The Result When I Time Leaped Chapter 23 Bahasa Indonesia


Shokugeki no Sana Bagian 2

Hari kompetisi memasak.
Semua bahan dan bumbu sepertinya sudah dibeli oleh Hiiragi-chan dan ditempatkan di dalam kulkas ruang memasak. Istirahat makan siang berada dalam suasana yang menegangkan dari tiga arah, dengan percikan ketegangan terjadi di antara mereka. Terutama antara Sana dan Hiiragi-chan.
"Aku akan memberitahu kalian mengenai kategori yang akan dinilai." (Sana)
"Aah, maksudmu seperti orisinalitas dan rasanya?" (Seiji)
“Kalau memang seperti itu, itu terlalu normal dan membosankan, bukan? Ini tidak dinilai dari itu, tapi ada total 4 kategori lainnya. Persahabatan, Upaya, memasak— ” (Sana)
Bukannya itu persahabatan, upaya, dan kemenangan! (TN : Tiga moto majalah shounen jump)
Darimana kata memasak bisa masuk? Sebaliknya, bukannya ini harusnya evaluasi memasak? Apakah benar-benar tidak apa-apa untuk memasak menjadi kategori penilaian !? Persahabatan dan usaha? Apa itu? Bagaimana aku harus menilai sesuatu seperti itu ...
“Sebenarnya kompetisi memasak ini untuk apa sih...? Dan, apa kategori keempatnya? ” (Seiji)
"Cinta saudara." (Sana)
Bukannya itu berarti hanya Sana yang diuntungkan? Gadis ini, apa ini tujuannya?
"... Hanya Sa-chan yang diuntungkan, ini tidak adil." (Ii-san)
“Itu benar, Sana-chan. Itu seharusnya Cinta. ” (Hiiragi-chan)
Tolong pikirkan tiga kategori lainnya juga!
"Saat Sensei bilang  cinta ... itu berarti Sensei menyukai Nii-san, ya!"
Sana, wajahmu benar-benar merah, tuh.
"Itu tidak benar."
"… benarkah?"
"Ya."
"... Ji-Jika memang begitu, lalu tidak masalah, ‘kan?"
Dan begitulah, setelah sekolah, kompetisi memasak yang abnormal pun dimulai.
Karena kami akan memasak, hari ini, kami berkumpul di ruang memasak di mana terdapat peralatan memasak  yang bisa digunakan.
“Nii-san, apa kamu bisa membuat nasi dan salad ringan. Kamu bisa melakukan itu kan? ”
"Memang bisa sih…"
Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, dia pasti akan membuat karaage.
“Ah, kau tidak perlu melakukannya, Sanada-kun. Aku bisa melakukannya dengan cepat. ”
Jika aku akhirnya dimanjakan olehnya, bahkan jika itu Hiiragi-chan, aku tidak berpikir pihak yang lain akan mentolerirnya.
“Semua orang akan membuat sesuatu. Jika hanya aku yang tidak membuat apapun, entah kenapa rasanya tidak enak, jadi aku bisa melakukannya. ”
"Kalau begitu, buat bersama dengan Sensei, oke ."
Sana dan Kanata menaikkan alisnya.
"Ini mungkin melelahkan bagi Sensei yang sudah bekerja sangat keras, jadi Nii-san bisa melakukannya dengan Sana."
"... Daripada Sana, aku bisa membuat salad yang lebih baik."
Saat kesunyian terjadi, udara berat memenuhi ruangan sehingga sulit untuk bernafas. A-apa-apaan ini? Perasaan ini…!?
"Aku akan melakukannya sendiri, jadi kalian semua bisa berkonsentrasi pada masakanmu sendiri, oke?"
Karena aku sudah bilang begitu, ketiga orang itu dengan enggan memulai pekerjaan mereka. Sebelum aku melompati waktu, aku sudah terbiasa hidup sendiri, jadi membuat salad bukanlah sesuatu yang sulit bagiku. Selain itu, setiap orang dewasa bisa memasak beras. Aku membuat salad dengan topping apa pun yang menyertainya, dan meletakkannya di kulkas. Setelah itu, hal yang tersisa hanyalah menunggu nasi matang. Saat sedang menunggu, aroma minyak memenuhi udara ruangan, dan suara sesuatu yang digoreng bisa didengar.
"... Mengapa yang lain ikutan menggoreng karaage!?!? Sana pikir hanya Sana yang melakukannya! ”
“... Membuat sesuatu yang disukai Seiji-kun. Itulah yang dimaksud menjadi strategis. ”
“Pemikiran Sana-chan benar-benar naif. Mengapa kamu berpikir kalau hanya kamu yang khusus? ”
"Ugugugu ... Sana pikir kalau dia selangkah lebih maju dari yang lain ..."
Karena masih menunggu nasi matang dan tidak ada hal yang dilakukan lagi, aku mengawasi mereka bertiga dari jarak yang cukup dekat. Heeeeh, Hiiragi-chan sengaja melihat apa yang sedang Sana masak.
“Sana-chan, kamu membuat karaage, ‘kan?”
"Y-Ya, memangnya kenapa?"
"Apa kamu menggunakan olahan yang dibeli dari toko?"
"A-apa, itu sesuatu yang aneh ...?"
“Tidak, bukan apa-apa sih. Tapi jika seperti itu, tak peduli siapa yang membuatnya, rasanya akan tetap sama. Apa ada makna dalam membuat sesuatu seperti itu untuk kompetisi memasak? ”
Hiiragi-chan, itu jahat! Lebih penting lagi, itu sangat tidak dewasa sekali! Itu memang tidak salah, tapi jangan mengatakan itu kepada seseorang yang baru belajar memasak !!
Ugigi…Ta-Tapi! Ib — penasihatku bilang kalau menggunakan sesuatu seperti ini akan lebih cepat, mudah, dan lezat… ”
"" Fuun ... "", dua orang mendengus.
((… Aku menang.))
Rasanya seperti aku bisa mendengar Hiiragi-chan dan Kanata mengatakan sesuatu seperti itu di dalam pikiran mereka.
“Ni-Nii-saaan! Mereka berdua mengejek karaage khas keluarga Sanada! ”
“Bukannya mereka mengejekmu karena kau membuat karaage yang tidak ada  spesialnya untuk kompetisi memasak?”
Moouuuuu, kenapa kamu mengatakan itu !? Sana sudah berusaha keras dan banyak berlatih juga. ”
Aku tahu. Sebelum hari ini, karaage terus muncul di meja makan! Di pagi hari, dan bahkan di malam hari. Di rumah kami, itu pada tingkat di mana rasanya seperti kami mengadakan pesta karaage setiap hari.
"Penasihatku bodoh!"
"Oi! Berhenti memanggil ibu kita penasihat terus! Entah kenapa rasanya memalukan! ”
Sana-chan sangat imut, ucap Hiiragi-chan saat dia memperlakukannya seperti anak kecil. Ufufu, Hiiragi-chan tertawa saat tangannya terus bergerak dan menggoreng lebih banyak lagi.
"... Siapa pun bisa membuatnya, siapa pun akan bilang rasanya enak ... dengan kata lain, itu seperti hamburger dari restoran keluarga ... mana mungkin bisa jadi juara  pertama ..."
Kanata benar-benar tanpa ampun.
“Itu penghinaan besar bagi Sana.  Sana akan percaya pada masakan karaage-nya! ”
Memotong ayam, mengolahnya, dan menggorengnya. Cuma hal gampang seperti itu, apa ada yang bisa dipercaya dari itu, wahai adik kecilku.
"Selesai!"
"... Aku juga selesai."
"Sensei juga selesai dengan masakannya ."
Semuanya tampak bersemangat setelah menyelesaikan masakan mereka dan  membawa karaage ke arahku. Untuk Sana, itu sama persis seperti yang dia miliki di bentou untuk makan siang. Hiiragi-chan juga, masakan yang sudah aku kenal dengan dengan baik. Dan untuk Kanata ... bukanlah potongan daging yang biasa, melainkan potongan yang memanjang.
"Itadakimasu."
Ya, aku sudah terbiasa dengan rasa masakan Sana dan Hiiragi-chan. Karena baru digoreng, rasanya benar-benar enak. Adapun Kanata ...
Aku mencoba mencicipi salah satunya. Beberapa bagian renyah, dan bagian lain dari itu adalah daging empuk karaage yang normal. Ini mirip dengan masakan yang biasa kau makan di izakaya*. (TN : Sebuah bar informal, kalo di Indonesia mungkin kaya warteg?)
"Ah, ini, mungkinkah?"
Kanata mengangguk menanggapi seruanku.
“... Yagen nankotsu. Karena aku mendengar kamu semua membuat karaage, aku pikir kalian semua membuat hal yang sama. ”
"Yagen nankotsu, kupikir aku dipermainkan saat aku membeli bahan-bahan."
Hiiragi-chan terlihat sangat sedih saat Sana diam-diam bertanya padaku.
"Yagen, apa? Nankotsu?
“Ini adalah jenis tulang lunak yang bisa kau hancurkan dengan menggigitnya.”
“Tu-Tulaaangg? Mana mungkin hal seperti itu akan terasa enak. Itu bukan daging. ”
"Kau masih sangat kecil."
"... Selera Sa-chan seperti anak SD."
"Karena itu adalah sesuatu yang menarik bagi orang dewasa, jadi ya..apa boleh buat."
“Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu, kalian mengejekku lagii !!
Hiiragi-chan membagi nasi yang sudah dimasak menjadi porsi masing-masing untuk setiap orang, mengeluarkan salad dari kulkas dan meletakkannya di atas meja. Mengumpulkan karaage yang dibuat semua orang, dan memakannya.
“Karaage yang dibeli dari toko rasanya enak, Sana-chan.”
“... Ya, ini enak. Karaage yang dibeli dari toko. ”
“Tolong hentikan menyebutnya dibeli dari toko. Katakanlah itu karaage Sana! ... Uuu, masakan Sensei enak … ”
"... Yeah, berbagai bumbu meresap ke dalam daging, jadi itu benar-benar enak."
"Iya, ‘kan? Iya, ‘kan?"
Sambil berbicara dengan gembira, aku memberi nilai masakan mereka dengan poin terbesar 5 poin di setiap kategori.
Pertama adalah Hiiragi-chan.
Persahabatan: 1
Upaya: 1
Memasak: 5
Cinta: 4
Di kategori upaya, dari awal dia sudah mahir memasak, jadi dia tidak perlu berusaha keras. Selain itu, aku sudah tahu dari awal jadi poin untuk persahabatan dan upaya keduanya diberi nilai 1 poin.
Selanjutnya, Sana.
Persahabatan: 3
Upaya: 5
Memasak: 2
Cinta: 3
Dia membuat sesuatu yang cukup banyak penghinaan, tapi aku akui dia sudah berusaha sangat keras jadi upayanya diberi nilai 5.
Terakhir, Kanata.
Persahabatan: 2
Upaya: 3
Memasak: 4
Cinta: 5
Memprediksi bahwa peserta lain akan membuat menu yang sama dan makan hal yang sama akan membosankan, aku memberinya 5 untuk cinta.
Untuk kategori persahabatan, aku mendasarinya pada seberapa banyak mereka membantu yang lain untuk acara kali ini. Tiga orang di sekitarku menjadi gelisah dan melirikku saat aku tengah menilai masakan mereka. Tampaknya mereka semua sangat cemas. Setelah menyelesaikan penilaian, aku menyerahkan secarik kertas yang dilipat ke mereka.
"Nii-san, siapa yang pertama?"
“Apa harus ada peringkat pertama? Rasanya lezat dan sebagai hidangan, itu bisa dianggap sukses. Bukankah itu sudah baik-baik saja? ”
Awalnya, ini untuk latihan pengantin Sana. Dia berusaha keras dan berlatih, dan semua orang tampaknya bersenang-senang, pikirku. Semua orang juga merasa nyaman saat mereka makan bersama. Karena mereka semua tampaknya puas.
Dalam perjalanan pulang.
"Kana-chan, tunjukkan nilaimu."
"... Tidak mau."
"Mengapa?"
"... Itu memalukan."
“Nilai yang bisa membuatmu malu? Nii-san! "
“Aku memberi nilai yang normal. Apalagi, dia memiliki penilaian tertinggi. ”
“Eh. Lalu mengapa…?"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Kanata berpisah dari kami. Mungkinkah karena penilaiannya untuk cinta adalah 5 ...?
"Sana ... akan bekerja lebih keras dalam memasak ... rasanya sangat menjengkelkan bisa kalah dari Sensei."
Karena itu bisa memberi Sana beberapa motivasi, aku dapat mengatakan bahwa kompetisi memasak kali ini dapat dianggap sebagai sukses besar. Hanya saja, malam itu, panggilan datang dari Hiiragi-chan.
“Cintaku bukan 4, tapi 100! Kupikir itu juga berhasil untukmu, Seiji-kun. ”
Hiiragi-chan akhirnya meminta 100 dari 5 poin maksimum.



close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama