarinya, Kei tertawa dan berkata, Kenapa kamu tidak duduk di tempat tidur?

Kamar ini tidak ada bantalnya, ya.

Karena tidak bisa menolak, aku duduk di tepian tempat tidur. Kei berbaring tengkurap sambil memainkan tablet.

Hei, lihat ini.

Gambar yang ditunjukkan memperlihatkan seorang gadis dengan rambut panjang yang diikat satu dan dibiarkan tergerai di samping wajahnya. Mungkin itu adalah tangkapan layar dari layar internet atau sesuatu yang serupa. Kualitas gambarnya buram dan keseluruhannya gelap. Ekspresi wajahnya yang tampak cemas dan mata yang menyipit tanpa arah sangat mencolok.

“Kalau tidak salah namanya Ishikawa Isuzu-san yang tergabung dalam Kluster F yang paling gampang dipahami. Tingkat penyelesaian tugasnya adalah tiga puluh enam, dan dalam dua minggu, Ishikawa-san akan mati.

Kei berbicara seolah menjelaskan hasil eksperimennya.

Dan yang ini Endo Tsuyoshi-kun, ia adalah siswa kelas tiga SMA yang memimpin di Kluster N. Endo-kun memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Blue Morpho, dan ia sudah mulai mengeluarkan kupu-kupu. Ia direncanakan akan mati dalam tiga hari.

Kupu-kupu?

Itu mungkin menjadi motif Blue Morpho yang dipilih Kei. Seolah-olah sedang menjawab pertanyaanku, Kei melanjutkan.

Orang yang mati mengikuti instruksi Blue Morpho dapat pergi ke 'suaka' yang bukan di sini. Mereka bisa keluar dari dunia ini dan bereinkarnasi ke dunia lain.

Apa itu... mirip seperti pembicaraan religius?

Manusia membutuhkan cerita.

Kei mengatakannya dengan tenang.

“Menumpulkan kemampuan berpikir mereka dan hanya menyelesaikan instruksi saja tidak cukup. Aku sudah bilang sebelumnya bahwa memberikan sesuatu yang diinginkan kepada orang yang kurang beruntung itu penting, iya ‘kan?

Itulah sebabnya kamu memilih cerita?

“Mereka membutuhkan kisah logis yang menjelaskan mengapa mereka menderita dan untuk apa mereka dilahirkan. Semuanya supaya mereka bisa mati demi Blue Morpho, bereinkarnasi di surga setelah mati, dan hidup bahagia. Mereka ingin memiliki cerita yang terstruktur seperti itu.

Usai mendengar hal itu, aku teringat pada Kimura Tamio. Aku mengingat ekspresi puasnya. Aku bertanya-tanya mengapa dirinya terlihat begitu bahagia. Dirinya pasti sedang membayangkan suaka yang akan dikunjunginya.

“....Kupikir orang-orang yang terbawa oleh Blue Morpho itu bodoh, tetapi sekaligus orang yang malang. Cerita Blue Morpho adalah kisah yang dibutuhkan orang-orang seperti itu agar setidaknya mereka bisa merasa bahagia.

Kei tersenyum sedih.

Kita masih dalam keadaan kepompong, dan hanya di suaka kita bisa terbang. Bahkan orang yang putus asa sekarang, jika bisa mempercayainya, bisa merasa bahagia. ...Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat mereka mempercayainya.

Saat Kei berbicara seperti itu, terlihat jelas sisi hatinya yang baik. Namun, beberapa detik kemudian, bayangan itu langsung sirna. Kei berubah menjadi wajah seorang peneliti murni dan melanjutkan.

“Itulah sebabnya, di Blue Morpho, kami menghargai kupu-kupu di atas segalanya. Lihatlah.

Gambar yang dia tunjukkan adalah kupu-kupu merah. Namun, bentuk kupu-kupu itu jauh lebih cacat dibandingkan dengan yang kulihat di internet. Mungkin karena kualitas gambarnya buruk, jadi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Begitu aku memperhatikan lebih dekat, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengalihkan pandangan.

Kupu-kupu itu terlukis di tubuh seseorang. Warna merah garis-garisnya adalah darah orang itu sendiri.

“Mereka menggabungkan berbagai tugas, tetapi tugas yang keempat puluh tetap yang sama. Mengukir kupu-kupu di tubuh sendiri. Itulah sebabnya kupu-kupu itu muncul. Sepuluh hari setelah mengukir ini, orang itu akan mati.

…Mengapa melakukan hal seperti itu?

Ada beberapa alasan. Orang yang mendapatkan motif yang terlihat akan memiliki keputusan yang bulat. Mereka yang bisa dan tidak bisa melakukan ini akan terpisah dengan jelas, jadi ini juga menjadi upacara peralihan. Gadis ini bisa mengukirnya dengan indah, jadi dia pasti akan mati dengan cara yang indah.

Ekspresi wajah Kei tidak berubah sama sekali. Sambil memegang tablet, dia membalikkan tubuhnya sekali lagi. Dengan mulut yang berbicara tentang keinginan agar orang yang sekarat bisa bahagia, Kei menunjukkan kupu-kupu yang berlumuran darah. Bersama dengan tubuhnya, hati Kei terus berputar. Setiap kali aku diperlihatkan realitas Blue Morpho seperti ini, hati nuraniku yang tersisa penuh penyesalan bergetar dan hampir membuatku muntah.

Aku merasa seolah-olah sedang diuji. Dia seakan-akan ingin mengukur seberapa banyak aku bisa melihat tentang Blue Morpho sebelum aku menyerah. Dalam arti tertentu, ini adalah proses peningkatan, dan setiap kali aku menerima semua ini, perasaan cintaku kepada Kei mulai memiliki berat yang tak terpulihkan. Semakin banyak hal yang harus aku alihkan pandangan demi membenarkan keberadaan Kei.

Seolah-olah Kei melihat kebimbanganku, dia mengulurkan tangan ke arahku. Dia melingkarkan lengan di sekitar bahuku, memberi tekanan dan menjatuhkanku ke tempat tidur. Kei kemudian duduk di atas perutku. Dia kemudian berkata dengan lembut, Apa kamu sudah tidak menyukaiku?

Suaranya terdengar seolah-olah takut ditinggalkan. Pertarungan dan kebimbangan dalam dirinya, rasa takut dan rasa tanggung jawab mengalir bersamaan.

…Tidak, aku tidak membencimu.

Aku berbisik dalam hati, Aku belum bisa, ketika Kei menekan tubuhnya ke dadaku. Dengan pergeseran berat badannya, tempat tidur berderit.

Entah mengapa, hari itu akulah yang menciumnya. Seolah melawan gravitasi, aku menutup mulutnya yang bergerak cepat. Kei sedikit terkejut, tetapi dengan senang hati menjawab. Setelah kami berciuman beberapa kali lagi, Kei menyandarkan berat badannya ke tubuhku dan tertidur. Wajahnya yang tertidur tampak tak berdaya. Mungkin dia merasa mengantuk karena aktivitas Blue Morpho di tengah malam.

Kei yang mengeluarkan suara tidur pelan itu terlihat sangat manis. Hal itu semakin membuat situasi menjadi lebih buruk.

Setelah itu, aku mencoba menggesekkan jari di tablet. Di tempat yang gelap itu, layar untuk memasukkan kode sandi empat digit muncul. Setelah berpikir sejenak, aku memasukkan tanggal lahir Kei dan langsung ditolak. Selanjutnya, aku mencoba tanggal lahirku sendiri.

Benar saja, kode sandinya berhasil masuk, dan kunci tablet yang berisi rahasia Blue Morpho terbuka.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Tiga hari kemudian, seperti yang dikatakan Kei, seorang siswa SMA bernama Endo Tsuyoshi meninggal dunia. Aku menerima laporan tersebut saat berjalan pulang dari sekolah bersama Kei. Kegiatan OSIS sangat padat, sehingga ini adalah pertama kalinya kami pulang bersama dalam tiga hari. Kei menyebutkan nama jalur kereta tertentu seolah-olah mengingat sesuatu.

“Korban dari kecelekaan di kereta pertama itu adalah Endo-kun, loh.

Ketika aku memeriksanya dengan smartphone-ku, ternyata benar-benar ada kecelakaan di kereta jadwal pertama. Meskipun ada keterlambatan hampir satu jam, tercatat bahwa situasi sudah pulih sebelum jam sibuk. Di berita tersebut tidak menyebutjan nama Endo Tsuyoshi atau tentang bunuh diri, tapi aku bisa dengan mudah mempercayai kalau itu Endo Tsuyoshi.

Karena orang mati secara diam-diam, pihak kepolisian belum menyadarinya. Kupu-kupu yang terukir di tubuh Endo Tusyoshi mungkin tidak terlihat saat kecelakaan itu terjadi.

Meskipun hatiku masih berdebar kencang, tapi aku tidak merasakan kejutannya seperti sebelumnya. Mungkin karena kematiannya diproses dengan terlalu tenang. Atau mungkin karena aku tidak melihatnya mati secara langsung. Atau mungkin karena hatiku semakin beradaptasi sejak mulai berpacaran dengan Kei.

“Kamu mau datang ke kamarku lagi hari ini?

Kei sering mengundangku ke dalam kamarnya. Sejak hari itu, aku mulai pergi ke kamar Kei dengan sangat alami. Supaya tidak bertemu dengan orang tuanya, aku keluar rumah segera setelah lonceng jam enam berbunyi. Kami berdua merupakan, dalam berbagai arti, memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan.

Kamar Kei dipenuhi buku-buku psikologi. Ada buku-buku terkenal yang bahkan aku mengenal namanya, serta buku-buku sulit dari penulis yang tidak aku ketahui. Bahkan ada buku aneh berjudul ‘Cara Rahasia Mengendalikan Orang dengan Cepat. Aku terkejut dengan kehausan Kei dengan pengetahuan.

 

Selain itu, ada banyak makalah juga. Bukan hanya yang ditulis dalam bahasa Jepang, tetapi juga dalam bahasa Inggris, dan banyak di antaranya diberi catatan tempel. Aku tidak tahu mana di antara semua itu yang sebenarnya berkontribusi pada pengelolaan Blue Morpho.

Makalah yang paling rumit di antara semuanya ditulis oleh sosiolog yang bernama Ikeya Sugao. Dalam makalah tersebut, dijelaskan bahwa manusia yang tidak memiliki subjektivitas lebih mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang lebih agresif melalui beberapa contoh. Misalnya saja peristiwa kerusuhan bar di Amerika pada tahun 1824. Atau insiden pemusnahan di desa yang dipimpin oleh seorang penipu. Makalah tersebut juga mengutip contoh-contoh dari Jepang, seperti hukuman gantung dan pembunuhan di kamp pelatihan klub orkestra pada tahun 2002.

Aku selalu berpikir saat membacanya. Kei mungkin menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk membangun Blue Morpho. Dan saat dia merasa ragu dengan apa yang dilakukannya, dia akan membaca kembali makalah Ikeya Sugao. Fakta bahwa Kei juga mengalami keraguan membuatku merasa terkejut dan anehnya senang. Aku senang saat mengetahui bahwa meski begitu ragu, namun dia tetap menjalankan Blue Morpho.

Selain itu, makalah Ikeya Sugao juga menarik bagiku. Melihat berbagai peristiwa yang tercantum dalam makalah tersebut membuatku berpikir bahwa apa yang dilakukan Kei memang benar. Orang yang meninggal di Blue Morpho pasti akan menyakiti seseorang suatu hari nanti.

“Memangnya itu menarik, ya?

Tiba-tiba, Kei bertanya dari belakangku. Dia tersenyum dengan ekspresi yang agak canggung. Mungkin dia menganggap makalah ini sebagai bukti kelemahannya.

Tanpa menjawab pertanyaan itu, aku menciumnya, dan Kei tanpa berkata-kata menggenggam tanganku dan membawaku ke tempat tidur. Jika kelemahan dan kebingungan Kei yang membuatku berada di sini, maka itulah hadiah terbesar bagiku.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Kei yang terus menjalankan Blue Morpho mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang jelas. Mungkin karena dia sudah bertekad untuk menjadi master Blue Morpho, Kei tidak pernah mengeluh. Meskipun mengelola Blue Morpho adalah pekerjaan yang sangat berat.

Lima puluh tugas yang diberikan Kei sedikit berbeda tergantung pada karakter dan kecenderungan individu. Meskipun ada beberapa tugas yang selalu dimulai dengan hal-hal yang ringan dan mengurangi waktu tidur, yang lainnya disesuaikan secara rinci berdasarkan jenis kelamin dan sifat individu pemain.

Misalnya saja, instruksi kedua puluh dua yang diberikan kepada seseorang adalah [menonton video badai pasir hingga pukul empat pagi], sementara instruksi yang diberikan kepada orang lain adalah [menghitamkan selembar kertas catatan dari ujung ke ujung hingga pukul tiga pagi]. Aku tidak memahami maksud dibalik perintah tersebut, tetapi tampaknya manusia memiliki kecenderungan tertentu, dan apa yang paling mengguncang pikiran seseorang berbeda-beda.

Kei mengelola instruksi-instruksi tersebut secara sistematis dan menciptakan sistem di mana dia dapat memberikan instruksi hanya dengan menekan satu tombol, tetapi jumlah hal yang harus dia pahami tetap sangat besar.

Selain itu, Kei juga memegang peran penting. Dia berkomunikasi dengan orang-orang yang dianggap memiliki kecocokan dan mengarahkan mereka agar semakin terlibat dalam Blue Morpho, atau mengajarkan beberapa pemain untuk mengontrol kelompok dengan lebih lancar.

Sistem Blue Morpho yang diciptakan dari pengalaman masa kecilnya memang efektif, tetapi daya tarik misterius Yosuga Kei adalah senjata terbesarnya dalam Blue Morpho. Setelah berbicara dengan Kei sekali saja, seorang pemain akan bersumpah setia kepada Blue Morpho seolah-olah terpesona oleh sesuatu.

Aku tidak tahu apa yang dibicarakan Kei sebagai game master dengan para pemain, tetapi aku bisa membayangkan dengan jelas bagaimana keterampilan komunikasi alaminya dan cara bicaranya yang meyakinkan dapat memikat seseorang di sisi layar. Kei adalah orang yang seharusnya bisa melakukan itu.

Namun, tindakan ini tampaknya juga menjadi penyebab utama kelelahan Kei. Tidak mengherankan. Mengeluarkan instruksi berbeda dengan mengarahkan seseorang untuk mati dengan kata-katanya sendiri. Aku berpikir bahwa itu pasti menjadi beban di hati Kei.

Setiap kali aku melihat Kei dengan ekspresi tertekan menatap tabletnya, dan dia terlihat bingung saat melihat aplikasi panggilan yang diperolehnya untuk Blue Morpho, aku teringat akan perjuangan kesepian yang dia hadapi. Kei yang seharusnya menjadi orang yang populer terlihat sangat kesepian.

Mungkin itulah sebabnya, ketika Kei mengundangku ke dalam rumahnya, dia mulai bersikap manja seperti anak kecil. Dia mendekat dan menempelkan tubuhnya padaku di atas tempat tidur, memandangku tanpa berkata-kata. Ketika aku mengelus kepalanya tanpa mengatakan apa-apa, Kei tersenyum bahagia dengan mata yang menyipit. Pada saat itu, untuk sesaat, Kei tampak seperti gadis SMA biasa.

Di dalam kamar, kami berdua saling berciuman tanpa ada yang memulai. Saat aku memeluk Kei, aku merasakan emosi yang aneh karena memikirkan seberapa banyak takdir manusia yang terjalin dalam tubuhnya yang ramping ini.

Miyamine,” ucap Kei dengan suara lembut yang hanya bisa kudengar. Setelah itu, hampir semuanya berjalan dengan sendirinya. Merasakan beban Kei yang menekanku, aku hanya fokus untuk memanjakannya. Jika tindakan ini dapat menyembuhkan Kei, itu sudah cukup bagiku.

Setelah beberapa waktu, Kei tertidur di pangkuanku. Aku yang tak tahu harus berbuat apa, mengambil tablet yang bersandar di sudut tempat tidur. Kei tidak berhenti melihatnya. Bahkan, dia tampak senang jika aku melihat apa yang dia lakukan.

Aku berhasil membuka kode sandi dan melihat isinya. Tablet ini terutama digunakan untuk hal-hal terkait Blue Morpho, termasuk berbagai layanan media sosial utama dan aplikasi pesan. Lalu, aku membuka file Excel dan menampilkan tabel terbaru.

Seperti yang diharapkan dari Kei, daftar tersebut tersusun rapi. Aku membuka kolom Endo Tsuyoshi dan melihat tugas-tugas yang dimulai tiga hari sebelum dia mati, dihitung dari saat aku berbicara dengan Kei.

[Empat puluh delapan - Ceritakan tentang Kawasan Suci kepada semua orang di kluster.]

[Empat puluh sembilan - Berbicara dengan master. Periksa kupu-kupu di cermin dan ajak kupu-kupu berkomunikasi.]

[Lima puluh - Tugas terakhir. Melompat ke kereta api pertama.]

Tugas terakhir ini juga telah dicentang. Di bawahnya, ada catatan tambahan yang bertuliskan 'bunuh diri dengan melompat.'

Daftar itu juga mencantumkan banyak nama lainnya. Tenogi Yosuke, Marui Mitsuko, Toyoshiro Yuuka. Masing-masing dari mereka masih menuju kematian.

Aku sering membayangkan dunia di mana bakat ini digunakan dengan cara yang benar. Dalam bayangan itu, wajah Zenna Mikuri muncul, dan sosok Kei yang tegas berusaha menghentikannya.

Dia adalah Kei yang kucintai, tetapi juga bukan Kei yang sebenarnya. Pemikiran itu sangat menyedihkan.

Setelah menjalani hidup seperti ini selama beberapa waktu, momen pertama yang menentukan bagi kami akhirnya tiba.

Jenazah Marui Mitsuko, yang seharusnya menjadi pemain Blue Morpho, ditemukan di pinggir sungai.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Berita itu diliput secara besar-besaran. Kasus pembunuhan di mana seorang gadis SMA yang bersekolah di Tokyo diserang dan dibunuh oleh beberapa orang.

ebuah foto dirinya bersama teman-temannya dipublikasikan, beserta nama dan keadaan kematiannya. Tiga hari setelah kematiannya, motifnya masih belum diketahui. Polisi masih melanjutkan penyelidikan terhadap kasus ini, tetapi belum ada tersangka yang ditangkap.

Saat menonton berita tersebut, aku terdiam. Aku mengenalinya—— gadis ceria dengan rambut panjang yang diikat kuncir kuda. Nama yang tidak pernah aku temui itu muncul di atas tempat tidur Kei. Itu adalah nama yang ada di lembar Excel di tablet itu.

Aku berusaha menekan jantungku yang berdebar kencang dan mencoba mengingatnya kembali. Dia seharusnya masih berada di sekitar tugas ketiga puluh dua. Baru sekitar lima hari sejak saat itu. Masih terlalu cepat untuk mati. Apalagi, Blue Morpho diatur oleh aturan yang ketat.

Hari itu adalah hari Minggu, jadi aku mengajak Kei ke sebuah karaoke dekat rumah. Karena itu ruangan pribadi yang terpisah, sehingga kami bisa berbicara tanpa khawatir dengan orang lain.

Di dalam ruangan yang redup, lampu berwarna-warni yang ceria menerangi suasana. Kei mengenakan atasan putih dengan rok berwarna hijau muda, seolah-olah mengenakan cahaya berwarna-warni itu. Tubuh putihnya berubah menjadi merah, biru, dan kuning saat cahaya dari lampu menyinari.

Aneh sekali Miyamine mengajak ke tempat seperti ini, katanya.

Marui Mitsuko, dia pemain Blue Morpho, kan? …dia, dibunuh,

Kei berbicara dengan santai, jadi aku menjawabnya dengan blak-blakan. Suaraku gemetar menyedihkan karena saking terkejutnya. Aku tidak menyangka bahwa Blue Morpho tidak hanya membuat orang bunuh diri. Aku tidak pernah bahwa akan ada kasus pembunuhan. Apa yang sebenarnya terjadi? Pemikiran itu berputar-putar di dalam kepalaku, tapi aku tidak bisa menyusun satu pernyataan pun yang bisa kutanyakan. Setelah beberapa saat, Kei berbicara.

Kamu ingat kita pernah bicara tentang manfaat kluster, ‘kan?

…Saat kita membahas manajemen motivasi?

Ya. Begini, Miyamine. Inilah salah satu keuntungan dari membentuk kluster. Mekanisme penyucian diri.

Kei mengatakannya dengan tenang. Saat itu, Kei memang berbicara tentang produk sampingan dari kluster. Aku menyesal tidak mendengarkan dengan baik. Namun, meskipun aku mendengarnya, apakah aku bisa menghentikan Marui Mitsuko dari dibunuh? Dia sudah pasti akan mati, bukan?

Mekanisme penyucian diri itu…

Pemain paling takut jika tatanan Blue Morpho terganggu. Kluster tidak akan memaafkan orang yang mengabaikan norma dan instruksi yang telah mereka perjuangkan. Sebenarnya, setelah melewati tugas kedua puluh sembilan, Marui Mitsuko tidak lagi mengikuti instruksi. Mungkin dia merasa takut di tengah jalan. Atau mungkin dia secara tidak sengaja tertidur karena faktor eksternal. Dan dia berpikir untuk keluar dari Blue Morpho. Padahal, informasi pribadi sudah lama beredar di kluster. Akhirnya, Mitsuko mendapatkan hukuman.

Kei melanjutkan menjelaskan penyebabnya dengan tenang.

Pelakunya mungkin seseorang dari kluster yang sama. Namun, kluster L yang mungkin telah membunuh Marui Mitsuko hampir semuanya sudah berevolusi. Orang-orang yang tersisa juga akan menghilang dalam waktu lima hari.

Ini sudah melewati batas. Kei pasti tahu tentang hal ini. …Kita harus menghentikan ini──

Aku tahu!

Pada saat itu, Kei berteriak dengan suara melengking yang tidak biasa. Baru pertama kalinya aku mendengarnya begitu. Lampu di ruangan itu sejenak menjadi gelap, lalu perlahan-lahan berubah menjadi biru yang dingin.

…Aku tahu. Ini tidak benar. Ini salah.

Suara Kei dipenuhi kesedihan yang mendalam. Ruangan karaoke yang gelap membuatku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya. Namun, ada raut kebingungan yang jarang terlihat di matanya.

Tapi, kita tidak bisa membiarkan ini berhenti. Jika pembersihan internal tidak dimulai, kluster takkan bisa dipertahankan. …Aku tidak pernah membayangkan hal buruk seperti ini akan terjadi, tapi tanpa adanya ini, Blue Morpho akan runtuh.

Aku bisa memahami apa yang ingin dikatakan Kei. Demi mempertahankan Blue Morpho, mungkin diperlukan pencegahan agar para pemain tidak keluar. Namun, cara ini jelas berbeda dari cara Kei sebelumnya.

…Kamu tahu tentang mekanisme penyucian diri kluster kan, Kei? Apa sudah ada kejadian serupa sebelum insiden ini?

…Sekitar tiga bulan yang lalu, terjadi kasus di mana Yoshio Hidenori-kun, siswa kelas dua SMA, ditusuk di pinggir jalan. Polisi menyimpulkan itu sebagai tindakan kriminal oleh orang asing, dan pelakunya belum ditangkap. Seluruh anggota kluster C tempatnya bergabung sudah berevolusi.

Sejujurnya, aku tidak mengingat berita tersebut. Mungkin karena ada berita lain yang lebih mencolok, atau mungkin cara pemberitaan tentang Marui Mitsuko yang istimewa.

Tiga bulan yang lalu, itu adalah saat Kei mulai memintaku untuk berada di sampingnya. Aku mengingat Kei yang terlihat kehilangan linglung di dalam ruang OSIS. Apa itu karena dia mengetahui insiden Yoshio Hidenori? Apa inilah yang menjadi pemicu Kei untuk mulai meragukan Blue Morpho?

Aku tidak bisa menghentikan pembersihan kluster.”

Menanggapi dugaanku yang sembarangan, Kei berkata dengan sikap tegas.

Ini adalah sesuatu yang diperlukan untuk mempertahankan Blue Morpho. Apapun yang dipikirkan Miyamine tentang ini, aku akan mengonfirmasi hal ini.

…Aku tidak akan membencimu.

Aku menjawab demikian sebelum Kei bertanya.

Namun, memang benar bahwa aku diserang oleh kecemasan yang mengerikan. Seorang idol baru dengan polosnya mempromosikan dirinya di TV terdekat. Pagi itu, aku pikir insiden itu sangat mengerikan, tapi hanya dengan Kei mengatakannya dengan begitu jelas, aku tak punya pilihan selain mendukungnya.

Marui-san juga menyukai lagu dari band asing yang aku sendiri tidak terlalu mengenalnya.

Sembari menggumamkan hal itu pada dirinya sendiri, Kei memainkan sebuah lagu. Sepertinya itu adalah band dari Inggris, tetapi aku juga tidak mengenal band itu. Melodi yang melankolis mengalun bersamaan dengan lirik berbahasa Inggris. Kei menatapnya tanpa bernyanyi.

“Meskipun aku harus melupakannya, tapi aku tidak bisa melupakan percakapanku dengan Marui-san waktu itu.

Aku penasaran bagaimana perasaan Kei ketika mengetahui bahwa Marui Mitsuko dibunuh? Rupanya Marui-san sudah mulai menjauh dari Blue Morpho, jadi mungkin Kei berusaha meyakinkannya sebelum dia mendapatkan sanksi di dalam kluster. Namun, Marui-san justru sudah meninggal.

Kei menggigit bibirnya dengan lembut. Saat lagu mendekati akhir, Kei menyipitkan mata dengan ekspresi kesakitan.

…Kamu boleh melupakannya, Kei. Jika Kei tidak bisa melupakannya, Blue Morpho pasti tidak akan bisa bertahan…

Ketika aku mengatakannya, Kei mengangguk samar dengan ekspresi menyakitkan.

Setelah itu, kami keluar dari karaoke tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kami terasa seperti orang asing. Sudah lama sekali rasanya kami seperti ini.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Sesampainya di rumah, aku mencari informasi tentang kasus pembunuhan Marui Mitsuko, mencetak semua artikel dan postingan di forum yang aku temui. Berbagai orang memberikan pandangan mereka tentang kasus pembunuhan ini.

Ternyata, rumor tentang Blue Morpho cukup menyebar, dan ada beberapa orang yang berhasil menebak kebenarannya. Namun, ada banyak orang menganggapnya sebagai khayalan belaka. Tidak banyak orang yang mampu mengaitkan legenda urban yang umum dengan kasus pembunuhan yang sebenarnya terjadi.

Selanjutnya, aku juga mencari informasi tentang Yoshio Hidenori. Berita tentang Marui Mitsuko yang baru saja dilaporkan hari ini tidak sebanding dengan detail tentang kasus pembunuhan yang dilakukannya. Sambil mencetak informasi itu, aku berpikir untuk mencari edisi lama koran di perpustakaan.

Dalam sekejap, lantai kamarku dipenuhi dengan informasi tentang dua kasus pembunuhan tersebut. Sambil menyusun satu per satu dengan hati-hati, aku berpikir. Kei boleh melupakannya. Sebagai gantinya, aku akan mengingatnya. Setidaknya, aku satu-satunya yang benar-benar memahami kebenaran dari kejadian ini.

Saat menyusun berkas, aku teringat bahwa pembunuh berantai cenderung memeriksa laporan tentang kasus mereka secara obsesif. Aku lupa apakah aku melihatnya di serial TV atau membaca tentangnya di buku, tetapi aku yakin ada cerita yang mirip seperti itu.

Jumlah orang yang terlibat dengan Blue Morpho dan meninggal telah meningkat menjadi enam puluh dua. Besok, jumlahnya akan menjadi enam puluh tiga. Apa pun ideologinya, Kei tidak diragukan lagi seorang pembunuh.

Namun, jika melihat tindakanku, aku sendiri lebih mirip pembunuh.

Mungkin itu benar. Kei tidak salah. Aku harus melindungi hati Kei, pikirku sambil terus bergumam sendirian di kamar.

Setelah itu, aku terus mengumpulkan informasi tentang kasus pembunuhan yang terkait dengan Blue Morpho. Pada akhirnya, jumlah orang yang dibunuh karena pembersihan internal kluster mencapai enam, tetapi aku menyimpan semua kasus tersebut dalam berkas dan meletakkannya di rak kamarku. Dengan melakukan itu, seolah-olah aku berharap bisa membantu Kei dengan cara apapun.

Apa pun motivasiku saat itu, berkas ini sendiri ternyata berguna.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Pada hari berikutnya setelah kami berbicara di karaoke, Kei dan aku kembali menjadi seperti biasanya. Kami tidak membahas tentang Blue Morpho dan berbicara tentang ujian akhir yang semakin dekat. 

Setelah liburan musim panas, ayo pergi mengunjungi suatu tempat. Meskipun kita tidak bisa menginap sih, kataku. 

Mungkin karena ada masalah dengan Blue Morpho, pikirku dalam hati, dan Kei tertawa sambil berkata, Ayahku tidak akan mengizinkannya, sih. 

Belakangan ini, ayah mulai curiga pada Miyamine. Sepertinya ada orang di sekitar yang melihatnya datang ke rumahku. Dia khawatir kalau kita melakukan yang aneh. 

…Tapi aku sudah pulang sebelum orang tuamu kembali.

Ah, jadi kamu mengakui kalau kamu melakukan hal yang aneh ya.

………………Kei.

Yah, memang benar bahwa aku melakukan sesuatu yang tidak bisa aku katakan.

Kei tertawa dengan mengatakan hal yang tidak bisa dijadikan lelucon. 

Namun, tetap saja, khawatir meninggalkan rumah itu wajar. Jika ada koneksi, aku bisa memberikan instruksi dari mana saja.

Kei tiba-tiba mengubah wajahnya menjadi serius dan mengeluarkan suara besar saat meregangkan tubuhnya. Sebenarnya, itu hal yang wajar, tetapi Kei tidak memiliki waktu istirahat. Jika kami terus tumbuh dewasa seperti ini, sepertinya Kei tidak akan bisa pergi berlibur. Lagipula, ada perjalanan sekolah pada musim panas kelas tiga. Aku penasaran apa yang akan dilakukan Kei nanti

Apa Kei akan terus melanjutkan Blue Morpho? 

“Kata melanjutkan itu mungkin ungkapan yang aneh... Tapi, aku akan menyelesaikannya sampai akhir.

“Sampai akhir?

Kei memiringkan kepalanya dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan dan tidak melanjutkan kalimatnya. Apa itu saat tidak ada lagi pemain dalam permainan, atau saat Kei merasa sudah cukup? Aku sangat berharap bahwa kondisi akhir tersebut tidak termasuk kematian atau penangkapan Kei. 

Dalam makalah Ikeya Sugao yang dia gunakan sebagai rujukan, tidak ada akhir yang jelas dituliskan. Hanya ada ringkasan tentang bagaimana manusia terbawa arus. Apa Blue Morpho milik Kei akan mencapai akhir dari makalah itu? 

Kalau begitu, kita bisa membuang buku dan dokumen ini. Benda-benda ini cukup memakan tempat, jadi mungkin sudah saatnya untuk dibuang.

Kei tertawa sambil menepuk rak penuh buku. 

“Kurasa cuma bukan itu saja. Smartphone dan komputer juga, semua bisa dibuang. Kita bisa mengumpulkan semua barang yang tidak perlu dan membakar semuanya.

Apa komputer bisa terbakar?

Sebagian besar benda di dunia ini bisa terbakar. 

Meskipun itu adalah harapan yang konyol, aku berharap suatu saat Blue Morpho akan memudar dengan sendirinya. Aku ingin sihir yang dimiliki Kei sepenuhnya lenyap, mimpi tentang Blue Morpho larut, dan Kei bisa sepenuhnya melepaskannya untuk pergi berlibur. Itulah seluruh impian manisku.

Namun, Blue Morpho milik Kei tidak memudar, malah semakin terasah.

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Pesan yang dikirim oleh Kei muncul di dalam tablet

'Aku mengerti. Kamu dan aku sama. Dunia seperti ini tidak pantas untukmu. Meskipun kamu terus hidup, tidak ada seorang pun yang akan menemukannya. Orang tuamu akan terus menganggapmu sebagai orang yang gagal seumur hidup.' 

Itu hanyalah percakapan yang sepele. Pola yang umum sebagai pengantar untuk Blue Morpho. Menyerang kelemahan hati lawan, mengajarkan betapa tidak berartinya kehidupan mereka, betapa bodohnya mereka, dan seberapa baiknya kalau mereka mati. 

Lalu, setelah beberapa waktu berlalu, dia mengulurkan tangan membantu. 

'Tetapi, kamu memiliki kemungkinan untuk menjadi istimewa.' 

'Manusia yang menyelesaikan Blue Morpho akan diberikan hak untuk dibebaskan dari penderitaan ini.' 

'Kamu bisa melakukannya.' 

Pesan yang dikirim bersamaan dengan tantangan itu tampak sepele. Namun, para pemain yang menerima kata-kata dari Kei seperti terhipnotis dan berusaha mencapai tujuan. Sederhana, dan seharusnya tidak ada yang terlalu istimewa. 

Meskipun begitu, kupu-kupu Blue Morpho terbang menuju api. 

Di dalam pikiranku, kalimat ini terulang dengan suara Yosuga Kei. Suara Kei sangat khas. Tidak terlalu tinggi atau rendah, terdengar seperti alat musik yang bergema. Saat mengikuti suara yang bergetar saat mengucapkan kalimat, entah kenapa, kepalaku terasa panas. Meskipun begitu, aku selalu berpikir bahwa kekuatan aneh Kei berasal dari suaranya. Dengan hanya tulisan seperti ini, kata-kata Kei memiliki kekuatan. 

Kamu melihat ruang obrolan pribadi, ya? 

Saat aku menoleh, Kei berdiri di sana. Meskipun cuaca panas, Kei tampak tidak berkeringat. Dari blus yang dua kancingnya terbuka, terlihat tulang selangkanya yang menonjol. 

…Hanya sedikit, karena aku penasaran.

Rasanya sedikit memalukan. Aku agak malu kalau Miyamine melihatku mengerjakan tugas OSIS. 

Sambil membandingkan Blue Morpho dengan OSIS SMA Togamine, Kei mengeluarkan smartphone-nya. 

Apa kamu akan menelepon? Di siang hari begini? 

Ya. Dia telah memimpin kluster dan juga melakukan pembersihan. Jika orang yang sudah sampai sejauh itu mencoba kembali sadar, dia akan hancur. 

Kei mengatakannya dengan tenang. Mungkin, orang yang akan dia telepon sekarang telah membunuh orang demi Blue Morpho, demi Kei. Tentu saja, setelah sampai sejauh itu, tidak ada jalan kembali. Jika dia meragukan Blue Morpho, dia pasti tidak akan mampu menanggung berat dosa yang telah dilakukannya. 

Sesuai dengan pernyataannya, Kei mulai menelepon seseorang. Dan, sambil tersenyum di bawah sinar matahari sore, dia berkata lembut kepada pemain yang berada di suatu tempat di dunia ini, Ini aku. Kei kemudian berbicara dengan seseorang secara diam-diam. Suara tawa kecil. Desahan lembut. Suara Kei bergema di ruangan seperti balada, mengarahkannya kepada kematian. 

…Tidak apa-apa. Kita pasti akan bertemu lagi di tempat suci. Ketika itu terjadi, aku pasti akan menemukannya. Sampai jumpa lagi, Tsutsujima Yoshiharu-kun.

Suara manis Kei bergema. Setelah itu, Kei terdiam dan memejamkan matanya sejenak. 

Aku tidak tahu situasi macam apa yang terjadi di sisi telepon, tapi mungkin Tsutsujima Yoshiharu sudah meninggal dunia. Entah dirinya melompat, menggantung diri, atau mungkin menggorok lehernya sendiri. Kei memutuskan sambungan telepon dan melempar smartphone-nya ke tempat tidur. Melihat smartphone yang memantul itu, aku dengan tenang bertanya. 

Apa ia mati?

…………ya.

Wajah Kei berubah menjadi ekspresi murung. Menutupi wajahnya yang hampir menangis dengan kedua tangan, dia membungkuk. Kei selalu seperti ini ketika seseorang mati. Meskipun dia sendiri yang mengarahkannya ke arah kematian.

Kei meregangkan badannya seperti kucing dan kemudian berbaring di tempat tidur. Ketika aku mengatakan bahwa seragamnya akan kusut, Kei tertawa dan berkata, “Kamu mulai lagi begitu. Sambil tertawa, perutnya yang datar bergerak naik turun. Tiba-tiba, aku meletakkan tangan di sekitar pusarnya dan dia berkata, “Geli ih! sambil tertawa lagi. 

Perut Kei terasa hangat, dan aku bisa merasakan keberadaan organ di dalamnya. 

Karena ditekan Miyamine, perutku jadi berputar-putar.

Ketika hanya berdua denganku, Kei terlihat jauh lebih bebas. Semua orang di sekitar tidak tahu tentang sisi Kei yang seperti ini. Hanya aku yang tahu bahwa Kei melakukan pembunuhan yang paling tenang di dunia ini. 

Apa Tsutsujima Yoshiharu tampak puas?

…Ya. Ia terlihat bahagia. Ketika kami baru bertemu, ia tidak bisa menemukan makna dalam kehidupannya. Setelah bertemu denganku, dirinya bilang dunianya berubah. Dirinya bilang ia merasa senang telah bertemu denganku. 

Hanya mendengar itu saja kedengarannya seperti apa yang dilakukan Kei tampak seperti perbuatan baik tak berdosa. Rasanya dia seperti sedang mencoba menyelamatkan teman masa kecil yang diintimidasi atau mencari kucing yang hilang hingga senja. Namun, titik akhir dari tindakan Kei justru kematian, yang membuat penilaian menjadi kabur. Kei mungkin sedang menyelamatkan orang. Setiap orang yang terjebak dalam Blue Morpho memiliki kekurangan, dan mereka menemukan sesuatu untuk mengisi kekurangan itu, lalu mati sambil berterima kasih kepada Kei. 

Seandainya bunuh diri bukanlah hal yang buruk, Kei mungkin bisa menjadi penyelamat sejati. 

Sebenarnya, apa bunuh diri itu merupakan sesuatu yang buruk? 

Semua orang memilihnya sendiri, bukan? 

Atau mungkin, Kei hanyalah cerminan dari Nezuhara Akira yang pernah aku benci? Pada akhirnya, aku bahkan tidak bisa memahaminya. Kata-kata Aku menemukannya yang tersimpan dalam riwayat obrolan. Kata-kata Sampai jumpa yang menjadi pegangan bagi orang yang mendekati kematian. 

Hei.

Sekali lagi, kata-kata Kei menarikku kembali dari jalan pikiran yang sempit. 

Apa yang sedang kamu pikirkan?

Kei mengerucutkan bibirnya seolah-olah cemberut. Gerakan yang mudah dimengerti ini pastinya pose Kei. Itu adalah cara untuk mendapatkan perhatianku sepenuhnya di tempat ini. Meskipun begitu, aku terjerat dalam pesona Kei. 

Semua orang menyukai Kei, ya?

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. 

Dengan terus memberikan instruksi, dia menurunkan rintangan untuk mencapai tantangan. Membuat kluster dan sistem pengawasan timbal balik. Mengendalikan penolakan dan penerimaan untuk menghancurkan ego orang lain. Mengurangi waktu tidur dan mencuri daya pikir. Kadang-kadang, seperti hadiah, memberikan kata-kata yang diinginkan. 

Aku bahkan mulai berpikir bahwa keberadaan Kei secara keseluruhan mungkin yang membuat Blue Morpho ada. Semua pemain jatuh cinta pada Kei dan pasti ingin bertemu dengannya lagi. Sebenarnya, mungkin hanya itu saja. 

Dan mungkin, aku juga hanya salah satu dari mereka. 

Kamu mengatakan hal yang aneh, ya.

Kei berkata dengan wajah bingung dan kemudian tertawa seperti anak kecil. Tidak ada kesan bahwa dialah orang yang menghasut seseorang untuk bunuh diri sebelumnya. Meskipun baru saja mengantarkan seseorang pergi tanpa mengubah ekspresi wajahnya, Kei tetap tidak berubah sedikit pun. 

…Jangan tertawa. Aku juga, …mungkin tidak jauh berbeda dari yang lain.

Hmm, jika dipikir-pikir, mungkin benar. Miyamine juga sangat menyukaiku.

Sungguh menggemaskan melihat Kei yang dengan mudah mengatakan itu. Melihat Kei yang tampak senang menggerakkan kakinya, tiba-tiba aku merasa malu. Ketika aku berusaha menarik kembali pernyataanku, Kei melanjutkan seolah sudah menunggu. 

Tapi, ada satu hal yang membedakanmu dari pemain lainnya, lho?

karena aku tidak mati? Atau, karena tidak mengikuti instruksi?

Karena aku mencintaimu.

Kei berbalik dan menghadap ke arahku. Dalam posisi tidur miring, Kei tanpa ragu merentangkan tangannya ke arahku. Seiring dengan gerakannya, rambut hitamnya yang indah yang bersandar di bahuku mengalir ke atas sprei dengan suara lembut. 

Hei, Miyamine. Peluk aku erat-erat? 

Perintah singkat yang mudah dicapai itu dibisikkan dengan suara Kei. Tentu saja, dia tidak berbeda denganku dan para pemain Blue Morpho lainnya. Aku merespons kata-kata Kei. Aku ingin mendapatkan imbalan. 

Maukah kamu... menciumku?

Kei yang berada dalam pelukanku memberikan perintah berikutnya. Dulu aku berpikir bahwa ini tidak boleh terjadi, tetapi suara Kei yang penuh gairah menutupi pikiran itu. 

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Hei, Kei, apa kamu percaya pada tempat suaka? Maksudku, pada surga atau neraka?

Tiba-tiba aku merasa penasaran dan bertanya pada Kei yang sedang mengenakan kembali seragamnya. 

Konsep tempat suaka setelah mati adalah salah satu inti dari Blue Morpho. Karena percaya bahwa mereka akan bertemu Kei di sana, para pemain dengan mudah memilih untuk mati. Mereka mengarahkan diri menuju tempat di mana mereka bisa bertemu Kei, lebih memilihnya daripada dunia nyata yang penuh luka. Layaknya seperti kupu-kupu yang mencari nektar. Atau seperti ngengat yang terbang menuju api. 

Apa kamu mempercayainya, Miyamine? 

“Bukankah seharusnya kamu tidak menjawab pertanyaan dengan pertanyaan?" 

Sudahlah, jawab saja. 

Aku percaya pada akhirat. 

Sebenarnya, aku ingin mempercayainya. Mungkin ini bukan kata-kata yang seharusnya diucapkan oleh seseorang yang hanya menyaksikan apa yang terjadi di depannya, tetapi aku takut akan kegelapan setelah mati. Membayangkan bahwa manusia akan menjadi tidak ada setelah mati membuat perutku terasa mual. Dalam hal ini, konsep tempat suaka yang diajukan oleh Blue Morpho terasa lembut. Bagus rasanya mengetahui bahwa ada cahaya di tempat yang akan dituju setelah mati. 

Aku bertanya-tanya apakah Kei, sebagai pencipta, benar-benar percaya pada dongeng ini. Apa dia akan mengkonfirmasi dengan tatapan jernihnya, atau malah tertawa? 

Kalau begitu, kita pasti akan bertemu lagi di sana.

Tebakanku meleset. Kei mengatakannya dengan wajah serius dan kemudian mulai berkutat dengan kancing-kancingnya lagi. Sepertinya pertanyaan yang aku ajukan berakhir di situ. 

Kata-kata yang diucapkan dengan santai itu terus terngiang di benakku.

[Kalau begitu, kita pasti akan bertemu lagi di sana.]

 

🦋 ────── 🦋 🦋────── 🦋

 

Setelah itu, Kei tertidur begitu saja. Blusnya sudah kusut hingga tidak bisa diperbaiki lagi. Sambil melihatnya yang tidur dengan tenang, aku mengambil tablet sekali lagi tanpa tujuan. Ketika melihat Kei melalui Blue Morpho, aku tiba-tiba menemukan riwayat pesan yang aneh. 

Berbeda dengan banyak pesan lainnya, interaksi dengan orang tersebut memiliki tanda bintang. Itu adalah simbol untuk menunjukkan orang yang istimewa. Aku berpikir mungkin dia adalah seorang pemimpin kluster atau semacamnya, lalu membuka interaksi tersebut. 

Pesan yang dikirim dari pihak lawan tampaknya telah dihapus satu per satu, dan yang tersisa hanyalah pesan-pesan yang dikirim oleh Kei. Aku mulai membacanya satu per satu. 

Kamu mempunyai nilai keadilan yang sangat kuat, ya?’ 

‘Aku mengerti. Kamu adalah orang yang sangat berbakat. Karena aku mengetahuinya, aku ingin berbicara denganmu seperti ini.’ 

‘Dosamu adalah sesuatu yang dikenakan kepadamu. Di sini, kamu tidak memiliki nilai hidup. Semua orang akan melemparkan batu kepadamu, dan tidak ada yang akan menghargaimu dengan benar. Tidak lagi, selamanya.’ 

Kata-kata yang seolah-olah menolak pihak lawan dengan dingin, namun sekaligus seperti mengangkatnya dari kegelapan. 

‘Tapi, aku telah menemukanmu.’ 

‘Aku telah menunggu seseorang sepertimu.’ 

Aku tidak mengerti mengapa interaksi itu terasa istimewa. Meskipun jarang bagi Kei menggunakan bahasa formal, dia memang mengubah cara penulisannya sesuai dengan lawan bicaranya. Namun, apa sebenarnya dosa pihak lawan bicaranya itu

Tiba-tiba, aku merasa tidak bisa lagi menahan semua situasi ini, dan aku menekan bagian pelipis sambil berusaha mengusir rasa tidak nyaman itu. Saat itu, Kei yang tidur di sampingku sedikit bergerak. Ketika aku meletakkan tanganku di perut Kei yang tidur nyenyak, secara alami aku mengeluarkan suara, “Apa yang harus aku lakukan?” Kei yang sedang tidur tidak memberikan instruksi apapun. 

Yang bisa aku lakukan hanyalah terus mengamati Blue Morpho dari dekat. 

Namun, tanpa kusadari, Blue Morpho telah mulai mengalami evolusi besar yang melibatkan banyak orang berbeda.

 


Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama