Sabtu, 13
April - Serbuan. Serangan balik. Pemusnahan.
Sekarang
adalah akhir pekan pertama sejak kepindahanku.
Aku
terus menerus khawatir sejak tadi malam, dan pada akhirnya aku tidak bisa
memutuskan apapun. Lalu aku bangkit dari tempat tidur dan mencuci muka dan menggososk
gigi.
Selama
seminggu ini aku langsung mengunjungi calom adik perempuanku, jadi tidak
mengherankan bila kulkasku sekarang kososng. Peralatan makan dan memasak
berjejer di dapur, meskipun sudah ada spons dan deterjen, namun tidak ada bumbu
sama sekali.
"Sarapannya
pakai apa nih..."
Saat
aku hendak mengganti baju dan berniat pergi ke gyudon atau kedai hamburger ...
tiba-tiba…..
*ding-dong* , bel pintu
berdering.
Aku
memeriksa layar LCD interkom, tapi tidak ada orang di pintu masuk apartemen
Taishido. Namun ketika aku hendak mengalihkan layar LCD di depan pintuku
sendiri, suara keras pintu yang terbuka pun terdengar...Apa?! apa ada pencuri masuk?!
Aku
mencari sesuatu yang bisa digunakan di dapur. Pisau keluar dari pilihan. Sangat
sulit untuk mengintimidasi dengan benda itu, karena bisa mengakibatkan luka fatal jika lawan ditikam.
Lalu
aku mengambil wajan baru dari ruang penyimpanan dapur, itu bisa digunakan untuk
menyerang dan sebagai perisai ... itulah yang kupikirkan. Dengan wajan di
tanganku, aku berdiri di samping pintu ruang tamu, ini adalah titik buta bagi
seseorang yang akan memasuki ruangan, aku menempel ke dinding dengan waspada.
Saat
aku menunggu sambil memegang wajan, aku mendengar suara *tap tap tap* langkah kaki mendekat.
Astaga….
Musuh yang masuk tidak hanya sendiri. Melainkan ada beberapa pencuri.
Ini
mungkin bukan hanya perampokan, mungkinkah mereka mencoba untuk menculikku
untuk meminta tebusan? Aku tidak bisa mengalahkan orang sebanyak ini.
Pintu
ruang tamu terbuka.
Aaahhhh!!,
jika memang seperti ini setidaknya aku akan mengambil salah satu dari mereka
denganku. Aku mengayunkan lenganku yang memegang wajan....dan aku digenggam
dengan kuat di bagian siku-ku, aku tidak bisa menyelesaikan ayunan ... karena
di depanku ada seorang gadis yang kukenal.
"Nii-chan,
itu berbahaya. Apa yang sedang kau lakukan?"
"Tungg-...ap-
... kenapa kau di sini, Tomomi?"
Tomomi
mengenakan jersey berwarna coklat kemerahan, dan dia dengan lembut melepaskan
sikuku.
"Bahkan
jika kau tanya kenapa, ini bukan hanya aku."
Para
calon adik perempuan bergiliran masuk ke dalam ruang tamu.
"Waa!
TV di ruangan Nii-chama begitu beesaaar. Dan ruangannya juga super besar semua!"
Sembari
memegang Maple dalam pelukannya, Mika mulai berlari di sekitar ruang tamu. Dia
mengenakan baju berenda pink yang biasa dia pakai.
"Jadi
keseluruhan dari lantai tujuh ini merupakan ruangan Onii-sama. Seperti yang
diharapkan dari pewaris grup Taishido ... aku akan segera menyiapkan sarapan."
Sayuri
berdiri sambil memegang tas eco dengan banyak bahan makanan, ia mengenakan baju
one piece sederhana dan tersenyum. Dia mengambil wajan dari tanganku. (TN: eco bag: kemasan belanja yang bisa di
daur ulang, di negera maju, pusat perbelanjaan sering memakai ini)
"Hanya
membutuhkan satu kata saja dan aku akan datang untuk membuat makanan setiap
hari."
Setelah
sampai di dapur, Sayuri memeriksa bumbu dan isi dalam kulkas.
"Oh,
seperti yang kuduga. Tolong beristirahatlah. Aku akan membuat segalanya yang dibutuhkan
di sini."
"Ah!
Aku ingin porsi besar!"
Tomomi
mengangkat tangan dan mengajukan permintaan ke Sayuri.
"Aku
tidak memiliki bahan yang cukup untuk beberapa orang."
"Apa-apaan
itu, dasar pelit!"
Apa
mereka semua saling mengenal? Kesampingkan itu dulu, mengapa mereka semua
datang ke ruanganku.
"...
zee..haa ... fuuh ... airr ..."
Selene
muncul di ruang tamu dengan merangkak di lantai. anak ini ... Dia mengenakan
kaos yang sama pada saat kami pertama kali bertemu. Aku sangat berharap bahwa
kau mengubah bajumu dan mencucinya.
Sesosok
makhluk yang merangkak di tanah dengan rambut hitam panjang, itu sangat
menakutkan dan terlihat seperti sebuah adegan dari film horor.
"H-Hei!
Apa kau baik-baik saja?"
"...
Onii-chan, tolong airnya."
“Ooo-o-o-oke!"
Aku
mengambil gelas dari lemari dengan terburu-buru, memutar keran di wastafel
dapur dan mengisi gelas. Setelah membuat Selene duduk di sofa, aku memberinya
segelas air.
"...
pergi keluar memang sangat sulit sekali."
"Kau
bukan di luar. Kau masih di dalam apartemen."
"...
di luar pintu masuk apartemen adalah dunia yang berbeda ..."
Setelah
minum air, Selene mulai terbatuk. Apakah gadis ini benar-benar tak apa-apa?
Mika
juga duduk di sofa di depan TV dan menempatkan Maple di sampingnya, ia mengoperasikan
TV dengan remote control dan langsung
beralih ke saluran khusus-anime.
"Waaai!
Ini Orange-chan!"
Ketika
Pretty Girls Rangers Fruity mulai ditayangkan, pupil Mika bersinar.
Pada
saat itu, Selene mengangkat wajahnya. pupil matanya ... juga bersinar.
"...
Kau menyukai Orange-chan?"
"Yup!
Apa Nee-chama menyukainya juga?"
"...
ya."
"Lalu
kita ini teman."
"...
nn. Mika-chan, boleh aku memelukmu?"
Tiba-tiba,
Selene bertanya pada Mika.
"Eh,
umm ... tentu! Karena kita teman!"
Selene
memeluk Mika dan mulai meraba-raba tubuhnya.
"...
oke, ini sudah cukup."
"Hanya
itu saja?"
"...
nn."
Meskipun
itu adalah metode yang sangat misterius untuk berkomunikasi, namun nampaknya
Mika tidak terlalu keberatan ... jadi ayo kita abaikan saja hal tersebut.
Saat
persahabatan penyuka anime mulai terjalin, aku mulai menyadarinya.
Yuuki
tidak ada di sini. Sebagai gadis yang tinggi seharusnya dia terlihat mencolok......apa
yang terjadi dengannya?
Saat
aku melihat di koridor pintu masuk, aku menemukan Yuuki yang mengenakan
T-shirt, duduk di sudut koridor sambil memegang lututnya.
"H-Hei
Yuuki, apa yang terjadi?"
Dia
mengangkat wajahnya, ada air mata yang terbentuk di sudut matanya.
"Nii-san!
A-Ada banyak g-gadis di sana ... A ... Aku ...!"
Tubuhnya
gemetaran, sepertinya meski mereka adalah saudarinya sendiri, ketakutannya
terhadap gadis tidak mereda.
"Apa
kau hanya berencana duduk disini terus setelah jauh-jauh datang kemari?"
"Aku
m-m-mengerti N-Nii-san."
Kakinya
gemetar seperti rusa yang baru lahir, tapi entah bagaimana dia berhasil berdiri.
Tiba-tiba
aroma dari daging dan telur goreng mengalir dari dapur. Ada juga aroma dari
roti, itu semua merangsang nafsu makanku.
Sayuri
mememgang wajan di tangannya dan tersenyum sambil melihat Tomomi.
"Tomomi-san
adalah putri yang tertua, jadi tolong ambli inisiatif dan berikan contoh yang
baik dengan membantu."
"A-Apanya
yang putri tertua! Aku ini adik Nii-chan!"
"Tolong
persiapkan piring-piringnya. Tanganku sudah sibuk dengan masakan daging dan
telur."
"Rasanya
seperti aku sedang diperalat dan itu sangat menjengkelkan."
Pandangan
Sayuri dan Tomomi saling bertemu dan percikan pun muncul di antara mereka, lalu,
Mika tiba-tiba berdiri dari sofa.
"Mii-chan
akan membantu!"
Dia
segera berlari ke dapur, tapi kakinya tiba-tiba tersandung.
"Awas!"
Ini
sudah terlambat saat aku meneriakinya. Mika jatuh lurus ke depan dan memukul
tanah ... dan ketika aku berpikir seperti itu, orang yang menunjukkan reaksi
super cepatnya adalah Yuuki. Dia dengan lembut menangkap Mika dari belakang dan
menopang dia.
Mika
tidak tahu apa yang terjadi, dan berdiri di sana dengan kebingungan.
*Popp*, Yuuki
melepaskan tubuh Mika. Mika berbalik dan menatap Yuuki. Gadis tinggi itu
meluruskan t-shirt miliknya dan bertanya pada Mika.
"Apa
kau baik-baik saja? Berlari di dalam ruangan itu berbahaya."
"Ya!
Terima kasih Nee-chama! Mii-chan akan berhati-hati."
Melihat
senyum Mika, ekspresi Yuuki terlihat santai. Mungkin dari sudut pandangnya Mika
hanyalah anak kecil dan bukan seorang wanita, dia terlalu lemah untuk
menargetkan dirinya.
Mika
berbalik sekali lagi, dan kali ini ia berjalan ke dapur secara perlahan, ia
mencoba untuk mengambil piring dari lemari. Namun, rak tersebut terlalu tinggi
dan Mika yang kecil tidak bisa menggapainya.
Tomomi
mengangkat bahu.
"Apa
boleh buat. Ya ampun, hati-hati karena ini berat."
Setelah
mengambil piring dari lemari, ia menyerahkannya pada Mika.
"Terima
kasih Nee-chama!"
"Nee-chama
kau bilang ... baiklah, jika si chibi bilang
begitu, mau bagaimana lagi."
Sepertinya
bahkan Tomomi harus mengakui bahwa Mika ini sangat menggemaskan. Nah, itu ya
itu, tapi aku khawatir dengan kecanggungan antara dia dan Sayuri. Dan saat aku
sedang memikirkan itu, sebuah suara gemetaran memanggilku dari belakang.
"...
Onii-chan ... isi ulang……airnya."
"Selene,
mengapa kau tidak mencoba meniru Mika sedikit saja?"
"...
lain kali, jika ada kesempatan."
"Haa
... aku mengerti."
Aku
mendesah dan mengambil gelas kosong dari tangannya.
Untuk
beberapa saat, aku sudah meladeni mereka satu per satu.
Setelah
mematikan kompor, Sayuri berbalik menghadap ke arahku.
"Onii-sama,
aku minta maaf, tapi hari ini aku hanya
bisa mempersiapkan sesuatu yang sederhana seperti ini."
"Ini
lebih dari cukup. Terima kasih Sayuri. Omong-omong, mengapa kalian semua datang
ke ruanganku?"
"Mari
kita bicara tentang hal itu nanti, sekarang kita makan dulu."
"Apa
kau membutuhkan bantuanku dengan sesuatu?"
"Lalu,
tolong siapkan cangkir dengan sup instan."
Sayuri
mencuci selada dengan air dan meletakkannya ke dalam mangkuk sebagai tambahan dan
tersenyum padaku.
Daging
dan telur goreng diletakkan di atas roti, di dalam cangkir ada sup dengan
salad, ini merupakan sarapan yang penuh dengan gaya barat. Di ruang makan ada
meja makan seluas 6 tempat duduk. Aku duduk di tengah, di sebelah kanan dan
kiriku ditempati oleh Sayuri dan Tomomi. Di sisi lain, di sebelah kiri di
duduki oleh Mika, lalu ada Yuuki yang duduk di tengah, serta yang terakhir
Selene menempati kursi terakhir.
Semuanya
memakan sarapan bersama di meja yang sama. Aku pikir ini akan lebih ramai….
Namun
sampai semuanya menyelesaikan sarapan, tidak ada yang berbicara. Suasana yang
canggung menyelimuti ruangan ini.
Setelah
selene selesai makan, dia tiba-tiba berdiri dan melangkah ke tempat Tomomi.
“…a,aahh..tubuhku bergerak sendiri….”
Tanpa
alasan yang jelas, Selene melingkarkan tangannya pada sekitar tubuh Tomomi.
"H-hey!
Apa yang sedang kau lakukan!"
"...pusing."
"Ahh!
Hentikan ini! Jangan meraba-raba dadaku!"
Saat
Selene mengusapkan wajahnya ke dalam dada Tomomi, wajah Tomomi berubah menjadi
merah sampai ke telinganya.
“….kepusingan
telah sembuh.”
Dia
tiba-tiba menjauh dari Tomomi, sambil bergumam dan kembali ke tempat duduknya.
Tomomi masih tersipu, dan dia berseru dengan canggung
“B-Bb-bagaimanapun juga, rotinya benar-benar
enak!”
Dia
mencoba merubah topic, meski begitu, aku penasaran apa yang Selene inginkan.
Sayuri
menunjukkan ekspresi yang bangga di wajahnya
“Ini karena aku sudah membuatnya kemarin
malam. Meski ini buatan sendiri, kebanyakan roti dari toko yang digunakan,
Onii-sama, apa ini sesuai dengan seleramu?”
“Ini sangat lezat. Omong-omong, kau bilang kau
sudah menyiapkannya kemarin. Itu berarti ini sudah diputuskan bahwa kau akan
berkumpul disini?”
“Ya. Jadi begitu. Kelihatannya Onii-sama belum
diinformasikan mengenai hal ini. Kunci ruangan kami juga berfungsi sama ke
ruangan 701 yang mana akan bisa digunakan pada akhir pecan.”
“Aku belum pernah mendengar tentang hal itu!”
Ini
hanya dua minggu, jadi tidak ada sehari
pun yang boleh di sia-siakan, tapi untuk ini terjadi dengan cara yang tak terduga.
Tomomi yang ada di sampingku mengangguk.
“Jadi
itulah mengapa Nii-chan terlihat gugup dan berdiri sambil menggenggam wajan.
Kau pasti berpikir yang datang adalah pencuri atau semacamnya”
Dimulai
dari tebakan Tomomi, aku mengakuinya dengan jujur.
“Eh, itu benar. Aku tidak pernah mendengar
apapun, jadi aku cukup terkejut setelah terbangun.”
Aku
heran apa ini juga bagian dari surat wasiat. Yah, ini sudah terlalu terlambat
untuk bertanya pada Murasaki-san tentang hal ini.
“Jadi
kalian semua saling mengenal?”
"Tidak,
kau salah."
"Tidak,
kau salah."
Tomomi
dan Sayuri menjawab secara bersamaan, dan saling melotot lagi.
"Aku
akan menjelaskan semuanya pada Nii-chan, jadi mengapa kau tidak meninggalkan
hal ini padaku?"
"Peran
untuk menjelaskan semuanya pada Onii-sama seharusnya diserahkan kepada orang
yang tenang dan terampil seperti diriku."
"A-Aku
adik perempuan yang tertua."
"Lalu,
semakin jelas untuk tidak harus merepotkanmu. Aku akan menjelaskan semuanya
kepada Onii-sama."
"Tidak
adil! Itu benar, ayo kita bertanding! Hom-pim-pa, orang yang menang akan
melakukan peran menjelaskan! '"
"Aku
harus menolak."
Tomomi
dan Sayuri mirip seperti minyak dan air. Kukira aku harus melerainya sekarang.
"Kalian
tak perlu bertanding. Ah, itu benar mengapa kau tidak melakukannya untuk
menggantikan mereka, Selene. Apa kau mau menjelaskan hal itu padaku?"
"...
terlalu melelahkan."
Sungguh,
Dia ini......apa boleh buat. Karena ini mustahil bagi Mika, ayo bertanya pada Yuuki.
"Yuuki,
tolong jelaskan."
Dengan
canggung, Yuuki berbalik menghadap ke arahku.
"G-Gadis
... jika ada begitu banyak ... tidak mungkin! A-Aku terlalu gugup!"
"Apanya
yang gadis, mereka ini saudara-saudaramu."
"I-Ini
pertemuan pertama kami!"
Aku
dengan malas menegaskan hal itu pada Sayuri.
"Apa
itu benar?"
"Memang
benar."
"Ah!
Nii-chan, Kau seharusnya menanyakan hal itu padaku"
Tomomi
bukanlah orang jahat, tapi aku merasa bahwa dia akan membuat cerita yang
membingungkan.
"Meskipun
kau bilang baru pertama kali bertemu, tapi rasanya kalian terlihat akrab..."
"Nii-chan
juga bersikap ramah dengan kami dari awal, bukan? Mungkin karena kita adalah
keluarga?" (Tomomi)
Lalu
Sayuri menambahkan
"Mungkin
sedikit berlebihan untuk memanggil kita sebagai keluarga ….. tapi ini memang
misterius. Meski kita tidak saling mengenal, mungkin ini berkat berbagi
keberadaan Onii-sama." (Sayuri)
"Apa
yang kalian lakukan dengan baju ganti? Apa
kalian akan kembali ke kamar masing masing?"
Dan,
Mika tersenyum polos.
"Kau
tahu, Mii-chan membawa ransel menginap jadi tidak masalah untuk untuk tidak
kembali!" (Mika)
Tomomi
menunjukkan tanda V padaku.
"Aku
juga membawa perlengkapan survival!"
(Tomomi)
Sayuri
mengangkat bahu dengan santai.
"Aku
sudah menyiapkan makanan dan air untuk Kyuu-chan di awal, aku juga berencana
untuk menginap." (Sayuri)
Selanjutnya
adalah Selene yang bergumam dengan ekspresi bingung.
"...
boleh aku menggunakan internet?" (Selene)
Yuuki
yang masih belum tenang.
"A-Aku
yang terburuk, aku hanya bisa meminjam beberapa baju Nii-san. Ah! Jangan khawatir,
aku membawa beberapa bajuku sendiri dengan benar kok... ahahaha ...
ahahaha." (Yuuki)
Bagaimanapun
juga, sepertinya semua orang sudah bersiap untuk menginap. Hei, apa mereka akan
menginap?!
Aku
pergi ke lorong untuk membawa tas yang sudah berbaris di depan pintu. Para
calon adik perempuan mengikutiku di belakang seperti bayi bebek yang mengikuti
ibu mereka.
"Kalian
bisa menaruh tas kalian disini, dan di sana adalah kamar cadangan, kau bisa
memlih salah satu yang ingin kalian gunakan."
Omong-omong,
ada enam kamar yang bisa digunakan untuk kamar tidur, angka yang pas. Mungkin hanya
kebetulan, tapi pas untuk satu orang satu kamar. Segera setelah aku mengatakan
itu, semua orang mulai mencari kamar. Tomomi segera menuju ke kamar yang
terluas.
"Ah,
kamar yang di buka Tomomi mungkin yang paling luas."
Kamar
tersebut dilengkapi dengan semua perabotan untuk menyimpan, dan rasanya seperti
kamar hotel karena kasurnya. Karena
kasurnya berukuran besar.
"Ceh ... salah."
Tomomi
bergumam tak tertarik. Sayuri juga memeriksa kamar disebelah yang sudah
ditemukan oleh Tomomi dan menutup pintu perlahan. Alih-alih mencari kamar, Yuuki
malah sedang berdiri ketakutan di lorong.
Dan
membayangi di belakang Yuuki yang berdiri seperti itu, adalah Selene.
"...
hati-hati, sepertinya aku akan jatuh."
"———?!"
Yuuki
hampir menjerit. Selene menggapai dada Yuuki dari belakang dan terus
meraba-raba itu dengan ekspresi curiga.
"...seperti
yang kuduga..."
Setelah
bergumam pelan, Selene melepaskan Yuuki. Untuk sementara waktu sekarang, Selene
sudah melakukan apa yang dia suka.
"A-aa-a-apa
yang kau la-lakukan t-t-tadi ..."
"......?"
"Auauau."
Selene
menatap Yuuki yang ingin memprotes, hanya dengan ditatap, Yuuki tidak mampu
untuk melanjutkan protesnya.
Di
tengah-tengah interaksi tersebut, suara ceria bergema di lorong.
"Ah!
Mii-chan suka yang di sini!"
Satu
orang, Mika yang menuju ke kamar yang ada di belakang memiliki senyum di
wajahnya. Disitu... adalah kamarku.
Semua
orang mengejar Mika dan Tomomi mulai meraung.
"T-tidak
adil! Aku menyukainya juga!" (Tomomi)
"Termasuk
diriku juga." (Sayuri)
"A-Aa-aku
juga." (Yuuki)
"...
lalu, aku juga sama." (Selene)
Semua
orang membawa barang-barang mereka ke dalam kamarku.
"Uuoooi!
Tunggu sebentar! Itu adalah kamarku!"
"Itu
bahkan lebih bagus! Ayo tidur bersama Nii-chan." (Tomomi) (TN: tidur bersama di sini bukan dalam
artian seksual)
"Aku
merasa Tomomi-san sedang merencanakan sesuatu yang tak senonoh." (Sayuri)
"A-aku
tidak merencanakan apapun! Ini semua tak masalah karena kita adalah saudara.
Omong-omong, apa maksud Sayuri dengan 'tidak senonoh'?" (Tomomi)
"I-itu
... Aku penasaran apa ya?"
Saat
Tomomi membalas kembali pernyataan Sayuri, Sayuri membuat senyum palsu dan
mengangkat alisnya.
"Mii-chan
akan tidur bersama juga. Tapi Maple bilang bahwa dia tak ikut karena terlalu
sempit." (Mika)
"Aku
akan meringkuk di sudut." (Yuuki) (TN:
Poor Yuuki :v)
"...
Onii-chan. Cepatlah dan atur WiFi-nya."
Pada
akhirnya, semuanya berkumpul di kamarku dan membuat diri mereka merasa nyaman.
Tomomi menduduki kursi di depan meja belajar, Yuuki yang sedang ketakutan
meringkuk di sudut ruangan, Mika diam-diam duduk di depan TV. Selene jatuh di
atas tempat tidur dan Sayuri berdiri di sana bermasalah.
"Onii-sama.
Aku punya saran. Karena ruangan ini terlalu sempit, bagaimana kalau pindah ke
ruangan lain bersama denganku?"
Selene
yang sedang berbaring di atas tempat tidur perlahan berdiri. Dia
terhuyung-huyung berjalan menuju Sayuri dan menempel padanya dari depan.
"Tung-...
A-apa yang sedang kau lakukan?"
"...
ah ... hanya sedang mengigau."
"Kau
tidak mengigau,kan? Umm ... mengapa kau menyentuh dadaku?"
"...
karena aku mencintai oppai?"
Sungguh
gadis yang memalukan, Selene.
"A-apa
kau orang cabul ?! Bagaimanapun juga, tolong lepaskan aku."
Setelah
dipelototi oleh Sayuri, Selene melepaskannya segera dan jatuh di tempat tidur
dengan cara yang berlebihan.
"Ayo
pergi, Onii-sama."
Mika
yang sedang duduk menatapku dengan cemas dari bawah.
"Nii-chama
akan pergi?" (Mika)
"Aku
tidak pergi. Sebaliknya, semua orang keluar dari kamarku! Aku mohon!"
"Lalu,
ayo kita bertanding! Nii-chan VS Pasukan Terkuat adik perempuan. Serangkaian pertandingan
yang mendebarkan. Kita akan putuskan orang apa yang mengambil tiga kata!"
(Tomomi)
"Jangan
putuskan seenaknya!"
"Itu
benar. Tolong jangan seenaknya saja Tomomi-san. Onii-sama yang memiliki
inisiatif. Tentu saja, Onii-sama akan memilih diriku, bukankah itu benar? Ini
adalah takdir." (Sayuri)
"Untuk
sementara sekarang kau sudah berusaha untuk diam-diam memonopoli Nii-chan,
selama mata Tomomi-chan ini masih berwarna hitam, Hal seperti itu takkan
diizinkan!" (Tomomi)
"Jangan
berpikir kau bisa melakukan seenaknya hanya karena kau yang tertua, aku
keberatan." (Sayuri)
Tomomi
dan Sayuri mulai bertengkar lagi. Sementara itu Mika bolak-balik melihat mereka
berdua, air mata muncul di sudut matanya.
"B-Berhentiiiii.
Aku mempunyai banyak Nee-chama sekarang, jadi jangan bertengkar."
Kelihatannya
suara Mika tidak mencapai Tomomi dan Sayuri karena saat mereka mulai memanas.
Sayuri
mendengus keras.
"Onii-sama,
tidak perlu persyaratan untuk putri tertua menjadi perwakilan, apa benar begitu?"
(Sayuri)
"K-kau
memutuskan untuk menjadi pemimpin?" (Tomomi)
"Jika
Onii-sama menunjuk diriku, aku akan melakukan apapun. Jika saja Onii-sama ...
puas dengan diriku, aku akan melakukan yang terbaik untuk mempersiapkan sarapan
penuh cinta setiap pagi, aku bahkan akan membuat kotak makan siang. Tinggalkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan rumah padaku. Tolong biarkan aku melayanimu
melampaui apa yang biasa adik perempuan lakukan." (Sayuri)
Dia
bahkan lebih agresif bila dibandingkan pada saat kita pertama kali bertemu.
Kupikir Sayuri sedang tidak sabaran. Mungkin, dia bersaing dengan Tomomi.
"Jika
Nii-chan punya pacar, bukannya posisi itu dimiliki pacar Nii-chan? Baiklah
Nii-chan, hobi feminin seperti itu sedikit kaku. Daripada itu, untuk Nii-chan
yang tidak memiliki hobi, adik perempuan yang mirip seperti teman adalah
pasangan yang terbaik!" (Tomomi)
Jauh
di dalam pikiranku, aku khawatir dengan suasana 'putuskan di sini dan sekarang'.
"Itu
juga berlaku sama padamu, jika Onii-sama sudah memiliki beberapa teman. Apa kau
benar-benar mampu memenuhi kewajibanmu sebagai adik perempuan? Apa kau akan
terus menantang teman sekolah Onii-sama untuk baertanding dan mengalahkan
mereka, bukannya itu hanya menghasilkan Onii-sama menjadi terisolasi di sekolah
dan sakit hati?" (Sayuri)
"Uu
... i-itu ..." (Tomomi)
"Lalu,
apa kau bisa bertanding denganku yang memiliki permainan hiburan yang lebih
baik?" (Sayuri)
"M-Mana
mungkin aku bisa melakukan itu! Game terasa menyenangkan karena dimainkan
dengan serius!" (Tomomi)
"Jadi
kau memang berniat untuk menemui teman sekolah Onii-sama dan melawan mereka."
(Sayuri) (TN: Sayuri sadiiiiiiiss sekali
:v)
"U-uwaaaaaaaaaaaaaaa!"
(Tomomi)
Sayuri
dengan tepat sasaran membidik kelemahan Tomomi——fakta bahwa dia adalah seorang idiot penggila-kompetisi.
Jika dia tidak berhenti, Tomomi akan mengamuk.
"T-tak
apa-apa Tomomi. Bahkan jika kau pergi sejauh itu dalam game, aku hanya tinggal
meminta maaf."
"L-Lalu
Nii-chan akan membuat diriku menjadi adiknya?" (Tomomi)
Tidak
baik. Aku harus memutuskannya dengan benar, tapi aku masih belum memikirkan
jawaban yang tepat. Aku tidak memiliki waktu yang cukup. Dan saat sedang merenungkan
itu, Sayuri tersenyum lembut padaku.
"Onii-sama.
Jika kau memilihku, aku akan menyingkirkan semua kekhawatiranmu."
Jika
terus seperti ini, aku akan kewalahan oleh Sayuri. Bahkan sejak dia membuat
sarapan, strateginya untuk mengambil inisiatif telah dimulai. Seperti yang
diharapkan dari seseorang yang memiki kekuatan-persiapan tertinggi (mempelajari
diriku) calon adik perempuan ...
"........seperti
dalam manual."
Tiba-tiba,
Selene yang terus berbaring di tempat tidur mulai bergumam dan menoleh ke samping.
Dia menatap Mika yang hendak menangis. Daripada mengkhawatirkan dua orang yang
sedang bertengkar, Yuuki malah lebih khawatir tentang Mika dan memegang
tangannya. Wajah Sayuri memucat ketika ia mendengar perkataan Selene.
"A-Apa
yang kau katakan, aku sama sekali tidak mengerti."
Mata
Tomomi yang tampak basah, lalu dia menimpali apa yang dikatakan Selene.
"Itu
benar, tepat sekali! Sayuri bertindak terlalu sempurna sama seperti yang
tertulis dalam manual yang telah diberikan Murasaki-san kepada kami, A-Aku
tidak bisa melakukannya dengan benar, ini sangat menjengkelkan!"
Tomomi
berteriak dan menunjuk pada Sayuri.
"Manual
semacam itu tidak pernah ada. Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."
Selanjutnya,
Tomomi menatap lurus ke arahku.
"Aku
tidak berbohong. B-biarkan aku mengatakan ini, makanan Jepang memang mustahil
bagiku ... t-tapi kupikir aku bisa melakukannya jika hanya oden ... i-itu semua
informasi yang aku gunakan dari manual."
Sayuri
berpaling kepadaku terlihat seolah-olah dia akan menangis.
"Itu
bohong! Tomomi hanya sembarangan berbicara mengenai adanya manual, Onii-sama,
dia bertujuan membuatku menjadi orang jahat! Tolong percayalah padaku,
Onii-sama!"
Yuuki
yang terus memegang tangan Mika diam-diam menyela.
"Aku
tidak bisa menjadi adik perempuan yang imut sesuai dengan preferensi Nii-san
... atau lebih tepatnya, aku tidak memiliki hawa sebagai seorang gadis, jadi
aku pikir Sayuri sangat menakjubkan. Aku mengagumimu sebagai adik perempuan
yang sangat sempurna. "
Mungkin
ini hanya tindak lanjut atau semacamnya, namun saat Yuuki memberikan
pernyataannya, ekspresi Sayuri lebih mengeras.
Tomomi
pun berjongkok, menyelaraskan garis pandangnya dengan Mika dan bertanya.
"Bagaimana
dengan Mika?"
"Umm,
mm, manual apa?"
"Apa
Mika mendapatkan buku putih dari Murasaki-san?"
"Ahh!
Mii-chan tahu itu! Tapi, ada banyak kanji yang sulit jadi Mii-chan tidak bisa
membacanya. Aku akan membacanya ketika aku sudah tumbuh, untuk sekarang buku
itu ditutup."
Jadi
begitu. Dari awal Mika memang tidak tahu manual itu. Bahu Sayuri mulai gemetaran
dan mengejang.
"A
... aku tidak tahu ... manual apapun. Hal semacam itu….... tidak pernah
ada." (Sayuri)
"Tentang
manual itu, aku …..... aku sudah melihatnya di kamar Selene pada hari
pertama."
"Y-ya?"
(Sayuri)
"Kau
seharusnya tidak menyembunyikan keberadaan manual dariku. Maaf, aku sedikit teledor
dan menemukan manual. Meski Sayuri sudah bekerja keras sesuai dengan deskripsi
dalam manual."
Sayuri
mulai menjerit sambil memegang kepalanya.
"TtttttiiiiiiiiiidaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKK!
Sungguh memalukan sekali. Aku ingin menjadi adik perempuan Onii-sama yang
sempurna, yang bisa memasak dengan baik, pekerja keras ...! Meski aku sudah
bekerja sangat keras! Aku sudah melakukan yang terbaik! Namun, semuanya
terbongkar ... uuu ... aku bahkan membuat alasan ... a-aku adalah keberadaan
rencana kotor yang begitu gelap, ini seperti aku memiliki lubang hitam yang
dibangun di dalam itu lalu mendistorsi cahaya!"
(Sayuri)
"Te-tenanglah
Sayuri. Ini salahku."
Tapi
sepertinya Sayuri tidak memiliki waktu untuk menerima permintaan maafku.
"Selene-san
terlalu mengerikan. Memberitahu Onii-sama mengenai keberadaan manual ..."
"...
mencoba untuk bertanding dengan pihak lain ... terlalu melelahkan."
Tomomi
melihat Sayuri dengan pandangan kasihan.
"Yaa..,
jika aku ahli dalam game simulasi kencan mungkin aku juga berpikir “Ayo tangkap
Nii-chan!” seperti yang Sayuri lakukan.“
Sayuri
mendekati Tomomi dengan mata merah yang menyala.
"Tentu
saja! Atau lebih tepatnya, caraku melakukan hal ini seharusnya normal!"
"E-ei!
Kau terlalu dekat! Nii-chan, Sayuri terlalu dekat! super dekat!"
Apa-apaan
dengan ocehan 'dekat'. Bagaiamana pun juga, ayo kita coba menenangkan Sayuri
untuk saat ini.
"Sayuri.
Ambil napas dalam-dalam. Tak apa-apa, semuanya baik-baik saja. Letakkan tangan
pada dadamu."
Dia
berpaling dari Tomomi dan menatapku. Matanya terlihat kosong. Saat aku
penasaran apa yang sedang dia pikirkan, Sayuri mengambil tanganku ...
"A-Aku
mengerti. Aku akan menaruh tangan di dadaku."
*ponyon* ... dan begitu,
tanganku terbungkus oleh sesuatu yang hangat. Lalu Tomomi meraung.
"Ap
... A-apa yang sedang kau lakuuuukaaaaaaaaaaannnnn!"
Sayuri
bergumam, pupil matanya masih terlihat kosong.
"Aku
meletakkan tangan di dadaku. Suhaaa ... suhaaa ..."
"Di
mataku ini, hanya terlihat seperti Nii-chan meraba-raba oppai-mu!"
"Oppai
...? !!"
Didorong
kembali pada kenyataan, Sayuri pun tertegun
dan kesadaran dirinya mulai kembali.
"HAWAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Dia
mulai menjerit.
"U-UWWWWAaaaaaaaaaaaaaaaa!"
Dan
aku juga, yang terpengaruh, mulai berteriak juga.
"Mau
berapa lama kau akan menyentuh Nii-chan!"
Tomomi
menarik tanganku dari dada Sayuri. Sayuri kehilangan semua kekuatannya dan
jatuh ke lantai.
"Takdir
... benang takdir... telah terputus. Perlu untuk mati. Aku ... ingin
mati."
"...
jangan mati. Ini hanya kecelakaan."
Bahkan
orang yang memicu semua kecelakaan ini, Selene menunjukkan simpatinya.
Aku
kewalahan dalam situasi kacau ini. Tanpa diduga, nada dering smartphone pun terdengar.
Tomomi mengambil smartphone yang berada di atas meja belajarku dan
melemparkannya ke arahku.
"Uwah!
Jangan melemparnya."
"Nii-chan
hanya perlu menangkapnya."
Ya
ampun. Dengan kekuatan gadisnya yang rendah, Tomomi bisa membentuk satu set
dengan Yuuki. Saat aku mengubah smartphone menjadi mode panggilan, aku tidak
bisa mempercayai telingaku. Karena panggilan yang datang kupikir dari
Murasaki-san.
Ternyata
bukan…...
"H-hei.
Apa yang terjadi Mariko?"
Lalu,
saat aku menjawab, baik Yuuki dan Tomomi berkonsentrasi untuk mendengarkan. Dan
Sayuri yang sedang duduk dan bergumam "Aku ingin mati" mulai menatapku.
Selene
yang berbaring lemas di tempat tidur, mulai berbalik menatap ke arahku.
"Barusan,
dia memanggil nama wanita!" (Tomomi)
"O-O-Onii-sama,
Kau mempunyai kekasih? Oh ~" (Sayuri)
"Seperti
yang diharapkan dari Nii-sanku. Baru saja masuk sekolah, dan sudah memiliki
pacar, sangat menakjubkan. Aku bukan tandinganmu." (Yuuki)
"...
untuk Onii-chan mempunyai pacar ... Aku ingin mati." (Selene)
Hanya
Mika yang memiringkan kepalanya karena rasa penasaran.
Dan
Mariko juga menjadi dirinya sendiri, dia khawatir dengan kebisingan tadi.
"Ah,
bukan …itu ... TV! Ya, itu suara dari TV."
Untuk
sementara, sepertinya aku berhasil meyakinkan Mariko.
"Jadi,
apa kau punya urusan di pagi hari ini?"
Mariko
tampaknya khawatir dengan apa aku bisa terbangun dengan baik. Aku memindahkan
smartphone ke sisi lain.
"Meski
begitu, aku sudah mencoba untuk mempertahankan ritme kehidupan biasaku. Sungguh,
Aku tidak membual sedikitpun."
Dia
khawatir apakah aku sudah memakan sarapan dengan benar.
"Y-ya.
Aku baik-baik saja."
Setelah
memeriksa apakah aku aman atau tidak(?) Mariko merasa puas dan memutus panggilan.
Tomomi
dan Sayuri berkomunikasi dengan melihat mata satu sama lain, dan saling
mengangguk.
"Pacar
Nii-chan ... ini bukan waktunya untuk pertengkaran saudara."
"Setuju.
Meski aku merasa ingin mati beberapa saat yang lalu ... sekarang aku ingin tahu
orang macam apa kekasih dari Onii-sama."
Karena
Tomomi dan Sayuri memikirkan sesuatu yang tidak baik, aku menjelaskannya pada
mereka.
"Dia
bukan pacarku. Mariko adalah teman masa kecil yang aku kenal di sekolah dasar dan
betemu kembali karena kebetulan."
"Te-Teman
masa kecil! Nii-chan, bukankah itu namanya “flag”!"
(TN: arti flag di sini bukan artinya
bendera ya…...yang sering main game simulasi kencan pasti ngerti:’v saya males
jelasinnya)
"Pertemuan
yang ditakdirkan dengan teman masa kecil? Aku merasa itu lebih ditakdirkan bila
dibandingkan dengan keberadaanku."
Aku
hanya mendesah dan berbalik untuk melihat Yuuki, kali ini dia memiliki wajah yang
biru.
"Mi-Misal
pacar Nii-san….datang untuk bermain, A…Aku mungkin tidak bisa menanggungnya! Aku bahkan masih
gugup dengan saudariku sendiri! Jika aku bertemu pacar Nii-san secara langsung,
A-Aku mungkin ma-mati!"
Rasanya
sangat bermasalah bahwa adik perempuanku tampaknya berada di ambang kematian
untuk sementara waktu sekarang. Mika memiringkan kepalanya.
"Nii-chama,
apa itu 'pacar'?"
Karena
aku tidak bisa menemukan jawaban, Tomomi dengan bangga menepuk dadanya dan
menjelaskannya menggantikan diriku.
"Dengar
Mika. Pacar, dengan kata lain Freundin.
Seorang teman gadis. Nii-chan akan bermesra-mesraan dengan orang itu!"
"Ehh!
Mii-chan akan diabaikan?"
"Ini
mungkin akan seperti itu. Kita harus bersatu dan menanggapi serangan-nya."
"Nii-chama,
Mii-chan tidak ingin diabaikaaaaann."
Dia
menempel pada kakiku seperti koala dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. Itu
benar-benar memberikan perasaan takut dari 'diabaikan'.
"Apa
dia lebih penting dari Mii-chan?"
"Di
dunia ini ada sesuatu seperti hal yang keluar dari urutan ... hal-hal yang
tidak bisa ditertibkan."
Tidak
hanya Mika, Tomomi yang menatapku hampir menangis juga.
"Tentu
pacar Nii-chan setidaknya bisa menggunakan senjata nyata dan bisa terbang
dengan pesawat dan helikopter, seseorang yang sangat menakjubkan bukan?"
Manusia macam apa yang telah dibayangkan Tomomi.
"Tidak.
Tapi Dia mampu melakukan membumbui makanan tanpa menyimpang satu gram sedikit
pun dan prosedur memasaknya sangat
sempurna mengikuti petunjuk. Tentu saja dia bahkan tidak melihat resep itu!"
Bento
buatan Mariko mempunyai telur goreng yang sedikit hangus, dia adalah pemilik
kemampuan memasak yang sangat normal.
"Tentu
saja, dia pasti gadis yang cantik dan manis."
Yuuki
meringkuk dan berbalik sedikit. Tentu saja, kekuatan gadis Mariko mungkin tinggi ...
"...
dia adalah orang yang bisa berjalan di luar."
Selene.
Rintanganmu terlalu rendah.
Semua
calon adik perempuan mengkonsentrasikan tatapan mereka pada diriku.
"I-itulah
mengapa, Kau tahu ... emm."
Aku
bingung bagaimana untuk menjelaskan tentang Mariko, tapi kemudian bel pintu tak
terduga berdering. Aku melarikan diri ke arah interkom.
"Y-ya,
Taishido di sini!"
"Yoichi-san,
ini Shinonome. Apa tak masalah untuk masuk?"
Pada
layar interkom terlihat seorang wanita yang mengenakan setelan jas.
"T-Tolong
masuk. Aku akan membukanya sekarang."
Aku
mengoperasikan interkom dan membuka kuncinya, Murasaki-san masuk melalui pintu
terbuka dan datang ke ruang tamu. Seolah-olah aku adalah umpan, semuanya pun
ikut pindah ke ruang tamu.
Para
calon adik perempuan memiliki ekspresi lemah lembut. Murasaki-san dengan cepat
melihat semua wajah mereka dan berbalik ke arahku.
"Apa
kau sudah memutuskan siapa yang menjadi adik perempuanmu?"
"Eeh
?! A-anda tidak bermaksud aku harus memilih sekarang kan?"
"Ya.
Jika itu mungkin, maka tolong lakukan."
Tatapan
para calon adik perempuan menusukku sekali lagi. Semua orang merasa cemas.
"T-Tolong
tunggu sebentar, Murasaki-san."
"Sebentarnya
seberapa lama?"
"Seberapa
lama ... hey, batas waktu seharusnya minggu depan ..."
Saat
lidahku berubah kaku, Murasaki menatapku dengan serius. Tak bisa menahan
tatapannya yang dingin, aku mengalihkan garis pandangku. Hal ini tidak menyelesaikan apapun. Bahkan aku tahu
hal semacam itu.
Pada
akhirnya, Murasaki-san menghela napas.
"Aku
mengerti. Minggu depan ... Aku akan mendengarkan jawabanmu minggu depan pada
hari Minggu pagi."
Dia
memberitahu seolah-olah itu adalah peringatan terakhir.
Setelah
mengangguk kecil, Murasaki-san meninggalkan ruangan dengan tenang. Pada
punggung itu, aku merasakan sedikit perasaan kecewa. Rasanya seperti
Murasaki-san kecewa oleh diriku, yang tidak bisa memutuskan.
Saat
ia meninggalkan kamar 701, hampir semua calon adik perempuan merasa lega
kecuali si Mika.
"Orang
itu, aku agak buruk jika berurusan dengannya. Naluri liarku mengatakan 'dia itu
berbahaya’." (Tomomi)
"Aku
juga sama. Sungguh tidak biasa untuk pendapat kita menjadi sama." (Sayuri)
"Bagiku,
dia akan menjadi objek yang menakutkan bahkan jika dia bukan seorang
wanita." (Yuuki)
"...
wasit yang bertugas ... menakutkan." (Selene)
Mika
memiringkan kepalanya.
"Apa
yang terjadi? Semua Nee-chama ini aneh. Bukankah itu benar Maple?"
Hanya
Mika yang polos yang tidak merasakan tekanan mengintimidasi dan mempertahankan
kehadiran aslinya.
Begitu
dia bebas dari ketegangan, Tomomi langsung mengangkat tangannya.
"I-itu
benar! Aku membawa permainan denganku supaya semua orang bisa bermain. Karena kita
akan menginap dan memiliki banyak waktu luang, ayo kita main bersama. Hey! Tak
apa-apa ‘kan, Nii-chan?"
"Um,
aku itu ... aku ingin belajar ..."
Mengikuti
pelajaran di sekolah swasta saja sudah sangat sulit. Tapi itu mustahil untuk
belajar di situasi semacam ini.
"Jika
Nii-chan tidak perhatian dengannya, pacarmu akan membencimu, tahu ?"
Dia
mengungkit masalah ini lagi. Apa boleh buat.
"Eei.
Lalu ayo lakukan. Jika aku menang, kau tidak boleh mengejek Mariko
lagi."
"Laluuuu,
jika aku menang, Nii-chan akan membuatku ... oops, membuatku menjadi adik,
tidak boleh ya. Yang lain sajalah, Nii-chan akan mengabulkan salah satu
keinginan." (Tomomi)
"I-Ini
tak adil. Karena itu adalah permainan yang di bawa oleh Tomomi-san, bukannya
kau yang paling diuntungkan?" (Sayuri)
"A-Aku tak ikut. Aku belum pernah bermain game sekali pun." (Yuuki)
"Jika
kau tidak ikut, aku akan menempel dan menggosokkan pipiku pada pipimu. Karena kau
lemah dengan gadis, kau pasti takkan bisa menahannya!" (Tomomi)
"J-Jahat
sekali!" (Yuuki)
"Fufufufu.
Aku tak masalah bila menjadi jahat! Mika juga akan ikut, ‘kan?" (Tomomi)
"Yup!
Kau tahu, Maple bilang 'mode serius'!" (Mika)
"Lalu,
Selene?" (Tomomi)
"...
apa tak masalah kalau aku pakai controllerku?"
(Selene)
"Hohou.
Bersemangat sekali." (Tomomi)
Aku
menjatuhkan bahuku dengan berkecil hati. Lesu ... atau lebih tepatnya, rasanya
tubuhku kehilangan kekuatan.
"Hey,hey,
Tomomi. Apa game ini bisa dimainkan oleh banyak orang?" (Yoichi)
"Bukannya
aku sudah bilang tak masalah. Game ini sudah mengukirkan namanya dalam sejarah
game komputer, maha karya papan permainan jenis-sugoroku. Dengan kemasan
ekspansi bahkan enam orang pun bisa memainkannya. Ada banyak elemen yang berdasarkan
keberuntungan. Jadi, bahkan Mika pun bisa memenangkannya." (Tomomi)
"Memangnya
jenis permainan seperti apa itu?" (Yoichi)
"Nama
gamenya ialah Super grand strategy railway
king. Apa
Nii-chan tak tahu itu? Dimulai di Tokyo, kau akan membeli perusahaan di seluruh
negeri untuk sampai ke stasiun tujuan, bahkan grup Taishido juga muncul meski
dengan nama yang berbeda! Sebagai ahli waris dari Taishido group, kau tidak
bisa membiarkan dirimu dikalahkan! Bukan?"
*****
Pada
akhirnya, kami bermain game selama seharian dan aku dikalahkan, pada akhirnya
aku tak memiliki uang sepeserpun. Selain itu, bahkan sekali dalam sepuluh ribu
tahun menduduki peringkat atas, dan itu hanya peringkat B ... aku selali berada
di bagian paling bawah. Aku bahkan tidak bisa bertindak seperti seorang manajer
dalam permainan. Ngomong-ngomong, yang menempati di posisi puncak ialah orang
yang tak terduga.
Karena
dia beruntung dan polos, memicu 'tidak menjadi serius melawan anak-anak' yang mana
membuat para calon adik perempuan yang lain menjadi sedikit ceroboh, Mika
mengambil posisi teratas.
Menempati
posisi kedua telah pergi menjadi 'menyembunyikan kehadirannya' dan bahkan tidak
bisa menempati posisi di atas sekali pun, Selene sudah beberapa kali menempati
posisi kedua. Posisi ketiga ditempati oleh Tomomi sang pemilik game itu
sendiri, tapi ia hampir disusul oleh Sayuri yang berada di posisi keempat.
Penampilan
mereka tidaklah buruk, namun mereka berdua terlalu fokus untuk saling
menjatuhkan satu sama lain.
Bahkan
di tengah-tengah bermain, Yuuki masih sadar dengan para calon adik perempuan
yang lain dan tidak bisa melepaskan kekuatan sejatinya karena kegugupannya.
Penampilannya masih lebih baik bila dibandingkan dengan diriku.
Dan
sebagai pemenang, permintaan Mika untukku adalah "Mii-chan masih belum
yakin", pada awalnya aku tidak tahu apa maksudnya, tapi nanti juga aku
segera tahu, Ayolah, jangan ada lagi permintaan yang tidak masuk akal.
Nice,belajar dari game survival,wajan memang pilihan terbaik :v
BalasHapus