Ada
dua stasiun di dekat SMA Touyama, tempat dimana saat ini aku tuju. Salah
satu diantaranya, yang sedang aku gunakan sekarang, ialah Stasiun SMA Touyama
jalur Sandai. Perhentian ini berpusat di dalam distrik perumahan, dan
memiliki beberapa toko di sekitarnya.
Sedangkan,
yang lainnya adalah Stasiun JP Touyama. Ini adalah stasiun terbesar di
daerah tersebut. Jumlah orang yang keluar dari Stasiun SMA Touyama secara
signifikan lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah orang yang keluar dari
Stasiun Touyama. Di sekitar stasiun ada mal besar, beberapa perusahaan,
sekolah, dan berbagai institusi lainnya. Kawasan ini begitu ramai di hari
kerja maupun di akhir pekan.
Dari
semua siswa SMA kami, sekitar 70% dari mereka melakukan perjalanan melalui Stasiun
Touyama. Ngomong-ngomong, sekitar 20% menggunakan dengan bus atau motor,
dan sisa 10% menggunakan Jalur Sandai Line seperti diriku. Ini cukup
mengejutkan betapa sedikitnya orang yang menggunakan Jalur Sandai untuk
bepergian.
Nah,
karena hal ini, jumlah siswa yang berjalan di antara Stasiun SMA Touyama dan
SMA itu sendiri sangatlah sedikit. Ditambah pula, para siswa yang pergi
melalui Stasiun SMA Touyama, mungkin karena merasa minder dengan Stasiun
Touyama, kebanyakan dari mereka begitu hening. Aku juga sangat hening,
namun, itu karena aku berasal dari pedesaan dan aku tidak ingin menonjol.
Jadi,
hari ini juga, aku meluangkan waktuku, berjalan menyusuri jalan sepi dimana
mobil tidak bisa melewatinya.
"Hei,
Setsu. Benarkah Kii-san sudah mempunyai pacar? "
Saat
aku memasuki kelas dan duduk di kursi paling belakang, teman sekelasku, Sagami,
menanyakan hal ini padaku.
Dia adalah
orang idiot. Itu seharusnya menjadi perkenalan yang cukup bagus.
Omong-omong,
namaku adalah Yoshiki Setsu. Hampir semua orang memanggilku Setsu.
"Pacar
Kii-san ? Aku tidak tahu apapun tentang itu ... "
"Seperti
yang kupikirkan ~. Kau tidak tahu ~ "
"Lagipula,
mengapa kau berpikir aku mengetahuinya?"
Pada
dasarnya aku tidak tertarik ketika membicarakan percintaan orang
lain. Tidak peduli jika orang ini berpacaran dengan orang itu. Percakapan
ini harusnya berakhir hanya dengan, "Ah ~, begitu ya".
Tentu
saja, jika ini tentang seseorang yang aku sukai atau yang disukai teman dekatku,
maka aku akan sedikit tertarik, namun ketika menyangkut orang yang tidak memiliki hubungannya denganku, maka
tidak ada alasan bagiku untuk peduli.
Namun,
nampaknya Sagami menyukai gosip semacam itu, dan akan memberitahuku seolah-olah
aku akan peduli. Bukankah kau mempunyai teman selain diriku?
Aku
menghadapi Sagami dengan ekspresi terkejut. Kemudian, meskipun kekurangan
kemampuan mengumpulkan informasi, dia mulai menceritakan hal-hal yang belum
pernah aku dengar sebelumnya.
"Sebenarnya,
ada seorang senpai kelas tiga yang mengaku pada Kii-san kemarin, dan dia menolaknya
dengan mengatakan bahwa dia sudah memiliki pacar! Kii-san bukanlah tipe
orang yang suka berbohong, jadi mungkin dia benar-benar sudah mempunyai pacar!
"
Sagami
berdiri dengan penuh semangat. Mengapa dia begitu bergembira? Yah,
kurasa memang beginilah dia.
"Apakah
dia punya pacar atau tidak, tidak ada efeknya bagimu."
"Sungguh
menyedihkan! Sangat disesalkan! "
"Kurasa
ini bukan masalah besar."
Setelah
beberapa detik, Sagami kehilangan energinya dan kembali ke tempat
duduknya. Apa sekarang?
"Tidak
baik, meski aku mengetahuinya, tidak mungkin bagiku untuk bisa berpacaran
dengan Kii-san. Itulah mengapa, aku ingin lelaki yang berpacaran dengannya
harus menjadi orang yang keren dan berani. "
Apa-apan
dengan ekspresi suram mendadak itu? Apa yang terjadi dengan semua energi
yang kau miliki beberapa waktu yang lalu, emosimu terlalu tidak
stabil. Namun, karena Sagami terlihat sangat menyedihkan, kuputuskan untuk
memberitahunya tentang apa yang kuketahui.
"Yah,
aku tidak tahu apa ini berguna atau tidak, namun saat dia naik kereta, tidak
ada orang yang terlihat seperti pacarnya."
Walaupun
jika seseorang melihat kita, mereka mungkin mengira bahwa aku adalah pacarnya.
"Ap-Apa
itu benar !?"
"Yeah…"
"Begitu
ya? Di kereta ...? "
"Ah,
apa aku tidak memberitahumu? Dia mengendarai kereta yang sama denganku.
"
"..."
Mendengar
perkataanku, Sagami membuka mulutnya dan berhenti seperti itu. Lalu,
secara bertahap otot-otot di wajahnya mulai bergerak lagi.
"Haaaaa
!? Kau benar-benar mengatakan itu! Kii-san yang itu, tinggal di
pedesaan !? "
"Maksudku,
iya. Sebenarnya, jangan menyebutnya pedesaan, itu area perumahan. "
Saat
aku membentak dia, Sagami terjatuh ke mejaku dengan putus asa.
"Kau
bohong ... Kii-san yang itu, tinggal di pedesaan ... sangat iri!"
"Seperti
yang kukatakan, itu bukan pedesaan, itu adalah area perumahan."
"Sialan! Jika
dia berada di kereta denganmu, kau bisa
mengambil beberapa foto kan? Dia bahkan mungkin duduk di sebelahmu ... Sialan!!
"
Melihat
begitu iri, mustahil bagiku untuk mengatakan kepadanya bahwa dia benar-benar duduk
di sampingku. Sebenarnya, seberapa banyak kau menyukai Kii-san.
"Mungkin
kau bahkan bisa merasakan dadanya ..."
"Itu
tidak mungkin, dasar bego kau."
Daripada
menyukai, dia mungkin hanya orang mesum ...
*****
{Sudut pandang Kii-san}
"Mamiko,
hari ini juga kau sedang dalam mood yang baik."
Saat
aku sampai di sekolah, sahabatku, Yuuka-chan menyapaku. Ekspresinya
terlihat sedikit terkejut. Bahkan aku pun tidak mengerti mengapa dia
memiliki ekspresi semacam itu.
"Kau
datang dengan pacarmu lagi hari ini ?"
"Un!"
"Aura
yang kau berikan terlihat bahagia,
sampai bisa membuat orang lain merasa malu."
"Be-Benarkah? Ehhhh
~ "
"Omong-omon
itu bukan pujian. apa baik-baik saja untuk memberitahuku? Apakah pacar Mamiko
seseorang dari sekolah ini? "
Yuuka-chan
tidak akan melepaskannya dan menanyakan hal ini padaku.
Tapi,
aku..…
"...
Maaf, aku tidak bisa memberitahumu."
Ya,
karena dia sangat pemalu, aku tidak ingin menyebarkannya kepada yang lain bahwa
kita berpacaran. Aku sangat ingin menceritakannya sekarang juga, tapi
memikirkan perasaannya, tidak mungkin aku bisa mengatakannya.
"Begitu
ya, kalau begitu, kuharap kau bahagia."
Sebagai
balasan atas perkataanku, Yuuka-chan tersenyum dan kembali ke tempat duduknya
sendiri. Di dalam hati, aku meminta maaf kepada Yuuka-chan sekali lagi,
dan berbaring di mejaku. Aku teringat kembali tentang apa yang terjadi di
kereta pagi ini.
Hari
ini, aku bersandar padanya. Ahhhh. Apa yang dia pikirkan? Apakah
dia membenciku untuk itu? Tapi, itu salah Yoshiki-kun, menjaga jarak dari
pacarnya. Hari ini adalah spesial,
aku tidak akan melakukan hal yang sama lagi. Lain kali, Yoshiki-kun akan
melakukannya ... aku benar-benar menginginkan itu ... Jika dia melakukannya ...
"Nnn
~, fufufufufufu."
Oh
tidak, hanya membayangkannya saja membuatku merasa sangat senang. Dia masih
belum berbicara denganku, tapi jika dia melakukannya, oh ... aku tidak bisa
menahan diri untuk tidak tersenyum ... fufu, eheheh.
Kita
sudah berpacaran selama sepuluh tahun. Aku harap untuk melakukan sesuatu seperti
pasangan segera. Aku yakin wajahku tersenyum sekarang. Walaupun mengetahui
itu, aku tidak dapat menahan diri.
Apa 10 tahun?!!
BalasHapusDan Yoshiki Setsu ini gak tau sama sekali tentang Kii-san?!
Kok njir?!
Ok gw cek genre nya dulu apakah ada unsur spritual
BalasHapusIcip dulu yekan
BalasHapus