Most Popular Girl Next to Me Chapter 19 Bahasa Indonesia



Chapter  - 19

Sekarang sudah hampir memasuki libur musim panas.
Semua siswa akan libur dari sekolah sekitar satu bulan setengah. Beberapa orang menghabiskan waktu ini untuk melakukan aktivitas klub, atau berusaha mencari pacar baru, atau juga mendapatkan pekerjaan selama waktu ini, dan bahkan ada juga yang menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar nongkrong dan bersenang-senang.
Tentu saja, selain hari dimana aku bekerja, aku akan menghabiskan liburan musim panasku untuk bermain game di rumah. Meskipun aku sudah memikirkan rencanaku selama libur musim panas nanti, masih ada hal yang harus dihapadapi oleh para siswa sebelum liburan.
Itu adalah Ujian. Ujian diadakan lima kali dalam setahun. Hasil tahunan dibagikan setiap tingkatan, dan rata-rata akan diambil untuk menentukan peringkat setiap siswa.
Biasanya aku hanya sekitar peringkat 50, tapi berkat bantuan Mamiko pada ujian  terakhir, aku bisa menaikkan peringkatku menjadi sekitar peringkat 30.
Untungnya, aku akan belajar bersama Mamiko lagi kali ini. Mulai dari sekitar tengah hari, Mamiko dan aku akan pergi ke restoran tempat dimana aku bekerja, Mon Pet Kuwa, untuk belajar.
Karena aku sudah sering pulang ke rumah bersamanya akhir-akhir ini, aku tidak terlalu gugup saat dia mengenakan seragam sekolahnya, tapi hal itu berubah saat dia mengenakan pakaian kasualnya. Itu jauh lebih modis dibandingkan dengan seragam sekolah yang biasa aku pakai, dan make up ringan yang dia pakai juga sangat cantik.
Biasanya, dia sudah cantik bila dibandingkan dengan orang di sekitarnya, tapi ketika dia memakai make up, kecantikannya naik lebih jauh lagi di atas orang-orang di sekitarnya. Dipeluk dan dilihat oleh orang seperti itu, hatiku berdetak lebih cepat dari biasanya.
Aku benar-benar ingin berhenti. Tapi ... itu membuatku senang.
Dengan perasaan semacam itu, aku sekarang berdiri di depan Mon Pet Kuwa dalam keadaan sedikit gugup. Sekarang aku baru memikirkannya, ini pertama kalinya aku datang sebagai pelanggan. Seharusnya tidak begitu berbeda dari biasanya, tapi entah kenapa, aku merasa aneh.
Saat aku merasa seperti ini di depan Mon Pet Kuwa, pintu depan restoran tiba-tiba terbuka. Orang yang berdiri di sana adalah Echizen yang memakai seragam kerjanya.
"Selamat…….datang-"
Dia menyapa dengan senyum bisnis yang biasa, tapi begitu dia menyadari bahwa pelanggannya adalah aku, wajahnya berubah menjadi serius. Meski secara teknis aku datang ke sini sebagai pelanggan …... Setidaknya itulah yang kupikirkan, aku tidak mengatakan apapun karena aku mungkin akan memiliki reaksi yang sama jika Echizen datang sebagai pelanggan juga.
"Apa anda sendiri hari ini?"
Namun, di saat berikutnya, seolah-olah dia menjadi orang yang berbeda, dia menunjukkan senyum bisnisnya kembali.
A-ada apa dengannya?
"Ah tidak, orang lain akan datang nanti."
"Lalu, untuk dua orang. Silakan duduk di kursi manapaun yang anda mau. "
"Y-yeah ..."
Karena rasanya dia seperti orang yang berbeda, aku menurunkan penjagaanku. Aku memilih tempat duduk secara acak. Awalnya, aku berpikir untuk duduk di meja 2 orang, tapi karena kami akan belajar, aku mencoba duduk di meja 4 orang.
Sedangkan untuk Echizen, segera setelah aku masuk ke dalam, dia pergi keluar untuk membersihkan area itu. Dia mungkin juga ingin melakukannya lebih awal. Yah, disana tidak banyak pelanggan juga.
Sekarang sudah hampir jam 12 siang, tapi selain diriku, hanya ada pelanggan 3 wanita. Apalagi mereka sepertinya tipe pelanggan yang memesan kopi murah dan akan mengobrol selama 5 jam. Dengan bagaimana keadaan sekarang, tampaknya tidak banyak pelanggan yang akan datang hari ini.
Sambil memikirkan hal ini, aku terus menunggu Mamiko. Aku merasa sedikit lapar, jadi aku berpikir untuk memesan sesuatu, tapi aku tidak ingin memesan apapun sebelum Mamiko tiba.
Lalu, setelah menunggu 20 menit. Mamiko masih belum muncul. Aku penasaran apa ada yang salah, Mamiko jarang sekali terlambat ... Jika sebuah kecelakaan terjadi ... Tidak, mungkin dia memutuskan untuk membatalkan janjinya hari ini dan belajar dengan orang lain ...
Sekali aku mulai memikirkan hal-hal yang buruk, aku akan terus kepikiran. Saat  aku sedang dilanda cemas karena menunggu Mamiko, smartphone-ku yang aku tinggalkan di atas meja mulai berdering. Melihat layar, aku melihat nama Mamiko di atasnya dan dengan cepat mengangkat teleponnya.
"Apa-"
"Maafkan aku, Yoshiki-kun !! Aku tidak bisa pergi hari ini! "
Saat aku mencoba untuk bertanya padanya, dia menyela dan mengatakan itu.
"Eh ... kau tak bisa datang?"
"Yeah, aku sangat menyesal. Orang tua-ku mengalami kecelakaan pagi ini ... "
"Eh, kecelakaan!?"
"Ya. Karena aku khawatir, aku memutuskan untuk tinggal bersama orang tua-ku hari ini. Aku benar-benar minta maaf!!"
"Tolong jangan minta maaf, aku tak keberatan. Tinggallah bersama orang tuamu hari ini. "
"Terima kasih, Yoshiki-kun. Aku benar-benar minta maaf…"
Suara Mamiko terdengar gemetar. Daripada meminta maaf padaku, seharusnya dia lebih mengkhawatirkan orang tuanya yang baru saja mengalami kecelakaan.
Bahkan bagiku, jika orang tuaku mengalami kecelakaan sekarang, aku tidak bisa berhenti khawatir. Jika seperti itu, aku tak ingin dia memikirkanku. Aku ingin dia fokus mengkhawatirkan orang tuanya.
"Aku benar-benar tak keberatan. Tak apa-apa jika kau tidak mengkhawatirkan diriku. "
"Un, un, terima kasih ..."
"Kalau begitu, sampai ketemu di sekolah."
"Ya…"
Panggilannya pun berakhir. Suaranya terdengar seperti dia sedang menangis, dan itu sedikit menyakitiku. Aku benar-benar khawatir padanya ...
Aku belum pernah bertemu mereka sebelumnya, tapi ini adalah orang tua pacarku. Rasanya sulit untuk tidak mengkhawatirkannya. Dan juga, tampaknya Mamiko juga sedikit terkena dampaknya. Dengan ini, Mamiko mungkin tidak bisa memikirkan mengenai belajar untuk ujian. Ya….. Mamiko mungkin sudah belajar setiap hari, jadi dia mungkin akan baik-baik saja. Masalahnya sekarang ada pada diriku.
Sejujurnya, kupikir semuanya akan baik-baik saja selama Mamiko membantuku, jadi bahkan sekarang, dua hari sebelum ujian, aku masih belum belajar sama sekali.
Ini benar-benar buruk.
Terakhir kali adalah hal terbaik yang pernah terjadi, tapi kali ini, mungkin yang terburuk. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa bertahan dalam ujian kali ini? mengkhawatirkan hal ini tidak akan mengubah apapun.
Untuk sekarang, aku akan membuka buku teks dan mulai belajar. Pertama adalah bahasa Inggris. Ayo hafalkan tatabahasa dan kosa kata! Aku menyemangati diriku sendiri, tapi karena aku buruk dalam menghafal, ini akan menjadi tugas yang sulit. 10 menit setelah memulai, aku masih tidak bisa menghafal 10 kata.
Untuk ujian kali ini, aku perlu menghafal 200 kata, jadi setelah melakukan perhitungan sederhana, setidaknya butuh dua jam untuk melakukan hafalan saja. Ditambah dengan pembelajaran yang dibutuhkan untuk mempraktekkan penggunaan kosa kata, aku memerlukan waktu 2 hari untuk belajar bahasa Inggris saja.
Seperti yang kuduga, ini lebih efisien untuk meminta orang pintar untuk mengajariku ... Saat aku merasa semakin putus asa, Echizen datang ke tempat dudukku.
"Umm, maukah anda memesan sesuatu?"
Oh yeah, aku masih belum memesan apapun. Tidak melakukan pemesanan selama satu jam, aku benar-benar pelanggan yang menyebalkan.
"Tolong, satu kopi dan Omurice."
"Kopi dan Omurice, benar? Dipahami. "
Berbeda dengan sikapnya yang biasanya tidak ramah, Echizen yang sekarang tersenyum dengan lembut layaknya pelayan professional. Dia lebih ramah dari biasanya dan lebih mudah diajak bicara. Jika dia biasanya seperti ini, itu pasti lebih hebat ...
Sembari memikirkan sedikit tentang hal-hal ini, aku sekali lagi mengalihkan pandanganku kembali pada buku teks. Lalu, aku menyadari sesuatu yang penting. Sepuluh kosa kata yang baru saja aku hafalkan …….. aku benar-benar tidak bisa mengingatnya lagi. Kembali ke halaman pertama buku teks dan melihat kata kosa kata 'hafal', aku tidak mengerti dari masing-masing kata yang sudah dihafalkan tadi.
Hanya berbicara sedikit dengan Echizen saja aku sudah melupakan segalanya. Apa yang salah dengan otakku ini? Aku menganggap diriku cukup pintar, tapi nampaknya aku sama bodohnya saat aku berpikir bahwa aku ini pintar. Terpukul oleh tingkat kebodohanku sendiri, aku membuka smartphone-ku. Sejujurnya, aku merasa tak ada gunanya lagi melakukan ini.
Lagi pula, aku pasti melupakan semuanya di akhir. Jika memang seperti itu, aku mungkin juga tidak menghafal sejak awal. Merasa puas dengan proses berpikir misteriusku, aku mulai menjelajahi internet di ponselku. Ini adalah sesuatu yang pasti tidak boleh aku lakukan selama ujian. Setelah beberapa saat, Echizen membawa omurice pesananku.
"Terima kasih telah menunggu. Ini Omurice anda. "
"Terima kasih."
"Kopinya akan datang sebentar lagi, jadi tunggu sebentar."
Setelah mengatakan itu, Echizen kembali ke belakang dan datang kembali ke tempat dudukku sambil memegang kopi. Sambil melihat Echizen, aku memikirkan sesuatu.
"Oh iya, apa kau memiliki ujian atau semacamnya, Echizen?"
Echizen merupakan murid SMA Oumi, namun masa ujian kita sering berbarengan satu sama lain. Jika itu yang terjadi,rasanya akan aneh kalau Echizen sedang melakukan pekerjaan part-time sekarang ... Memikirkan itu, aku memutuskan untuk bertanya pada Echizen, tapi dia berbalik dengan wajah kesal.
"... memang ada, tapi ..."
Lalu, dia membalas dengan respon dinginnya yang biasa. Eh, pergi kemana kepribadiannya yang cerah tadi?
"Entah kenapa, suasana hatimu tiba-tiba memburuk, Echizen."
"... Itu karena kau mulai berbicara padaku."
Apa kau sebenci itu padaku?
"Kau barusan banyak tersenyum."
"Karena itu caraku melayani pelanggan."
Jadi begitu, bahkan jika dia membenciku, jika aku adalah pelanggan, dia masih bisa melayaniku dengan benar. Lalu, jika aku bukan pelanggan, tapi rekan kerja part-time saat aku ingin berbicara dengannya, dia akan mengabaikanku.
"Begitu ya. Aku minta maaf karena telah berbicara denganmu. "
"Bukannya aku terganggu oleh itu. Baiklah aku akan pergi sekarang."
"Tidak, tunggu sebentar. Karena sudah terlanjur berbicara denganmu, apa kau mau mendengarkanku sebentar? "
"…Aku mengerti."
Dia melihat sekeliling sambil berusaha menemukan alasan untuk menolak, tapi karena tidak ada alasan yang tersedia, dia dengan enggan menyetujui.
"Baiklah, sepertinya kau memang sedang ujian. Apa kau baik baik saja?"
"Karena aku belajar setiap hari, tak masalah."
"Heh ~, berapa peringkatmu secara umum?"
"…Pertama."
"Apa?"
"Pertama."
...
Eh, barusan dia bilang pertama?
"Maaf, apa kau bisa mengatakannya sekali lagi?"
"Aku bilang, pertama."
"..."
Aku tidak sengaja terdiam. Oumi bukanlah sekolah SMA dengan banyak orang bodoh. Sebaliknya, akhir-akhir ini, para siswa di sana lebih pintar bila dibandingkan dengan sekolahku. Menempati peringkat pertama di SMA seperti itu…..
Orang ini terlalu pintar. Aku bekerja part-time dengan orang seperti ini? Melihat aku membeku karena terkejut, Echizen pun mendesah.
"Kalau begitu, aku akan kembali bekerja."
Setelah mengatakan itu, dia berbalik. Melihatnya punggungnya yang menghadap diriku, aku mendapatkan ide bagus.
"Tunggu sebentar!"
"…Ada apa lagi?"
Mungkin merasa kesal karena dipanggil berulang kali, Echizen melotot padaku. Tatapannya terlihat tajam. Sambil mencoba yang terbaik untuk menerima tatapannya, aku ingin meminta bantuannya.
"Jika mungkin, apa kau mau membantuku belajar?"
"Aku tidak mau."
Aku langsung ditolak olehnya.





close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama