Omae wo Onii-chan Vol. 1 Chapter 07 Bahasa Indonesia


Sabtu, 13 April - Serbuan. Serangan balik. Pemusnahan.

Sekarang adalah akhir pekan pertama sejak kepindahanku.

Aku terus menerus khawatir sejak tadi malam, dan pada akhirnya aku tidak bisa memutuskan apapun. Lalu aku bangkit dari tempat tidur dan mencuci muka dan menggososk gigi.

Selama seminggu ini aku langsung mengunjungi calom adik perempuanku, jadi tidak mengherankan bila kulkasku sekarang kososng. Peralatan makan dan memasak berjejer di dapur, meskipun sudah ada spons dan deterjen, namun tidak ada bumbu sama sekali.

"Sarapannya pakai apa nih..."

Saat aku hendak mengganti baju dan berniat pergi ke gyudon atau kedai hamburger ... tiba-tiba…..

*ding-dong* , bel pintu berdering.

Aku memeriksa layar LCD interkom, tapi tidak ada orang di pintu masuk apartemen Taishido. Namun ketika aku hendak mengalihkan layar LCD di depan pintuku sendiri, suara keras pintu yang terbuka pun terdengar...Apa?! apa ada pencuri masuk?!

Aku mencari sesuatu yang bisa digunakan di dapur. Pisau keluar dari pilihan. Sangat sulit untuk mengintimidasi dengan benda itu, karena bisa mengakibatkan  luka fatal jika lawan ditikam.

Lalu aku mengambil wajan baru dari ruang penyimpanan dapur, itu bisa digunakan untuk menyerang dan sebagai perisai ... itulah yang kupikirkan. Dengan wajan di tanganku, aku berdiri di samping pintu ruang tamu, ini adalah titik buta bagi seseorang yang akan memasuki ruangan, aku menempel ke dinding dengan waspada.

Saat aku menunggu sambil memegang wajan, aku mendengar suara *tap tap tap* langkah kaki mendekat.

Astaga…. Musuh yang masuk tidak hanya sendiri. Melainkan ada beberapa pencuri. 
Ini mungkin bukan hanya perampokan, mungkinkah mereka mencoba untuk menculikku untuk meminta tebusan? Aku tidak bisa mengalahkan orang sebanyak ini.

Pintu ruang tamu terbuka.

Aaahhhh!!, jika memang seperti ini setidaknya aku akan mengambil salah satu dari mereka denganku. Aku mengayunkan lenganku yang memegang wajan....dan aku digenggam dengan kuat di bagian siku-ku, aku tidak bisa menyelesaikan ayunan ... karena di depanku ada seorang gadis yang kukenal.

"Nii-chan, itu berbahaya. Apa yang sedang kau lakukan?"

"Tungg-...ap- ... kenapa kau di sini, Tomomi?"

Tomomi mengenakan jersey berwarna coklat kemerahan, dan dia dengan lembut melepaskan sikuku.

"Bahkan jika kau tanya kenapa, ini bukan hanya aku."

Para calon adik perempuan bergiliran masuk ke dalam ruang tamu.

"Waa! TV di ruangan Nii-chama begitu beesaaar. Dan ruangannya juga super besar semua!"

Sembari memegang Maple dalam pelukannya, Mika mulai berlari di sekitar ruang tamu. Dia mengenakan baju berenda pink yang biasa dia pakai.

"Jadi keseluruhan dari lantai tujuh ini merupakan ruangan Onii-sama. Seperti yang diharapkan dari pewaris grup Taishido ... aku akan segera menyiapkan sarapan."

Sayuri berdiri sambil memegang tas eco dengan banyak bahan makanan, ia mengenakan baju one piece sederhana dan tersenyum. Dia mengambil wajan dari tanganku. (TN: eco bag: kemasan belanja yang bisa di daur ulang, di negera maju, pusat perbelanjaan sering memakai ini)

"Hanya membutuhkan satu kata saja dan aku akan datang untuk membuat makanan setiap hari."

Setelah sampai di dapur, Sayuri memeriksa bumbu dan isi dalam kulkas.

"Oh, seperti yang kuduga. Tolong beristirahatlah. Aku akan membuat segalanya yang dibutuhkan di sini."

"Ah! Aku ingin porsi besar!"

Tomomi mengangkat tangan dan mengajukan permintaan ke Sayuri.

"Aku tidak memiliki bahan yang cukup untuk beberapa orang."

"Apa-apaan itu, dasar pelit!"

Apa mereka semua saling mengenal? Kesampingkan itu dulu, mengapa mereka semua datang ke ruanganku.

"... zee..haa ... fuuh ... airr ..."

Selene muncul di ruang tamu dengan merangkak di lantai. anak ini ... Dia mengenakan kaos yang sama pada saat kami pertama kali bertemu. Aku sangat berharap bahwa kau mengubah bajumu dan mencucinya.

Sesosok makhluk yang merangkak di tanah dengan rambut hitam panjang, itu sangat menakutkan dan terlihat seperti sebuah adegan dari film horor.

"H-Hei! Apa kau baik-baik saja?"

"... Onii-chan, tolong airnya."

“Ooo-o-o-oke!"

Aku mengambil gelas dari lemari dengan terburu-buru, memutar keran di wastafel dapur dan mengisi gelas. Setelah membuat Selene duduk di sofa, aku memberinya segelas air.

"... pergi keluar memang sangat sulit sekali."

"Kau bukan di luar. Kau masih di dalam apartemen."

"... di luar pintu masuk apartemen adalah dunia yang berbeda ..."

Setelah minum air, Selene mulai terbatuk. Apakah gadis ini benar-benar tak apa-apa?

Mika juga duduk di sofa di depan TV dan menempatkan Maple di sampingnya, ia mengoperasikan TV dengan remote control dan langsung beralih ke saluran khusus-anime.

"Waaai! Ini Orange-chan!"

Ketika Pretty Girls Rangers Fruity mulai ditayangkan, pupil Mika bersinar.

Pada saat itu, Selene mengangkat wajahnya. pupil matanya ... juga bersinar.

"... Kau menyukai Orange-chan?"

"Yup! Apa Nee-chama menyukainya juga?"

"... ya."

"Lalu kita ini teman."

"... nn. Mika-chan, boleh aku memelukmu?"

Tiba-tiba, Selene bertanya pada Mika.

"Eh, umm ... tentu! Karena kita teman!"

Selene memeluk Mika dan mulai meraba-raba tubuhnya.

"... oke, ini sudah cukup."

"Hanya itu saja?"

"... nn."

Meskipun itu adalah metode yang sangat misterius untuk berkomunikasi, namun nampaknya Mika tidak terlalu keberatan ... jadi ayo kita abaikan saja hal tersebut.

Saat persahabatan penyuka anime mulai terjalin, aku mulai menyadarinya.

Yuuki tidak ada di sini. Sebagai gadis yang tinggi seharusnya dia terlihat mencolok......apa yang terjadi dengannya?

Saat aku melihat di koridor pintu masuk, aku menemukan Yuuki yang mengenakan T-shirt, duduk di sudut koridor sambil memegang lututnya.

"H-Hei Yuuki, apa yang terjadi?"

Dia mengangkat wajahnya, ada air mata yang terbentuk di sudut matanya.

"Nii-san! A-Ada banyak g-gadis di sana ... A ... Aku ...!"

Tubuhnya gemetaran, sepertinya meski mereka adalah saudarinya sendiri, ketakutannya terhadap gadis tidak mereda.

"Apa kau hanya berencana duduk disini terus setelah jauh-jauh datang kemari?"

"Aku m-m-mengerti N-Nii-san."

Kakinya gemetar seperti rusa yang baru lahir, tapi entah bagaimana dia berhasil berdiri.

Tiba-tiba aroma dari daging dan telur goreng mengalir dari dapur. Ada juga aroma dari roti, itu semua merangsang nafsu makanku.

Sayuri mememgang wajan di tangannya dan tersenyum sambil melihat Tomomi.

"Tomomi-san adalah putri yang tertua, jadi tolong ambli inisiatif dan berikan contoh yang baik dengan membantu."

"A-Apanya yang putri tertua! Aku ini adik Nii-chan!"

"Tolong persiapkan piring-piringnya. Tanganku sudah sibuk dengan masakan daging dan telur."

"Rasanya seperti aku sedang diperalat dan itu sangat menjengkelkan."

Pandangan Sayuri dan Tomomi saling bertemu dan percikan pun muncul di antara mereka, lalu, Mika tiba-tiba berdiri dari sofa.

"Mii-chan akan membantu!"

Dia segera berlari ke dapur, tapi kakinya tiba-tiba tersandung.

"Awas!"

Ini sudah terlambat saat aku meneriakinya. Mika jatuh lurus ke depan dan memukul tanah ... dan ketika aku berpikir seperti itu, orang yang menunjukkan reaksi super cepatnya adalah Yuuki. Dia dengan lembut menangkap Mika dari belakang dan menopang dia.

Mika tidak tahu apa yang terjadi, dan berdiri di sana dengan kebingungan.

*Popp*, Yuuki melepaskan tubuh Mika. Mika berbalik dan menatap Yuuki. Gadis tinggi itu meluruskan t-shirt miliknya dan bertanya pada Mika.

"Apa kau baik-baik saja? Berlari di dalam ruangan itu berbahaya."

"Ya! Terima kasih Nee-chama! Mii-chan akan berhati-hati."

Melihat senyum Mika, ekspresi Yuuki terlihat santai. Mungkin dari sudut pandangnya Mika hanyalah anak kecil dan bukan seorang wanita, dia terlalu lemah untuk menargetkan dirinya.

Mika berbalik sekali lagi, dan kali ini ia berjalan ke dapur secara perlahan, ia mencoba untuk mengambil piring dari lemari. Namun, rak tersebut terlalu tinggi dan Mika yang kecil tidak bisa menggapainya.

Tomomi mengangkat bahu.

"Apa boleh buat. Ya ampun, hati-hati karena ini berat."

Setelah mengambil piring dari lemari, ia menyerahkannya pada Mika.

"Terima kasih Nee-chama!"

"Nee-chama kau bilang ... baiklah, jika si chibi bilang begitu, mau bagaimana lagi."

Sepertinya bahkan Tomomi harus mengakui bahwa Mika ini sangat menggemaskan. Nah, itu ya itu, tapi aku khawatir dengan kecanggungan antara dia dan Sayuri. Dan saat aku sedang memikirkan itu, sebuah suara gemetaran memanggilku dari belakang.

"... Onii-chan ... isi ulang……airnya."

"Selene, mengapa kau tidak mencoba meniru Mika sedikit saja?"

"... lain kali, jika ada kesempatan."

"Haa ... aku mengerti."

Aku mendesah dan mengambil gelas kosong dari tangannya.

Untuk beberapa saat, aku sudah meladeni mereka satu per satu.

Setelah mematikan kompor, Sayuri berbalik menghadap ke arahku.

"Onii-sama, aku minta maaf,  tapi hari ini aku hanya bisa mempersiapkan sesuatu yang sederhana seperti ini."

"Ini lebih dari cukup. Terima kasih Sayuri. Omong-omong, mengapa kalian semua datang ke ruanganku?"

"Mari kita bicara tentang hal itu nanti, sekarang kita makan dulu."

"Apa kau membutuhkan bantuanku dengan sesuatu?"

"Lalu, tolong siapkan cangkir dengan sup instan."

Sayuri mencuci selada dengan air dan meletakkannya ke dalam mangkuk sebagai tambahan dan tersenyum padaku.


Daging dan telur goreng diletakkan di atas roti, di dalam cangkir ada sup dengan salad, ini merupakan sarapan yang penuh dengan gaya barat. Di ruang makan ada meja makan seluas 6 tempat duduk. Aku duduk di tengah, di sebelah kanan dan kiriku ditempati oleh Sayuri dan Tomomi. Di sisi lain, di sebelah kiri di duduki oleh Mika, lalu ada Yuuki yang duduk di tengah, serta yang terakhir Selene menempati kursi terakhir.

Semuanya memakan sarapan bersama di meja yang sama. Aku pikir ini akan lebih ramai….

Namun sampai semuanya menyelesaikan sarapan, tidak ada yang berbicara. Suasana yang canggung menyelimuti ruangan ini.

Setelah selene selesai makan, dia tiba-tiba berdiri dan melangkah ke tempat Tomomi.



 “…a,aahh..tubuhku bergerak sendiri….”

Tanpa alasan yang jelas, Selene melingkarkan tangannya pada sekitar tubuh Tomomi.

"H-hey! Apa yang sedang kau lakukan!"

"...pusing."

"Ahh! Hentikan ini! Jangan meraba-raba dadaku!"

Saat Selene mengusapkan wajahnya ke dalam dada Tomomi, wajah Tomomi berubah menjadi merah sampai ke telinganya.

“….kepusingan telah sembuh.”

Dia tiba-tiba menjauh dari Tomomi, sambil bergumam dan kembali ke tempat duduknya. Tomomi masih tersipu, dan dia berseru dengan canggung

“B-Bb-bagaimanapun juga, rotinya benar-benar enak!”

Dia mencoba merubah topic, meski begitu, aku penasaran apa yang Selene inginkan.

Sayuri menunjukkan ekspresi yang bangga di wajahnya

“Ini karena aku sudah membuatnya kemarin malam. Meski ini buatan sendiri, kebanyakan roti dari toko yang digunakan, Onii-sama, apa ini sesuai dengan seleramu?”

“Ini sangat lezat. Omong-omong, kau bilang kau sudah menyiapkannya kemarin. Itu berarti ini sudah diputuskan bahwa kau akan berkumpul disini?”

“Ya. Jadi begitu. Kelihatannya Onii-sama belum diinformasikan mengenai hal ini. Kunci ruangan kami juga berfungsi sama ke ruangan 701 yang mana akan bisa digunakan pada akhir pecan.”

“Aku belum pernah mendengar tentang hal itu!”

Ini hanya dua minggu,  jadi tidak ada sehari pun yang boleh di sia-siakan, tapi untuk ini terjadi dengan cara yang tak terduga. Tomomi yang ada di sampingku mengangguk.

“Jadi itulah mengapa Nii-chan terlihat gugup dan berdiri sambil menggenggam wajan. Kau pasti berpikir yang datang adalah pencuri atau semacamnya”

Dimulai dari tebakan Tomomi, aku mengakuinya dengan jujur.

“Eh, itu benar. Aku tidak pernah mendengar apapun, jadi aku cukup terkejut setelah terbangun.”

Aku heran apa ini juga bagian dari surat wasiat. Yah, ini sudah terlalu terlambat untuk bertanya pada Murasaki-san tentang hal ini.

“Jadi kalian semua saling mengenal?”

"Tidak, kau salah."

"Tidak, kau salah."

Tomomi dan Sayuri menjawab secara bersamaan, dan saling melotot lagi.

"Aku akan menjelaskan semuanya pada Nii-chan, jadi mengapa kau tidak meninggalkan hal ini padaku?"

"Peran untuk menjelaskan semuanya pada Onii-sama seharusnya diserahkan kepada orang yang tenang dan terampil seperti diriku."

"A-Aku adik perempuan yang tertua."

"Lalu, semakin jelas untuk tidak harus merepotkanmu. Aku akan menjelaskan semuanya kepada Onii-sama."

"Tidak adil! Itu benar, ayo kita bertanding! Hom-pim-pa, orang yang menang akan melakukan peran menjelaskan! '"

"Aku harus menolak."

Tomomi dan Sayuri mirip seperti minyak dan air. Kukira aku harus melerainya sekarang.

"Kalian tak perlu bertanding. Ah, itu benar mengapa kau tidak melakukannya untuk menggantikan mereka, Selene. Apa kau mau menjelaskan hal itu padaku?"

"... terlalu melelahkan."

Sungguh, Dia ini......apa boleh buat. Karena ini mustahil bagi Mika, ayo bertanya pada Yuuki.

"Yuuki, tolong jelaskan."

Dengan canggung, Yuuki berbalik menghadap ke arahku.

"G-Gadis ... jika ada begitu banyak ... tidak mungkin! A-Aku terlalu gugup!"

"Apanya yang gadis, mereka ini saudara-saudaramu."

"I-Ini pertemuan pertama kami!"

Aku dengan malas menegaskan hal itu pada Sayuri.

"Apa itu benar?"

"Memang benar."

"Ah! Nii-chan, Kau seharusnya menanyakan hal itu padaku"

Tomomi bukanlah orang jahat, tapi aku merasa bahwa dia akan membuat cerita yang membingungkan.

"Meskipun kau bilang baru pertama kali bertemu, tapi rasanya kalian terlihat akrab..."

"Nii-chan juga bersikap ramah dengan kami dari awal, bukan? Mungkin karena kita adalah keluarga?" (Tomomi)

Lalu Sayuri menambahkan

"Mungkin sedikit berlebihan untuk memanggil kita sebagai keluarga ….. tapi ini memang misterius. Meski kita tidak saling mengenal, mungkin ini berkat berbagi keberadaan Onii-sama." (Sayuri)

"Apa yang kalian lakukan dengan baju  ganti? Apa kalian akan kembali ke kamar masing masing?"

Dan, Mika tersenyum polos.

"Kau tahu, Mii-chan membawa ransel menginap jadi tidak masalah untuk untuk tidak kembali!" (Mika)

Tomomi menunjukkan tanda V padaku.

"Aku juga membawa perlengkapan survival!" (Tomomi)

Sayuri mengangkat bahu dengan santai.

"Aku sudah menyiapkan makanan dan air untuk Kyuu-chan di awal, aku juga berencana untuk menginap." (Sayuri)

Selanjutnya adalah Selene yang bergumam dengan ekspresi bingung.

"... boleh aku menggunakan internet?" (Selene)

Yuuki yang masih belum tenang.

"A-Aku yang terburuk, aku hanya bisa meminjam beberapa baju Nii-san. Ah! Jangan khawatir, aku membawa beberapa bajuku sendiri dengan benar kok... ahahaha ... ahahaha." (Yuuki)

Bagaimanapun juga, sepertinya semua orang sudah bersiap untuk menginap. Hei, apa mereka akan menginap?!

Aku pergi ke lorong untuk membawa tas yang sudah berbaris di depan pintu. Para calon adik perempuan mengikutiku di belakang seperti bayi bebek yang mengikuti ibu mereka.

"Kalian bisa menaruh tas kalian disini, dan di sana adalah kamar cadangan, kau bisa memlih salah satu yang ingin kalian gunakan."

Omong-omong, ada enam kamar yang bisa digunakan untuk kamar tidur, angka yang pas. Mungkin hanya kebetulan, tapi pas untuk satu orang satu kamar. Segera setelah aku mengatakan itu, semua orang mulai mencari kamar. Tomomi segera menuju ke kamar yang terluas.

"Ah, kamar yang di buka Tomomi mungkin yang paling luas."

Kamar tersebut dilengkapi dengan semua perabotan untuk menyimpan, dan rasanya seperti kamar hotel karena kasurnya.  Karena kasurnya berukuran besar.

"Ceh ... salah."

Tomomi bergumam tak tertarik. Sayuri juga memeriksa kamar disebelah yang sudah ditemukan oleh Tomomi dan menutup pintu perlahan. Alih-alih mencari kamar, Yuuki malah sedang berdiri ketakutan di lorong.

Dan membayangi di belakang Yuuki yang berdiri seperti itu, adalah Selene.

"... hati-hati, sepertinya aku akan jatuh."

"———?!"

Yuuki hampir menjerit. Selene menggapai dada Yuuki dari belakang dan terus meraba-raba itu dengan ekspresi curiga.

"...seperti yang kuduga..."

Setelah bergumam pelan, Selene melepaskan Yuuki. Untuk sementara waktu sekarang, Selene sudah melakukan apa yang dia suka.

"A-aa-a-apa yang kau la-lakukan t-t-tadi ..."

"......?"

"Auauau."

Selene menatap Yuuki yang ingin memprotes, hanya dengan ditatap, Yuuki tidak mampu untuk melanjutkan protesnya.

Di tengah-tengah interaksi tersebut, suara ceria bergema di lorong.

"Ah! Mii-chan suka yang di sini!"

Satu orang, Mika yang menuju ke kamar yang ada di belakang memiliki senyum di wajahnya. Disitu... adalah kamarku.

Semua orang mengejar Mika dan Tomomi mulai meraung.

"T-tidak adil! Aku menyukainya juga!" (Tomomi)

"Termasuk diriku juga." (Sayuri)

"A-Aa-aku juga." (Yuuki)

"... lalu, aku juga sama." (Selene)

Semua orang membawa barang-barang mereka ke dalam kamarku.

"Uuoooi! Tunggu sebentar! Itu adalah kamarku!"

"Itu bahkan lebih bagus! Ayo tidur bersama Nii-chan." (Tomomi) (TN: tidur bersama di sini bukan dalam artian seksual)

"Aku merasa Tomomi-san sedang merencanakan sesuatu yang tak senonoh." (Sayuri)

"A-aku tidak merencanakan apapun! Ini semua tak masalah karena kita adalah saudara. Omong-omong, apa maksud Sayuri dengan 'tidak senonoh'?" (Tomomi)

"I-itu ... Aku penasaran apa ya?"

Saat Tomomi membalas kembali pernyataan Sayuri, Sayuri membuat senyum palsu dan mengangkat alisnya.

"Mii-chan akan tidur bersama juga. Tapi Maple bilang bahwa dia tak ikut karena terlalu sempit." (Mika)

"Aku akan meringkuk di sudut." (Yuuki) (TN: Poor Yuuki :v)

"... Onii-chan. Cepatlah dan atur WiFi-nya."

Pada akhirnya, semuanya berkumpul di kamarku dan membuat diri mereka merasa nyaman. Tomomi menduduki kursi di depan meja belajar, Yuuki yang sedang ketakutan meringkuk di sudut ruangan, Mika diam-diam duduk di depan TV. Selene jatuh di atas tempat tidur dan Sayuri berdiri di sana bermasalah.

"Onii-sama. Aku punya saran. Karena ruangan ini terlalu sempit, bagaimana kalau pindah ke ruangan lain bersama denganku?"

Selene yang sedang berbaring di atas tempat tidur perlahan berdiri. Dia terhuyung-huyung berjalan menuju Sayuri dan menempel padanya dari depan.

"Tung-... A-apa yang sedang kau lakukan?"

"... ah ... hanya sedang mengigau."

"Kau tidak mengigau,kan? Umm ... mengapa kau menyentuh dadaku?"

"... karena aku mencintai oppai?"

Sungguh gadis yang memalukan, Selene.

"A-apa kau orang cabul ?! Bagaimanapun juga, tolong lepaskan aku."

Setelah dipelototi oleh Sayuri, Selene melepaskannya segera dan jatuh di tempat tidur dengan cara yang berlebihan.

"Ayo pergi, Onii-sama."

Mika yang sedang duduk menatapku dengan cemas dari bawah.

"Nii-chama akan pergi?" (Mika)

"Aku tidak pergi. Sebaliknya, semua orang keluar dari kamarku! Aku mohon!"

"Lalu, ayo kita bertanding! Nii-chan VS Pasukan Terkuat adik perempuan. Serangkaian pertandingan yang mendebarkan. Kita akan putuskan orang apa yang mengambil tiga kata!" (Tomomi)

"Jangan putuskan seenaknya!"

"Itu benar. Tolong jangan seenaknya saja Tomomi-san. Onii-sama yang memiliki inisiatif. Tentu saja, Onii-sama akan memilih diriku, bukankah itu benar? Ini adalah takdir." (Sayuri)

"Untuk sementara sekarang kau sudah berusaha untuk diam-diam memonopoli Nii-chan, selama mata Tomomi-chan ini masih berwarna hitam, Hal seperti itu takkan diizinkan!" (Tomomi)

"Jangan berpikir kau bisa melakukan seenaknya hanya karena kau yang tertua, aku keberatan." (Sayuri)

Tomomi dan Sayuri mulai bertengkar lagi. Sementara itu Mika bolak-balik melihat mereka berdua, air mata muncul di sudut matanya.

"B-Berhentiiiii. Aku mempunyai banyak Nee-chama sekarang, jadi jangan bertengkar."

Kelihatannya suara Mika tidak mencapai Tomomi dan Sayuri karena saat mereka mulai memanas.

Sayuri mendengus keras.

"Onii-sama, tidak perlu persyaratan untuk putri tertua menjadi perwakilan, apa benar begitu?" (Sayuri)

"K-kau memutuskan untuk menjadi pemimpin?" (Tomomi)

"Jika Onii-sama menunjuk diriku, aku akan melakukan apapun. Jika saja Onii-sama ... puas dengan diriku, aku akan melakukan yang terbaik untuk mempersiapkan sarapan penuh cinta setiap pagi, aku bahkan akan membuat kotak makan siang. Tinggalkan segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan rumah padaku. Tolong biarkan aku melayanimu melampaui apa yang biasa adik perempuan lakukan." (Sayuri)

Dia bahkan lebih agresif bila dibandingkan pada saat kita pertama kali bertemu. Kupikir Sayuri sedang tidak sabaran. Mungkin, dia bersaing dengan Tomomi.

"Jika Nii-chan punya pacar, bukannya posisi itu dimiliki pacar Nii-chan? Baiklah Nii-chan, hobi feminin seperti itu sedikit kaku. Daripada itu, untuk Nii-chan yang tidak memiliki hobi, adik perempuan yang mirip seperti teman adalah pasangan yang terbaik!" (Tomomi)

Jauh di dalam pikiranku, aku khawatir dengan suasana 'putuskan di sini dan sekarang'.

"Itu juga berlaku sama padamu, jika Onii-sama sudah memiliki beberapa teman. Apa kau benar-benar mampu memenuhi kewajibanmu sebagai adik perempuan? Apa kau akan terus menantang teman sekolah Onii-sama untuk baertanding dan mengalahkan mereka, bukannya itu hanya menghasilkan Onii-sama menjadi terisolasi di sekolah dan sakit hati?" (Sayuri)

"Uu ... i-itu ..." (Tomomi)

"Lalu, apa kau bisa bertanding denganku yang memiliki permainan hiburan yang lebih baik?" (Sayuri)

"M-Mana mungkin aku bisa melakukan itu! Game terasa menyenangkan karena dimainkan dengan serius!" (Tomomi)

"Jadi kau memang berniat untuk menemui teman sekolah Onii-sama dan melawan mereka." (Sayuri) (TN: Sayuri sadiiiiiiiss sekali :v)

"U-uwaaaaaaaaaaaaaaa!" (Tomomi)

Sayuri dengan tepat sasaran membidik kelemahan Tomomi——fakta bahwa dia adalah seorang idiot penggila-kompetisi. Jika dia tidak berhenti, Tomomi akan mengamuk.

"T-tak apa-apa Tomomi. Bahkan jika kau pergi sejauh itu dalam game, aku hanya tinggal meminta maaf."

"L-Lalu Nii-chan akan membuat diriku menjadi adiknya?" (Tomomi)

Tidak baik. Aku harus memutuskannya dengan benar, tapi aku masih belum memikirkan jawaban yang tepat. Aku tidak memiliki waktu yang cukup. Dan saat sedang merenungkan itu, Sayuri tersenyum lembut padaku.

"Onii-sama. Jika kau memilihku, aku akan menyingkirkan semua kekhawatiranmu."

Jika terus seperti ini, aku akan kewalahan oleh Sayuri. Bahkan sejak dia membuat sarapan, strateginya untuk mengambil inisiatif telah dimulai. Seperti yang diharapkan dari seseorang yang memiki kekuatan-persiapan tertinggi (mempelajari diriku) calon adik perempuan ...

"........seperti dalam manual."

Tiba-tiba, Selene yang terus berbaring di tempat tidur mulai bergumam dan menoleh ke samping. Dia menatap Mika yang hendak menangis. Daripada mengkhawatirkan dua orang yang sedang bertengkar, Yuuki malah lebih khawatir tentang Mika dan memegang tangannya. Wajah Sayuri memucat ketika ia mendengar perkataan Selene.

"A-Apa yang kau katakan, aku sama sekali tidak mengerti."

Mata Tomomi yang tampak basah, lalu dia menimpali apa yang dikatakan Selene.

"Itu benar, tepat sekali! Sayuri bertindak terlalu sempurna sama seperti yang tertulis dalam manual yang telah diberikan Murasaki-san kepada kami, A-Aku tidak bisa melakukannya dengan benar, ini sangat menjengkelkan!"

Tomomi berteriak dan menunjuk pada Sayuri.

"Manual semacam itu tidak pernah ada. Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

Selanjutnya, Tomomi menatap lurus ke arahku.

"Aku tidak berbohong. B-biarkan aku mengatakan ini, makanan Jepang memang mustahil bagiku ... t-tapi kupikir aku bisa melakukannya jika hanya oden ... i-itu semua informasi yang aku gunakan dari manual."

Sayuri berpaling kepadaku terlihat seolah-olah dia akan menangis.

"Itu bohong! Tomomi hanya sembarangan berbicara mengenai adanya manual, Onii-sama, dia bertujuan membuatku menjadi orang jahat! Tolong percayalah padaku, Onii-sama!"

Yuuki yang terus memegang tangan Mika diam-diam menyela.

"Aku tidak bisa menjadi adik perempuan yang imut sesuai dengan preferensi Nii-san ... atau lebih tepatnya, aku tidak memiliki hawa sebagai seorang gadis, jadi aku pikir Sayuri sangat menakjubkan. Aku mengagumimu sebagai adik perempuan yang sangat sempurna. "

Mungkin ini hanya tindak lanjut atau semacamnya, namun saat Yuuki memberikan pernyataannya, ekspresi Sayuri lebih mengeras.

Tomomi pun berjongkok, menyelaraskan garis pandangnya dengan Mika dan bertanya.

"Bagaimana dengan Mika?"

"Umm, mm, manual apa?"

"Apa Mika mendapatkan buku putih dari Murasaki-san?"

"Ahh! Mii-chan tahu itu! Tapi, ada banyak kanji yang sulit jadi Mii-chan tidak bisa membacanya. Aku akan membacanya ketika aku sudah tumbuh, untuk sekarang buku itu ditutup."

Jadi begitu. Dari awal Mika memang tidak tahu manual itu. Bahu Sayuri mulai gemetaran dan mengejang.

"A ... aku tidak tahu ... manual apapun. Hal semacam itu….... tidak pernah ada." (Sayuri)

"Tentang manual itu, aku …..... aku sudah melihatnya di kamar Selene pada hari pertama."

"Y-ya?" (Sayuri)

"Kau seharusnya tidak menyembunyikan keberadaan manual dariku. Maaf, aku sedikit teledor dan menemukan manual. Meski Sayuri sudah bekerja keras sesuai dengan deskripsi dalam manual."

Sayuri mulai menjerit sambil memegang kepalanya.

"TtttttiiiiiiiiiidaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKK! Sungguh memalukan sekali. Aku ingin menjadi adik perempuan Onii-sama yang sempurna, yang bisa memasak dengan baik, pekerja keras ...! Meski aku sudah bekerja sangat keras! Aku sudah melakukan yang terbaik! Namun, semuanya terbongkar ... uuu ... aku bahkan membuat alasan ... a-aku adalah keberadaan rencana kotor yang begitu gelap, ini seperti aku memiliki lubang hitam yang dibangun di dalam  itu lalu mendistorsi cahaya!" (Sayuri)

"Te-tenanglah Sayuri. Ini salahku."

Tapi sepertinya Sayuri tidak memiliki waktu untuk menerima permintaan maafku.

"Selene-san terlalu mengerikan. Memberitahu Onii-sama mengenai keberadaan manual ..."

"... mencoba untuk bertanding dengan pihak lain ... terlalu melelahkan."

Tomomi melihat Sayuri dengan pandangan kasihan.

"Yaa.., jika aku ahli dalam game simulasi kencan mungkin aku juga berpikir “Ayo tangkap Nii-chan!” seperti yang Sayuri lakukan.“

Sayuri mendekati Tomomi dengan mata merah yang menyala.

"Tentu saja! Atau lebih tepatnya, caraku melakukan hal ini seharusnya normal!"

"E-ei! Kau terlalu dekat! Nii-chan, Sayuri terlalu dekat! super dekat!"

Apa-apaan dengan ocehan 'dekat'. Bagaiamana pun juga, ayo kita coba menenangkan Sayuri untuk saat ini.

"Sayuri. Ambil napas dalam-dalam. Tak apa-apa, semuanya baik-baik saja. Letakkan tangan pada dadamu."

Dia berpaling dari Tomomi dan menatapku. Matanya terlihat kosong. Saat aku penasaran apa yang sedang dia pikirkan, Sayuri mengambil tanganku ...

"A-Aku mengerti. Aku akan menaruh tangan di dadaku."

*ponyon* ... dan begitu, tanganku terbungkus oleh sesuatu yang hangat. Lalu Tomomi meraung.

"Ap ... A-apa yang sedang kau lakuuuukaaaaaaaaaaannnnn!"

Sayuri bergumam, pupil matanya masih terlihat kosong.

"Aku meletakkan tangan di dadaku. Suhaaa ... suhaaa ..."

"Di mataku ini, hanya terlihat seperti Nii-chan meraba-raba oppai-mu!"

"Oppai ...? !!"

Didorong kembali pada kenyataan, Sayuri pun tertegun  dan kesadaran dirinya mulai kembali.

"HAWAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Dia mulai menjerit.

"U-UWWWWAaaaaaaaaaaaaaaaa!"

Dan aku juga, yang terpengaruh, mulai berteriak juga.

"Mau berapa lama kau akan menyentuh Nii-chan!"

Tomomi menarik tanganku dari dada Sayuri. Sayuri kehilangan semua kekuatannya dan jatuh ke lantai.

"Takdir ... benang takdir... telah terputus. Perlu untuk mati. Aku ... ingin mati."

"... jangan mati. Ini hanya kecelakaan."

Bahkan orang yang memicu semua kecelakaan ini, Selene menunjukkan simpatinya.

Aku kewalahan dalam situasi kacau ini. Tanpa diduga, nada dering smartphone pun terdengar. Tomomi mengambil smartphone yang berada di atas meja belajarku dan melemparkannya ke arahku.

"Uwah! Jangan melemparnya."

"Nii-chan hanya perlu menangkapnya."

Ya ampun. Dengan kekuatan gadisnya yang rendah, Tomomi bisa membentuk satu set dengan Yuuki. Saat aku mengubah smartphone menjadi mode panggilan, aku tidak bisa mempercayai telingaku. Karena panggilan yang datang kupikir dari Murasaki-san.

Ternyata bukan…...

"H-hei. Apa yang terjadi Mariko?"

Lalu, saat aku menjawab, baik Yuuki dan Tomomi berkonsentrasi untuk mendengarkan. Dan Sayuri yang sedang duduk dan bergumam "Aku ingin mati" mulai menatapku.

Selene yang berbaring lemas di tempat tidur, mulai berbalik menatap ke arahku.

"Barusan, dia memanggil nama wanita!" (Tomomi)

"O-O-Onii-sama, Kau mempunyai kekasih? Oh ~" (Sayuri)

"Seperti yang diharapkan dari Nii-sanku. Baru saja masuk sekolah, dan sudah memiliki pacar, sangat menakjubkan. Aku bukan tandinganmu." (Yuuki)

"... untuk Onii-chan mempunyai pacar ... Aku ingin mati." (Selene)

Hanya Mika yang memiringkan kepalanya karena rasa penasaran.
Dan Mariko juga menjadi dirinya sendiri, dia khawatir dengan kebisingan tadi.

"Ah, bukan …itu ... TV! Ya, itu suara dari TV."

Untuk sementara, sepertinya aku berhasil meyakinkan Mariko.

"Jadi, apa kau punya urusan di pagi hari ini?"

Mariko tampaknya khawatir dengan apa aku bisa terbangun dengan baik. Aku memindahkan smartphone ke sisi lain.

"Meski begitu, aku sudah mencoba untuk mempertahankan ritme kehidupan biasaku. Sungguh, Aku tidak membual sedikitpun."

Dia khawatir apakah aku sudah memakan sarapan dengan benar.

"Y-ya. Aku baik-baik saja."

Setelah memeriksa apakah aku aman atau tidak(?) Mariko merasa puas dan memutus panggilan.

Tomomi dan Sayuri berkomunikasi dengan melihat mata satu sama lain, dan saling mengangguk.

"Pacar Nii-chan ... ini bukan waktunya untuk pertengkaran saudara."

"Setuju. Meski aku merasa ingin mati beberapa saat yang lalu ... sekarang aku ingin tahu orang macam apa kekasih dari Onii-sama."

Karena Tomomi dan Sayuri memikirkan sesuatu yang tidak baik, aku menjelaskannya pada mereka.

"Dia bukan pacarku. Mariko adalah teman masa kecil yang aku kenal di sekolah dasar dan betemu kembali karena kebetulan."

"Te-Teman masa kecil! Nii-chan, bukankah itu namanya “flag”!" (TN: arti flag di sini bukan artinya bendera ya…...yang sering main game simulasi kencan pasti ngerti:’v saya males jelasinnya)

"Pertemuan yang ditakdirkan dengan teman masa kecil? Aku merasa itu lebih ditakdirkan bila dibandingkan dengan keberadaanku."

Aku hanya mendesah dan berbalik untuk melihat Yuuki, kali ini dia memiliki wajah yang biru.

"Mi-Misal pacar Nii-san….datang untuk bermain, A…Aku mungkin  tidak bisa menanggungnya! Aku bahkan masih gugup dengan saudariku sendiri! Jika aku bertemu pacar Nii-san secara langsung, A-Aku mungkin ma-mati!"

Rasanya sangat bermasalah bahwa adik perempuanku tampaknya berada di ambang kematian untuk sementara waktu sekarang. Mika memiringkan kepalanya.

"Nii-chama, apa itu 'pacar'?"

Karena aku tidak bisa menemukan jawaban, Tomomi dengan bangga menepuk dadanya dan menjelaskannya menggantikan diriku.

"Dengar Mika. Pacar, dengan kata lain Freundin. Seorang teman gadis. Nii-chan akan bermesra-mesraan dengan orang itu!"

"Ehh! Mii-chan akan diabaikan?"

"Ini mungkin akan seperti itu. Kita harus bersatu dan menanggapi serangan-nya."

"Nii-chama, Mii-chan tidak ingin diabaikaaaaann."

Dia menempel pada kakiku seperti koala dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. Itu benar-benar memberikan perasaan takut dari 'diabaikan'.

"Apa dia lebih penting dari Mii-chan?"

"Di dunia ini ada sesuatu seperti hal yang keluar dari urutan ... hal-hal yang tidak bisa ditertibkan."

Tidak hanya Mika, Tomomi yang menatapku hampir menangis juga.

"Tentu pacar Nii-chan setidaknya bisa menggunakan senjata nyata dan bisa terbang dengan pesawat dan helikopter, seseorang yang sangat menakjubkan bukan?"

Manusia macam apa yang telah dibayangkan Tomomi.

"Tidak. Tapi Dia mampu melakukan membumbui makanan tanpa menyimpang satu gram sedikit pun dan prosedur memasaknya  sangat sempurna mengikuti petunjuk. Tentu saja dia bahkan tidak melihat resep itu!"

Bento buatan Mariko mempunyai telur goreng yang sedikit hangus, dia adalah pemilik kemampuan memasak yang sangat normal.

"Tentu saja, dia pasti gadis yang cantik dan manis."

Yuuki meringkuk dan berbalik sedikit. Tentu saja, kekuatan gadis Mariko mungkin  tinggi ...

"... dia adalah orang yang bisa berjalan di luar."

Selene. Rintanganmu terlalu rendah.

Semua calon adik perempuan mengkonsentrasikan tatapan mereka pada diriku.

"I-itulah mengapa, Kau tahu ... emm."

Aku bingung bagaimana untuk menjelaskan tentang Mariko, tapi kemudian bel pintu tak terduga berdering. Aku melarikan diri ke arah interkom.

"Y-ya, Taishido di sini!"

"Yoichi-san, ini Shinonome. Apa tak masalah untuk masuk?"

Pada layar interkom terlihat seorang wanita yang mengenakan setelan jas.

"T-Tolong masuk. Aku akan membukanya sekarang."

Aku mengoperasikan interkom dan membuka kuncinya, Murasaki-san masuk melalui pintu terbuka dan datang ke ruang tamu. Seolah-olah aku adalah umpan, semuanya pun ikut pindah ke ruang tamu.

Para calon adik perempuan memiliki ekspresi lemah lembut. Murasaki-san dengan cepat melihat semua wajah mereka dan berbalik ke arahku.

"Apa kau sudah memutuskan siapa yang menjadi adik perempuanmu?"

"Eeh ?! A-anda tidak bermaksud aku harus memilih sekarang kan?"

"Ya. Jika itu mungkin, maka tolong lakukan."

Tatapan para calon adik perempuan menusukku sekali lagi. Semua orang merasa cemas.

"T-Tolong tunggu sebentar, Murasaki-san."

"Sebentarnya seberapa lama?"

"Seberapa lama ... hey, batas waktu seharusnya minggu depan ..."

Saat lidahku berubah kaku, Murasaki menatapku dengan serius. Tak bisa menahan tatapannya yang dingin, aku mengalihkan garis pandangku. Hal ini  tidak menyelesaikan apapun. Bahkan aku tahu hal semacam itu.

Pada akhirnya, Murasaki-san menghela napas.

"Aku mengerti. Minggu depan ... Aku akan mendengarkan jawabanmu minggu depan pada hari Minggu pagi."

Dia memberitahu seolah-olah itu adalah peringatan terakhir.

Setelah mengangguk kecil, Murasaki-san meninggalkan ruangan dengan tenang. Pada punggung itu, aku merasakan sedikit perasaan kecewa. Rasanya seperti Murasaki-san kecewa oleh diriku, yang tidak bisa memutuskan.

Saat ia meninggalkan kamar 701, hampir semua calon adik perempuan merasa lega kecuali si Mika.

"Orang itu, aku agak buruk jika berurusan dengannya. Naluri liarku mengatakan 'dia itu berbahaya’." (Tomomi)

"Aku juga sama. Sungguh tidak biasa untuk pendapat kita menjadi sama." (Sayuri)

"Bagiku, dia akan menjadi objek yang menakutkan bahkan jika dia bukan seorang wanita." (Yuuki)

"... wasit yang bertugas ... menakutkan." (Selene)

Mika memiringkan kepalanya.

"Apa yang terjadi? Semua Nee-chama ini aneh. Bukankah itu benar Maple?"

Hanya Mika yang polos yang tidak merasakan tekanan mengintimidasi dan mempertahankan kehadiran aslinya.

Begitu dia bebas dari ketegangan, Tomomi langsung mengangkat tangannya.

"I-itu benar! Aku membawa permainan denganku supaya semua orang bisa bermain. Karena kita akan menginap dan memiliki banyak waktu luang, ayo kita main bersama. Hey! Tak apa-apa ‘kan, Nii-chan?"

"Um, aku itu ... aku ingin belajar ..."

Mengikuti pelajaran di sekolah swasta saja sudah sangat sulit. Tapi itu mustahil untuk belajar di situasi semacam ini.

"Jika Nii-chan tidak perhatian dengannya, pacarmu akan membencimu, tahu ?"

Dia mengungkit masalah ini lagi. Apa boleh buat.

"Eei. Lalu ayo lakukan. Jika aku menang, kau tidak boleh mengejek Mariko lagi."

"Laluuuu, jika aku menang, Nii-chan akan membuatku ... oops, membuatku menjadi adik, tidak boleh ya. Yang lain sajalah, Nii-chan akan mengabulkan salah satu keinginan." (Tomomi)

"I-Ini tak adil. Karena itu adalah permainan yang di bawa oleh Tomomi-san, bukannya kau yang paling diuntungkan?" (Sayuri)

"A-Aku tak ikut. Aku belum pernah bermain game sekali pun." (Yuuki)

"Jika kau tidak ikut, aku akan menempel dan menggosokkan pipiku pada pipimu. Karena kau lemah dengan gadis, kau pasti takkan bisa menahannya!" (Tomomi)

"J-Jahat sekali!" (Yuuki)

"Fufufufu. Aku tak masalah bila menjadi jahat! Mika juga akan ikut, ‘kan?" (Tomomi)

"Yup! Kau tahu, Maple bilang 'mode serius'!" (Mika)

"Lalu, Selene?" (Tomomi)

"... apa tak masalah kalau aku pakai controllerku?" (Selene)

"Hohou. Bersemangat sekali." (Tomomi)

Aku menjatuhkan bahuku dengan berkecil hati. Lesu ... atau lebih tepatnya, rasanya tubuhku kehilangan kekuatan.

"Hey,hey, Tomomi. Apa game ini bisa dimainkan oleh banyak orang?" (Yoichi)

"Bukannya aku sudah bilang tak masalah. Game ini sudah mengukirkan namanya dalam sejarah game komputer, maha karya papan permainan jenis-sugoroku. Dengan kemasan ekspansi bahkan enam orang pun bisa memainkannya. Ada banyak elemen yang berdasarkan keberuntungan. Jadi, bahkan Mika pun bisa memenangkannya." (Tomomi)

"Memangnya jenis permainan seperti apa itu?" (Yoichi)

"Nama gamenya ialah Super grand strategy railway king. Apa Nii-chan tak tahu itu? Dimulai di Tokyo, kau akan membeli perusahaan di seluruh negeri untuk sampai ke stasiun tujuan, bahkan grup Taishido juga muncul meski dengan nama yang berbeda! Sebagai ahli waris dari Taishido group, kau tidak bisa membiarkan dirimu dikalahkan! Bukan?"

*****

Pada akhirnya, kami bermain game selama seharian dan aku dikalahkan, pada akhirnya aku tak memiliki uang sepeserpun. Selain itu, bahkan sekali dalam sepuluh ribu tahun menduduki peringkat atas, dan itu hanya peringkat B ... aku selali berada di bagian paling bawah. Aku bahkan tidak bisa bertindak seperti seorang manajer dalam permainan. Ngomong-ngomong, yang menempati di posisi puncak ialah orang yang tak terduga.

Karena dia beruntung dan polos, memicu 'tidak menjadi serius melawan anak-anak' yang mana membuat para calon adik perempuan yang lain menjadi sedikit ceroboh, Mika mengambil posisi teratas.

Menempati posisi kedua telah pergi menjadi 'menyembunyikan kehadirannya' dan bahkan tidak bisa menempati posisi di atas sekali pun, Selene sudah beberapa kali menempati posisi kedua. Posisi ketiga ditempati oleh Tomomi sang pemilik game itu sendiri, tapi ia hampir disusul oleh Sayuri yang berada di posisi keempat.

Penampilan mereka tidaklah buruk, namun mereka berdua terlalu fokus untuk saling menjatuhkan satu sama lain.

Bahkan di tengah-tengah bermain, Yuuki masih sadar dengan para calon adik perempuan yang lain dan tidak bisa melepaskan kekuatan sejatinya karena kegugupannya. Penampilannya masih lebih baik bila dibandingkan dengan diriku.

Dan sebagai pemenang, permintaan Mika untukku adalah "Mii-chan masih belum yakin", pada awalnya aku tidak tahu apa maksudnya, tapi nanti juga aku segera tahu, Ayolah, jangan ada lagi permintaan yang tidak masuk akal.



close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Nice,belajar dari game survival,wajan memang pilihan terbaik :v

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama